HUBUNGAN JENIS KELAMIN, PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN GURU DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SD NEGERI 25 BEGORI KECAMATAN SERAWAI KABUPATEN SINTANG
Correlation of Sex, Knowledge, Attitude and Role of Teacher with Behavior And Healthy Living on Students Of Elementary school
Hendrikus Nara Kwureh
Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang
Abstrak. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaruan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik termasuk kebiasaan hidup sehat. Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan berpotensi sebagai agent of change untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai. Tujuan penelitian untuk mempelajari dan menjelaskan hubungan jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan peran guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD Negeri 25 Begori Kecamtan Serawai Kabupaten Sintang tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian menggunakantotal samplingyaitu siswa kelas empat, lima, dan enam sebanyak 120 siswa. Pengumpulan data menggunakan angket.Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 77 (64.2%) siswa yang baik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Hasil analisis bivariat ditemukan bahwa variabel – variabel yang berhubungan signifikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat adalah variabel jenis kelamin dengan p value= 0.000, variabel pengetahuan dengan p value= 0.048, variabel sikap dengan p value = 0.002 dan peran guru dengan p value = 0.002 Kata kunci:PHBS, Siwa
Abstract. School children are highly susceptible group to accept the changes or updates. At this stage the child in a state sensitive to stimulus so easily guided, directed and instilled good habits including healthy living habits. School age is the golden age for instilling the values of PHBs and potential as agents of change to promote health behavior, both in the school environment, family, and
society. The state of health of school children will greatly affect the achievement of learning achieved. The aim of research to study and explain the relationship of gender, knowledge, attitudes and behavior of the teacher's role with a clean and healthy living in students of SD Negeri 25 Begori Kecamtan Serawai Sintang 2015. This study is a quantitative research with cross sectional design. The research sample using a total sampling is a fourth grader, five and six, as many as 120 students. Collecting data using angket.Pengolahan data using univariate and bivariate analysis. The results were obtained by 77 (64.2%) of students in both the clean and healthy living behavior. Based on bivariate analysis found that variables -variables significantly associated with behavior of clean and healthy is the gender variable with p value = 0.000, variable knowledge with p value = 0048, attitudinal variables with p value = 0.002 and the role of teacherswith p value = 0.002
Keywords:PHBS, Students
Pendahuluan
Anak usia sekolah dasar adalah
kelompok anak yang berumur 6-12
tahun. Anak usia sekolah dasar
merupakan kelompok usia yang rentan.
Kelompok usia ini rawan terserang
gangguan berbagai penyakit. Daya
tahan tubuh anak-anak di masa sekolah
masih belum sebaik daya tahan tubuh
orang dewasa. Menurut data badan
pusat statistik (BPS) Indonesia jumlah
penduduk pada kelompok usia
juta jiwa, dan semuanya rentan
terhadap masalah kesehatan (Profil
Anak Indonesia, 2012)
Anak sekolah merupakan
kelompok yang sangat peka untuk
menerima perubahan atau pembaruan,
karena kelompok anak sekolah sedang
berada dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan. Pada taraf ini anak
dalam kondisi peka terhadap stimulus
sehingga mudah dibimbing, diarahkan
dan ditanamkan kebiasan-kebiasaan
yang baik termasuk kebiasaan hidup
sehat. (Notoadmodjo, 2010)
Sekolah adalah sebagai
perpanjangan tangan keluarga dalam
meletakkan dasar perilaku, termasuk
perilaku kesehatan. Sekolah
merupakan lembaga yang dengan
sengaja didirikan untuk membina dan
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, baik fisik, mental, moral,
maupun intelektual. (Notoadmodjo,
2010)
Peningkatan kualitas hidup anak
salah satunya ditentukan oleh
penanaman perilaku kesehatan anak
sejak dini. Perilaku anak sekolah
sangat bervariasi. Bila tidak dikenali
dan ditangani sejak dini, gangguan
kesehatan ini akan mempengaruhi
prestasi belajar dan masa depan anak.
Perilaku kesehatan merupakan suatu
respon seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, minuman, dan
lingkungan (Hendra, 2007).
Beberapa kebiasaan anak yang
bisa mempengaruhi perilaku kesehatan
pada anak khususnya di sekolah yaitu
pola sarapan anak, kebiasaan mencuci
tangan, kebersihan telinga, kebersihan
kulit, kebersihan kuku, kebersihan
rambut, mandi dan juga kebiasaan
anak-anak untuk jajan di tempat
sembarangan dengan jajanan yang
rata-rata tidak sehat untuk dikonsumsi oleh
anak-anak. Anak dalam usia sekolah
disebut sebagai masa intelektual,
dimana anak mulai belajar berpikir
secara konkrit dan rasional. Tugas anak
dalam usia sekolah adalah belajar
mengembangkan kebiasaan untuk
memelihara badan meliputi kesehatan
dan kebersihan diri, serta terdapat
adanya hubungan positif yang tinggi
antara jasmani dan prestasi dimana
apabila tubuh anak sehat maka banyak
prestasi belajar yang diraihnya (Yusuf,
2011).
Melihat banyaknya
kebiasaan-kebiasaan anak yang dapat
mempengaruhi kesehatannya maka
perlu dilakukan suatu pendidikan
tentang perilaku hidup bersih dan
sehat. Haryadi (2007), menjelaskan
(PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktekan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan
bertujuan menjadikan seseorang
mampu menolong diri sendiri dibidang
kesehatan. Selain itu bertujuan
mendorong seseorang untuk berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan
khususnya kesehatan jasmani atau
kesehatan tubuh dalam rangka
mewujudkan lingkungan hidup yang
sehat dilaksanakan pengembangan
sistem kesehatan.
Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di sekolah merupakan upaya
untuk memberdayakan siswa, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS dan berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Manfaat PHBS di sekolah bagi siswa
adalah dapat meningkatkan derajat
kesehatan siswa. Dengan
meningkatnya derajat kesehatan siswa
diharapkan dapat memberikan dampak
positif bagi siswa, seperti
meningkatkan semangat belajar,
meningkatkan produktivitas belajar,
dan menurunkan angka absensi karena
sakit. (Depkes RI, 2007)
Terdapat delapan indikator yang
dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS di sekolah, yaitu: Mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan
menggunakan sabun, Mengkonsumsi
jajanan sehat di kantin sekolah,
Menggunakan jamban yang bersih dan
sehat, Olahraga yang teratur dan
terukur, Memberantas jentik nyamuk,
Tidak merokok di sekolah, Menimbang
berat badan dan mengukur tinggi
badan setiap 6 bulan, dan Membuang
sampah pada tempatnya. (Depkes RI,
2007)
Saat ini kebiasaan PHBS pada
anak-anak dan keluarga Indonesia
masih rendah. Indeks pembangunan
kesehatan masyarakat 2010
menunjukan presentase PHBS secara
rata-rata Nasional hanya 35,7 %,
sedangkan rata-rata cuci tangan pakai
sabun hanya 24,5 %. Berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar tahun 2013
di peroleh Proporsi penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia yang berperilaku benar dalam buang air
besar sejumlah 82, 6 % dan
berperilaku cuci tangan yang benar
sebesar 47,0 %. Sedangkan di
Kalimantan Barat proporsi penduduk
umur≥10 tahun yang berperilaku
benar dalam buang air besar sejumlah
76,0 % dan berperilaku cuci tangan
yang benar sebesar 60,3 %.
(RISKESDA, 2013).
Rendahnya perilaku hidup bersih
mengakibatkan masalah pada
kesehatan mereka, berbagai penyakit
dapat menyerang mereka misalnya
kasus infeksi, demam berdarah, diare,
cacingan, infeksi saluran pernafasan
akut, serta reaksi simpang terhadap
makanan akibat buruknya sanitasi dan
keamanan pangan. Beberapa penyakit
tersebut terkait dengan kebiasaan cuci
tangan dan jajan sembarangan. Hasil
kajian morbiditas diare yang dilakukan
kemenkes menunjukan angka
kesakitan pada usia 5-9 tahun
mencapai rata-rata 190/1000
penduduk, sedangkan pada usia 10-14
tahun mencapai 170/1000 Penduduk
(Neraca, 2012).
Hasil period prevalen riset
kesehatan dasar Indonesia 2013
menemukan angka kejadian diare
sebesar 3,5 %, mengalami penurunan
dibandingkan riset kesehatan dasar
2007 yaitu sebesar 9,0 %, dengan
angka kejadian pada usia 5-14 tahun
sebesar 3,0 %. Sedangkan, berdasarkan
data provinsi Kalimantan Barat
ditemukan insiden diare sebanyak 1,9
% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data dari dinas
kesehatan kabupaten sintang tahun
2014, Diare dan Gastroenteritis non
spesifik menempati urutan ke empat
dengan persentase sebesar 4,8% dari
seluruh penyakit rawat jalan. Selain
diare, penyakit yang berkaitan dengan
praktik PHBS yang kurang baik adalah
thypus perut, dimana penyakit ini
berdasarkan data rawat jalan
menempati urutan ke sebelas dengan
persentase sebesar 1,94 %.
Berdasarkan jumlah kasus baru
perpuskesmas se-kabupaten sintang,
puskesmas kecamatan Serawai pada
tahun 2014 mencantat jumlah
kunjungan baru penyakit Diare dan
Gastroenteritis non spesifik pada
golongan usia 5-9 tahun sejumlah 21
orang, sedangkan pada usia 10-14
tahun sejumlah 5 orang. Demikian juga
dengan thypus perut jumlah kunjungan
baru pada golongan usia 5-9 tahun
sejumlah 14 orang.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Wiwik Eko pada siswa
Sekolah Dasar di kota Cilegon Tahun
2011, ditemukan ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap dengan perilaku
hidup bersih dan sehat. Demikian juga
penelitian yang dilakukan oleh Sonny
Andrianto pada siswa sekolah dasar di
desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji
pada tahun 2013, di temukan ada
hubungan, pengetahuan, sikap dan
peran guru dengan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan di Sekolah Dasar No.
Kabupaten sintang tahun 2015
terhadap 30 orang siswa yang
mewakili tiga kelas yaitu kelas 4, 5, 6
diperoleh gambaran sejumlah 35 %
siswa yang memiliki praktik PHBS
kurang baik. Diantaranya sebanyak 60
% siswa tidak mencuci tangan dengan
air bersih yang mengalir dan dengan
sabun, 40 % siswa masih jajan
sembarangan atau tidak mengkonsumsi
jajanan di warung atau kantin sekolah.
Sebanyak 80 % siswa tidak
menggunakan jamban yang bersih dan
sehat, 20 % siswa tidak melakukan
olahraga teratur dan sebanyak 70 %
tidak melakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan secara teratur,
serta sebanyak 55 % siswa membuang
sampah sembarangan atau tidak pada
tempat yang disediakan di sekolah.
Berdasarkan informasi para guru,
sering kali siswa mengalami sakit
sehingga harus di pulangkan ke rumah.
Kejadian sakit yang paling sering
adalah diare dan infeksi saluran
pernafasan
Berdasarkan dari permasalahan
diatas maka peneliti tertarik untuk
mengkaji dan mempelajari hubungan
jenis pengetahuan, sikap dan peran
guru terhadap praktik perilaku hidup
bersih dan sehatan pada siswa SDN 25
Begori, Kecamatan Serawai,
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan cross
sectional yaitu suatu rancangan
penelitian dimana variabel
independen dan variabel dependen
diukur pada waktu penelitian
berlangsung yang dapat
menjelaskan suatu hubungan.
Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas empat, lima, dan enam
sejumlah 120 orang. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan
total sampling. Instrumen yang digunakan
dalam penenilitian ini menggunakan
kuesioner.
Hasil dan pembahasan
Tabel 1. Distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat, pengetahuan, sikap dan peran guru di SD Negeri 25 Begori Kecamatan Serawai Kabupaten
Sintang.
Variabel n %
Perilaku hidup bersih dan sehat
Baik 77 64.2
Kurang baik 43 35.8
Jenis Kelamin
Prempuan 68 56,7
Laki-laki 52 43,3
Pengetahuan
Tinggi 86 71.7
Rendah 43 28.3
Sikap
Positif 85 70.8
Negatif 35 29.2
Peran Guru
Ada 98 81.7
Tidak 22 18.3
Tabel 1. menunjukkan bahwa dari
120 siswa SD Negeri 25 Begori
didapatkan sebesar 77 (64.2 %)
siswa yang baik dalam penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat di
sekolah, 68 (56.7%) siswa dengan
jenis kelamin perempuan, 86 (77.1
%) siswa memiliki pengetahuan
yang baik tentang PHBS, 85 (70.8
%) siswa memiliki sikap positif
dalam menanggapi perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah dan
sebanyak 98 (81.7 %) siswa
menyatakan ada peran guru dalam
Tabel 2. Tabulasi silang jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan peran Guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah pada siswa SD Negeri 25 Begori Kecamatan
Serawai Kabupaten Sintang 2014
Variabel
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat p
Baik Kurang value
f % f %
Jenis Kelamin
Perempuan 57 83.8 11 16.1 0.000
Laki-laki 20 38.5 32 61.5
Pengetahuan
Tinggi 60 69.8 26 30.2 0.048
Rendah 17 50 17 50
Sikap
Positif 74 87.1 11 12.9 0.002
Negatif 3 8.6 32 91.4
Peran Guru
Ada 71 72.4 27 27.6 0.002
Tidak ada 6 27.3 16 72.7
Berdasarkan tabel 2 siswa perempuan yang
baik dalam mempraktikkan PHBS
sebanyak 57 (83.8 %) siswa. Sedangkan
siswa laki-laki yang baik dalam
mempraktikkan PHBS sebanyak 20 (38,5
%) siswa. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05,
artinya ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan perilaku hidup
bersih dan sehat. Siswa dengan
pengetahuan tinggi yang baik dalam
mempraktikkan PHBS sebanyak 60 (69.8
%) siswa. Sedangkan siswa dengan
pengetahuan rendah yang baik dalam
mempraktikkan PHBS sebanyak 17 (50 %)
siswa. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
value = 0,048 lebih kecil dari 0,05, artinya
ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat. Siswa dengan sikap positif yang
baik dalam mempraktikkan PHBS
sebanyak 74 (87.1 %) siswa. Sedangkan
siswa dengan sikap negatif yang baik
dalam mempraktikkan PHBS sebanyak 3
(8.6 %) siswa. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p value = 0,002 lebih kecil dari 0,05,
artinya ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan perilaku hidup bersih
dan sehat. Siswa yang menyatakan ada
peran guru yang baik dalam
mempraktikkan PHBS sebanyak 71 (72.4
%) siswa. Sedangkan siswa yang
menyatakan tidak ada peran guru yang
baik dalam mempraktikkan PHBS
sebanyak 6 (27.3 %) siswa. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p value = 0,002
yang signifikan antara peran guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
Hubungan jenis kelamin dengan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan analisis univariat
sebagian besar siswa kelas empat, lima dan
enam SD Negeri 25 Begori berjenis
kelamin perempuan yaitu sejumlah 68
(56.7 %). Hasil uji statistik untuk melihat
hubungan antara jenis kelamin dengan
perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa
di SD Negeri 25 begori ditemukan ada
hubungan yang bermakna. Ini menunjukan
bahwa perbedaan jenis kelamin
mempengaruhi perilaku kesehatan,
khususnya dalam penelitian ini yaitu
tentang perilaku hidup bersih dan sehat
pada siswa sekolah dasar di sekolah.
Setelah dilakukan uji lebih lanjut untuk
melihat odds ratio-nya, ditemukan nilai
OR= 8.291, berarti siswa laki-laki
mempunyai faktor risiko 8.3 kali kurang
baik dalam perilaku hidup bersih dan sehat
di sekolah dibanding dengan siswa
perempuan.
Namun penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Leonatus Limson tentang Determinan
Praktik PHBS pada Siswa SD Subsidi
Pahuman Kecamatan Sengah Temila
Kabupaten Landak tahun 2014, yang
menemukan tidak ada hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin dengan
praktik perilaku hidup bersih dan sehat
pada siswa.
Lawrence Green dalam
Notoadmodjo (2007) menyatakan, jenis
kelamin merupkan faktor predisposing
atau faktor pemudah seseorang untuk
berperilaku. Dalam penelitian ini anak
perempuan menunjukkan persentase yang
lebih besar dalam mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah
dibandingkan anak laki-laki, ini mungkin
di sebabkan oleh perbedaan perkembangan
biologis maupun psikologis dari anak
laki-laki dengan anak perempuan. Umumnya
anak perempuan lebih bisa menjaga
kebersihan diri dibandingkan anak
laki-laki. Hal ini mungkin karena anak
perempuan dalam budaya timur pada
kehidupan sehari-harinya lebih diwajibkan
untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Sebagai contoh anak
perempuan sudah dibiasakan menyapu
untuk menjaga kebersihan lingkungan atau
menjaga kebersihan diri seperti gosok gigi,
gunting kuku dan lain-lain yang bertujuan
menjaga penampilan (Wardah, 2011).
Hubungan pengetahuan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan hasil analisis univariat
ditemukan sebagian besar siswa SD Negeri
25 Begori memiliki pengetahuan yang
tinggi tentang PHBS yaitu sejumlah 86
siswa (71.7 %). Hasil analisis bivariat di
temukan ada hubungan yang bermakna
bersih dan sehat pada siswa SD Negeri 25
Begori. Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan OR= 2.308, yang berarti siswa
dengan pengetahuan kurang memiliki
faktor resiko 2.3 kali untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat kurang baik di
bandingkan siswa yang memiliki
pengetahuan tinggi. Berdasarkan itu dapat
kita simpulkan bahwa jika pengetahuan
siswa semakin baik, maka dalam praktik
PHBS mereka juga akan semakin baik.
Demikian sebaliknya jika pengetahuan
siswa mengenai PHBS rendah maka ada
kecenderungan dalam melakukan PHBS
juga akan semakin kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Luthviantin
(2011) yang menyatakan ada hubungan
pengetahuan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat pada siswa.
Hasil penelitian ini juga didukung
oleh teori Lawrence Green yang
menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor predisposisi
atau faktor pemudah dalam pembentukan
perilaku. Perilaku seseorang tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan
orang tersebut. Hal yang penting dalam
perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan perubahan perilaku karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan
sebagai penunjang program-program
kesehatan lainnya. Tindakan atau perilaku
merupakan respon terhadap rangsangan
yang bersifat aktif, dan dapat diamati.
Setelah seseorang mengetahui stimulus
objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan atau mempraktekkan
apa yang diketahui atau disikapinya
(dinilai baik).
Pengetahuan siswa tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidak
didapatkan secara menyeluruh di tempat
pendidikan formal saja, melainkan
informasi yang mereka dapatkan
kebanyakan didapat dari luar tempat
pendidikan formal. Adanya media
informasi juga dapat memberikan
informasi-informasi dalam menambah
tingkat pengetahuan dari siswa tersebut.
Media informasi tersebut misalnya iklan
layanan masyarakat yang ada di televisi
ataupun media massa lainnya. Akses
pengetahuan tentang PHBS juga dapat
berasal dari perilaku luar seperti perilaku
teman, orang tua, guru dan masyarakat.
Pengetahuan anak dapat diperoleh baik
secara internal maupun eksternal.
Pengetahuan secara internal yaitu
pengetahuan yang bersal dari dirinya
sendiri berdasarkan pengalaman hidup.
Pengetahuan secara eksternal yaitu
pengetahuan yang diperoleh dari orang
lain termasuk keluarga dan guru.
maupun ekternal akan menambah
pengetahuan anak tentang PHBS.
Masa anak usia sekolah merupakan
masa pembentukan karakter. Pola pikir
anak usia SD berkembang secara
berangsur-angsur. Anak betul-betul dalam
stadium belajar. Disamping keluarga,
sekolah memberikan pengaruh yang
sistematis terhadap pembentukan
pengetahuan anak. Daya ingat anak
mencapai intensitas yang paling besar dan
paling kuat. Daya menghafal dan memori
ingatan adalah paling kuat. Hal ini dapat
digunakan untuk memberikan pengetahuan
pada anak usia SD untuk bisa belajar
menerapkan PHBS dan mengerti akibat
dari tidak menerapkan PHBS pada
kehidupannya sehari-hari (Luthviatin,
2011)
Hubungan Sikap dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
Hasil analisis univariat menunjukkan
sikap siswa didominasi oleh sikap positif
yaitu sebanyak 85 (70.8 %), sebagian besar
dari siswa yang bersikap positif
berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu
sebanyak 74 (87.1 %). Hasil analisa
bivariat ditemukan ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan perilaku
hidup bersih dan sehat pada siswa SD
Negeri 25 Begori. Setelah di uji lebih
lanjut untuk melihat odds ratio-nya,
didapatkan OR= 7.747, yang berarti siswa
dengan sikap negatif memiliki faktor
resiko 7.8 kali untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat kurang baik di
bandingkan siswa yang memiliki sikap
positif. Ini menunjukkan bahwa semakin
positif sikap anak dalam merespon
perilaku hidup bersih dan sehat maka akan
semakin baik praktik perilaku hidup bersih
dan sehatnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Andrianto
(2013) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara sikap
siswa dengan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan. Campbell
(1950) mendifinisikan sangat sederhana,
yakni “ An induvidual’s attitude is
syndrome of response consistency with
regard to object”. Jadi jelas disini
dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom
atau kumpulan gejala dalam merespon
stumulus atau objek. Sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,
dan gejala kejiwaan yang lain
(Notoatmodjo, 2010).
Selain pengetahuan, sikap
merupakan domain yang penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Sikap
yang diharapkan dimiliki anak bukan
bersikap, tetapi tumbuhnya sikap itu
sendiri untuk berperilaku lebih baik. Sikap
merupakan kesediaan untuk bertindak atau
prodisposisi tindakan suatu perilaku.
Hubungan Peran guru dengan perilaku
hidup bersih dan sehat
Hasil analisa univariat menunjukkan
hasil didominasi oleh adanya peran guru
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
pada siwa di SD Negeri 25 Begori yaitu
sejumlah 98 (81.7 %). Sedangkan dari
siswa yang berpersepsi adanya peran guru
sebagian besar berperilaku hidup dan sehat
baik, yaitu sejumlah 71 (72.4 %). Hasil uji
statistik ditemukan adanya hubungan yang
bermakna antara peran guru dengan
perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa
di SD Negeri 25 Begori. Setelah di
lakukan uji lebih lanjut untuk melihatodds
ratio, di peroleh nilai OR= 7.012, yang
berarti siswa dengan persepsi tidak ada
peran guru mempunyai faktor risiko 7.0
kali kurang baik dalam perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah dibanding
dengan siswa yang berpersepsi ada peran
guru. Ini membuktikan bahwa peran guru
sangat penting dalam pembentukan
perilaku siswa, khususnya disini dalam
perilaku sehat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sonny
Andrianto pada siswa sekolah dasar di
desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji
pada tahun 2013, dalam penelitiannya
ditemukan hubungan yang bermakna
antara peran guru dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada siswa
Menurut Mike, David, dan Jon
(1997) menyatakan bahwa guru dapat
membawa pengaruh positif atau negatif
terhadap siswa-siswinya. Guru merupakan
orang tua kedua karena siswa banyak
waktu berinteraksi dengan guru. Guru
berperan dalam kesuksesan siswa. Sikap
guru mempunyai pengaruh positif pada
siswa dalam jangka waktu yang lama.
Guru merupakan referensi bagi
siswa-siswinya. Guru merupakan faktor
renforcing dalam pembentukan perilaku
kesehatan bagi peserta didiknya. Perilaku
sehat tidak hanya di bentuk oleh
pengetahuan dan sikap yang baik saja,
terutama pada anak-anak, ada faktor dari
luar diri mereka yang sangat berperan
dalam membentuk perilaku mereka, yang
dapat menjadi contoh bagi mereka, seperti
guru dan orang tuanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan
pembahasan hasil penelitian maka dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Gambaran siswa terkait perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah pada siswa
SD Negeri 25 Begori Kecamatan
Serawai Kabupaten Sintang tahun
2015, di peroleh sebanyak 77 (64.2%)
dari 120 siswa/i yang baik dalam
2. Ada hubungan antara jenis kelamin
dengan perilaku hidup bersih dan sehat
di sekolah pada siswa SD Negeri 25
Begori Kecamatan Serawai Kabupaten
Sintang tahun 2015, dengan P value
0.000.
3. Ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat
di sekolah pada siswa SD Negeri 25
Begori Kecamatan Serawai Kabupaten
Sintang tahun 2015, dengan P value
0.048
4. Ada hubungan antara sikap dengan
perilaku hidup bersih dan sehat di
sekolah pada siswa SD Negeri 25
Begori Kecamatan Serawai Kabupaten
Sintang tahun 2015, dengan P value
0.002
5. Ada hubungan antara peran guru
dengan perilaku hidup bersih dan
sehat di sekolah pada siswa SD Negeri
25 Begori Kecamatan Serawai
Kabupaten Sintang tahun 2015,
dengan Pvalue0.002
Daftar pustaka
Andi CP, Ruslan L & Makmur S. Analisis Factor Praktik Hyiegine Perorangan Terhadap Kejadian Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar Tahun 2013. Unhas Makasar.
Andrianto, Sonny. 2013. Determinan Perilaku Yang Berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa sekolah dasar (Studi pada siswa SD/MI di Desa rambipuji Kecamatan Rambipuji). Diakses pada tanggal 9 Maret 2015 dari http://dspace.unej.ac.id/handle/1234 56789/694
Darmawan, Rahmat. 2013. Perilaku Membuang Sampah Pada Anak. Diakses pukul 21.35 WIB Tanggal
28 Februari 2015 dari
http://nursecaremine.blogspot.com/2 013/05/perilaku-membuang-sampah-pada-anak.html
Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta. Gizi Seimbang. Di akses pada tanggal 22 Februari 2014 pukul 20.30 dari
http://dinkes.jogjaprov.go.id/gizi/ind ex.php/home/info
DINKES Kabupaten Sintang. 2014. Data Penyakit Rawat Jalan tahun 2014. Sintang
Endang, Z & Mega, H. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Keferensi Nasional PPNI Jawa Tengah 2013 Faridan, Kharis. Marlinae, Lenie & Al,
Nelly A. Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. Jurnal Buski : Jurnal Epidemiologi Dan Penyakit Bersumber Binatang Vol 4, No 3 Juni 2013, Hal 121-127. Dari http://bpk.litbang.depkes.go.id/index .php/buski/article/view/3229/3200 Fazlin, Syarifah. Tingkat Pengetahuan
jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeper awatanFK/article/view/3593/3610 Fitriani, Dianita. 2011. Pengaruh Edukasi
Sebaya Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Agregat Anak Usia Sekolah Yang Berisiko Kecacingan Di Desa Baru Kecamatan Manggar Belitung Timur. Tesis Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Galuh, Shenny.Gambaran Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat Tahun 2011.
Hapsari, Dwi. Sari, Puti & Pradono, Julianty. Pengaruh Lingkungan Sehat Dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan. Buletin Penelitian Kesehatan Suplement 2009 : 40-49. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan Jakarta dari
http//.ejournal.litbang.depkes.go.id Hartono & Sunarto. 2006. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hendra. 2007. Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Hidayat, Aziz Alimun. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi kedua, Jakarta : Salemba Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Mencuci_tang an_dengan_sabun.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Izza, Wisudani. 2013. Hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Absentisme karena Sakit
Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. FKM Undip.
Kasnodihardjo & Musadad, Anwar. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Yang Terkait Dengan Higiene Perorangan, Gaya Hidup Dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 8 No 1 Maret 2009, Hal : 886-894.
KEMENKES RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Krianto, Tri. Perilaku Hidup Bersih Sehat
Dengan Pendekatan Partisipatif. Jurnal Kesmas : Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku Vol 3 No 6 Juni 2009, Hal : 254.
Luthviantin N, dkk. Determinan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar (Studi Di Sekolah Dasar Desa Rambipuji). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember. Seminar Nasional
Jampersal, Jember, 26 November 2011
Menteri Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kementerian Kesehatan RI.
____________________.2011. Interaksi Suplemen PHBS Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
NERACA. 2012. Menanamkan Pola Hidup Bersih. Diakses pada pukul 21.10 WIB tanggal 28 Februari 2014 dari
http://www.neraca.co.id/article/1239 2
___________________.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
__________________ .2010. Promosi Kesehatan (Teori & Aplikasi). Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
___________________.2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Pradipta, Aditya H, dkk. Hubungan
Perilaku Jajan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di Kel. Cempaka Kec. Cempakakota Ban Jarbaru. Jurnal Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013 Priyo, Sutanto H. 2007. Analisis Data.
FKM Universitas Indonesia
Profil Anak Indonesia 2012. Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA). Rachmat, Mochamad. 2012. Buku Ajar
Biostatistik Aplikasi Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.
Rawina W. Mulyati. Astuty, Hendra. Upaya Pemberantasan Kecacingan Di Sekolah Dasar. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Makara Kesehatan, Vol 16 No. 2 Desember 2012 : 65-71.
Remi S. Ahmad Y & Raini D. Gambaran Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Cikuda Jatinangor. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung. Vol 1 No 1 Tahun 2012.
Rohmanah. 2014. Kandungan Rokok dan Zat Berbahaya dalam Asapnya. Diakses pada tanggal 21 Februari
2014 pukul 09.40 dari
http://pedulikesehatan.hostei.com/in dex.php?p=1_10
Rompas JM. Tuda J & Ponidjan, Tati. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia
Sekolah Di SD GMIM Dua
Kecamatan Tareran. Ejournal Keperawatan (E-Kp) Volume 1 No. 1 Agustus 2013.
Sinolungan, A. E. 2011. Perkembangan Sosial Anak Usia SD. Diakses pada puukul 22.05 WIB Tanggal 28
Februari 2014 dari
http://www.slideshare.net/shinta1304 /perkembangan-sosial-anak-usia-sd/ Stanhope, M & Lancaster, J. 2004.
Community and Public Health
Nursing. (6
ᵗᵸ
Ed). Mosby : St Louis. Suryadi. 2012. Factor-faktor yangBerhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Murid SD Negeri I Kota Subulussalam. Syahputri, Delly. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011.
UNICEF. 10 Pesan Hidup Sehat dalam Kedaruratan. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Utami, Sri, dkk. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Bolaaang Mongondow Utara. Universitas Sam Ratulangi Manado. Ejournal Keperawatan (E-Kp) Vol 1 No. 1 Agustus 2013.
Zuraidah & Elviani, Y. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Mencuci Tangan Dengan Benar Pada Siswa Kelas V SDIT