SKRIPSI
Diajukan Oleh :
KURNIA EKA WATIE
0611010031/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DI KABUPATEN SIDOARJO”
sebagai salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa
Timur.
Dengan segala keterbatasan,peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat
menyempurnakan bagi skripsi ini, peneliti akan menerima dengan baik.
Dari awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini peneliti menerima
banyak bantuan dari berbagai pihak , baik dari instansi maupun perorangan. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan banyak bantuan berupa
fasilitas perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.
2. Bapak Dr.Dhani Ichsanuddin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
i
membantu dan meluangkan waktunya, dalam memberikan bimbingan,
pengarahkan, memotivasi dan saran yang tidak bosan- bosannya membimbing
peneliti dalam menyeleseikan skripsi.
5. Bapak Drs.Ec. Marseto,Msi, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu
dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikkan di
dalam perkuliahan.
6. Orang tuaku tercinta, Ayahnda (Almarhum), Ibunda terimakasih untuk semua yang
telah kalian berikan untuk ku, kesabaran dan keikhlas membesarkan,mendidikku
hingga peneliti seperti sekarang ini, kakak ku dan adikku dan seluruh keluarga
besarkku yang telah memberikan do’a, dan bantuan materil, semangat, motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini dengan baik.
7. Bapak – bapak dan ibu – ibu dosen serta staf karyawan khususnya Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah
dengan ikhlas memberikan banyak Ilmu Pengetahuan selama masa perkuliahan
dan pelayanan akademik bagi peneliti.
8. Bapak – bapak dan ibu – ibu staf ,Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur ,Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Kabupaten Sidoarjo dan Biro Pusat Statistik Jawa
Timur.
ii
iii
memotivasi,membantu,hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan,limpahan rahmat serta
karunia-Nya, atas segala kebaikan serta bantuan yang telah di berikan.
Akhir kata,besar harapan saya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca , baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi,
dan bagi pihak – pihak lain yang membutuhkan.
Wasalamu’alaikum Wr .WB.
Surabaya, Februari 2010
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Pengertian Pajak ... 14
2.2.2 Jenis – Jenis Pajak... ... 15
2.2.3 Fungsi Pajak ... 18
2.2.4 Prinsip Pajak ... 18
2.2.5 Tarif Pajak ... 19
2.3.2 Pengertian Pajak Daerah... 25
2.3.3 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah... 27
2.3.4 Ruang Lingkup Pajak Daerah ... 28
2.3.5 Macam – Macam Pajak Daerah ... 28
2.3.6 Pajak Kendaraan Bermotor... 29
2.4 Jumlah Kendaraan Bermotor... 34
2.5 Kurs Rp Terhadap US $ ... 36
2.6 Jumlah Wajib Pajak .Kendaraan Bermotor... 39
2.7 Jumlah Penduduk Sidoarjo ... 42
2.8 Kerangka Pikir ... 45
2.9 Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………….. 50
3.2 Teknik Penentuan Sampel ...…………. 51
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.3.1 Jenis Data ...………... 52
3.3.2 Sumber Data ...………... 52
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 53
3.4.1 Teknik Analisis ... 53
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Diskripsi Obyek Penelitian ... 63
4.1.1 Gambaran Umum Kabupeten Sidoarjo... 63
4.1.2 Letak Geografis... 63
4.1.3 Sistem Pemerintahan ... 64
4.1.4 Keadaan Penduduk ... 65
4.1.5 Sumber Daya Alam ... 66
4.2 Diskripsi Data Penelitian ... 66
4.2.1 Sumber Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo... 66
4.2.2 Klasifikasi Pajak Daerah... 67
4.2.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor... 68
4.2.4 Perkembangan Kurs Rp Terhadap US $... 69
4.2.5 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor 70
4.2.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Sidoarjo... 71
4.2.7 Perkembangan Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo 72
4.3. Analisis Regresi ... 73
4.3.1 Pengujian Adanya Pelanggaran Asumsi –Asumsi Klasik ... 73
4.4. Hasil Penghitungan Regresi Berganda ... 75
vii
4.5. Pengujian Hipotesis ... 78
4.5.1 Uji Hipotesis Secara Simultan ... 78
4.5.2 Uji Hipotesisi Secara Parsial ... 80
4.6. Pembahasan ... 86
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 89
5.2. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 2. Data Input SPSS.
Lampiran 3. Analisis Regresi Linier Berganda dengan Program SPSS.
Lampiran 4. Anova dan Coeffcients.
Lampiran 5. Non Paramectric Correlations ( Uji Heteroskedastisitas).
Lampiran 6. Tabel Distribusi Uji t.
Lampiran 7. Tabel Distribusi F pada uji 0,05
Lampiran 8. Tabel Durbin -Watson.
x
xi
Kurnia Eka Watie ABSTRAKSI
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan senantiasa melakukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dalam wadah Negara kesatuan republik Indonesia, dikembangkan secara luas nyata dan bertanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat.Salah satu Aspek penting dalam hal keuangan, baik dari sisi pengeluaran dan penerimaan daerah.Hal ini karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan daerahnya sangat bervariasi,tergantung pada kondisi masing – masing daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam atau tidak, ataupun daerah dengan itensitas kegiatan ekonomi yang tinggi atau rendah.Ini semua berdampak pada besar tidaknya basis pajak di daerah yang bersangkutan .Bagi Pemerintah pada umumnya pajak daerah merupakan sumber utama asli pendapatan daerah.
Penelitian ini menggunakan data berkala (time series) yang di peroleh dari Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur,Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kabupaten Sidoarjo dan Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.yang diambil dari tahun 1994 -2008, sedangkan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian secara simultan (Uji F) F hitung =140,338 ttabel 3,478. berati secara simultan Jumlah Kendaraan Bermotor (X1), Kurs Rp Terhadap US $
(X2), Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3),Jumlah Penduduk (X4), Berpegaruh
Signifikan Terhadap Penerimaan Pajak (Y). Sedangkan Secara parsial Jumlah Kendaraan Bermotor (X1), berpengaruh signifikan sebesar 0,05,dan berhubungan fositif terhadap Varibel
Terikat.dimana thitung 7,391 > ttabel 2,228.Variabel Kurs Rp Terhadap US $ (X2), tidak
berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan fositif terhadap Variabel terikat (Y), dimana thitung 1,498 < ttabel 2,228.Variabel Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3),
berpengaruh signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif tehadap variabel terikat (Y), dimana t hitung 2,369 > ttabel 2,228.Variabel Jumlah Penduduk sidoaarjo (X4), berpengaruh
signifikan sebesar 0,05 dan berhubungan positif terhadap variabel terikat (Y), dimana t hitung
2,922 > ttabel 2,228.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peraturan perundang – undangan perpajakan terus di sempurnakan seiring
dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial,dan politik dengan
perkembangan ekonomi maupun sosial.Perubahan perundang – undangan
perpajakan khususnya undang – undang tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan dimaksud untuk lebih memberikan keadilan , meningkatkan pelayanan
kepada wajib pajak,Meningkatkan kepastian dan penegakan hukum,serta
mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan
material di bidang perpajakan.Perubahan tersebut juga di maksudkan untuk
meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan ,dan meningkatkan kepatuhan
sukarela wajib pajak.Sistem mekanisme dan tata cara pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan
undang – undang.Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan peningkatan
keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat wajib pajak.sehingga
masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan
dengan lebih baik.(Resmi,2008:19).
Pembiayaan Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintah dan
pembangunan senantiasa melakukan sumber penerimaan yang dapat di andalkan.
Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya
otonomi daerah di Indonesia sejak 1 januari 2001. Dengan adanya otonomi
daerah di Indonesia ,dipicu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan
daerah yang mendukung pembiayaan pengeluaran daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.Dari berbagai alternative sumber
penerimaan yang mungkin di pungut oleh daerah yaitu, undang – undang tentang
pemerintah daerah pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber
penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat di kembangkan sesuai
dengan kondisi masing – masing daerah (Siahaan, 2005:1).
Wajib pajak memahami dengan jelas ketentuan peraturan perundang –
undangan perpajakan di satu pihak dan lain pihak.Usaha administrasi pajak yang
memungkinkan para wajib pajak mematuhi pemenuhan kewajiban perpajakan.Hal
ini berati bahwa ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan harus
tertulis dengan jelas dan adanya juga sistem komunikasi yang memungkinkan
setiap wajib pajak mendapatkan informasi yang cukup,terutama dalam era sering
berubah – ubah ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan atau sering
di keluarkanya surat edaran yang bersifat interpretasi ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan.Wajib pajak hendaknya ikut dilibatkan dalam
proses pengembangan dan perubahan dan ketentuan peraturan perundang –
undangan perpajakan.Dalam hal ini, bagaimanapun juga berbagai ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan tersebut mempunyai kaitan satu sama
lain dan bahkan sering kali ketentuan peraturan perundang – undangan dekat
sekali hubungan permasalahnya,Sehingga terjadi tumpang tindih satu dengan
dan apa yang menjadi hak dan kewajiaban serta tanggung jawab masing –
masing.(Zain ,2005 : 3-5).
Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan
pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dikembangkan secara luas,Nyata dan bertanggung jawab dalam pemberdayaan
masyarakat.Salah satu aspek penting dalam hal keuangan,baik dari sisi
pengeluaran dan penerimaan daerah, karena kemampuan daerah untuk
menghimpun pendapatan sangat bervariasi, tergantung pada kondisi masing –
masing daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam atau tidak, ataupun
daerah dengan intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi atau rendah.ini semua
berdampak pada besar tidaknya basis pajak di daerah yang bersangkutan.Bagi
pemerintah pada umumnya pajak daerah merupakan sumber utama Pendapatan
Asli Daerah (PAD).Berdasarkan undang – undang Tahun 2000 Pajak daerah di
bagi menjadi dua yaitu Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten atau Kota.Pembagian
ini di berlakukan sesuai dengan kewewenangan pengenaan dan pemungutan
masing – masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi propinsi atau
kabupaten /kota.
Pemungutan pajak sebagai salah satu pajak daerah yang merupakan pajak
yang sangat menguntungakan bagi negara, sebab pemasukan sangat
besar.Peningkatan penerimaan pajak daerah dari tahun ke tahun di upayakan
untuk dapat meningkat terus.hal tersebut dilakukan oleh aparat kantor pelayanan
pajak.Menurut Undang – Undang Dasar 1945 pasal 23 Ayat 2 bahwa pemungutan
pemungutan pajak yang baik di perlukan adanya partisipasi aktif dari segala pihak
baik aparat pemungutan maupun aparat lainya. Pendapatan Asli Daerah dapat
dianggap sumber penerimaan daerah yang paling tepat dari semua sumber
penerimaan daerah.Dalam pelaksanaannya bagian terbesar dari penerimaan pajak
berasal dari banyaknya jumlah wajib pajak yang pembayar pajak yang dipungut
oleh pemerintah.Hal ini dapat dilihat dari hasil penerimaan pajak di Kabupaten
Sidoarjo dari tahun 1994 – 2008 yang semakin meningkat dari tahun
ketahun.Berdasarkan data dari penerimaan pajak daerah Kabupaten Sidoarjo,
Pada tahun 2005 sebesar Rp.68.108.10 kemudian pada tahun 2006 meningkat
yaitu sebesar Rp.86.314.30, pada tahun 2007 meningkat yaitu sebesar
Rp.93.294,30, dan pada tahun 2008 peningkatan penerimaan pajak kendaraan
bermotor sebesar Rp.99,852,20.Diharapkan Pada Tahun 2009 penerimaan pajak
kendaran bermotor semakin meningkat lagi.( Anonim,2008: 36).
Keberhasilan suatu pembangunan daerah merupakan tolak ukur dari
keberhasilan Pembangunan Nasional.Salah satu dimensi pembangunan daerah dan
arah yang dituju adalah terwujudnya status ekonomi daerah yang di namis, nyata
bertanggung jawab sedangkan status tersebut diantaranya bisa dilihat dari
kemampuan daerah menyediakan dana pembangunan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD).Seiring dengan pertumbuhan ekonomi,berbagai
sumber penerimaan pajak di Indonesia masih bisa digali dan perlu di intensifkan.
Hal ini disebabkan, karena dengan berkembangnya pajak itu sendiri, masih ada
kelemahan – kelemahan yang berupa kesenjangan yang sering terjadi dimana
sesuai.ketidak sesuaian antara target dan realisasi atau rencana dan hasil tersebut
di sebabkan karena masih banyak orang atau badan yang belum membayar pajak,
atau orang dan ada yang sudah membayar pajak tetapi belum sesuai dengan
keadaan sebenarnya, karena adanya kecurangan – kecurangan dalam memasukan
atau menuliskan data yang sebenarnya pada lembar pembayaran pajak.
Pelaksanaan pemugutan pajak daerah ,yang baik di perlukan adanya partisipasi
aktif dari segala pihak, baik aparat pemungutan maupun aparat lainnya.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka, untuk lebih mengintensifikasi
penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo, sebagai penerimaan pajak daerah
maka,penulis tertarik untuk meneliti dan menulis tentang “Analisis Beberapa
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Di Kabupaten Sidoarjo”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang di
bahas dalam penulisan ini adalah :
1. Apakah Jumlah Kendaraan Bermotor, Kurs Rp Terhadap US $, Jumlah
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor,Jumlah Penduduk Sidoarjo,berpengaruh
terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo?
2. Diantara empat variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh, Jumlah Kendaran Bermotor,
Kurs Rp Terhadap US $, Jumlah Wajib Kendaraan Bermotor ,Jumlah
Penduduk Sidoarjo, terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh paling dominan
terhadap Penerimaan Pajak di Kabupaten Sidoarjo.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa di ambil dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh suatu gambaran,masukan dan penjelasan tentang
kondisi perekonomian Kabupaten Sidoarjo selama ini, khusnya upaya
yang dilakukan pemerintah dalam meningkatan penerimaan pajak di
Kabupaten Sidoarjo.
2. Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan informasi bagi
penelitian – penelitain selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
yang melakukan penelitian, khususnya bagi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur dan sekaligus untuk
melengkapi perbendaharaan perpustakaan.
3. Sebagai alat untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan serta
peningkatan penerimaan pajak di Kabupaten Sidoarjo.
4. Sebagai bahan pertimbangan atau dapat memberikan masukan saran bagi
5. Sebagai bahan perbandingan yang di harapkan dapat memberikan
gambaran bagi peneliti pada topik yang sama dan kemungkinan dapat di
kembangkan dengan variabel lain mengenai Penerimaan Pajak di
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan
analisis beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan
bermotor di Kabupaten Sidoarjo, antara lain :
1. Agusta, (2001), dalam penelitian yang berjudul “Beberapa Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah Kota Surabaya” dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dengan pengujian secara simultan (X1), (X2 ), (X3) sebagai variabel bebas.Secara
keseluruhan berpengaruh terhadap peneriman pajak daerah Pemerintah
Kota Surabaya dengan nilai Fhitung 396,571 > F tabel 4,76.Sedangkan Uji
Parsial dengan Uji t menunjukan bahwa variabel tingkat inflasi (X1),
sebesar 2,447, Jumlah Wajib Pajak (X2), sebesar 5,737, dan jumlah tenaga
pemungutan (X3), sebesar 3,468 dengan ttabel sebesar 2,447 berpengaruh
secara nyata terhadap penerimaan pajak daerah .Dari ketiga variable bebas
tersebut yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat adalah jumlah
wajib pajak sebesar 5,737.
2. Wijaya, (2001), dalam penelitian yang berjudul “ Beberapa Fakor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Pasuruan“.Dari
hasil analisis dapat di simpulkan sebagai berikut : dari penelitian ini adalah
1), (X2), (X3).Dapat di lihat dari nilai Fhitung
sebesar 105,385 > Ftabel sebasar 5,41 sedangakn Uji parsial Dengan Uji t
menujukkan bahwa pendapatan Perkapita (X1) sebesar 9,105,Kredit (X2),
sebesar 11,568, Jumlah Tenaga Kerja (X3) sebesar 2,972 berpengaruh
secara nyata terhadap pendapatan Pajak Daerah.Dari ketiga variabel bebas
tersebut variabel yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat
adalah variabel Kredit (X2) Yaitu Sebesar 11,568.
3. Yulianto, (2006), dalam penelitiannya yang berjudul”Analisis Pengaruh
Investasi , Tingkat Inflasi ,PDRB , Dan Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Surabaya” kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil pengujian secara simultan dengan Uji F
menunjukan adanya secara serempak antara variabel bebas Investasi (X1),
Inflasi (X2), PDRB (X3), Dan Jumlah Wajib Pajak (X4) Terhadap
Penerimaan Pajak Daerah, Dapat dilihat dari nilai Fhitung sebesar 303,806
> Ftabel sebesar 3,48 sedangkan Uji parsial dengan Uji t menunjukan bahwa
variabel investasi (X1) sebesar 2,333, Tingkat Inflasi (X2 ) sebesar -1,102,
PDRB (X3) sebesar 4,025, dan Jumlah Wajib Pajak (X4) sebesar 2,228
dengan t tabel sebesar 3,254 berpengaruh secara nyata terhadap Penerimaan
Pajak Daerah.Dari keempat variabel bebas tersebut yang paling dominan
mempengaruhi variabel terikat adalah variabel PDRB (X3 ) yaitu sebesar
4. Nahiyah, (2003), dalam penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pariwisata Di Kabupaten Fak -fak”
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil pengujian secar simultan dengan
Uji F menunjukan adanya pengaruh secara serempak antara (X1), (X2 ),
(X3), (X4 ).Dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 117,383 > F tabel sebesar
3,217.Sedangakan Uji parsial dengan Uji t menunjukan bahwa variabel
Tingka Hunian Kamar (X1) sebesar 2,900, Banyaknya Rumah Makan (X2 )
sebesar 2,773, Wisatawan Nusantara (X3) sebesar 9,281, dan Wisatawan
Manca Negara (X4 ) sebesar 14,408. Dari keempat variabel tersebut yang
paling dominan mempengaruhi variabel terikat adalah variabel Wisatawan
Manca Negara yaitu dengan nilai t tabel 2,228 > t hitung 14,408.
5. Notokismono, (2003), dalam penelitan yang berjudul “ Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Kotamadya Malang “Dari hasil analisis dapat di simpulkan bahwa variabel
penelitian ini terdiri dari satu variabel tidak bebas (Y) yaitu penerimaan
pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang, variabel bebas (X1) yaitu
jumlah kendaraan bermotor.(X2) yaitu pendapatan perkapita. (X3) Yaitu
tingkat suku bunga kredit. dan (X4) yaitu inflasi.Hasil pengujian ini
menunjukan bahwa secara simultan uji F di peroleh f hitung = 462,519 >
ftabel = 5,19 dengan kata lain variabel bebas berpengaruh secara nyata
terhadap penerimaan pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang(
Y).Sedangkan secar parsial uji t diperoleh t tabel = 2,571 artinya jumlah
perkapita (X2) t hitung = 3,594 dan tingkat suku bunga kredit (X3) t hitung = -
4,593 masing – masing berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan
pajak kendaraan bermotor di kotamadya Malang (Y),sedangkan inflasi (X3)
t hitung = 0,945 tidak berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan pajak
kendaraan bermotor di kotamadya Malang .
t tabel = 2,447.
6. Dwi, (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang
Memepengaruhi Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah Kota
Surabaya”, Dari Hasil analisis dapat di simpulkan sebagai berikut :bahwa variabel peneliian terdiri dari Penerimaan Pajak Daerah (Y),variabel bebas
Iflasi (X1), Jumlah wajib Pajak (X2), Jumlah Tenaga Pelaksanaan
Pemungutan (X3), di peroleh Fhitung 36,12 > = F table 4,76, Sedangkan secara
varsial menunjukan (X1) tidak berpengaruh terhadap (Y) dengan di
peroleh t hitung = 0,56 > = t tabel 2,447, Jumlah wajib Pajak (X2),
berpengaruh terhadap (Y) diperoleh t hitung = 1,795 > t tabel = 2,447, dan
Jumlah Tenaga Pelaksanaan Pemungutan (X3), berpengeruh secara nyata
terhadap (Y), dengan diperoleh t hitung = 8,828 >
7. Winter , (2005), dalam penelitian yang berjudul ”, Analisis Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kabupaten Sidoarjo”.
Dari hasil Analisis dapat di simpulkan Sebagai berikut : Bahwa variabel
penelitian terdiri dari total pendapatan dan bea balik nama pajak kendaraan
bermotor (Y), Pertumbuhan ekonomi (X1), jumlah kendaraan bermotor
secara simultan variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah kendaraan bermotor,
tingkat suku bunga dan pendapatan pajak kendaraan bermotor dan bea balik
nama kendaraan bermotor di sidoarjo.Secara parsial hanya variabel tingkat
suku bunga yang tidak berpengaruh terhadap pendapatan pajak kendaraan
bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor di Sidoarjo,di karenakan
tingkat suku bunga kredit mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya yang
mengakibatkan ketidakstabilan.jadi tanpa tingkat suku bunga , pendapatan
pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor dapat
terjadi karena pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, jumlah kendaraan
bermotor, dan pendapatan perkapita.
Dalam penelitian ini juga menggunakan literatur – literatur seperti : jurnal
penelitian yang berisi tentang fakta yang berkaitan dengan penelitian ,
sebagai berikut :
8. Anonim, (2003), Dalam jurnal litbang Jawa Timur, yang berjudul
“PelayananPKBdan BBNKBPada Kantor BersamaSamsatdi JawaTimur
Dalam Rangka Peningkatan PAD”.Dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui usaha – usaha yang dilakukan oleh Dispenda Propinsi Jawa
Timur dalam menyelenggarakan pelayanan publik berkaitan dengan
pembayaran PKB dan BBNKB kepada wajib pajak dan sejauh mana kualitas
pelayanan publik yang di berikan dalam memenuhi harapan para wajib pajak
PKB dan BBKNB.Penerimaan pajak sektor PKB dan BBNKB relative
tinggi dimana sektor ini menduduki peringkat tertinggi dalam penerimaan
melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan publik dapat
diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan.Pelayanan publik yang di
berikan dalam memenuhi harapan para wajib pajak PKB dan BBNKB.Oleh
karena itu Dispenda melalui kantor Samsat mengutamakan pengoptimalan
baik dari sisi layanan atau berbagai upaya maupun meningkatkan jumlah
pendapatan dari sektor ini,juga fasilitas pendukung yang di sediakan
berkenan dengan pengurusan PKB dan BBNKB.Dukungan yang dimaksud
adalah kemampuan para pegawai (Samsat),yang mampu mengoptimalkan
secara maksimal dalam pengurusan dokumen PKB dan BBNKB dalam arti
kemampuan mereka untuk menyelesaikan dukumen PKB dan BBNKB
sesuai dengan waktu yang di tetapkan. Selain itu dengan terjalinya
koordinasi Samsat dengan instansi lain seperti Jasa Raharja dan Dispenda
diharapkan dalam pelayanan para wajib pajak dapat berkerja dengan
optimal karena berdampak pada pemerintah daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini
berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
sekarang terletak pada kurun waktu, tempat penelitian dan variabel yang
digunakan untuk penelitian. Berdasarakan penelitian terdahulu seperti yang
telah disebutkan diatas,yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian
Mempengaruhi Penerimaan Pajak Di Kabupaten Sidoarjo” dengan variabel
terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerimaan Pajak (Y)
,sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Jumlah Kendaraan Bermotor (X1),Kurs Rp Terhadap US $ (X2), Jumlah
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X3), dan Jumlah Penduduk Sidoarjo
(X4).
2.2.1. Pen
jak yang di
kemu
gsung dapat di tunjukan dan di gunakan
untuk
atau alat untuk mengatur kehidupan
ekonomi masyarakat.( Markus,2005 : 1).
2.2. Landasan Teori gertian Pajak
Ada bermacam macam – macam atau definisi tentang pa
kan oleh beberapa ahli,dalam bidang perpajakan antara lain:
Menurut soemitro dalam Zain (2005: 11) dalam bukunya Manajemen
perpajakan mengatakan pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang – undang (yang dapat di paksakkan) dengan tidak
mendapatkan jasa timbal balik, dan lan
pembayar pengeluaran umum.
Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan
undang – undang ,wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara tanpa mendapat
kontra prestasi secara individual dan langsung dari Negara,serta bukan
merupakan penalti , yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggara negara,
Menurut Suparmoko ( 2000 : 94), Pajak adalah pembayaran iuran oleh
rakyat kepada pemerintah yang dapat di paksakan dengan tanpa balas jasa
n lain sebagainya.
ya dapat dipaksakan.
leh pemerintah.
eluaran – pengeluaran pemerintah , yang
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu
yo dan wirawan, 2002 :14)
2.2.2.
asar an atas sifat – sifat tertentu yang terdapat
da pajak.
a. Menu
1.
yang secara langsung dapat di tunjuk, misalnya : Pajak kendaraan bermotor ,
Pajak penjualan,da
Dari definisi tersebut dapat di tarik kesimpulan tentang ciri-ciri pajak
sebagai berikut :
1. Pajak di pungut berdasarkan Undang – Undang serta aturan
pelaksanaanya yang bersifatn
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukkan adanya kontraprestasi
individual o
3. Pajak di pungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak di peruntukan bagi peng
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus ,di pergunakan untuk
membiayai public investment.
mengatur.(Walu
Jenis Jenis Pajak
Pengelompokan pajak di d k
lam masing – masing
rut Golongannya :
Yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dilimpakahkan atau di dibebankan kepada orang
di beban pajak yang bersangkutan.Contoh :
Paj
2.
ahan nilai terhadap barang atau jasa.Penanggung
jawa
ka ketiga unsur tersebut
rdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya di
smi,2008:7-8).
b. Menurut
1.
rhatikan keadaan pribadi
an pajak yang memperhatikan keadaan
suby
2.
lain. Pajak harus menja
ak Penghasilan.
Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu
kegiatan ,peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya
pajak.Contoh : Pajak pertambahan nilai (PPN).PPN terjadi karena
terdapat pertamb
bnya adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu
beban pajaknya.
Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka
pajaknya disebut pajak langsung, sedangkan ji
terpisah atau te
sebut pajak tidak langsung.(Re
Sifatnya :
Pajak subyektif (Perorangan )
Yaitu pajak yang pengenaannya mempe
wajib pajak atau pengena
eknya.Contoh :Pajak penghasilan (PPh).
Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik
berupa benda , keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar pajak,tanpa memperhatikan keadaan
pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh :
an Pajak Penjualan atas Barang
umi dan bangunan (PBB). (Resmi,2008
:8).
c. M
1. P
ah tangga Negara pada umumnya.Contoh :Pajak
jak pertambahan nilai,pajak penjualan atas barang
mewa
2. P
t oleh pemerintah daerah baik daerah
wilayahnya. Pajak pertambahan nilai (PPN) d
Mewah (PPnBM), serta pajak b
enurut Lembaga Pemungutannya :
ajak Negara atau Pajak Pusat
Yaitu pajak di pungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rum
penghasilan,Pa
h,pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan Hak atas Tanah
dan bangunan.
ajak Daerah
Yaitu pajak yang di pungu
tingkat I (Pajak Propinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten
atau kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Kabupaten kota meliputi :
a. Pajak daerah Tingkat I (Propinsi).Contoh : Pajak kendaraan bermotor
dan bea balik nama kendaraan bermotor,Bea balik nama tanah,Pajak
b. Pajak daerah tingkat II (Kabupaten).Contoh : Pajak hotel, dan pajak
pajak reklame dan pajak penerangan
2.2.3. Fun
Ada
b.
untuk mengurangi
onsumsi minuman keras, pajak yang tinggi di kenakan terhadap
arang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif,
terkenal adalah yang di kemukakan oleh Adam Smith, yang biasa di sebut
dengan “Smith’s Cannons”, Yaitu : restoran,pajak hiburan,
jalan.(Resmi,2008:8 - 9).
gsi Pajak
dua fungsi pajak yaitu :
a. Fungsi penerimaan (budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntungkan bagi
pembiayaan pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Contoh : di
masukanya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
Fungsi Pengaturan (Reguler)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.Contoh : Pajak yang
tinggi di kenakan terhadap minuman keras
k
barang – b
tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk
Indonesia di pasar dunia. (Mardiasmo, 2000:2).
2.2.4. Prinsip Pajak
a. Prinsip kesamaan atau keadilan ( equity)
akan (convenience)
dari pada jumlah
enerimaan pajaknya.
patan ( Adequate)
Pa
Artinya bahwa beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relative
dari setiap wajib pajak.
b. Prinsip Kepastian ( certainty)
Pajak hendak tegas, jelas dan pasti bagi setiap pajak sehingga mudah
di mengerti oleh mereka dan juga akan memudahkan administrasi
pemerintah sendiri.
c. Prinsip kecocokan atau kelay
Pajak jangan sampai terlalu menekan seseorang wajib pajak, sehingga
wajib pajak dengan suka dan senang hati melakukan pembayaran pajak
kepada pemerintah.
d. Prinsip Ekonomi (economy)
Pajak hendaknya menimbulkan kerugian yang minimal dalam arti
jangan sampai biaya pemungutan lebih besar
p
e.Prinsif Kete
jak hendaknya di pungut tepat waktunya dan jangan sampai
memepersulit posisi anggaran belanja pemerintah.
Tarif pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai suatu kondisi
n pajak maka semakin besar
dengan kenaikan secara proporsional
ata
c. Ta
Tarif Progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin
gkatnya dasar pengenaan pajak.Tarif
1
akin meningkat dengan
genaan pajak, dan kenaikan persentase
2.
adilan atau tekanan yang sama bagi para wajib pajak. Jenis – jenis pajak
edakan menjadi,antar lain :
Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap , berapapun
besarnya dasar p
b. Tarif Proporsional (sebanding
Tarif Proposional adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan
pajaknya.semakin besar dasar pengenaa
pula jumlah pajak yang terutang
u sebanding.
rif Progresif (Meningkat)
meningkat dengan menin
Progresif dibedakan menjadi tiga yaitu:
. Tarif Progresif – Proporsional
Tarif berupa persentase tertentu yang sem
meningkatnya dasar pen
tersebut.
Tarif berupa berupa persentase tertentu yang semakin meningkat
3. Tarif Progresif – Degresif
rtentu yang semakin meningkat dengan
entase tertentu yang semakin menurun dengan
2.2.6. Tata
paj
1. S
P u :
dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan
persentase tersebut juga semakin meningkat.
Tarif berupa persentase te
meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan persentase
tersebut semakin menurun.
4. Tarif Degsdresif (menurun)
Tarif berupa pers
semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.(Resmi,2008:14-17).
Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak terdiri dari Stesel pajak, asas pemungutan
ak dan sistem pemungutan pajak.
telsel Pajak
emungutan pajak dapat dilakukan tiga stelsel, yait
a. Stelsel nyata (Riil)
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek penghasilan yang nyata
sehingga pemungutannya baru dapat di lakukan pada akhir tahun pajak
yakni setelah pajak sesungguhnya di ketahui.Stesel nyata mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kebaikan stesel ini adalah penghitungan
dan ealistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat di kenakan pada
akhir periode setelah penghasilan riil di ketahui.
b. Stesel Anggapan ( Fictivestelsel)
i dasarkan pada suatu anggapan yang di atur oleh
inasi antara stesel nyata dan
rnya pajak di hitung berdasarkan
ak menurut anggapan, maka wajib
enambah.sebaliknya jika lebih kecil kelebihanya dapat
2. Asa
ungutan pajak yaitu :
a.
Pengenaan pajak d
Undang – Undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun di anggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat
di tetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
Kebaikan stesel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,
tanpa harus menunggu pada akhir tahun sedangkan kelemahanya adalah
pajak yang tidak di bayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya.
c. Stesel Campuran
Pengenaan pajak didasarkan pada komb
stesel anggapan.Pada awal tahun, besa
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak di sesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya.Bila besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar dari pada paj
pajak harus m
diminta kembali.(Mardiasmo,1996:7 -8).
s Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pem
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal
dari dalam maupun dari luar negeri.
b. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak pengahasilan yang bersumber
rhatikan tempat tinggal wajib pajak.
c.
nesia dikenakan pada setiap orang yang bukan
yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini
3. Sistem
Utang pajak timbul setelah di keluarkan serta ketetapan pajak. diwilayahnya tanpa mempe
Asas Kebangsaan
Pengenaan pemungutan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu
Negara.Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia yang bertempat
tinggal diIndo
berkebangsaan Indonesia
berlaku untuk wajib pajak luar negeri.(Mardiasmo,1996:8).
Pemungutan Pajak
Dalam Pemungutan Pajak di kenakan beberapa sistem pemungutan yaitu
a. Offcial Assesment Syste
aitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
paratur perpajakan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
etiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang – undang perpajakan
Ciri – ciri OficialSys
Wewenang – untuk menentukan besarnya terutang.
b. S
k yang memberi wewenang, wajib
ajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
esuai dengan ketentuan undang – undang perpajakan yang
c. Withho
2.3. P
2.3.1 P
g
kepentingan masyarakat setempat menurut
prakar
elf Assesment System
Yaitu suatu sistem pemungutan paja
p
tahunnya s
berlaku.
lding System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang – undang perpajakan
yang berlaku.(Resmi,2008:10-11).
ajak Daerah
engertian Daerah
Pemungutan pajak daerah yang saat ini didasarkan pada Undang
– Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagai perubahan Undang – Undan
Nomor 18 tahun 1997 mengatur beberapa istilah umum yang di gunakan
seperti daerah otonomi,selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwewenang
mengatur dan mengurus
sa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dimana daerah terbagi tatas pemerintah
daerah, yang di maksud daerah otonomi selanjutnya disebut daerah ialah
a. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi dalam daerah
Propinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang bersifat Otonomi.
b. Daerah Propinsi berkedudukan juga sebagai wilayah Administrasi.
(Siahaan,2005: 42-43).
Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara
(Pemerintah) berdasarkan undang – undang yang bersifat dapat di
paksakan dan terutang oleh wajib pajak membayarnya dengan tidak
mendapat prestasi kembali (kontra prestasi atau balas jasa) secara langsung
yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dan
penyelenggaraan negara dan pembangunan.Hal ini, bahwa pajak adalah
kenakan berdasarkan undang – undang yang
tidak dapat
2.3.2
badan tanpa imbalan langsung
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pembayaran wajib yang di
dihindari bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak
mau membayar pajak dapat dilakukan paksa.Dengan demikian akan
terjamin bahwa kas negara selalu berisi uang pajak ,selain itu , pengenaan
pajak berdasarkan undang – undang akan menjamin adanya keadilan dan
kepastian hukum pembayaran pajak sehingga pemerintah tidak dapat
sewenang – wenang menetapkan besarnya pajak. (Siahaan,2005:7).
Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau
yang seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang –
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.Dengan demikian,pajak
ntah daerah dengan
ksanakan penyelenggaraan pemerintah dan
tarik kesimpulan bahwa pengertian
usat maupun
kas negara yaitu kas
3 aran pajak tidak dapat di tunjukan adanya kontra
atan yang
an.
5. Pajak dapat di paksakan, artinya wajib pajak yang tidak memenuhi
ke (Siahaan,2005:8).
Sesuai
golongkan
a. Pajak
b. Pajak Kabupaten / Kota.
daerah merupakan pajak yang di tetapkan oleh pemeri
peraturan (perda) yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dan hasilnya di gunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah dalam mela
pembangunan didaerah.(Siahaan, 2005:10).
Dari pengertian tersebut dapat di
tentang pajak daerah ialah :
1. Suatu pemungutan oleh negara, baik oleh pemerintah p
Pemerintah daerah, berdasarkan undang- undang.
2. Pembayaran pajak harus masuk kepada
pemerintah pusat atau kas daerah, guna untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah daerah.
. Dalam Pembay
prestasi pemerintah.
4. Pajak dipungut karena suatu keadaan, kejadian dan perbu
menurut peraturan perundang –undangan perpajak
wajiban membayar pajak.
dengan pembagian administrasif daerah.maka pajak daerah dapat di
menjadi 2 (dua) macam :
Sumb
a. Pendapatan asli daerah sendiri, yang terdiri dari :
ng di pisahkan antara lain bagian laba ,dividen,dan
b.
daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
yang mengakibatkan daerah
2.3.3.
er– Sumber pendapatan daerah di bagi menjadi 2 (dua) :
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya,ya
penjualan saham milik daerah.
4. Pendapatan asli daerah yang sah, antara lain penjualan asset tetap
daerah dan jasa giro.
Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan yaitu dana yang
bersumber dari penerimaan APBN yang di alokasikan kepada daerah
untuk membiayai kebutuhan
c. Pinjaman daerah, yaitu semua transaksi
menerima sejumlah uang dari pihak lain, sehingga daerah tersebut di
bebani kewajiban untuk membayar kembali.Penerimaan yang sah
antara lain hibah atau penerimaan dari daerah propinsi atau daerah
kabupaten atau kota lainya, dana darurat, dan penerimaan
lainya.(Siahaan, 2005:12 -14).
Dasar Hukum Pemungutan Pajak Daerah
Setiap jenis pajak dan retribusi daerah yang di berlakukan di Indonesia
pengenaan dan pemungutannya.Pemerintah daerah tidak secara langsung
memberikan balas jasa kepada wewenang daerah untuk pemungutan, hal di
muat dalam Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tetang pemerintah
aerah yang merupakan Undang – Undang pemerintah daerah yang paling
ndang – Undang tentang hal yang sama
sebelum
2.3.4.
a yang di tetapkan.Lapangan pajak daerah hanya terbatas,
pangan pajak yang belum di gunakan oleh Negara (pusat).Misalnya,
di pungut oleh daerah karena sudah di
pungu
lebih rendah tingkatnya, tidak boleh memasuki
l lebih rendah tingkatnya.(Siahaan,
2005 d
akhir menggantikan beberapa U
nya yang kini di cabut.Sedangkan keuntungan pokok tentang pajak
dan retribusi daerah ditetapkan dengan Undang – Undang yang kini berlaku
dan menjadi dasar hukum pemungutan pajak daerah adalah Undang –
Undang republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah
dan retribusi daerah.(Siahaan, 2005:41 -43).
Ruang lingkup Pajak Daerah
Berdasarkan Undang – undang Nomor 34 tahun 2000 memberikan
peluang kepada daerah kabupaten atau kota, untuk memungut jenis pajak
daerah lain yang di pandang memenuhi syarat, selain ketujuh jenis pajak
kabupaten kot
la
pajak atas pendapatan tidak boleh
t oleh Negara.Sebaliknya Negara juga tidak boleh memungut pajak
yang telah di pungut oleh daerah.Selain itu, terdapat ketentuan bahwa
pajak dari daerah yang
apangan pajak dari daerah yang
2.3.5.Mac
sebelas jenis pajak daerah,yaitu empat jenis pajak propinsi dan tujuh jenis
p
a. M s Pajak Propinsi :
n bermotor dan kendaraan di atas air.
kendaran bermotor dan kendaraan diatas air .
kar kendaraan bermotor.
n pemanfaatan air bawah tanah dan air
b. M
1. Pajak hotel
3
2.3
kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Dimanan pajak
am – macam Pajak Daerah
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000,di tetapakan
ajak kabupaten / kota.
acam atau Jeni
acam atau Jenis pajak kabupaten/ kota :
2. Pajak restoran
. Pajak hiburan
4. Pajak reklame
5. Pajak penerangan jalan
6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
7. Pajak parkir (Siahaan:2005:43 – 44).
.6. Pajak Kendaraan Bermotor
kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua berserta
gandengannya yang di gunakan di semua jenis jalan darat dan di gerakan oleh
peralat
emerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah, Selain itu
penerap
u badan
yang m
dan atau penguasaan kendaraan an teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak.
kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat–alat besar yang
bergerak, pengertian alat – alat berat dan alat –alat besar yang bergerak
adalah alat yang dapat bergerak atau berpindah tempat dan tidak melekat
secara permanen.( Siahaan,2005:137).
Pemungutan pajak kendaraan bermotor di dasarkan pada undang –
undang Nomor 18 Tahun 1997 pajak daerah dan retribusi daerah sebagai
mana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan
peraturan p
an pajak kendaraan bermotor pada suatu daerah propinsi didasarkan
pada peraturan daerah propinsi yang bersangkutan, yang merupakan landasan
hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan
pajak kendaraan bermotor di daerah propinsi yang bersangkutan serta
keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak daerah dan pajak kendaraan
bermotor.
Subyek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi ata
emilki dan atau yang menguasai kendaraan bermotor. Sedangkan
obyek pajak adalah kepemilikan
bermotor.pengertian kepemilikan dan atau pengusaan kendaraan bermotor
didaerah propinsi yang bersangkutan, kepemilikan dan atau pengusaan
kendaraan bermotor di daerah propinsi selama jangka waktu tertentu
pemerintah
ebagai objek
dan perwakilan lembaga – lembaga
rmotor oleh subjek pajak
r yang di gunakan untuk keperluan pengolahan lahan pertanian
g memiliki atau yang menguasi kendaraan bermotor yang
atan.
tuk di jual, dan tidak di pergunakan dalam lalu lintas
beb
untuk jangka waktu dalam enam
puluh hari.
Di kecualikan pada pajak kendaraan bermotor yaitu pajak kendaraan –
kendaraan bermotor yang merupakan :
a. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh
pusat dan pemerintah daerah. Kepemilikan dan penguasaan kendaraan
bermotor milik BUMN dan BUMD tidak di kecualikan s
pajak.
b. Kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh kedutaan,
konsultan, perwakilan Negara asing,
internasional berpedoman pada keputusan menteri keuangan.
c. Kepemilikan atau pengusaan kendaraaan be
lainnya yang di atur dengan peraturan daerah.Antara lain :
1. Orang pribadi atau yang meliki atau yang menguasai kendaraan
bermoto
rakyat.
2. BUMN yan
di gunakan untuk keperluan keselam
3. Pabrik atau milik importir yang semata – mata di gunakan untuk
pemeran, un
as.
5. Kendaraan pemadaman kebakaran.
6. Kendaraan bermotor yang di segel atau di sita oleh Negara.(Siahaan,
a. Nilai
b
i sumber data, antara lain agen tunggal pemegang merek
harga pasaran umum atas suatu kendaraan
tentukan berdasarkan faktor – faktor
gan yang berbentuk bulat pada mesin
kan besarnya kekuatan mesin
ndaran bermotor
c. Jenis kendaraan bermotor 2005:141).
Dasar pengenaan pajak pajak kendaraan bermotor sebagian
perkalian dari dua unsur pokok yaitu:
jual kendaraan bermotor (NJKB) yang di peroleh berdasarkan
harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor.
. Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
(Siahaan, 2005:142 -143).
NJKB di peroleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu
kendaraan bermotor. Harga pasar umum adalah harga rata - rata yang di
peroleh dar
(ATPM) dan asosiasi penjualan kendaraan bermotor. NJKB di tetapakan
berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan desember tahun
pajak sebelumnya. Jika
bermotor belum di ketahui, NJKB di
berikut ini:
a. Isi silinder yaitu isi ruan
kendaraan bermotor yang ikut menentu
dan atau satuan daya.
d. Merek kendaraan bermotor
e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor
f.
tor tertentu.( Siahaan,
r di atas di sesuaikan dengan
secara relative kadar kerusakan jalan dan
as
jenis penguasaan kendaraan bermotor yaitu, sebesar 1,5% Untuk kendaraan Berat total kendaraan bermotor dan banyak penumpang yang di
izinkan, serta
g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermo
2005 :143)
Walapun demikian faktor – faktor di atas tidak harus semuanya di
gunakan dalam menghitung NJKB. fakto
kondisi daerah yang memberlakukan PKB tersebut.
Bobot yang mencerminkan
pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor, di hitung
berdasarkan faktor – faktor di bawah ini :
a. Tekanan garder, yang di bedakan atas jumlah sumbu atau as,roda dan
berat kendaran bermotor.
b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang di bedakan antara lain at
solar, bensin, gas, listrik atau tenaga surya.
c. Jenis penggunaan, tahun pembuatan dan ciri – ciri mesin dari
kendaraan bermotor yang di bedakan antara lain atas jenis mesin yang
dua tak, atau 4 tak, dan ciri – ciri mesin yang 1000 cc atau 2000 cc.
Tarif pajak kendaraan bermotor di tetapakan dengan Peraturan daerah,
propinsi, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pasal 5 tarif
bukan umum, 1% untuk kendaraan bermotor umum yaitu kendaraan yang di
sediakan untuk di pergunakan oleh umum dengan di pungut pembayaran
dan, 0,5% untuk kendaraan bermotor di hitung dengan mengalikan tarif
n dasar pengenaan pajaknya. (Siahaan, 2005
: 143
-2.4. J
k pajak kendaraan
bermoto
pajak kendaraan bermotor denga
145).
umlah Kendaraan Bermotor
Jumlah Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan yang beroda
dua atau lebih, beserta gandenganya yang di gunakan di semua jenis jalan
darat dan di gerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan
lainnya, yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat
– alat yang besar yang bergerak. Pengertian alat – alat berat dan alat – alat
besar yang bergerak adalah alat yang dapat bergerak atau berpindah tempat
dan tidak melekat hanya permanen. Dimana subye
r adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau yang
menguasai kendaraan bermotor. Obyek pajak kendaraan bermotor adalah
kepemilikan atau yang menguasai kendaraan bermotor.
Penggenaan pajak kendaaraan bermotor tidak mutlak pada seluruh
daerah propinsi Indonesia. Hal ini di berikan dengan kewewenangan yang di
berikan kepada pemerintah propinsi untuk mengenakan atau tidak
mengenakan suatu jenis pajak propinsi.Untuk dapat dipungut pada suatu
peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor yang akan menjadi
landasan hukum operasional dan teknis pelaksanaan pengenaan dan
pemungutan pajak kendaraan bermotor di daerah propinsi yang
bersangkutan. Dimana subyek pajak kendaraan bermotor adalah orang
di pungut berdasarkan hukum yang jelas
atas
daerah propinsi yang mengatur tentang pajak kendaraan
ya pada poin 3 pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasi kendaraan bermotor.
Obyek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor.
Dasar Hukum Pemungutan Pajak kendaraan Bermotor : Pemungutan pajak
kendaraan bermotor di Indonesia
dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait.
Dasar hukum pajak suatu pemungutan pajak kendaraan bermotor suatu
propinsi adalah sebagai berikut :
1. Undang – undang 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan
undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah.
2. Peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah .
3. Peraturan
bermotor. Peraturan daerah ini dapat menyatu, Yaitu satu peraturan
untuk pajak kendaraan bermotor, tetapi dapat juga di buat secara
terpisah.
4. Keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan bermotor
sebagai aturan pelaksananaan peraturan daerah tantang pajak
di atas, keputusan gubernur yang mengatur tentang pajak kendaraan
b
2.5. K
luar neg
gai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya
yang di
ari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurs adalah
pertukar
n
g di perlukan untuk ermotor dapat di buat menyatu, yaitu : satu keputusan gubernur untuk
pajak kendaraan bermotor. (Siahaan,2005: 137 -142 ).
urs
Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang
eri (asing). Kurs tukar ini dipertahankan sama di semua pasar
melalui arbitase.Arbitase valuta asing adalah pembelian mata uang asing
bila harga rendah dan menjual bila mana harga tinggi.(Salvatore,1994:140).
Kurs adalah seba
gunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi
keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank
sentral.(Hady:2001:15).
D
an dua mata uang yang berbeda yang mempunyai ratio atau
perbandingan nilai harga antara kedua mata uang tersebut pada waktu
tertentu.
Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang di
gunakan untuk menilai keteguhan suatu ekonomi. Kurs ini aka
menunjukan banyaknnya uang dalam negeri yan
membeli satu unit valuta asing tertentu dan kurs valuta asing, dapat di
pandang sebagai harga dari sutu mata uang asing.(Sukirno,1995.22 -23).
1. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing
atau bank. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para
.sering terjadi bahwa penerimaan Harga mata hak
ata uang negara, dalam neraca pembayaran.Dengan demikian
kita dapat mengetahui neraca pembayaran sebagai suatu perincian faktor – pedagang valas.
2. Perbedaan kurs yang di akibatkan oleh perdagangan dalam waktu
pembayarannya.
3. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak
pembayaran
pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal,
kursnya lebih tinggi dari pada yang belum terkenal.(Nopirin,
1999:138).
Harga mata uang suatu Negara tergantung pada permintaan dan
penawaran mata uang tersebut, setidaknya kurs valuta asing ditentukan
dalam pasar bebas atau pasar yang tidak punya peraturan. hal ini berati
bahwa, jika mengetahui faktor dalam permintaan dan penawaran mata
uang, kita juga akan mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kurs
valuta asing. Faktor yang meningkat permintaan terhadap mata uang,
cateris paribus, akan meningkatkan nilai kurs mata uang itu, sehingga
menyebabkan mata uang berapresiasi.Begitu pula faktor yang
meningkatkan penawaran mata uang, cateri paribus akan mengurangi nilai
mata uang domestik terhadap mata uang asing, sehingga mata uang
domestik akan terdepresiasi. Karena dijelaskan diperlukan perhatian dalam
faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang. (levi,
1997:105).
Macam – macam kebijakasanaan kurs yang terkait dengan sistem kurs
valuta a
a.
awaran valuta asing berasal dari eksportir dan
aksi kredit neraca pembayaran internasional.
(Nop
b
kan spekulasi yang tak menentu didalam perekonomian. Oleh
egara yang menjalankan suatu kebijaksanaan, sehingga
dia
1.
valuta asing di pasar meningkat. Dengan bertambahnya permintaan dari sing, antara lain :
Sistem Kurs Berubah – Ubah
Dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa
faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
Seperti yang sudah di jelaskan bahwa permintaan valuta asing di perlukan
guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Permintaan
valuta asing ini diturunkan dari trasaksi debit dalam neraca pembayaran
internasional. Sedangkan pen
berasal dari trans
irin.1999 : 147- 148).
. Sistem Kurs Stabil
Pada dasarnya kurs stabil berasal dari kebijakan pemerintah yang
berusaha menstabilkan kurs karena kurs bebas, dapat menimbulkan
berbagai tinda
karena itu banyak n
ntaranya :
Stabilitas Kurs
Kegiatan stabilitas kurs dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut :
pemerintah maka terdensi kurs naik, maka pemerintah akan menjual
valuta asing di pasar, sehingga penawaran valuta asing bertambah dan
apat di cegah.
2.
mas tertentu.
g suatu
kan dengan dasar emas.
3.
aluta asing
dibanding dengan permintaanya. (Nopirin ,1999:150 -154).
2.6. Jumla
kenaikan kurs d
Standar Emas
Suatu Negara dikatakan memakai standar emas apabila :
(a) Nilai mata uangnya dijamin dengan nilai seberat e
(b) Setiap orang boleh membuat serta melebur emas.
(c) Pemerintah sanggup membeli atau menjual emas dalam jumlah
yang tidak terbatas pada harga tertentu (yang sudah di tetapkan
pemerintah).Dalam sisten kurs standar emas, kurs mata uan
negara terhadap negara lain di tentu
Pengawan Devisa (Exchange Control)
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta
asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar
dan melindungi pengaruh depresi dari Negara lain, terutama dalam hal
Negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan v
h Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang – undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan
pembayaran pajak terutang , termasuk pemungutan atau pemotongan pajak
serta orang atau badan yang di berikan kewewenang untuk memungut pajak
dari subyek pajak. Hal ini menunjukan bahwa wajib pajak dapat merupakan
subjek pajak, yang berwewenang untuk memungut pajak dan subjek pajak.
(Siahaa
perti yang di tetapkan dalam peraturan
: 16).
Hak dan Kewajiban Pajak
mor pokok Wajib
ya di tempat – tempat yang di tentukan oleh Di Rektur Jendral
itu kepada kantor inspeksi
ndiri jumlah pajak yang terutang.
empunyai hak untuk menerima tanda bukti syarat n, 2005:56 - 57).
Menurut Dr. Gunadi, Wajib pajak adalah seseorang yang telah
memenuhi kriteria perpajakan se
perpajakan.( Gunadi, 2001
Kewajiban Wajib Pajak :
1. Melaksanakan pendafataran diri untuk mengetahui No
Pajak (NPWP) sebagai tanda identitas diri Wajib Pajak.
2. Mengambil sendiri blangko surat pemberitahuan dan blangko perpajakan
dan lain
Pajak.
3. Wajib Pajak wajib untuk mengisi dengan lengkap, jelas dan benar dan
menandatangani sendiri surat pemberitahuan
pajak di lengkapi dengan lampiran - lampiran.
4. Melakukan pelunasan dan pembayaran pajak.
5. Menetapakan se
Hak Wajib Pajak :
1. Wajib Pajak m
2. Wajib pajak mempunyai hak mengajukan permohonan dan penundaan
penyampaian surat pemberitahuan.
3. Wajib pajak mempunyai hak melakukan pembetulan sendiri
pemberitahuan yang telah dimasukan.
4. Wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan penundaan
dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuan.
5. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan perhitungan kelebihan
batas ketetapan pajak yang
jiban pajak daerah, seseorang
ang belum terbagi oleh salah satu seorang ahli pembayaran, berhak mendapatkan kepastian
terutang.(Soemitro,1992:91 -94).
Wakil Wajib Pajak dan Kuasa Wajib Pajak :
Dalam mejalankan hak dan memenuhi kewa
wajib pajak dapat diwakili pihak tertentu, yaitu dalam hal – hal :
a. Badan oleh pengurus atau kuasanya.
b. Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau badan yang di
bebani untuk melakukan pemberesan.
c. Suatu warisan y
warisnya, pelaksanaan wasiatnya, atau yang mengurus harta
peninggalanya.
d. Anak yang belum dewasa atau orang yang belum berada
pengampuan oleh wali atau pengampuannya.
Ketentuan ini diatur untuk menentukan siapa yang menjadi wakil untuk
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak terhadap badan,
belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan.Bagi wajib pajak
tersebut perlu di tentukan siapa yang menjadi wakil atau kuasanya karena
me
ikan dan meyakinkan kepala
dae
an pelaksanaan penagihan pajak tidak hanya
dilakukan terhadap wajib pajak, tetapi juga terhadap penanggung
5 :57- 59)
2.7. J
ian, sebab yang paling utama mengapa reka tidak dapat atau tidak mungkin melakukan sendiri tindakan hukum
tersebut.
Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran
pajak yang terhutang, kecuali dapat membukt
rah bahwa mereka dalam kedudukan benar –benar tidak mungkin untuk
di bebani tanggung jawab atas pajak terutang.
Wakil wajib pajak bertanggung jawab atas pembayaran pajak daerah
yang terutang sehingga wakil wajib pajak disebut sebagai penangung pajak.
Pemungutan pajak sampai deng
pajak.(Siahaan, 200
umlah Penduduk
Diluar ilmu ekonomi , maka cabang ilmu pengetahuan yang paling
banyak menarik perhatian ahli ekonomi adalah ilmu tentang kependudukan.
Ketertarikan para ahli ilmu ekonomi terhadap masalah kependudukan
karena penduduk itulah yang melakukan produksi maupun konsumsi.
Penduduk itulah subyek ekonomi, jumlah serta mutu (kuantitas serta
kualitas) penduduk suatu negeri merupakan unsure penentu yang paling
penting bagi kemampuan memproduksi serta standar hidup (living standart)
pendudu
merupakan unsur
penentu
pada batasnya, dan tidak
kurang,
k ini merupakan sumber tenaga kerja, human resources, disamping
itu jugafactor produksi skill.
Hal ini juga dikarenakan penduduk itulah yang menjadi subjek
ekonomi, maka penduduklah yang akan dapat menentukan perkembangan
perekonomian suatu negara atau daerah menjadi lebih baik atau menjadi
lebih buruk,serta mutu penduduk suatu negara atau
, yang paling penting bagi kemampuan memproduksi serta standar
hidup suatu negara atau daerah. (Rosyidi,2004:87 - 88)
Teori Penduduk Menurut Malthus dan Teori Upah : Apabila para
pekerja menerima upah yang baik,sehingga mereka merasa bahwa upah
mereka lebih dari sekedar cukup untuk hidup, maka mereka tidak akan ragu
untuk menambah jumlah anak – anak mereka. Jumlah ini, secara
keseluruhan akan meningkat terus sehingga akhirnya kemampuan untuk
memberi kecukupan kepada anak –anak sampai ke
yang tidak sampai lagi mencukupi nafkah keluargannya sekalipun
untuk kebutuhan minimal saja.(Rosyidi,2004:88).
Pertumbuhan penduduk adalah merupakan ke seimbangan yang di
namis antara kekuatan yang menambah dan kekutan yang mengurangi
jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk di akibatkan oleh empat
komponen yaitu : kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar.
Apabila suatu daerah di huni oleh sejumlah penduduk maka segera
timbulah masalah – masalah kependudukan di dalamnya. Sebab karena
sedangkan daerah itu tergantung pada sumber–sumber yang dikandungnnya
dan harus memenuhi kebutuhan pendududuknya. Dan sebaliknya, apabila
suatu daerah menderita over population, maka penduduk dapat
memanfaatkan tanah ataupun modalnya seefisien mungkin, namun dengan
demikian karena penduduk terlalu banyak maka hasil yang diterima setiap
orang pun akan menjadi sangat kecil. Yang dimaksud dengan maximum
population adalah jumlah penduduk maksimum yang dapat di hidupi oleh
suatu daerah tertentu, menurut tingkat hidup yang berlaku di daerah
tersebut serta kebutuhan akan barang – barang primer secara
minimal.Keadaan optimum population adalah batas antara overpopulation:
jumlah penduduk yang kurang dari optimum adalah under population,
sedangkan jumlah penduduk yang melebihinya adalah over population.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila jumlah
penduduk bertambah hingga melewati atau melebihi kapasitas penduduk,
maka itu berati tingkat maxsimum sudah terlewati, dan daerah itu tidah
dapat lagi menjamin atau mencukupi kebutuhan pendudunya sekalipun
hanya kebutuhan minimalnya. (2004: 87-91).
Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan
usaha untuk membangun suatu perekonomian, dalam usaha untuk
meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk
memegang peranan yang penting karena penduduk merupakan tenaga kerja,
tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan