• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI DIABETES MELLITUS DI KLINIK DIABETES MELLITUS TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI DIABETES MELLITUS DI KLINIK DIABETES MELLITUS TAHUN 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ULKUS KAKI

DIABETES MELLITUS DI KLINIK DIABETES MELLITUS TAHUN 2015

Neli Husniawati1

1

Progam Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Jakarta Timur, Indonesia

Alamat Korespondensi:

Program studi Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas MH.Thamrin Jl.Raya Pondok Gede No.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur

ABSTRAK

Komplikasi yang disebabkan oleh diabetes mellitus selain mikrovaskuler dan makrovaskuler adalah terjadinya neuropati. Sekitar 60%-70% diabetes mengalami komplikasi neuropati tingkat ringan sampai berat, yang berakibat pada hilangnya sensori dan kerusakan ekstremitas bawah. Angka kematian akibat ulkus kaki yang di berkisar 17-23%, sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Sementara angka kematian 1 tahun post amputasi berkisar 14,8%. Jumlah itu meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang berhubungan terjadinya ulkus kaki diabetikum. Penelitian ini menggunakan metode Crossectional . Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 65 terdiri dari 37 ulkus kaki diabetik dan 28 responden tidak ulkus kaki diabetik. Hasil analisa bivariat diperoleh bahwa variabel lama menderita diabetes mellitus dengan kejadian ulkus kaki (p-value= 0,026), perawatan kaki tidak teratur (p value= 0,003) dan penggunaan alas kaki tidak tepat (p value= 0,017) merupakan faktor yang mengakibatkan terjadinya ulkus kaki diabetikum, sedangkan usia (p value= 0,887) dan jenis kelamin (p value 0,447) tidak mengakibatkan terjadinya ulkus kaki diabetikum. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa faktor ulkus diabetikum ada hubungannya dengan lama menderita diabetes mellitus ≥ 10 tahun, perawatan kaki tidak teratur dan penggunaan alas kaki tidak tepat.

Kata Kunci : Ulkus Diabetikum, Diabetes Mellitus, Komplikasi DM

PENDAHULUAN

Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Awad , 2013). Menurut International Diabetes Federation (IDF) (2014), prevalensi angka kejadian diabetes mellitus didunia adalah sebanyak 387 juta jiwa dan pada tahun 2035 akan bertambah sebanyak 529 juta jiwa meningkat sebesar 53%.

Komplikasi yang sering terjadi apabila diabetes mellitus tidak terkendali dan tidak ditangani dengan baik adalah timbulnya berbagai penyakit penyerta pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, dan sistem saraf. Berbagai penyakit yang dapat timbul akibat diabetes mellitus yang tidak terkontrol antara lain: neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. Untuk itu perlu kerjasama yang baik antara pasien, keluarga, masyarakat dan juga petugas kesehatan dalam menangani dan mengelola penderita diabetes mellitus (Mihardja, 2009).

Soewondo, dkk (2010) menyatakan bahwa 1785 pasien diabetes mellitus di Indonesia mengalami komplikasi neuropati sebanyak 63,5%, retinopati diabetes sebanyak 42%, dan nefropati sebanyak 7,3%, sedangkan pasien yang mengalami komplikasi makrovaskuler sebanyak 16% dan komplikasi mikrovaskuler sebanyak 27,6%. Penelitian lain menenmukan bahwa sekitar

60%-70% diabetes mengalami komplikasi neuropati tingkat ringan sampai berat, yang akan berakibat pada hilangnya sensori dan kerusakan ekstremitas bawah (National Diabetes Programme Clinical, 2011).

Alexiadou (2012) menyatakan bahwa ulkus kaki diabetik adalah kaki pada pasien dengan diabetes mellitus yang mengalami perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vaskular perifer dengan derajat bervariasi atau komplikasi metabolik dari diabetes pada ekstrimitas bawah. Kasus ulkus kaki dan gangren diabetik merupakan kasus yang paling banyak di rumah sakit. Angka kematian akibat ulkus kaki yang di jelaskan oleh Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (2011) berkisar 17-23%, sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Sementara angka kematian 1 tahun post amputasi berkisar 14,8%. Jumlah tersebut meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Rata-rata umur pasien hanya berumur 23,8 bulan pasca amputasi.

(2)

Healthy Enthusia(2014) menyatakan bahwa faktor-faktor resiko yang menyebabkan ulkus kaki diabetik yang lebih lanjut disebabkan oleh umur lebih dari 60 tahun, diabetes mellitus yang sudah lebih dari 10 tahun, obesitas, hypertensi, neuropati, glikolisasi hemoglobin, kolesterol total, kebiasaan merokok, ketidakpatuhan diet diabetes mellitus, pengobatan tidak teratur, kurangnya aktivitas fisik, perawatan kaki tidak teratur, penggunaan alas kaki yang tidak tepat.

Hasil penelitian yang dilakukan Fauziyah (2012) di RSUD DR. Moewardi responden dengan usia 41-50 tahun sebanyak 13%, responden berusia 51-60 tahun dan responden dengan usia >60 tahun sebanyak 20,4%. Seperti kita ketahui, lanjut usia biasanya memiliki keterbatasan gerak, penglihatan yang buruk, dan masalah penyakit yang lain. Usia lanjut berkaitan dengan terjadinya kaki diabetik sangat tinggi karena pada usia ini, fungsi tubuh secara fisiologis menurun.

Frykberb (2006) menjelaskan bahwa hasil penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita ulkus diabetika pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda < 55 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin prevelansi ulkus kaki sebesar 75% dari 132 orang (Manda, dkk, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanti pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat 64,7% responden berjenis kelamin perempuan yang menderita diabetes melitus dibandingkan jenis kelamin laki- laki.

Semakin lama seseorang mengalami diabetes mellitus, maka ia akan lebih beresiko mengalami komplikasi. Menurut Hastuti (2008) penelitian pada 36 orang terdapat 75% pasien menderita diabetes mellitus selama >10 tahun. Ulkus berulang yang terjadi pada diabetes mellitus dengan lokasi yang sama dari ulkus sebelumnya sebesar 43,2% dari 37 orang, sedangkan ulkus berulang dengan lokasi yang berbeda sebesar 4,5 dari 44 orang (Petters, dkk, 2007).

Ulkus kaki diabetik dapat terjadi jika perawatan kaki tidak di lakukan secara benar dan tidak memperhatikan alas kaki yang digunakan sudah tepat

atau belum. Hasil penelitian yang dilakukan Hastuti (2008) menunjukn 88,9% dari 36 orang melakukan perawatan kaki tidak teratur. Hastuti (2008) menyatakan penggunaan alas kaki tidak tepat dapat menyumbangkan terjadinya ulkus diabetik sebesar 99,9%.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetes Mellitus Di Klinik Diabetes Mellitus.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif menggunakan desain crossectional. Jumlah responden sebanyak 65 dari Klinik Rumat dan Klinik Moist dengan reponden menderita diabetes mellitus tanpa ulkus kaki diabetikum dan penderita diabetes mellitus dengan ulkus kaki diabetikum yang diperoleh dari total sampling.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien Klinik Rumat dan Klinik Moist yang menderita diabetes mellitus tanpa ulkus kaki dan dengan ulkus kaki diabetikum serta bersedia menjadi responden.

HASIL

Karakteristik Responden

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan ulkus kaki diabetikum sebanyak 56,9% lebih tinggi dibandingkan dengan tidak ada ulkus kaki. Responden berdasarkan pada usia >60 tahun sebanyak 50,8% lebih tinggi dibandingkan dengan usia 40-60 tahun. Proporsi responden perempuan (53,8%) lebih tinggi dari pada laki-laki (46,2%). Lama menderita diabetes mellitus kurang dari 10 tahun sebanyak 35 responden (53,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan ≥10 tahun. Responden masih banyak yang tidak teratur melakukan perawatan kaki yaitu sebanyak 47 responden (72,3%) dibandingkan dengan perawatan kaki secara teratur. Rata-rata responden yang menggunakan alas kaki masih banyak yang belum tepat yaitu sebesar 48 responden (73,8%) lebih tinggi dari penggunaan alas kaki secara tepat

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Ulkus Kaki Diabetikum, Usia, Jenis Kelamin, Lama Menderita Diabetes Mellitus, Perawat Kaki dan Penggunaan Alas Kaki Di Klinik Rumat dan Klinik Moist Tahun 2015

VARIABEL JUMLAH PERSENTASE(%)

Ulkus Kaki Diabetikum

Ada Ulkus 37 56,9

Tidak Ada Ulkus 28 43,1

Usia

40-60 tahun 32 49,2

>60 tahun 33 50,8

Jenis Kelamin

Laki-laki 30 46,2

Perempuan 35 53,8

Lama Menderita Diabetes Mellitus

<10 tahun 35 53,8

≥ 10 tahun 30 46,2

Perawatan Kaki

Tidak Teratur 47 72,3

Teratur 18 27,7

Penggunaan Alas

Tidak Tepat 48 73,8

(3)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetes Mellitus

Hasil statistik dari tabel 2 menunjukan bahwa 59,4% dari variabel responden yang berusia 40-60 tahun mengalami ulkus kaki diabetikum. Hasil uji statistik diperoleh pula p value 0,887 (α ≤ 0,05), artinya tidak ada hubungan antara variabel usia dengan kejadian ulkus kaki diabetikum.

Jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ulkus kaki diabetikum (p value 0,475). Lama klien menderita diabetes mellitus > 10 tahun mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ulkus kaki diabetes mellitus dengan p value 0,026. Jika dilihat dari keeratan hubungan menunjukan nilai Odd Ratio (OR) 0,273 yang berarti responden yang lama menderita diabetes mellitus ≥10 tahun beresiko 5x terjadinya ulkus kaki diabetikum dibandingkan dengan lama menderita diabetes mellitus < dari 10 tahun.

Enam puluh delapan persen (68%) responden yang melakukan perawatan kaki tidak teratur mengalami ulkus kaki diabetikum, dengan p value 0,003 (α ≤ 0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara perawatan kaki dengan terjadinya ulkus kaki diabetikum. Berdasarkan analisis keeratan hubungan, menunjukan nilai Odd Ratio (OR) 8,500 berarti responden yang tidak melakukan perawatan kaki tidak teratur beresiko 8 kali terjadinya ulkus kaki diabetikum dibandingkan dengan responden yang teratur melakukan perawatan kaki.

Responden yang menggunaan alas kaki yang tidak tepat, 67,4% mengalami ulkus kaki diabetikum, dengan p value 0,017 (α ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan alas kaki dengan terjadinya ulkus kaki diabetikum. Hasil analisis keeratan hubungan menunjukan nilai Odd Ratio (OR) 4,478 berarti responden yang menggunakan alas kaki yang tidak tepat beresiko 4 kali terjadinya ulkus kaki diabetikum dibandingkan dengan responden yang menggunakan alas kaki yang tepat.

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetikum Di Klinik Rumat dan Klinik Moist Tahun 2015 (n=65)

PEMBAHASAN

Hubungan Usia Dengan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetikum

Hasil penelitian, didapatkan bahwa usia dari responden yang menderita ulkus kaki diabetikum sebanyak 59,4% yang berusia 40-60 tahun dan 54,5% responden berusia ≥ 60 tahun. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p= 0,887,berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian ulkus diabetik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukatemin (2013) yang menunjukkantidakadahubungan yang bermakna (p= 0,443).

Umur ≥ 60 tahun menurut Lestari (2013) berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.

Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2014) pada 72 responden terdapat 58,3% yang berusia >56-65 tahun menderita ulkus kaki diabetikum dan akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi organ tubuh, terutama gangguan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin. Namun faktor usia bukanlah faktor utama terjadinya ulkus diabetikum karena apabila responden dapat melakukan penatalaksanaan diabetes melitus dengan baik dan memahami tentang penyebab dari terjadinya ulkus kaki diabetikum maka risiko terjadinya komplikasi dapat terminimalisir.

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetikum

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden pada kelompok ulkus kaki lebih banyak laki-laki 63,3% dibandingkan perempuan 51,4%.

Variabel

Kejadian Ulkus Kaki Diabetik

TOTAL

P OR

Ada Tidak Ada Value 95% CI

n % n % N %

Usia

40-60 tahun 19 59,4 13 41 32 100

0,887 1,218

>60 tahun 18 54,5 15 46 33 100 (0,456-3,256)

Jenis Kelamin

Laki-laki 19 63,3 11 37 30 100

0,475 1,631

Perempuan 18 51,4 17 49 35 100 (0,603-4,414)

Lama Menderita DM

< 10 Tahun 15 42,9 20 57 35 100

0,26 0,273

≥ 10 Tahun 22 73,3 8 27 30 100 (0,095-0,780)

Perawatan Kaki

Tidak Tepat 34 68 16 32 50 100

0,003 8.500

Tepat 3 20 12 80 14 100 (2,101-34,391)

Penggunaan Alas Kaki

Tidak Tepat 31 67,4 15 33 46 100

0,017 4,478

Tepat 6 31,6 13 68 19 100 (1,422-14,100)

(4)

Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p= 0,475, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ulkus diabetik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukatemin (2013) diperoleh P Value 0,968 (p <0,05), tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan ulkus kaki diabetikum.

Hasil penelitian dari uji statistik tidak sejalan dengan banyak penelitian lain dan teori-teori yang telah diungkap di atas, karena sebagian responden laki-laki tidak melakukan perawatan kaki sedangkan responden wanita melakukan perawatan kaki. Responden laki-laki memiliki kebiasaan tidak melakukan latihan fisik dikarena kesibukannya bekerja serta kurangnya kesadaran untuk melakukan olahraga berbeda dengan responden wanita yang melakukan aktifitas fisik walaupun tidak dilakukan secara rutin. Pada penelitian yang dilakukan Wicaksono (2011) menunjukan aktivitas olahraga < 3 kali /minggu selama 30 menit menunjukkan risiko menderita DM lebih tinggi dari pada aktivitas olah raga yang rutin dengan nilai p = 0,038 dan odds ratio 3,00, hal ini menunjukan bahwa orang yang kurangolahraga memiliki risiko 3 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang cukup olahraga dan secara statistik berhubngan antara latihan fisik dengan diabetes mellitus.

Peneliti menyimpulkan jika jenis kelamin bukan faktor penyebab ulkus, karena jika responden yang melakukan perawatan kaki dan melakukan aktivitas fisik maka kadar glukosa darah akan terkendali sehingga komplikasi kronik yang disebabkan oleh diabetes mellitus akan berkurang. Maka peneliti menganjurkan agar responden yang terdiagnosa diabetes mellitus agar selalu melakukan perawatan kaki serta melakukan aktivitas fisik (olahraga) demi mencegah terjadinya komplikasi yang di sebabkan oleh diabetes mellitus yaitu ulkus kaki diabetikum.

Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Dengan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetikum

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa lama diabetes mellitus dengan kejadian ulkus diperoleh 73,3% dengan lama menderita diabetes mellitus ≥10 tahun. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p= 0,026, berarti ada hubungan yang bermakna antara lama menderita diabetes mellitus ≥10 tahun dengan kejadian ulkus diabetik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara neuropati sensorik dengan kejadian ulkus diabetikum p= 0,018. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hastuti (2008) menunjukan lama menderita diabetes mellitus merupakan faktor terjadinya ulkus kaki yaitu lama menderita diabetes ≥ 10 tahun memiliki resiko terjadinya ulkus kaki sebesar 6 kali lebih besar dibandingkan dengan <5 tahun.

Hastuti (2008) menyatakan penderita Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih apabila

kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopoti yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidak dirasakan. Smeltzer & Bare (2001) menambahkan bahwa prevalensi neuropati meningkat bersamaan dengan pertambahan usia dan lamanya penyakit, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa semakin lamanya seseorang didiagnosa diabetes melitus maka semakin berisiko terhadap terjadinya komplikasi sehingga apabila diabetes melitus tidak terkontrol dengan baik, maka kemungkinan terjadinya komplikasi berupa ulkus diabetikum dapat terjadi.

Hubungan Perawatan Kaki Dengan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetikum

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perawatan kaki tidak teratur dengan kejadian ulkus kaki diperoleh 76,9% yang melakukan perawatan kaki secara tidak teratur. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p= 0,003, berarti ada hubungan yang bermakna antara perawatan kaki tidak teratur dengan kejadian ulkus diabetik.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2014) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perawatan kaki mandiri dengan risiko ulkus diabetes dengan p=0,000 (p<0,05),

Aryanti (2012) menyatakan perawatan kaki mandiri yang baik berpeluang mengurangi resiko terjadinya ulkus kaki diabetikum sebesar 11,3 kali dibandingkan dengan perawatan kaki yang buruk. Hal ini menguatkan pernyataan bahwa jika seseorang terkena diabetes perawatan kaki sangatlah penting untuk dilakukan karena perawatan kaki yang buruk akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius yang akan berdampak pada amputasi.

Perawatan kaki secara teratur pada penderita diabetes melitus sangat bermanfaat, selain menjaga kebersihan kaki guna mencegah terjadinya infeksi bakteri dan jamur, perawatan kaki juga bermanfaat untuk mengetahui lebih dini terhadap kalainan- kelainan yang muncul pada kaki.

Hubungan Penggunaan Alas Kaki Dengan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetikum

Berdasarkan hasil penelitian diketahui penggunaan alas kaki tidak tepat dengan terjadinya ulkus kaki terdapat 67,4% tidak menggunaan alas kaki secara tepat. Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p= 0,017, berarti ada hubungan yang bermakna antara penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferawati (2014) didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara penggunaan alas kaki yang tidak tepat terhadap terjadinya ulkus diabetikum.

(5)

alas kaki, karena penderita diabetes sangat rentan terhadap terjadinya trauma yang mengakibatkan ulkus diabetikum, terutama pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang, sehingga penderita diabetes tidak dapat menyadari secara cepat bahwa kakinya tertusuk benda tajam dan terluka.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Faktor yang berhubungan dengan terjadinya ulkus diabetikum adalah lama diabetes mellitus ≥10 tahun (p= 0,026), perawatan kaki tidak teratur (p= 0,003) dan penggunaan alas kaki yang tidak tepat (p= 0,017). Faktor yang tidak berhubungan dengan terjadi ulkus diabetikum adalah usia responden (p= 0,887) dan jenis kelamin (p= 0,473).

2. Saran

a. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pelayanan kesehatan sebagai acuan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam tindakan pencegahan terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tanpa ulkus dan pada pasien diabetes melitus dengan ulkus untuk mencegah terjadinya ulkus berulang seperti menggunakan alas kaki yang tepat, perawatan kaki teratur dengan cara meningkatkan komunikasi, informasi, tentang faktor risiko ulkus diabetikum pada penderita diabetes mellitus melalui tenaga medis, paramedis, kader kesehatan dan masyarakat. Melakukan screening test pada pasien menderita diabetes mellitus untuk mengetahui seberapa besar resiko untuk terjadinya ulkus serta mengedakan program cek kesehatan kaki secara berkala. Mengutaman kesterilisasi saat melakukan pergantian perbab serta mengajarkan pasien untuk melakukan secara mandiri.

b. Bagi Masyarakat

1) Meningkatkan informasi tentang pencegahan berbagai macam faktor risiko kejadian ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus.

2) Penderita ulkus mematuhi pendidikan kesehatan yang telah diberikan oleh pelayanan kesehatan dan mencegah terjadinya berbagai komplikasi.

3) Keluarga pasien penderita diabetes mellitus mampu memberi dukungan semangat serta mampu melakukan perawatan luka secara benar dan baik. 4) Melaksanakan pencegahan terhadap kejadian ulkus

diabetika seperti melaksanakan regular check up (kontrol kesehatan dan laboratorium secara teratur), melakukan olahraga, melaksanakan perawatan kaki secara teratur dan menggunakan alas kaki yang tepat.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya, selain itu penelitian ini dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar , serta perlu adanya penelitian lebih

lanjut tentang faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dapat pula menambahkan aspek dukungan keluarga dan kebiasaan aktivitas responden dalam berolahraga untuk mengetahui determinanyang paling mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum.

DAFTAR PUSTAKA

Alexiadou K, Doupis J.(2012). Management of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Ther.

Armstrong, D. G., SA, B., GD, V., & RW, V. D. (2008). The effectiveness of footwear and offloading interventions to prevent and heal foot ulcers and reduce plantar pressure in diabetes: a systematic review. Diabetes Metabolism Resarch and reviews, 24.

Aryanti, (2012). Hubungan Perawatan Kaki dengan Resiko Ulkus Kaki Diabetes di RS. PKU Muhammadiyah Yogyarta. FKUI

Awad N, Langi YA, Pandelaki K. (2013). Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unsrat RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011. Jurnal e-Biomedik (eBM).

Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan. Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta: Trans Info Media

Fauziah, Nida F. (2012). Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di Rsud Dr. Moewardi. Skripsi. Jakarta. Universitas Indonesia

Ferawati, Ira. (2014). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi. Purwokerto. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Frygberk, R.G., Armstrong, D.G., Driver, V.R., Gurini, J.M., Kravitzs, S.R., Vanore, J.V., (2006) Diabetic Foot Dirsolder A Clinical Practice Guidelines. The Journal Foot & Ankle Surgery. 45, 5 An Official Publication of the America Collage of Foot and Ankle Surgeons.

(6)

Healthyenthusi. (2014). Diabetic Foot Ulcer. Diperoleh

20 Maret 2015, dari

http://www.healthyenthusiast.com/diabetik-foot-ulcer.html

International Diabetes Federation (IDF).(2014). Diabetes Atlas. Diperoleh tanggal 22 April 2015, dari http://www.idf.org/sites/default/files/attachments /2014-11-13-IDF-Diabetes-Atlas-rv.pptx

Kurniawan, V.E. (2011). Pengaruh konseling terhadap penetahuan, sikap dan perilaku penderita diabetes mellitus tentang perawatan kaki di wilayah kerja puskesmas kabuh jombang. Tesis. Surakarta: Universitas sebelas maret surakarta.

Lestari, Meilani Ayu. (2013). Gambaran Distribusi Faktor Risiko Pada Penderita Ulkus Diabetika Di Klinik Kitamura Pku Muhammadiyah Pontianak. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak

Manda, V., Sreedharan, J., Muttappallymyalil, J., Das, R., Hisamatsu, E. (2012). Foot Ulcer and Risk Factors among diabetic Patients Visiting Surgery departyment in a University Teaching hospital In Ajman. International Journal of Medicine and Public Health. 2,3, Juli-September.

Mihardja L.(2009) Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia: Majalah Kedokteran Indonesia.

National Diabetes Programme Clinical Strategy and Programmes Directorate. (2011). Model of Care for The Diabetic Foot. National Diabetic Programme Working Group, Healt Service Executive.

NHS. (2012). Complication of Amputation. NHS Choice Your Health. Diperoleh tanggal 18 Maret 2015, dari

http://www.nhs.uk/condition/amputation/pages/c omplication.aspx

Petters, E.J.G., Armstrong, D.G., Livery, L.A. (2007). Risk Factors for Recurrent Diabetic Foot Ulcers, Diabetes Care, 30, 8, 2077-2079

Purwanti, O.S. (2013). Analisis Faktor- Faktor Risiko Terjadi Ulkus Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Dr.Moewardi. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia

Pusat Data dan Informasi Persi. (2011). Deteksi Diabetes dari Kelainan Kaki. Diperoleh tanggal 20 Maret

2015, dari

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid= 5&catid=23&nid=623

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddarth (Vol. 2). Jakarta: EGC.

Soewondo,P. Soegondo,S. Suastika,K. Pranoto,A. Soeatmaji,D.W. Tjokroprawiro,A. (2010). The DiabCare Asia 2008 Study - Outcome On Control And Complication Of Type 2 Diabeteic Patients In Indonesia: Medical Jurnal Indonesia.

Sukatemin. (2013). Kajian Hubungan Nilai HbA1C, Hiperglikemia, Dislipidemia Dan Status Vaskuler (Berdasarkan Pemeriksaan Ankle Brachial Index/ABI. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tayyar,s.s.(2007). The Importance of Plantar Pleassure Measurements and Appropriate Footwear for Diabetic Patient: King Sud University.

Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus: Mekanisme Dasar dan Pengolahannya yang Rasional, dalam S. Soegondo., P. Soewondo., & Subekti. Penatalksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FK UI

Gambar

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Ulkus Kaki Diabetikum, Usia, Jenis Kelamin, Lama Menderita Diabetes Mellitus,
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik (Online) dapat mempermudah dan mempercepat Pendaftaran Jaminan Fidusia sehingga memberikan kepastian hukum bagi para

Perbandingan urutan nukleotida antara CRS dengan hasil sekuensing klon G10 dan G18 serta sampel G1, G2, dan G3, bertujuan untuk menganalisis adanya heteroplasmi sebagai penyebab

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan intensi anti korupsi. Semakin tinggi tingkat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan formula khitosan-asap cair dalam membantu inovasi waktu pemeraman dengan penetrasinya melewati pori-pori kulit

Apabila butir a dan b dipenuhi dapat dilakukan restorasi ekosistem dengan pola penunjang suksesi alam. Jumlah tumbuhan berkayu jenis asli 30% dibandingkan jumlah jenis pada

Pada Tabel 2 tampak bahwa pada kondisi salinitas 0% pemberian berbagai macam inokulum FMA memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap akumulasi prolin

(2) Tarif Jasa Layanan Pendidikan Program Diploma Keuangan Non Reguler untuk Pendidikan dengan Pola Kontraktual atau Penugasan Individual yang dilaksanakan di kampus

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD 1 Jepang Mejobo Kudus dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran example non