PELAKSANAAN PEMEKARAN KECAMATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG
M. Ruhly Kesuma Dinata, Dr. Yuswanto, S.H., M.H., Nurmayani, S.H., M.H. Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35154
e-mail: k.ruhly@yahoo.com ABSTRAK
Menurut UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 126 ayat (1) bahwa
Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Peraturan daerah yang berpedoman
pada Peraturan Pemerintah. pemerintah Kota Bandar Lampung melakukan pemekaran
kecamatan dengan peraturan daerah nomor 04 Tahun 2012 Tentang Penataan dan
pembentukan kelurahan dan kecamatan, yang harus berpedoman pada Peraturan
Pemerintah no 19 tahun 2008 tentang kecamatan. Jenis penelitian ini adalah yuridis
normatif dan yuridis empiris yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Dalam
hal ni pelaksanaan pemekaran kecamatan di Kota Bandar Lampung sudah dinyatakan
mampu sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2008 tentang kecamatan.
Kemudian faktor pengahambat pelaksanaan pemekaran kecamatan di Kota Bandar
Lampung yaitu Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan dan Pada kantor-kantor Kecamatan yang melakukan pemekaran masih ada yang
sewa dan kurang ideal.
Kata kunci; Pelaksanaan, pemekaran, kecamatan
ABSTRACT
According to Law 32 of 2004 on Regional Government, Article 126 paragraph (1) that the
District was formed in the district/city with local regulations which are based on Government
Regulation.Bandar Lampung city government did districts with local regulations division
number 04 of 2012 on Structuring and formation of villages and districts,to be guided by
Government Regulation No. 19 of 2008 concerning districts.This research is normative and
empirical juridical used form of primary data and secondary data.In this case the
capable accordance with Government Regulation No. 19 of 2008 concerning districts.Then
the limiting factor in the implementation of the expansion districts namely Bandar Lampung
Regional Regulation No. 12 Year 2012 on Amendment Bylaw No. 4 of 2012 About Stylists
and In the sub-district offices that conduct the rental division is still there and less than ideal.
Keyword: Implementation, enlargement, subdistrict
I. PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
bahwa fungsi dari pelaksanaan pemerintahan
daerah1 merupakan kebijakan desentralisasi
yang memberikan kewenangan lebih besar
pada daerah otonom dalam mengatur dan
mengurus urusan rumah tangganya, pada
intinya antara lain, adanya perwujudan
demokratisasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang selama ini
sentralistis. Kebijakan penyerahan
kewenangan lebih besar kepada daerah untuk
lebih memberdayakan dan memandirikan
daerah, baik dalam peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, maupun peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Implementasi kebijakan otonomi daerah
tersebut, memunculkan lagi tuntutan baru
1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 1 angka 2, yaitu pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prisip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
dari dalam daerah itu sendiri yaitu tuntutan
makin mendekatkan pemerintah dengan
masyarakat. Dari aspek geografis terkadang
suatu wilayah daerah, sangat jauh dari
rentang kendali ibukota daerah otonom,
sehingga berpengaruh pada akselerasi
pelayanan. Pada dimensi yang terakhir inilah
lahir tuntutan pemekaran daerah dan/atau
pemekaran wilayah2,seperti banyaknya
keluar kebijakan-kebijakan dalam melakukan
pemekaran kecamatan, akan tetapi
pemekaran itu harus memenuhi syarat-syarat
untuk melakukan pemekaran tersebut.
syarat-syaratnya untuk melakukan
pemekaran kecamatan tersebut, Sebagaimana
yang tercamtum di dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan Daerah, pasal 126 ayat (1)
bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah
kabupaten/kota dengan Peraturan daerah
2 Dr. Sudi Fahmi,SH.,M.Hum. Realitas Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Indonesia, (Kreasi Total Media Yogyakarta, 2009),
yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 tahun 2008 tentang Kecamatan,
yang mengatur pembentukan atau pemekaran
kecamatan pada Pasal 3 PP tersebut
dikemukakan bahwa pembentukan
Kecamatan harus memenuhi Syarat
Administrasi, Syarat Teknis dan Syarat Fisik
Kewilayahan.3
Saat ini, Kota Bandar Lampung Berencana
Menambah 7 (Tujuh) Kecamatan , Walapun
Peraturan Daerah tersebut, menuai berbagai
intrupsi anggota DPRD Kota Bandar
Lampung namun akhirnya terbentuk
Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2012 tentang
Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan , yang meliputi: 4
a) Kecamatan Labuhan Ratu sebagai
pemekaran Kecamatan Kedaton;
b) Kecamatan Way Halim sebagai
pemekaran Kecamatan Sukarame;
c) Kecamatan Langkapura sebagai
pemekaran Kecamatan Kemiling;
d) Kecamatan Enggal sebagai
pemekaran Kecamatan
Tanjungkarang Pusat;
e) Kecamatan Kedamaian sebagai
pemekaran Kecamatan
Tanjungkarang Timur;
3 Ibid,.hlm.40
4 Peraturan Daerah No 4 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan , di dalam Pasal 5.
f) Kecamatan Telukbetung Timur
sebagai pemekaran Kecamatan
Telukbetung Barat; dan
g) Kecamatan Bumi Waras sebagai
pemekaran Telukbetung Selatan.
Akan tetapi, Sejak tanggal 17 September
2012, Pemekaran Kecamatan Bandar
Lampung berjalan, sampai saat ini
masyarakat belum merasakan tujuan dari
pemekaran kecamatan ini karena Pemerintah
Kota Bandar Lampung kurang siap atau
terburu-buru melakukan pemekaran
kecamatan, ini terlihat dari adanya perubahan
Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2012 tentang
Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan dengan Peraturan Daerah No 12
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah No 4 Tahun 2012 tentang
Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan, dan banyaknya kantor-kantor
Kecamatan yang telah melakukan pemekaran
kurang ideal untuk sebuah kantor atau
kantor-kantor kecamatan tersebut tidak
sesuai dengan Peraturan Mentri Dalam
Negeri No 7 Tahun 2006 tentang
Standarisasi Saran dan Prasarana Kerja
Pemerintah Daerah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
maka yang menjadi pokok permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini
1. Bagaimanakah Pelaksanaan
pemekaran kecamatan di Kota
Bandar Lampung?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi
penghambat pelaksanaan pemekaran
kecamatan di Bandar Lampung?
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif empiris. Penelitian hukum normatif
empiris adalah penelitian hukum mengenai
pemberlakuan ketentuan hukum normatif
(kodifikasi, undang-undang atau kontrak)
secara in action pada setiap peristiwa hukum
tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
Data yang digunakan dalam skripsi ini
adalah data primer dan sekunder.
1. Data Primer
adalah data yang diperoleh secara lisan dari
pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini
melalui wawancara. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan menggunakan
teknik wawancara terhadap Aparat
Pemerintahan Kota di Kota Bandar Lampung
dan wawancara kepada masyarakat Kota
Bandar Lampung serta Observasi.
2. Data Sekunder
data yang diperoleh dari studi
kepustakaan dengan mempelajari
peraturan perundang-undangan,
buku-buku hukum, dan dokumen yang
berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas.
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Metode ini dilakukan mengumpulkan data
dengan cara membaca, mengutip, mencatat
dan memahami berbagai literatur yang ada
hubungannya dengan materi penelitian,
berupa buku-buku,
peraturanperundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen
lain yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
b. Studi Lapangan
Studi Lapangan adalah mengumpulkan data
dengan mengadakan penelitian langsung
pada tempat atau objek penelitan di Kantor
Pemerintahan Kota di Kota Bandar Lampung
di bagian Pemerintahan sebagai lembaga
yang berwewenang dalam melaksanakan
pemekaran Kecamatan tersebut.
c. Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian diproses
melalui pengolahan dan pengkajian data.
Data tersebut diolah melalui proses :
1) Editing, yaitu memeriksa data yang
didapatkan untuk mengetahui
dan sesuai dengan bahasan. Apabila
terdapat data yang salah maka akan
dilakukan perbaikan.
2) Klasifikasi data, yaitu data yang
telah selesai diseleksi kemudian
diklasifikasi sesuai dengan jenisnya
dan berhubungan dengan masalah
penelitian.
3) Penarikan kesimpulan yaitu langkah
selanjutnya setelah data tersusun
secara sistematis, kemudian
dilanjutkan dengan penarikan suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari
data yang bersifat khusus.
Data hasil pengolahan tersebut dianalisis
secara deskriptif kualitatif yaitu menguraikan
data secara bermutu dalam bentuk kalimat
yang teratur, logis dan efektif sehingga
memudahkan interpretasi data dan
pemahaman hasil analisis guna menjawab
permasalahan yang ada.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota
Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain
merupakan pusat kegitan pemerintahan,
sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan,
kota ini juga merupakan pusat kegitan
perekonomian daerah lampung. Kota Bandar
Lampung terletak di wiayah yang strategis
karena merupakan daerah transit kegiatan
perekonomian antara pulau sumatera dan
pulau jawa, sehingga menguntungkan bagi
pertumbuhan dan pengembangan Kota
Bandar Lampung sebagi pusat perdagangan,
industri dan pariwisata.
Ditengah-tengah kota mengalir beberapa
sungai seperti sungai way halim, way balau,
way Awi, way Simpur di way tanjung karang
dan way kuripan, way balau, way kupang,
way garuntang, way kuwala mengalir
diwilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai
berapa dibagian barat, daerah hilir sungai
berada doi sebalah selatan yaitu di wilayah
pantai. Luas wilayah yang datar hingga
landai meliputi 60 persen total wilayah,
landai hingga miring meliputi 35 persen total
wilayah, dan sangat miring hingga curam
meliputi 4 persen wilayah.
Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung
merupakan perbukitan, yang diantaranya
bernama; Gunung Kunyit, Gunung Kulutum,
Gunung Banten, Gunung Kucing dan
Gunung Kepuk. Secara geografis Kota
Bandar Lampung terletak pada koordinat 5º
20º-5º30º lintang selatan dan
105º28º-105º37º bujur timur,
Pada tahun 2012, penduduk Bandar
Lampung berjumlah 902.885 jiwa dengan
sex ration 102, yang berarti jumlah
penduduk perempuan. Kepadatan penduduk
paling besar terdapat di Kecamatan Tanjung
karang pusat yakni 11,166 jiwa/km2,
sedangkan Kecamatan yang paling kecil
kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
kemiling yaitu 2.625 jiwa/km2
3.2 Sejarah Kecamatan di Kota Bandar Lampung
Sebelum tanggal 18 Maret 1964, provinsi
Lampung merupakan keresidenan, dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor
3 tahun 1964 yang kemudian menjadi
Undang-undang Nomor 14 tahun 1964.
Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi
provinsi Lampung dengan ibukotanya
Tanjungkarang-Telukbetung. Selanjutnya
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24
tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang-Telukbetung diganti menjadi
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar
Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni
1983 dan tahun 1999 berubah menjadi Kota
Bandar Lampung
Dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1975
dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982
tentang perubahan wilayah, maka Kota
Bandar Lampung diperluas dengan
pemekaran dari 4 Kecamatan 30 kelurahan
menjadi 9 Kecamatan 58 kelurahan.
Kemudian berdasarkan SK Gubernur No.
G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988
serta surat persetujuan Mendagri nomor
140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987
tentang pemekaran kelurahan di wilayah
Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar
Lampung terdiri dari 9 Kecamatan dan 84
kelurahan. Pada tahun 2001 berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.
04, Kota Bandar Lampung menjadi 13
Kecamatan dengan 98 kelurahan.
Selanjutnya, pada tanggal 17 september
2012, berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Bandar Lampung No 04 Tahun 2012, Bandar
Lampung menjadi 20 Kecamatan dengan
126 kelurahan.
3.3. Proses Pelaksanaan Pemekaran Kecamatan di Bandar Lampung
Otonomi daerah merupakan fenomena politis
yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi
(penjagadan, penduniaan) dan demokrasi,
apalagi jika dikaitkan dengan tantangan masa
depan memasuki era perdagangan bebas
yang antara lain dengan tumbuhnya berbagai
bentuk kerja sama regional (sijori),
perubahan pola atau sistem informasi global.
Melalui otonomi diharapkan daerah akan
mandiri dalam menentukan seluruh kegiatan
dan pemerintah pusat diharapkan tidak
terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah
daerah diharapkan mampu memainkan
perannya dalam membuka peluang
memajukan daerah dengan melakukan
pendapatannya dan mampu menetapkan
belanja daerah secara ekonomi yang wajar,
efisien, efektif, termasuk kemampuan
perangkat daerah meningkatkan kinerja,
mempertanggungjawabkan kepada
pemerintah atasannya maupun kepada publik
atau masyarakat.
Bandar Lampung dalam rangka
meningkatkan efektifitas dan efesiensi
penyelenggaraan pemerintahan, maka
pemerintah Kota Bandar Lampung membuat
kebijakan salah satunya yaitu pemekaran
kecamatan. Dalam melakukan pemekaran
Kecamatan sebagaimana pasal 126 ayat (1)
Undang-Undang No 32 Tahun 2004, bahwa “
Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten
atau kota dengan Peraturan Daerah
berpedoman pada peraturan pemerintah”, maka kecamatan tidak akan terbentuk jika
tidak ada peraturan Daerah yang mengatur
tentang pembentukan Kecamatan, yang harus
berpedoman pada peraturan pemerintah.
Oleh karena itu, pelaksanaan pemekaran
kecamatan di Kota Bandar Lampung
dilakukan melalui tahap-tahap tertentu oleh
panitia pemekaran kecamatan Kota Bandar
Lampung secara koordinatif pelaksanaan
pembahasaan dalam pemekaran dilakukan
oleh beberapa pihak panitia pemekaran dari
kecamatan yang bersangkutan, tim panitia
pemekaran kecamatan Kota Bandar
Lampung dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kota Bandar Lampung,
mulai dari tahap pembahasan sampai kepada
perumusan kebijakan pemekaran kecamatan
menjadi suatu Peraturan Daerah (perda)
tentang pemekaran kecamatan.
Pada tahap pembahasan sampai kepada
perumusan kebijakan pemekaran kecamatan
menjadi suatu Peraturan daerah (perda)
menuai berbagai intrupsi Anggota DPRD
Kota Bandar Lampung namun akhirnya
perubahan Peraturan Daerah Nomor 04 tahun
2012 tentang penataan dan pembentukan
kelurahan dan kecamatan disetujui serta
disahkan menjadi Perda Kota Bandar
Lampung,5 kecamatan yang melakukan
pemekaran meliputi;
1) Kecamatan Labuhan Ratu sebagai
pemekaran Kecamatan Kedaton;
2) Kecamatan Way Halim sebagai
pemekaran Kecamatan Sukarame;
3) Kecamatan Langkapura sebagai
pemekaran Kecamatan Kemiling;
4) Kecamatan Enggal sebagai pemekaran
Kecamatan Tanjungkarang Pusat;
5) Kecamatan Kedamaian sebagai
pemekaran Kecamatan Tanjungkarang
Timur;
6) Kecamatan Telukbetung Timur
sebagai pemekaran Kecamatan
Telukbetung Barat; dan
7) Kecamatan Bumi Waras sebagai
pemekaran Telukbetung Selatan.
Menurut Peraturan pemerintah Nomor 19
Tahun 2008 tentang Kecamatan dalam Pasal
3 menyebutkan bahwa pembentukan
Kecamatan sebagaimana dimaksud Pasal 2
harus memenuhi persyaratan administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan. Syarat
pembentukan Kecamatan terdapat pada Pasal
4 yaitu, syarat pembentukan Kecamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
meliputi: 6
1. Batas usia penyelenggaraan
pemerintah minimal 5 (lima) tahun;
2. Batas usia penyelenggaraan
pemerintahan desa dan/atau
kelurahan yang akan dibentuk
menjadi Kecamatan minimal 5 (lima)
tahun;
3. Keputusan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) atau nama lain untuk
Desa dan forum komunikasi
kelurahan atau nama lain untuk
kelurahan di seluruh wilayah
Kecamatan baik yang menjadi calon
cakupan wilayah Kecamatan baru
maupun Kecamatan induk tentang
persetujuam pembentukan
Kecamatan
6 Nurmayani, S.H., M.H., Op, Cit,.hlm.51
4. Keputusan kepala desa atau nama lain
untuk desa dan keputusan lurah atau
nama lain untuk kelurahan diseluruh
wilayah Kecamatan baik yang akan
menjadi cakupan wilayah Kecamatan
baru maupun kecamtan induk tentang
persetujuan pembentukan Kecamatan.
5. Rekomendasi Gubernur.
Selanjutnya pada Pasal 5 PP Nomor 19
Tahun 2008 dikemukakan mengenai syarat
fisik kewilayahan meliputi cakupan wilayah,
lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana
pemerintahan yang tersedia. Makna cakupan
wilayah diatur secara lebih rinci dalam Pasal
6 PP Nomor 19 Tahun 2008 yaitu sebagai
berikut:7
1. Cakupan wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 untuk daerah
kabupaten paling sedikit terdiri dari
atas 10 desa/kelurahan dan untuk
daerah kota paling sedikit terdiri atas
5 desa/kelurahan.
2. Lokasi calon ibukota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5
memperhatikan aspek tata ruang,
ketersediaan fasilitas, aksesibilitas,
kondisi dan letak geografis,
kependudukan, social ekonomi,
social politik, dan social budaya
3. Sarana dan prasarana pemerintahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
meliputi bangunan dan lahan untuk
kantor Camat yang dapat digunakan
untuk memeberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2008 tentang Kecamatan mengatur
persyaratan teknis pemerkaran Kecamatan,
yaitu:8
(1) Persyaratan teknis sebagaiamana
dimaksud dalam Pasal 3 ini, meliputi:
1. Jumlah penduduk;
2. Luas wilayah;
3. Rentang kendali penyelengaraan
pelayanan pemerintahan;
4. Aktivitas perekonomian;
5. Ketersediaan saran dan prasarana;
(2) Persyaratan teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Pasal 7
dinilai bedasarkan hasil kajian yang
dilakukan pemerintah kabupaten/kota
sesuai indikator sebagaimana
dicantumkan dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari pemerintah Nomor 19 Tahun
2008 tentang Kecamatan.
Metode rata-rata adalah metode yang
membandingkan besaran/nilai tiap calon
kecamatan dan kecamatan induk terhadap
besaran/nilai rata-rata keseluruhan
kecamatan di kabupaten/kota. Dalam hal
terdapat kecamatan yang memiliki
besaran/nilai indikator yang sangat berbeda
(di atas 5 kali dari besaran/nilai terendah),
maka besaran/nilai tersebut tidak
diperhitungkan.
Kemudian, Metode Kuota adalah metode
yang menggunakan angka tertentu sebagai
kuota penentuan skoring baik terhadap calon
kecamatan maupun kecamatan induk. Untuk
pembentukan kecamatan di kabupaten adalah
10 (sepuluh) kali rata-rata jumlah penduduk
desa/kelurahan seluruh kecamatan di
kabupaten yang bersangkutan.Untuk
pembentukan kecamatan di kota adalah 5
(lima) kali rata-rata jumlah penduduk
desa/kelurahan seluruh kecamatan di kota
yang bersangkutan.Semakin besar perolehan
besaran/nilai calon kecamatan dan
kecamatan induk (apabila dimekarkan)
terhadap kuota pembentukan kecamatan,
maka semakin besar skronya
Setiap indikator mempunyai skor dengan
skala 1-5, dimana skor 5 masuk dalam
kategori sangat mampu, skor 4 kategori
mampu, skor 3 kategori kurang mampu, skor
2 kategori tidak mampu dan skor 1 kategori
sangat tidak mampu.
besaran/nilai indikator lebih besar atau sama
dengan 80% besaran/nilai rata-rata,
pemberian skor 4 apabila besaran/nilai
indikator lebih besar atau sama dengan 60%
besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 3
apabila besaran/nilai indikator lebih besar
atau sama dengan 40% besaran/nilai
rata-rata, pemberian skor 2 apabila besaran/nilai
indikator lebih besar atau sama dengan 20%
besaran/nilai rata-rata, pemberian skor 1
apabila besaran/nilai indikator kurang dari
20% besaran/nilai rata-rata.
Nilai indikator adalah hasil perkalian skor
dan bobot yang mempunyai bobot yang
berbeda-beda untuk masing-masing faktor
dan indicator, sesuai dengan perannya dalam
pembentukan kecamatan, sebagai berikut:
Kelulusan kecamatan baru ditentukan oleh
total nilai seluruh indikator dengan kategori
sebagai berikut: Suatu calon kecamatan
direkomendasikan menjadi kecamatan baru
apabila calon kecamatan dan kecamatan
induknya (setelah pemekaran) mempunyai
total nilai seluruh indikator dengan kategori
sangat mampu (420-500) atau mampu
(340-419). Usulan pembentukan kecamatan
ditolak apabila calon kecamatan atau
kecamatan induknya (setelah pemekaran)
mempunyai total nilai seluruh indikator
dengan kategori kurang mampu (260-339),
tidak mampu (180-259) dan sangat tidak
mampu (100-179).
Berdasarkan hal tersebut, Maka
Pelakasanaan pemekaran kecamatan di
Bandar Lampung menggunakan yang metode
rata-rata yaitu metode yang membandingkan
besaran/nilai tiap calon kecamatan dan
kecamatan induk terhadap besaran/nilai
rata-rata keseluruhan kecamatan di
kabupaten/kota, penilaian tersebut sebagai
berikut; kecamatan tanjung karang timur
mempunyai nilai total 350 dan kecamatan
kedamaian mempunyai nilai total 416,
kecamatan kedaton mempunyai nilai total
376 dan kecamatan labuhan ratu mempunyai
nilai total 381, kecamatan sukarame
mempunyai nilai total 411 dan kecamatan
way halim mempunyai nilai total 386,
kecamatan tanjung karang pusat mempunyai
nilai total 382 dan kecamatan enggal
mempunyai nilai total 362, kecamatan Teluk
betung Barat mempunyai 370 dan kecamatan
Teluk Betung Timur mempunyai nilai total
380, kecamatan Teluk Betung Selatan
mempunyai nilai total 360 dan bumi waras
400. Berdasarkan berdasarkan tabel 3 yaitu
suatu calon kecamatan direkomendasikan
menjadi kecamatan baru apabila calon
kecamatan dan kecamatan induknya (setelah
Pemekaran) mempunyai total nilai seluruh
indikator dengan kategori sangat mampu
(420-500) atau mampu (340-419) dan usulan
pembentukan kecamatan ditolak apabila
calon kecamatan atau kecamatan induknya
seluruh indikator dengan kategori kurang
mampu (260-339), tidak mampu (180-259)
dan sangat tidak mampu (100-179).
3.4. Faktor Penghambat Pemekaran Kecamatan di Bandar Lampung
Dari penelitian yang dilakukan di kantor
pemerintah Kota Bandar Lampung bagian
pemerintahan, dan berdasarkan hasil
wawancara kepada masyarakat kota Bandar
Lampung khususnya masyrakat yang terkena
pemekaran kecamatan , maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor-faktor penghambat
dalam Pelaksanaan Pemekaran Kecamatan di
Bandar Lampung adalah :
1) permasalahan di peraturan daerah
nomor 04 Tahun 2012 Tentang
Penataan dan pembentukan kelurahan
dan kecamatan, karena sejumlah
masyarakat protes karena efek
pemekaran itu membuat jarak tempuh
dari kelurahan ke kecamatan menjadi
lebih jauh dari sebelumnya dan
banyaknya nama kelurahan di ubah
serta banyaknya pusat pemerintahan
kecamatan di ubah. Mereka yang
melakukan protes adalah sejumlah
warga di Kelurahan Segalamider
Kecamatan Langkapura. Warga
keberatan dengan tapal batas
kelurahan hasil pemekaran, yakni
Kelurahan Gunung Agung
Kecamatan Tanjungkarang Barat,
yang dinilai lebih memberatkan
masyarakat. Padalah tanggal 9 Juni
2012 lalu, tokoh masyarakat adat,
tokoh agama, pemuda, dan
ketua-ketua RT Kelurahan Segalamider
sudah sepakat menyetujui pemekaran
wilayah Segalamider dan Gunung
Agung. Gunung Agung disepakati
masuk ke wilayah Kecamatan
Langkapura sebagai kecamatan baru,
sedangkan Segalamider sebagai
kelurahan induk masuk ke wilayah
Tanjungkarang Barat. Tapi di dalam
Perda No 4 Tahun 2012 tentang
Pembentukan dan Penataan
Kelurahan dan Kecamatan yang ada
sekarang malah terbalik. Gunung
Agung masuk Tanjungkarang Barat
dan Segalamider masuk Langkapura,
di tambah lagi banyaknya penggatian
nama-nama kelurahan. Dari
permasalahan tersebut keluarlah
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2012 Tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan.
2) Pada kantor-kantor Kecamatan yang
yang sewa dan kurang ideal9,
sebagaimana dengan Peraturan
Mentri Dalam Negeri No 7 Tahun
2006 tentang Standarisasi Saran dan
Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.
3) Banyaknya Masyarakat yang bersikap
apatis kepada kebijakan pemerintah
kota Bandar Lampung, ditambah lagi
kurangnya sosialisasi dan
keterbukaan pemerintah kepada
masyarakat dalam mengambil
kebijakan terutama kebijakan
pemekaran wilayah, 10 contohnya
ketidakterbukaan Pemerintah Kota
Bandar Lampung dalam anggaran
yang dikucurkan dalam pelaksanaan
pemekaran kecamatan di Kota
Bandar Lampung, ini tidak sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No 58
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi
Publik dan tidak sesuai dengan
krakteristik good governance.
4) Masih terdapat para pelaksanan
administrasi kecamatan yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi
dari tugas di Kantor kecamatan ini
9 Hasil wawancara dengan Ahmad Efendi Sebagai kasubag pemerintahan umum Kota Bandar lampung
10 Hasil dari wawancara dengan masyarakat bandar lampung
berarti kurangnya displin pegawai
baik dalam tugas pekerjaan maupun
waktu kerja.
IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah dimuat pada
bab hasil dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan hal-hal antara lain :
1. Pelaksanaan pemekaran Kecamatan
di Kota Bandar Lampung,
Pemerintah mengesahkan Peraturan
Daerah Nomor 04 Tahun 2012
tentang penataan dan pembentukan
kelurahan dan Kecamatan, dalam
melaksanakan pemekaran Kecamatan
di Kota Bandar Lampung, yang
menggunakan metode rata-rata yaitu
metode yang membandingkan
besaran/nilai tiap calon Kecamatan
dan Kecamatan induk terhadap
besaran/nilai rata-rata keseluruhan
Kecamatan di kabupaten/kota. Dari 7
(tujuh) Kecamatan di Kota Bandar
Lampung yang melakukan
pemekaran di nyatakan layak sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP)
No 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan .
2. Faktor penghambat dalam
Pelaksanaan Pemekaran Kecamatan
keberatan sejumlah masyarakat
karena efek pemekaran itu membuat
jarak tempuh dari kelurahan ke
Kecamatan menjadi lebih jauh dari
sebelumnya dan banyaknya nama
kelurahan di ubah serta banyaknya
pusat pemerintahan Kecamatan di
ubah. Dari permasalahan tersebut,
keluarlah Peraturan Daerah Nomor
12 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2012 Tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan .
Kemudian, kantor-kantor Kecamatan
yang melakukan pemekaran masih
ada yang sewa atau belum memiliki
kantor sendiri, banyaknya masyarakat
belum mengetahui daerah tempat
tinggalnya menjadi daerah pemekaran
wilayah dan di tambah minimnya
informasi dari pemerintah ke
masyarakat, serta masyarakat belum
mengetahui siapa Camatnya.
4.2. Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih
memperketat mekanisme atau
syarat-syarat pemekaran Kecamatan dengan
menyantumkan secara jelas berapa
jumlah penduduk, luas wilayah,
rentang kendali penyelenggaran
pelayanan pemerintah, aktivitas
ekonomian, dan ketersediaan sarana
dan prasana dalam melakukan
pemekaraan Kecamatan agar tidak
mudah di manipulasi datanya.
2. Sebaiknya pemerintah Kota Bandar
Lampung dalam pemekaran
kecamatan lebih serius dalam
melayani masyarakat bukan untuk
kepentingan pribadi dan/atau
kepentingan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar
Metode Penelitian Hukum,
RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2009.
Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah,
Universitas lampung, Bandar lampung: 2009.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,
Grafindo persada, Jakarta: 2006.
Sujadi,Firman Lampung Sai Bumi Ruwa
Jurai, Cita Insan Mandani, Jakarta: 2012
Sunarno, Siswanto, Hukum Pemerintahan
Daerah. Sinar Grafik Jakarta: 2012.
Sabarno, Hari, Memandu Otonomi Daerah
Menjaga Kesatuan
Bangsa,SinarGrafik, Jakarta: 2007.
Santosa, Pandji, Administrasi Publik Teori
dan Aplikasi Good governance,
Sumarto, Hetifan JS, Inovasi,pratisipasi dan
Good Gavernance; 20 Prakasa
inovasi dan pratisipasi di Indonesia,
Yayasan Obor Indonesia,Jakarta:
2009
Sunindhia, Y.W., Praktek penyelenggaraan
Pemerintahan di Daerah, Rineka
Cipta: Jakarta, 1987.
Wasistiono, Sadu dkk, Perkembangan
Organisasi Kecamatandari Masa ke
Masa, Fokusmedia, bandung: 2009.
__________, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka: Jakarta, 1997
__________, Format Penulisan Karya
Ilmiah Universitas Lampung,
Universitas Lampung: Bandar
Lampung, 2010.
Yuswanto, Hukum Desentralisasi Keuangan,
Rajawali pers, 2012: Jakarta
Website dan lain-lain
Art Lovers, Kuantan, Pembentukan
Kecamatan Sentaji Raya,
http://www.sungaikuantan.com/2009/05/pem
bentukan-Kecamatan-sentajo-raya.htmlFahmi, Sudi,. Realitas Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Indonesia, Kreasi Total
Media: Yogyakarta, 2009,
http://kphindonesia.freevar.com/?p=244
Huda, Ni’Matul.Hukum Pemerintahan
Daerah, Nusa Media:Bandung, 2009,
http://kphindonesia.freevar.com/?p=185.
Mansurene, Anselmus, Kedudukan
KecamatanMenurut Undang-Undang
5/1974, 22/1999 dan 32/2004,
http://anselmusmansurene.blogspot.com/201
3/04/a.html.
Mulyana ,Budi,Good Governance dan
lmplementasi di Indonesia,
http://hbmulyana.wordpress.com/2008/01/19
/good-governance-dan-implementasi-di-indonesia/.
Teguh, Eko,”Dampak Pemekaran
Kecamatan”,
http://ekoteguh23.blogspot.com/2010/10/da
mpak-pemekaran-Kecamatan-terhadap.html.
Rimal, “Pengertian Pelaksaan”,
http://rimalrimaru.com/pengertian-pelaksanaan.
Simbolon , Manggidar, Tujuan Pemekaran
Daeah adalah untuk Mewujudkan Tata
Kelola Pemerintahan yang Good
governance,
http://tolping-
samosir.blogspot.com/2009/04/ir-mangindar-simbolon-tujuan-pemekaran.html.
Sapawula, Rasidin, Konsep Good
governance
http://mandalaputrayes.blogspot.com/2011/1
0/konsep-good-governance.html.
Yuswanto, Naskah Akademik pemekaran
kecamatan di kota Bandar Lampung 2012.
Wikipedia, Kota Bandar Lampung,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_La
mpung.
Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun
2008 Tentang Kecamatan .
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun