• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN KLOROFIL BERBAGAI JENIS DAUN TANAMAN DAN Cu-TURUNAN KLOROFIL SERTA KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KANDUNGAN KLOROFIL BERBAGAI JENIS DAUN TANAMAN DAN Cu-TURUNAN KLOROFIL SERTA KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIANYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN KLOROFIL BERBAGAI JENIS DAUN TANAMAN DAN

Cu-TURUNAN KLOROFIL SERTA KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIANYA

(

Chlorophyll Level of Various Geen Leaves and

Copper-chlorophyll derivatives and its Charaterization

)

Nurdin1, Clara M. Kushart o2*, Ikeu Tanziha2, dan M. Januwat i3

1

Program St udi Kimia, Fakult as Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universit as Tadulako, Palu. 2*

Alamat Korespondensi: Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; Email: kcl@indo. net . id

2

Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekologi Manusia, Inst it ut Pert anian Bogor, Bogor 16680 3

Balai Penelit ian Tanaman Obat dan Aromat ik, Depart emen Pert anian, Cimanggu, Bogor

ABST RACT

The chlorophyll is well known as natural antioxidant which is commonly high level

in some geen leafy and has potential biological effect for a good health and has been

proved has antioxidant and antimutagenic activity. In fact, a high content of chlorophyll is

available in nature but in contrast its found commercially in Indonesia as imported

product with a high price. The objectives of this study were to determine of chlorophyll

level of various leaves (Premna oblongifolia Merr., Saurpus androgynus Merr. Centella

asiatica, and Morus alba L), to produce copper-chlorophyll derivative powder, and to

observe its physico-chemical properties. The research showed that cincau leaf had higher

level of chlorophyll than other leaves, meanwhile cincau leaf used as material of

copper-chlorophyll derivative. Cincau leaves copper-chlorophyll extract solution with Cu

2+

100 mg/l level

produce the cincau copper-chlorophyll derivative powder with highest pH, solubility, and

geenness compare to other copper levels. The cincau copper-derivate chlorophyll powder

contained chlorophyll 3986 mg/kg,

-carotene 33.8 mg/kg, and contained alkaloid,

saponin, tanin, steroid, and glycoside.

Keywords: chlorophyll, Premna oblongifolia Merr., Saurpus androgynus Merr.,

Centella asiatica, Morus alba L., copper-chlorophyll derivative

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara t ropis memiliki kekayaan alam berbagai j enis t umbuhan yang mempunyai kandungan bahan akt if t ert ent u yang bermanf aat unt uk kesehat an. Terdapat kurang lebih dari 7 000 spesies t umbuhan (90% dari spesies t umbuhan Asia) diket ahui berkha- siat sebagai obat (BPOM, 2001). Sebagian besar t umbuhan ini (hampir 80%) sudah lama diper- gunakan oleh penduduk lokal sebagai obat -obat an t radisional, namun belum diusahakan secara opt imal unt uk pengembangan obat yang memberikan nilai ekonomis dan dapat mening- kat kan pendapat an pet ani t anaman it u sendiri. Daun t umbuhan mengandung berbagai zat gizi maupun non-gizi (met abolit sekunder), sepert i vit amin, mineral, serat pangan, bet a-karot en, dan klorof il. Konsumsi bahan pangan nabat i (sayuran at au dedaunan) sering dikait kan dengan menurunnya risiko menderit a penyakit degenerat if , khususnya penyakit j ant ung koroner (PJK). Hal ini t idak t erlepas

dari kandungan senyawa bioakt if dari pangan nabat i t ersebut . Senyawa ant ioksidan alami yang diduga banyak t erdapat dalam sayuran at au dedaunan hij au adalah klorof il. Bebera- pa hasil penelit ian menunj ukkan bahwa kloro- f il dan t urunannya memiliki kemampuan seba- gai ant ioksidan dan ant imut agenik (Marquez

et

al.,

2005, Ferruzzi

et al.,

2006).

Ket ersediaan klorof il yang t inggi di alam sert a khasiat biologis yang dimilikinya, menj a- di peluang unt uk dikembangkan sebagai bahan suplemen pangan at au pangan f ungsional (Prangdimurt i, 2007). Sement ara it u suple- men pangan berbasis klorof il yang beredar di Indonesia hampir semuanya merupakan produk impor dan memiliki harga j ual yang cukup t inggi.

(2)

 

 

Klorof il dan t urunannya yang mengikat logam mempunyai kapasit as ant ioksidan dan bioavai- labilit as yang berbeda. Cu-klorof ilin sebagai salah t urunan klorof il mempunyai akt ivit as an- t ioksidan yang lebih t inggi dibandingkan klo- rof il alami (Marquez

et al.,

2005).

Pengikat an logam oleh klorof il bert uj uan unt uk meningkat kan kest abilan ekst rak klorof il yang dihasilkan (von Elbe

et al.,

1986; Canj ura

et al.,

1999). Salah sat u t urunan klorof il yang masih t erbat as dipelaj ari ef eknya bagi pence- gahan penyakit degenerat if adalah t urunan klorof il yang mengikat logam t embaga (Cu). Tembaga merupakan salah sat u mikromineral essensial selain I, Zn, Se, Mo, dan Cr, mem- punyai t ingkat st abilit as kompleks logam de- ngan porf irin yang lebih t inggi. Cheng

et al.

(1982), menyat akan t ingkat st abilit as kompleks logam adalah bert urut -t urut sebagai berikut : Pt >Pd>Ni>Co>Cu>Fe>Zn>Mn>Mg>Cd>Sn>Hg>Pb> Ba.

Pada penelit ian ini dit ent ukan kandung- an klorof il berbagai daun (cincau, kat uk, mur- bei, dan pegagan). Daun yang mempunyai ka- dar klorof il t ert inggi, dibuat menj adi bubuk Cu-t urunan klorof il menggunakan bahan pengi- si dekst rin dan

freeze dryer

.

Penelit ian ini bert uj uan unt uk (1) Meng- analisis kadar klorof il dari berbagai j enis daun t anaman (daun cincau, daun pegagan, daun kat uk, dan daun murbei), dan (2) Membuat sediaan bubuk ekst rak Cu-t urunan klorof il dan mengamat i karakt erist iknya.

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelit ian ini merupakan penelit ian eks- periment al yang dilaksanakan di Laborat orium Balit t ro Cimanggu Bogor. Penelit ian dilaksana- kan pada bulai Mei hingga Agust us 2008 dan didanai oleh Sekret ariat Badan Lit bang Pert a- nian Depart emen Pert anian RI melalui Prog KKP3T dengan No. Kont rak: 723/ LB. 620/ I. 1/ 3/ 2008.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah da- un cincau, daun pegagan, daun kat uk, dan daun murbei. Alat yang digunakan ant ara lain kert as saring What man No. 1 dan 42, erlenmeyer vakum, pompa vakum, pH met er, rot avapor, spekt rof ot omet er, dan

freeze dryer

.

1. Penent uan kadar klorof il empat j enis daun t anaman (daun cincau, daun kat uk, daun pegagan, dan daun murbei)

Met ode penent uan konsent rasi klorof il dilakukan dengan met ode Int ernat ional Rice Research Inst it ut e (IRRI) yang t elah di- modif ikasi oleh Balit bio Bogor (Alsuhendra, 2004). Sebanyak 0, 1 g daun cincau hij au

,

daun pegagan, daun kat uk, daun murbei, yang t elah diraj ang (ukuran sekit ar 2 mm), dimasukkan ke dalam t abung reaksi, kemudian dit ambahkan aset on sebanyak 20 ml. Campuran t ersebut dikocok secukupnya, lalu didiamkan selama 2 × 24 j am. Ekst rak yang diperoleh dianalisis konsent rasi klorof il

a

maupun klorof il

b

-nya menggunakan spekt rof ot omet er, masing-masing pada panj ang gelombang 645 dan 663 nm.

2. Ekst raksi klorof il, penyiapan t urunan klorof il, pembuat an kompleks Cu-t urunan klorof il

Ada 3 langkah yang dilakukan pada t ahap ini, yait u persiapan bahan ekst rak klorof il dan penyiapan t urunan klorof il sert a pembuat an kompleks Cu-t urunan klorof il.

a. Persiapan bahan

Daun yang t erpilih pada Tahap I (daun pegagan) dibersihkan dari berbagai kot oran, lalu dilap dengan t issu, selanj ut nya dikering-anginkan. Daun t ersebut lalu dipot ong kecil-kecil dengan gunt ing unt uk memudahkan proses penghancuran.

b. Ekst raksi klorof il

Sebanyak ± 50 g pot ongan daun t erpilih dihancurkan dengan blender menggunakan 125 ml et anol 95% selama 3 menit , secara t erput us set iap 1 menit . Hancuran kemudian disaring dengan kain saring halus (60 mesh), lalu f ilt rat yang diperoleh disaring lagi dengan corong

Buchner

menggunakan kert as saring What man No. 1 dan 42 secara bert urut -t urut . Penyaringan menggunakan pompa vakum. Residu dicuci dengan 75 ml et anol 95% kemudian disaring lagi dengan corong

Buchner

(Alsuhendra, 2004). Filt rat diambil sebagai ekst rak kasar klorof il. Semua proses dilakukan dalam kondisi t erhindar dari cahaya.

c. Penyiapan t urunan klorof il dan pembuat an kompleks Cu-klorof il

(3)

ekst rak yang mengandung 0, 50, 100, dan 150 mg/ l Cu2+.

Ekst rak t urunan klorof il yang t elah di- t ambah Cu2+ dinaikkan pH-nya hingga 8. 5 de- ngan menambahkan NaOH 1 M. Reaksi dilaku- kan di dalam labu t ert ut up selama 30 menit menggunakan

magnetic stirrer

(Alsuhendra, 2004).

Set elah reaksi berlangsung sempurna, campuran t ersebut dit ambahkan dekst rin 3%. Reaksi dilakukan selama 30 menit mengguna- kan

magnetic stirrer

. Kecepat an

magnetic

stirrer

diat ur pada skala 7. Set elah reaksi selesai, campuran dimasukkan dalam

freezer

(-20oC) dan didiamkan selama semalam sebe- lum dikeringkan dengan pengering beku

(freeze dryer)

. Set elah campuran kering, maka diperoleh bubuk Cu-t urunan klorof il.

3. Karakt erisasi fisiko-kimia bubuk ekst rak Cu-t urunan klorof il

Bubuk Cu-t urunan klorof il yang dipilih unt uk dikarakt erisasi lebih lanj ut adalah yang mempunyai t ingkat kelarut an t inggi, pH t inggi, dan t ingkat warna hij au yang t inggi. Unt uk mempelaj ari sif at f isik dari bubuk t urunan Cu-klorof il yang dihasilkan dilakukan uj i proksi- mat , uj i f it okimia, dan

-karot en (met ode HPLC).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum penent uan j enis daun t anaman yang akan digunakan dalam pembuat an bubuk Cu-t urunan klorof il, maka t erlebih dahulu dilakukan s

creening

konsent rasi klorof il dari berbagai daun t anaman, di ant aranya cincau, kat uk, murbei, dan pegagan. Hasil penent uan konsent rasi klorof il t ersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 t ampak bahwa daun yang mempunyai kadar klorof il t ert inggi adalah daun cincau dengan kadar 1708. 8 mg/ kg. Berdasarkan hasil ini, maka daun cincau akan digunakan unt uk proses penelit ian selanj ut nya, yait u unt uk pembuat an bubuk Cu-t urunan klorof il.

Tabel 1. Konsent rasi Klorof il dari Berbagai Daun Tanaman

Jenis Daun Berat (g)

Konsentrasi Klorofil (mg/ kg) a (645

Bubuk Cu-turunan klorofil Daun Cincau

(Premna oblongifolia Merr.)

Pembuat an bubuk Cu-t urunan klorof il diawali dengan melakukan ekst raksi daun cincau hij au menggunakan et anol 95%. Et anol digunakan karena relat if aman dibanding pe- larut lain (diet il et er, aset on, met anol, pet ro- leum, dan et er). Pengekst rak et anol j uga da- pat memberikan nilai

recovery

yang t inggi, dan kemurnian klorof il (Bianca, 1993; Mahmud, 1994; Alsuhendra, 2004).

Pada pembuat an bubuk Cu-t urunan klo- rof il menggunakan bahan pengisi dekst rin 3%. Tuj uan penggunaan dekst rin ini adalah unt uk mempersingkat wakt u pengeringan dan meng- hasilkan perf orma produk yang relat if bagus. Hasil penelit ian pendahuluan menunj ukkan bahwa ekst rak Cu-t urunan klorof il yang dike- ringkan t anpa menggunakan dekst rin, produk- nya lengket pada wadah (bubuk t idak t erben- t uk) dan warnanya hij au kehit am-hit aman. Hal ini berart i bahwa semakin kecil konsent rasi dekst rin (di bawah 3%), perf orma produk re- lat if kurang opt imal.

Alasan penambahan Cu pada ekst rak klo- rof il (t urunan klorof il) adalah unt uk memper- t ahankan kest abilan warna hij au klorof il dan meningkat kan kelarut an maupun pH dari pro- duk bubuk yang dihasilkan. BPOM (2004) men- syarat kan konsumsi Cu perhari sebesar 3 mg/ hari. Syarat ini relat if lebih rendah dibanding

upper limit (UL)

dari Cu yait u 10 mg/ hari.

Karakteristik Fisiko-Kimia Bubuk Ekstrak Cu-turunan klorofil dari Berbagai Konsentrasi Cu

(4)

 

 

digunakan paramet er ant ara lain: t ingkat ke- cerahan at au

whiteness (W),

kehij auan at au

geeness (G),

dan kekuningan at au

yellowness

(Y). Hasil uj i pH dan kel arut an dapat dilihat pada Tabel 2 dan uj i warna pada Tabel 3.

Rendemen

Ada 2 j enis rendemen yang dihit ung, yait u bubuk Cu-t urunan klorof il t anpa menggu- nakan dekst rin dan dengan dekst rin. Rende- men bubuk klorof il t anpa penambahan dekst rin adalah sebanyak 5. 8%.

Rendemen dihit ung berdasarkan j umlah massa (g) bubuk Cu-t urunan klorof il (me- ngandung dekst rin) yang diperoleh dibanding- kan dengan berat daun cincau hij au yang digunakan unt uk membuat ekst rak. Dari Tabel 2 t ampak bahwa bubuk kont rol negat if (Cu 0 mg/ l) memiliki rendemen yang paling rendah dibanding bubuk ekst rak lainnya. Produk yang ekst raknya mengandung Cu 150 mg/ l memiliki rendemen yang t ert inggi, wa- laupun t idak berbeda nyat a (p

0. 05) dengan produk bubuk yang ekst raknya mengandung Cu 100 ppm. Terj adinya perbedaan rendemen ini diduga karena adanya perbedaan kandungan Cu dari produk bubuk yang dihasilkan.

pH

pH menunj ukkan t ingkat keasaman suat u produk. pH akhir dari produk ekst rak Cu-t urunan klorof il yang dihasilkan adalah 8. 5. Pengukuran pH produk bubuk ekst rak Cu-t urunan klorof il dilakukan seCu-t elah pengeringan produk menggunakan

freeze dryer.

Pada Tabel 2 t ampak bahwa produk dengan konsent rasi Cu 0 ppm memiliki pH paling rendah, dan berbeda nyat a (p

0. 05) dengan produk lainnya.

Produk yang memiliki pH paling t inggi yait u 7. 64 adalah produk ekst rak yang mengan- dung Cu 100 ppm, sedangkan produk ekst rak dengan kandungan Cu 150 ppm memiliki pH 7. 28. Hal ini menunj ukkan bahwa produk yang mengandung Cu 100 ppm relat if lebih mampu menahan penurunan pH selama proses pengolahan (pengeringan). Penurunan pH dapat disebabkan karena suat u produk berint eraksi dengan CO2 yang ada di udara. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan pernya- t aan LaBorde dan von Elbe (1994) dalam Alsuhendra (2004), bahwa penambahan bebe- rapa bahan yang bersif at alkali pada sayuran dapat mempert ahankan warna hij au klorof il karena t erj adinya kenaikan pH, dimana pada pH t inggi, st abilit as klorof il j uga relat if t inggi.

Tabel 2. Rat a-rat a Rendemen, pH, dan Kelarut an Bubuk Ekst rak Cu-t urunan Klorof il

Bubuk dengan kadar Cu (mg/ l)

Rendemen

(%) pH

Kelarutan (%)

0 13. 95 ± 0. 07a 4. 53 ± 0. 04a 91. 07 ± 0. 11a 50 14. 10 ± 0. 14a 7. 53 ± 0. 09bc 92. 57 ± 0. 08b 100 14. 20 ± 0. 14ab 7. 64 ± 0. 12c 98. 04 ± 0. 36c 150 14. 45 ± 0. 07b 7. 28 ± 0. 15b 98. 26 ± 0. 59c

Angka dengan huruf yang sama (1 kolom) menunjukkan tidak berbeda nyata pada α = 0.05

Tabel 3. Rat a-rat a Nilai Uj i Warna Bubuk Ekst rak Cu-t urunan Klorof il, Sebelum dan Sesudah Dipanaskan

Cu2+ (mg/ l)

Nilai Uj i Warna

Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan

W G Y W G Y

0 36. 82±0. 03d -4. 31±0. 43c 12. 47±0. 27d 37. 09±0. 02d -5. 93± 3. 48a 12. 44 ± 0. 07d 50 28. 42±0. 06a -5. 99±0. 04b 8. 18±0. 03a 29. 67±0. 05a -5. 86 ± 0. 02a 8. 75 ± 0. 02a 100 32. 88±0. 01c -8. 83±0. 04a 11. 20±0. 03c 33. 05±0. 04c -7. 74 ± 0. 03a 11. 04 ± 0. 00c 150 32. 12±0. 01b -8. 44±0. 04a 10. 61±0. 04b 32. 39±0. 01b -7. 55± 0. 05a 10. 21 ± 0. 06b

Angka dengan huruf yang sama (1 kolom) menunjukkan tidak berbeda nyata pada α=0,05

(5)

Kelarut an

Kelarut an menunj ukkan banyaknya bagian dari suat u produk yang dapat larut dalam suat u pelarut dengan volume t ert ent u. Pada Tabel 2 t ampak bahwa kelarut an dalam air cenderung meningkat dengan bert ambahnya konsent rasi Cu yait u berkisar ant ara 91. 07% dan 98. 26%. Hasil kelarut an produk ini relat if lebih t inggi dibanding hasil penelit ian Alsuhendra (2004) yang menggunakan sist em pengering

spray dryer

unt uk mengekst rak klorof il daun singkong dengan zat pengompleks Zn (100 ppm) yait u ant ara 89. 4% dan 90. 7%.

Produk dengan penambahan Cu 0 ppm memiliki kelarut an paling rendah yait u 91. 07%. Rendahnya kelarut an ini diduga karena Mg2+ yang t erlepas dalam sist em larut an konsent rasinya relat if rendah, sehingga kemampuan pengikat an molekul klorof il dari produk ini dengan dekst rin dan air menj adi t urun, sedangkan produk dengan penambahan Cu 150 mg/ l memiliki kelarut an paling t inggi, namun t idak berbeda nyat a (p

0. 05) dengan Cu 100 mg/ l. Tingginya kelarut an ini diduga karena banyaknya Cu yang t idak t erikat (t erlepas) pada cincin t et rapirol, sehingga dalam larut an berubah menj adi Cu2+ yang mempunyai kelarut an t inggi.

Warna

Uj i warna ini dilakukan unt uk menen- t ukan t ingkat kecerahan

(whiteness)

, kehi- j auan

(geeness)

, dan t ingkat kekuningan

(yellowness)

dari produk bubuk Cu-t urunan klorof il menggunakan kromamet er. Uj i warna dilakukan sebelum dan sesudah pemanasan pada suhu 105oC. Dat anya disaj ikan pada Tabel 3.

(1). T ingkat Kecerahan (W)

Pada Tabel 3 t ampak produk bubuk de- ngan konsent rasi Cu 0 ppm mempunyai t ingkat kecerahan yang t ert inggi yait u sebesar 36. 82, namun t ingkat kehij auannya paling rendah di ant ara semua produk bubuk. Tingginya t ingkat kecerahan bubuk yang mengandung Cu 0 ppm karena memang awalnya produk t ersebut berwarna coklat -t erang. Tingkat kecerahan t ert inggi berikut nya adalah produk bubuk dengan konsent rasi Cu 100 ppm. Pada Tabel t ersebut j uga t ampak bahwa semua produk bubuk dengan berbagai konsent rasi Cu mengalami kenaikan t ingkat kecerahan set elah

dipanaskan pada suhu 105oC, dan berbeda nyat a di ant ara semua perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena t erj adinya penguapan pelarut .

(2). T ingkat Kehij auan (G)

Pada Tabel 3 t ampak bahwa sebelum pemanasan (105oC), produk bubuk dengan konsent asi Cu2+ 100 mg/ l mempuyai t ingkat kehij auan yang relat if t inggi dibanding kon- sent rasi Cu2+ yang lain, namun t idak berbeda nyat a dengan dengan Cu2+ 150 mg/ l, baik se- belum maupun sesudah dipanaskan. Nilai t ingkat kehij auan produk bubuk sebelum pemanasan lebih t inggi dibandingkan dengan produk sesudah pemanasan. Produk kont rol (Cu2+ 0 mg/ l) mempunyai t ingkat kehij auan yang paling rendah. Hal ini menunj ukkan penambahan Cu2+ relat if dapat mempert ahankan t ingkat kehij auan produk yang dihasilkan, karena adanya ikat an ant ara Cu2+ dan t urunan klorof il (f eof it in) yang relat if kuat .

Perubahan t ingkat kehij auan produk bubuk Cu-t urunan klorof il (Cu 100 mg/ l) se- t elah pemanasan j auh lebi h rendah diban- ding bubuk Zn-t urunan klorof il daun singkong (Zn2+ 100 mg/ l) hasil penelit ian Alsuhendra (2004). Hasil penelit iannya menunj ukkan penurunan t ingkat kehij auan bubuk Zn-t urunan klorof il sebesar 5. 60 poin, set elah dipanaskan pada t emperat ur 105oC. Hal ini berart i bahwa kadar klorof il dalam bubuk j uga menurun.

Terj adinya penurunan t ingkat kehij au- an yang relat if besar, diduga t erkait dengan rendahnya af init as Zn t erhadap porf irin di- banding Cu. Dalam hubungannya dengan klo- rof il alami, Faboya (2006) melaporkan bahwa pada suhu sekit ar 100oC dan pH 6, t ot al klorof il akan hilang paling sedikit 56%. Namun pada penelit ian ini t idak dilaporkan adanya t am- bahan mineral logam t ert ent u, selain Mg yang secara alami memang t erkandung pada klorof il t ersebut .

(6)

abili- 

 

t as at au af init as yang lebih t inggi unt uk berikat an dengan ligan yang kaya elekt ron dibanding Zn.

(2). T ingkat Kekuningan (Y)

Pada Tabel 3 t ampak produk bubuk de- ngan konsent rasi Cu 0 ppm mempunyai t ing- kat kekuningan yang t ert inggi yait u sebesar 12. 44. Kemudian disusul produk bubuk de- ngan konsent rasi Cu 100 ppm. Pada Tabel t ersebut t ampak bahwa t ingkat kekuningan relat if berf lukt uasi seiring dengan mening- kat nya konsent rasi Cu dalam produk bubuk. Warna kuning-hij au menunj ukkan klorof il

b

yang lebih polar, sedangkan bila berwarna biru-hij au menunj ukkan klorof il

a

yang kurang polar (Goss, 1991).

Hasil Uj i Proksimat dari Bubuk Cu-turunan klorofil terpilih

Berdasarkan uj i karakt erist ik f isiko-ki-mia di at as, t ampak bahwa produk bubuk ekst rak klorof il daun cincau hij au yang mempunyai t ingkat kehij auan, kelarut an, dan pH yang t inggi adalah produk ekst rak dengan konsent rasi Cu 100 ppm.

Kadar gizi (hasil uj i proksimat ) dan

-karot en dari bubuk t ersebut t ampak pada Tabel 4. Bubuk ekst rak Cu-t urunan klorof il (konsent rasi Cu 100 ppm) mengandung prot ein 0. 89%, lemak 7. 11%, abu 2. 63%, air 6. 93%,

Hasil Uj i Kualitatif Zat Fitokimia Bubuk Ekstrak Cu-turunan klorofil dan Klorofil Komersial

Uj i f it okimia ini bert uj uan unt uk menget ahui j enis-j enis zat bioakt if lain dalam bubuk klorof il yang dibuat . Hasil uj i f it okimia bubuk ekst rak Cu-t urunan klorof il menunj ukkan bahwa bubuk ekst rak Cu-t urunan klorof il mengandung 5 zat f it okimia yang dominan ant ara lain: alkaloid, saponin, t anin, st eroid, dan glikosida (Tabel 5).

Kandungan t anin dalam bubuk Cu-t urunan klorof il cincau mempunyai nilai Cu-t am- bah t ersendiri. Selain sebagai ant ioksidan, t anin bisa digunakan unt uk membunuh bak- t eri baik pada

Streptococcus pyogenes

mau- pun

Pasteurella multocida

(

in vitro

) (Siswant oro, 2008).

Tabel 5. Hasil Analisis Fit okimia (Kualit at if ) Bubuk Cu-t urunan Klorof il (Cu2+ 100 mg/ l) dan Bubuk Klorof il Komersial

Komponen Keterangan

Daun cincau (

Premna oblongifolia

Merr. ) mempunyai kadar klorof il t ert inggi dibandingkan daun lainnya (pegagan, kat uk, dan murbei), sehingga daun cincau diguna- kan sebagai bahan unt uk membuat bubuk Cu-t urunan klorof il.

Konsent rasi Cu (t embaga) yang t erbaik dalam hal pembent ukan bubuk Cu-t urunan klorof il cincau (

Premna oblongifolia

Merr. ) adalah 100 ppm. Penilaian ini dit inj au ber- dasarkan hasil uj i pH yang relat if t inggi, warna yang relat if lebih hij au, lebih t erang, kelarut an t inggi. Bubuk Cu-t urunan klorof il mengandung klorof il dan

-karot en masing-masing sebesar 33. 8 mg/ kg dan 3986 mg/ kg.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan t erima kasih kepada Sekret ariat Badan Lit bang Pert anian Depart emen Pert anian RI at as dana penelit i- an yang diberikan melalui Prog KKP3T dengan No. Kont rak: 723/ LB. 620/ I. 1/ 3/ 2008.

DAFTAR PUSTAKA

Alsuhendra. 2004. Daya Ant i-at herosclerosis Zn-Turunan Klorof il dari Daun Singkong (Manihot esculent a Crant z) pada Kelinci Percobaan. Disert asi Dokt oral Sekolah Pascasarj ana, IPB, Bogor.

Bianca K. 1993. Pengaruh Penambahan ZnCl2 di Dalam Pembuat an Ekst rak Warna dari Campuran Daun Suj i (Pleomele angust if olia) dan Daun Pandan (Pandanus amarylif ollus Roxb. ) Skripsi Sarj ana Fakult as Teknologi Pert anian, IPB, Bogor.

[ BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Kebij akan Pengembangan Obat Alam/ Herbal Medicine Indonesia. Badan POM, Jakart a.

[ BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Keput usan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK. 00. 05. 23. 3644 Tahun 2004 t ent ang Ket ent uan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. Badan POM, Jakart a.

Canj ura FL, Wat kins RH, & Schwart z. 1999. Color improvement and met allo-chlorophyll complexes in cont inuous f low asept ically processed peas. J. l of Food Sci. 64 (6), 987-990.

Cheng KL, Ueno K, & Imamura T. 1982. Hand-book of Organic Analyt ical Reagent s. CRC Press, Boca Rat on, Florida.

Faboya OO. 2006. Chlorophyll changes in some geen leaf y veget ables during cooking. J. of t he Science of Food and Agicult ure. 36(8), 740–744.

Ferruzzi MG, Bohm V, Court ney PD. & Schwart z SJ. 2006. Ant ioxidant and Ant imut agenic Act ivit y of Diet ary Chlorophyll Derivat ives Det ermined by Radical Scavenging and Bact erial Reverse

Mut agenesis Assays. J. Food Science 67: 2589-2595.

Goss J. 1991. Pigment s in Veget ables: Chlo- phylls and Carot enoids. Van Nost rand Reinhold, New York.

Kot ani M, Yamauchi N, Ueda Y, Imahori Y, & Chachin K. 1999. Chlorophyll Degada- t ion in Boiled Broccoli Floret s during St orage in t he Light. Food Science and Technology Research. 5(1), pp. 35-38.

LaBorde LF & von Elbe JH. 1994. Chlorophyll degadat ion and zinc complex f ormat ion wit h chlorophyll derivat ives in heat ed geen veget ables. J. Agic. Food Chem. 42(5), 1100-1103.

Mahmud M. 1994. Pemurnian Klorof il Daun Suj i (Pleomele angust if olia N. E. Brown). Skripsi Sarj ana Jurusan Kimia, Fakult as MIPA, IPB, Bogor.

Mahan LK, St ump SE. 2004. Food, Nut rit ion, & Diet Therapy. Ed ke-2. Saunders, Philadelphia.

Marquez UML, Barros RMC, Sinnecker P. 2005. Ant ioxidant act ivit y of chlorophylls and t heir derivat es. Food Research Int ernat ional 38, 885-891.

Prangdimurt i E. 2007. Kapasit as Ant ioksidan dan Daya Hipokolest erolemik Ekst rak Daun Suj i (Pleomele angust if olia N. E. Brown). Disert asi Dokt oral Sekolah Pas- casarj ana, IPB, Bogor.

Siswant oro D. 2008. Kaj ian Akt ivit as Tanin dengan Penisilin t erhadap Bakt eri St rept ococcus Pyogenes dan Past eurella Mult ocida secara in vit ro. Dalam ht t p: / / adln. lib. unair. ac. id.

(8)

Gambar

Tabel 1. Konsentrasi Klorofil dari Berbagai                Daun Tanaman
Tabel 2. Rata-rata Rendemen, pH, dan Kelarutan Bubuk Ekstrak Cu-turunan Klorofil
Tabel 4. Kadar  Zat  Gizi dan Zat Non-gizi             Bubuk Cu-turunan Klorofil (Cu 100 ppm)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang Sistem Informasi Transportasi Umum di Kota Surakarta Menggunakan

KJR 2 dilakukan dengan mengamati secara visual intensitas warna merah yang tampak pada permukaan biji durian Petruk, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran pigmen

Namun bahan bakar biodiesel yang kini ada masih memiliki kekurangan, beberapa kesimpulan dari banyak penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar

Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja satu kali Produksi (HKP) Total Tenaga Kerja (HKP) Pengupasan dan Pencucian Pengirisan dan pemasakan Pengemasan.. 0,5 1 0,4

Manajemen sistem distribusi yang terencana pada suatu usaha akan sangat membantu usaha tersebut, karena informasi akan dapat diketahui dengan cepat, karena setiap

Penelitian ini memaparkan tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran kompetensi kejuruan menggambar tampak. Penelitian ini

Hal ini menunjukkan bahwa investor kemungkinan masih memberikan respon yang lebih besar terhadap informasi laba daripada laporan pertanggungjawaban sosial dalam pengambilan

It is concluded that the multi-trace element/vitamin bolus given to ewes before mating signi®cantly increased the lambing percentage of upland ewes from the existing situation