Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 25 PENINGKATAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN MELALUI
PIJAT BAYI DI RB HASANAH GEMOLONG SRAGEN
Improving The Quality Of Infant Sleep Through The Ages 3-6 Months Baby Massage In RB Hasanah Gemolong Sragen
Dyan Kusuma Wardhani, Enny Yuliaswati
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
ABSTRACT
Sleep is one of the factors that influence infant growth. Baby sleep quality in addition to affect the physical development also affect the future development of his attitude. Referring to the results of research on sleep disorders in children under three years of age by Sekartini 2005 in five major cities in Indonesia, showed that the prevalence of sleep disorders infant was found 42.3% of the cases of the 385 study subjects. One therapy that can improve sleep quality baby is a baby massage. Objective to determine the relationship between infant massage with the quality of sleep in infants aged 3-6 months RB Hasanah Gemolong.
The study was observational analytic with cross sectional approach to 45 infants aged 3-6 months. Analysis of data using Kendall Tau.
Obtained values with ztabel zhitung = 4.86 = 1.96, then the results obtained
zhitung≥ztabel Ha accepted that there is a relationship between sleep quality baby
massage with infants aged 3-6 months in RB Hasanah Gemolong Sragen.
There was a significant correlation between the frequency of massage with the quality of sleep, which is getting regular massage your baby, the better the quality of infant sleep.
Keywords: Infant massage, Quality sleep, Baby age 3-6 months
ABSTRAK
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 26 Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap 45 bayi usia 3-6 bulan. Analisa data menggunakan Kendall Tau.
Hasil penelitian didapatkan nilai zhitung = 4,86 dengan ztabel = 1,96, diperoleh hasil zhitung≥ztabel maka Ha diterima sehingga terdapat hubungan antara pijat bayi dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di RB Hasanah Gemolong Sragen.
Simpulan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pijat dengan kualitas tidur, dimana semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi.
Kata Kunci: Pijat bayi, Kualitas tidur, Bayi usia 3-6 bulan
PENDAHULUAN
Kualitas seseorang bayi dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor yang yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat. Penting sekali memenuhi kebutuhan fisik bayi agar bayi tidur nyenyak. Saat tidur, pertumbuhan fisik dan otak bayi terpacu karena hormon pertumbuhan dikeluarkan saat bayi tidur dan memberikan kesempatan tubuhnya meningkatkan proses metabolisme (Ameera, 2009).
Faktanya 25 sampai 30 persen bayi mengalami masalah tidur (Elbirt dan Small, 2004). Masalah tidur yang sering pada bayi seperti gangguan asosiasi awitan tidur yang tidak sesuai, dengan gejala bangun malam hari yang memerlukan intervensi dan kolik yang
biasanya terjadi pada bayi sehat yang berusia di bawah 5 bulan, dengan gejala menangis, iritabel hingga lebih dari 3 jam selama kurang lebih tiga hari berturut-turut (Marcdante, et al. 2014).
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 27 menganggap gangguan tidur pada bayi
bukan merupakan suatu masalah dan 29,9% menganggap masalah yang kecil. Prevalensi gangguan tidur pada bayi ditemukan pada 44,2% kasus yang mengalami gangguan tidur seperti jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam (Sekartini, 2006).
Salah satu terapi yang mampu mengatasi masalah tidur bayi yaitu pijat bayi. Pijat bayi merupakan salah satu jenis stimulasi yang akan merangsang perkembangan struktur maupun fungsi dari kerja sel-sel dalam otak ( Riksani, 2014). Bayi yang dipijat selama kurang lebih 15 menit akan merasa lebih rileks, tidur lebih lelap, perkembangan dan pertumbuhannya juga semakin baik (Marta, 2014).
Studi pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan di RB Hasanah, diperoleh data dari 20 bayi usia 3-6 bulan (75 % ) dilaporkan mengalami masalah ketika tidur. Keluhan yang dilaporkan oleh ibu berbeda-beda pada setiap bayi. Ada yang melaporkan bayinya sering terbangun ketika tidur di
malam hari lebih dari 3 kali, menangis dengan kencang selama 2-3 jam terjadi kurang lebih tiga hari. Dari 20 ibu yang membawa bayi ke RB Hasanah Gemolong, 12 orang (60%) mengatakan pernah mendengar tentang pijat bayi dan pernah membawa bayinya untuk pijat namun tidak tahu bagaimana teknik memijat yang benar dan manfaat pijat bayi, 8 orang (40%) mengatakan sama sekali tidak tahu tentang pijat bayi.
Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pijat Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di RB Hasanah Gemolong.”
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 28 sebanyak 45 orang. Penentuan jumlah
sampel berdasarkan rumus Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa besarnya sampel apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil sebanyak 45 responden. Dengan kriteria inklusi yaitu orang tua bayi bersedia menjadi responden. Teknik sampling dengan total sampling. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik teknik analisis bivariat dengan uji hipotesis Kendall Tau (). Dengan ketentuan
bahwa jika zhitung lebih besar dari ztabel, dengan taraf signifikansi 5 % atau 0,005, maka ada hubungan signifikan yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan apabila zhitung lebih kecil ztabel, maka hubungan tidak signifikan yang berarti bahwa Ho diterima Ha ditolak. Setelah diketahui hubungan antar variabel tersebut, kemudian mencari keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien korelasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Bahasan
Analisis Univariat
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20-30 tahun ada 29 orang (64,4%), dan sebagian kecil responden dengan usia 20 tahun yaitu ada 2 orang (4,4%).
Berdasarkan karakteristik responden di RB Hasanah Gemolong pada tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-30 tahun ada 29 orang (64,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umur tersebut merupakan usia reproduktif yang memungkinkan seorang wanita untuk hamil, melahirkan dan mempunyai bayi. Mayoritas responden pada usia ini baru memiliki 1 anak sehingga mereka belum mempunyai pengalaman lebih untuk merawat bayinya khususnya melakukan pijat bayi. Mayoritas responden juga sudah mencapai usia dewasa sehingga
Umur Frekuensi Presentase
20 th 2 4.4%
20-30 th 29 64.4% >35 th 14 31.2%
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 29 mudah menerima informasi tentang pijat
bayi yang benar. Selain itu, mereka juga bisa memutuskan apapun yang terbaik untuk menunjang tumbuh kembang bayinya. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukaan oleh Mubarak (2012: 84) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental).
Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu ada 22 orang (48,9%), dan sebagian kecil responden dengan pendidikan SD yaitu ada 1 orang (2,2%).
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu ada 22 orang (48,9%), dan sebagian kecil responden dengan
pendidikan SD yaitu ada 1 orang (2,2%). Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Mayoritas responden belum mendapat informasi ilmiah tentang manfaat dan cara pijat bayi yang benar sehingga pijat bayi hanya diyakini dengan sugesti. Kurangnya informasi mengenai pijat bayi ini membuat mayoritas responden takut untuk memijat bayinya sendiri sehingga memilih dipijatkan seperlunya saja. Tetapi disisi lain hampir seperempat responden berpendidikan diploma telah mendapat informasi pijat bayi melalui internet dan tenaga kesehatan sehingga mereka lebih mengetahui manfaat pijat dan cara pijat bayi. Masyarakat yang berpendidikan akan memilih cara yang aman dan baik dalam melakukan pijat bayi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mubarak (2012) yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Pendidikan Frekuensi Presentase
SD 1 2.2%
SMP 6 13.3%
SMA 22 48.9%
Diploma 11 24.4%
Sarjana 5 11.1%
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 30 Tabel 3. Karakteristik Responden
berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Bekerja 27 60.0 %
Tidak
bekerja 18 40.0 %
Total 45 100.0 %
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja yaitu ada 27 orang (60,0%), dan sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu ada 18 orang (40,0%).
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang bekerja yaitu ada 27 orang (60,0%), dan sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu ada 18 orang (40,0%). Hal ini menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki sedikit waktu luang, sehingga responden belum mampu memperhatikan kesehatan keluarga khususnya kesehatan bayinya secara optimal. Di sisi lain, responden yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang cukup dan lebih mudah untuk mendapatkan informasi kesehatan, dimana informasi itu bisa didapat dari tetangga atau tenaga kesehatan ketika sedang mengunjungi posyandu. Responden yang memiliki waktu luang
akan lebih mudah memberikan pijat pada bayinya, baik oleh dirinya, tenaga kesehatan maupun dukun.
Tabel 4. Karakteristik Responden berdasarkan Pemijat Bayi
Pemijat Frekuensi Presentase
Ibu 15 33.3 %
Nakes 24 53.3 %
Dukun 6 13.3 %
Total 45 100.0 %
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden pemijat bayinya adalah nakes yaitu ada 24 orang (53,3%), dan sebagian kecil responden dengan pemijat bayinya adalah dukun yaitu ada 6 orang (13,3%).
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 31 yang tepat, diyakini pijat mampu
menangani bayi rewel dan mengalami kolik. Sejalan dengan pernyataan Yahya (2011) yang menyatakan bahwa pemijatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih akan memberikan kekuatan dan ketepatan pemijatan lebih efektif.
Tabel 5. Frekuensi Pijat Bayi Frekuensi
Pijat Frekuensi Prosentase Tidak
teratur 25 55.6 %
Teratur 20 44.4 %
Total 45 100.0 %
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden frekuensi pijatnya tidak teratur yaitu ada 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil responden dengan frekuensi pijat teratur yaitu ada 20 orang (44,4%).
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden frekuensi pijatnya tidak teratur yaitu ada 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil responden dengan frekuensi pijat teratur yaitu ada 20 orang (44,4%). Frekuensi pijat bayi pada bayi dalam kategori tidak teratur karena orang tua bayi memberikannya
kurang dari 3 kali per minggu baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, dukun bayi ataupun oleh ibu dan keluarganya sendiri. Sebagian besar orangtua menganggap bahwa pijat hanya perlu dilakukan ketika bayi sakit dan sering rewel. Pada kenyataannya, pijatan yang dilakukan ibu, bapak, dan anggota keluarga lain merupakan pijatan terbaik karena sentuhan pijat yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang bayi. Semakin sering frekuensi pijat, maka akan memberikan pengaruh positif bagi bayi. Hal ini sejalan dengan Subakti dan Anggraini (2009) yang mengemukakan bahwa dengan melakukan pemijatan yang benar, bayi akan mengalami peningkatan nafsu makan dan efektivitas dalam istirahat (tidur).
Tabel 6. Kualitas Tidur Bayi
Kualitas
Tidur Frekuensi Presentase
Kurang 10 22.2 %
Cukup 10 22.2 %
Baik 25 55.6 %
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 32 Berdasarkan tabel 6 diketahui
bahwa sebagian besar responden kualitas tidur bayinya dalam kategori baik yaitu ada 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil responden dengan kualitas tidur cukup dan kurang masing-masing ada 10 orang (22,2%).
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden kualitas tidur bayinya dalam kategori baik yaitu ada 25 orang (55,6%), dan sebagian kecil responden dengan kualitas tidur cukup dan kurang masing-masing ada 10 orang. Kualitas tidur bayi dalam kategori baik dimana rata-rata tidur malam hari 8-10 jam, terbangun kurang dari 3 kali dan lama terbangun kurang dari 1 jam. Kualitas tidur bayi umur 3-6 bulan dalam kategori baik didukung oleh pemberian pijat bayi. Setelah pemberian pijat, bayi akan merasa tenang dan nyaman. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Riksani (2014) bahwa pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Di sisi lain,
ada berbagai manifestasi pada bayi atau anak yang kualitas tidurnya kurang baik berupa mengantuk sampai hiperaktif. Mereka cenderung iritabel, kurang atensi, kurang kooperatif, dan sulit dikontrol. Sejalan pernyataan Soetjiningsih (2012) yang mengemukakan bayi yang rewel dan sering terganggu tidur malamnya cenderung kurang mampu memfokuskan perhatiannya atau berkonsentrasi. Akibatnya, mereka akan mengalami keterlambatan perkembangan keterampilan motoriknya.
Analisis Bivariat
Tabel 7 Gambaran Kualitas Tidur Bayi berdasarkan Frekuensi Pijat
Frekuensi Pijat
Kualitas Tidur
Total Kurang Cukup Baik
Tidak
teratur 9 8 8 25
36 % 32% 32% 100%
Teratur 1 2 17 20
5% 10% 85% 100%
Total 10 10 25 45
22.2% 22.2% 55.6% 100.0%
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 33 bahwa dari 45 responden yang frekuensi
pijat tidak teratur ada 25 responden (55,6%), dan sebagian besar kualitas tidurnya kurang yaitu ada 9 responden(20.0%), jika dibandingkan dengan responden yang frekuensi pijat teratur ada 20 responden (44,4%) dan sebagian besar kualitas tidurnya baik yaitu ada 17 responden (37,8%). Kebanyakan bayi akan tertidur dengan waktu yang lama setelah dilakukan pemijatan. Selain lama, bayi tidak rewel seperti sebelumnya. Hal ini sejalan dengan Subakti (2009) yang mengemukakan bahwa pemijatan juga mengefektifkan istirahat (tidur) bayi. Ketika bayi tidur dengan efektif maka saat bangun bayi akan menjadi bugar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada kecederungan semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi.
Tidur, bagi bayi merupakan salah satu tingkah laku yang memenuhi 4 kriteria, meliputi penurunan aktifitas motor, penurunan respon terhadap rangsangan, sikap tubuh yang stereotipik (berbaring dengan mata tertutup) dan relatif mudah kembali terbangun
(berbeda dengan koma). Gangguan tidur pada bayi usia 2-12 bulan meliputi terbangun malam hari yang berlebihan dan adanya gerakan ritmik saat tidur (head banging, body rocking, dan body rolling). Peningkatan kualitas tidur bayi bisa dilakukan dengan memberikan pijatan lembut pada pagi hari sebelum mandi atau malam hari sebelum tidur bermanfaat untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 34 memperbaiki kualitas tidur (Field T et
al. 2006).
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan hasil bahwa nilai Zhitung > Ztabel atau nilai P < 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa ada huhungan antara frekuensi pijat terhadap kualitas tidur. Nilai koefisien kendal’s tau sebesar 0,502 artinya hubungan tersebut dalam kategori sedang. Adapun koefisien bernilai positif berarti bahwa arah hubungan sebanding, semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi. Adanya hubungan dalam kategori sedang, berarti ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi kualitas tidur bayi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor lain, diantaranya faktor lingkungan, penyakit, dan asupan makanan (ASI/susu). Sesuai teori yang dikemukan oleh Potter dan Perry (2006) bahwa lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Kebiasaan yang sering terjadi adalah orang tua yang tidur satu ranjang dengan anak. Sehingga ketika
bergeser sedikit saja, maka akan terbangun bahkan rewel. Tidur satu kamar tanpa tidur satu ranjang direkomendasikan karena hal ini akan memudahkan orang tua memberi kenyamanan, memberi makanan, dan memantau bayinya (Moon, 2012). Sedangkan faktor penyakit pada penelitian ini meliputi setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan fisik. Pada penelitian ini ada beberapa bayi yang mengalami demam, batuk sehingga mereka sering rewel ketika tidur. Hal inilah yang sering menyebabkan gangguan tidur pada bayi. Pada penelitian ini sebagian bayi mempunyai kebiasaan minum susu sebelum tidur. Hal ini juga bisa mempengaruhi kualitas tidur bayi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekartini (2006) didapatkan bahwa sebagian besar anak (56,1%) tertidur ketika disusui dan terdapat hubungan bermakna secara statistik antara gangguan tidur dengan tertidur ketika disusui.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 35 tahun 2012 yang dari hasil uji Wilcoxon
Sign Rank Test didapatkan bahwa nilai asymp sig (2-tailed) 0,000 (kurang dari nilai α = 0,05) maka Ha diterima, artinya ada pengaruh pemberian pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di wilayah kerja puskesmas II Denpasar Timur.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pijat bayi mempengaruhi kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1) Frekuensi pijat bayi pada bayi usia 3-6 bulan di RB Hasanah Gemolong sebagian besar responden tidak teratur yaitu ada 25 orang. 2) Kualitas tidur bayi usia 3 – 6 bulan di RB Hasanah Gemolong sebagian besar responden kualitas tidur bayinya dalam kategori baik yaitu ada 25 orang. 3) Ada hubungan antara frekuensi pijat dengan kualitas tidur, dimana hubungan tersebut positif
dimana semakin teratur pijat bayi maka akan semakin baik kualitas tidur bayi.
Saran
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 36 DAFTAR PUSTAKA
Ameera, A. 2009. Cara dan Tips Cerdas Mengasuh Bayi. Yogyakarta: Sakti.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Elbirt, P. & Small, L.L. 2004. 365 Cara Membuat Anak Tidur Nyenyak: Bayi Sampai 6 Tahun. Jakarta: Arcan.
Field T et al. Behavior and Development
2006; 29: 574-578
Murray, H. A. 1938. Explorations in Personality. New York: Oxford University Press
Marcdante, K.J.et al. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Singapura: Elsevier Pte.Ltd.
Marta, A. 2014. Home Baby Spa. Jakarta: Penerbit Plus.
Moon, R.Y. 2011. Policy Statement SIDS and Other Sleep-Related Infant Deaths: Expansion of Recommendations for a Safe Infant Sleeping Environment. Pediatrics, 128 (5),1031-1033.
Mubarak, W. I. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, dan Praktik, E/4, Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riksani, R. 2012. Cara Mudah dan Aman Pijat Bayi. Jakarta: Dunia Sehat.
Sekartini, R. & Adi N.P. 2006.
Gangguan Tidur pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia. Sari Pediatri,7 (4), 192.
Soetjiningsih & Ranuh, I.G.N.G. 2014.
Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Subakti, Y. & Anggraini, D.R. 2009.
Keajaiban Pijat Bayi & Balita.
Jakarta: PT WahyuMedia.