• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah pendidikan karakter perspektif A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah pendidikan karakter perspektif A"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PERSPEKTIF AS-SUNNAH

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas: Mata Kuliah : Studi Hadits Integratif

Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Ya'kub, M.A. 2. Dr. Zawawi, M.A.

Oleh :

NURUL FAIZAH (2052114026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PEKALONGAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Dewasa ini, kita sering mendengar kejadian-kejadian yang terkadang sangat mengganggu orang lain, atau bahkan mungkin sampai menyebabkan kerugian. Sebut saja begal, yang saat ini sedang marak terjadi dimana-mana, korupsi yang sampai detik ini juga masih saja menggurita di negara kita, sehingga dapat menimbulkan pikiran negatif di benak generasi penerusnya. Mungkin bukan hanya negara kita yang sedang dilanda dekadensi moral, tetapi seluruh penjuru dunia.

Kita sebagai orang muslim tentu tidak ingin generasi penerus nanti akan menjadi generasi yang bobrok akhlaqnya, terutama di Indonesia yang penduduk Muslimnya termasuk mayoritas. Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan perbaikan atau perubahan pada masyarakat kita untuk menjadikan generasi penerus yang memiliki pribadi lebih baik lagi.

Rasulullah sendiri telah menyebutkan dalam Haditsnya yang berbunyi :

(دمحأ هاور) اقلأا مراكم مّمأأ تثع اممنإ Artinya : “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.”

Jika menilik pada sejarah terdahulu pada zaman Jahiliyah, akhlaq kaum Quraisy masih sangat di bawah. Hingga datanglah Rasulullah yang diutus oleh Allah hanya untuk menyempurnakan akhlaq mereka melalui ajaran Islam. Rasulullah sendiri yang mengajarkan akhlaq kepada kaumnya dengan meneladani perangai dan sifat-sifat beliau sehari-hari. Kita patut bersyukur karena lahir di tengah-tengah lingkungan Islam, sehingga akhlaq langsung bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sejak dini dengan mempelajari kisah-kisah beliau yang banyak tersebar di buku-buku sejarah.

Namun terkadang saat ini tidak sedikit pula yang kembali lagi ke zaman Jahiliyah, zaman dimana akhlaq sedang carut marutnya. Padahal manusia diciptakan begitu sempurna dengan dikaruniai akal, sehingga dengan akal mereka dapat berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian pendidikan karakter?

2. Bagaimana hakikat pendidikan karakter dalam Islam? 3. Apa saja nilai-nilai karakter dalam Islam?

4. Bagaimana metode pendidikan karakter dalam perspektif As-Sunnah?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter Perspektif As-Sunnah

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam Bahasa Arab sendiri dikatakan ةيعرتلا yang berasal dari kata ىّعر yang menunjukkan arti membenahi dan merawat sesuatu, menetapi sesuatu dan menempatinya, serta menggabungkan sesuatu dengan seuatu yang lain. Kemudian terdapat definisi lain menurut Ibnu Faris yang wafat pada tahun 395 H. Menurutnya, pendidikan adalah perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap pihak yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan di dalam jiwanya, sehingga menjadi matang dan mencapai tingkat sempurna yang sesuai dengan kemampuannya.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.2

Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi, pendidikan merupakan sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi).3

2. Pengertian karakter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter berarti tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau orang Jawa biasa menyebutnya dengan watak.4 Sedang dalam Bahasa Arab bisa

diambil dari kata “اقلأ” jamak dari ةقيلخلا و قلللخ yang berarti perangai (ةيجللسلا),لا kelakuan atau watak dasar/tabiat (ةثيبطلا), kebiasaan (ةداللثلا). Kata tersebut juga

1Dr.Ali Abdul Halim Mahmud;At-Tarbiyyah Al-Khuluqiyyah, Daar at-Tawzi’ wa an-Nasyri al-Islam(1995); dialihbahasakan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani ,Masturi & A.Ikhwani;

Jakarta:Gema Insani Press; 2004;hal.23.

2 http://kbbi.web.id/karakter. Sumber: Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(2008) 3 Ebook PGRI tentang Pendidikan Karakter , Hal.3.,lihat

http://www.pgri.or.id/download/category/126-buku-pendidikan-karakter.html

(4)

berhubungan dengan kata اولخملاو قلاخلا, yang berarti pencipta dan yang diciptakan.5

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlaq timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluq.6

Dalam kitab Tahdzibul Akhlaq oleh Ibnu Maskawaih menyebutkan definisi akhlaq sebagai berikut:

ةيورو ركف ريغ نم اهلاثفأ ىلنإ اهل ةيعاد سفنلل لاح قلخلا7

Artinya: kesadaran jiwa seseorang yang mendorongnya untukl melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).8

Imam Al-Ghazali juga mengemukakan pengertian akhlaq dalam Ihya’ ‘Ulumuddinnya tidak jauh berbeda dengan pengertian Ibnu Maskawaih:

ركف ىلنإ ةجاح ريغ نم رسيو ةلوهسع لاثفأا ردصأ اهنع ةخسار سفنلا ىف ةئيه نع ةرابع قلخلا ةيورو9

Artinya: Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).10

Sedangkan Prof.Dr.Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlaq adalah “Adatul Iradah, atau kehendak yang dibiasakan.” Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi :

قلخلاع تامسمملا يه اهأداثف ائيش تداتعا اذنإ ةداررا أ ىنثي ،ةداررا ةداع منع قلخلا مهضثع فرع Artinya : sementara sebagian orang membuat definisi akhlaq bahwa yang disebut akhlaq ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlaq.11

Kata akhlaq sendiri telah tercantum dalam Alqur’an surat Al-Qalam ayat 4 yang menyifati akhlaq Nabi Muhammad saw, berbunyi :



12

Selain itu dalam Hadits Nabi juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah penyempurna akhlaq manusia, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya dalam pendahuluan. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah juga menyebutkan kata قلل ketika ditanya tentang akhlaq Rasulullah, beliau menjawab : أرقلا قلل اك, yaitu akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an.

Jika dilihat dari asal katanya, menurut Drench (1994) dalam Mayer & Cobb (2000) menyebutkan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “karaso”, yang berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, atau ‘sidik’ seperti dalam sidik jari. 5اقلْقخقأقأ عمجلاو عميظع عاُيليُيخقععأقليىأقاعن إ إو عيزنت اوعيفو ععىظإ بفّفطلاوعيفت أقأ ععيظإ ليأقخلاوعاُيليُيخلاو ع(Lisan el-Arab,Jilid 10 Hal.85 Ebook Maktabah Syamilah.

6 Drs.H.A.Mustofa; Akhlak Tasawuf;Bandung:Pustaka Setia; 1997; hal.11 7 Ibnu Maskawaih; Tahdzibul Akhlaq; Bab 10 hal.1; ebook Maktabah Syamilah 8 Op.Cit.; hal.12

9 Imam Ghozali; Ihya ‘Ulumuddin; ebook Maktabah Syamilah;jilid 2; hal.253. 10 Op.Cit.; hal.12

11 Ibid; hal.12

(5)

Sedangkan menurut Liebman (1995) menyatakan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein”, yang berarti ‘membuat tajam’ atau ‘membuat dalam’. Dari kedua pendapat tersebut dapat dipahami dalam dua kubu pengertian. Pengertian pertama bersifat deterministik, dimana karakter dapat dipahami sebagai sekumpulan kondisi ruhaniyah pada diri kita yang sudah teranugerahi atau ada dari sononya (given). Pengertian kedua bersifat non deterministik atau dinamis, dimana karakter dapat dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi ruhaniyah yang sudah given. Ia merupakan proses yang dikehendaki oleh seseorang (willed) untuk menyempurnakan kemanusiaannya.13

Selain itu terdapat juga pendapat lain yang mengatakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dengan focus

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.14

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter dapat juga dikatakan sebagai akhlaq. Karena pengertian karakter sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti akhlaq, yaitu suatu sikap, kepribadian, watak dan perangai yang melekat pada diri seseorang yang terbentuk sejak masa kanak-kanak dan berkembang hingga dewasa menurut dirinya sendiri maupun lingkungan yang mempengaruhinya.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Adapun pengertian pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.15

Terdapat juga pendapat lain yang mengatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, dengan ketiga aspek tersebut,jika pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak menjadi cerdas dalam emosinya. Kecerdasan emosional adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan berhasil secara akademis.16

Sedangkan dalam bahasa Arab jika dilihat dari asal katanya pada pengertian pendidikan dan karakter di atas adalah ةيقلخلا ةيعرتلا , yang artinya pendidikan akhlaq. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah kegiatan-kegiatan mendidik, melatih, mengasuh, memproses, dan mengajarkan sesuatu yang 13 Saptono, M.Pd.; Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter; Jakarta: Esensi; 2011; Hal.18

14 Drs.Anas Salahudin, M.Pd. & Irwanto Alkrienciehie, S.Ag.; Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa; Bandung : Pustaka Setia; 2003; hal.44.

(6)

akan menjadi sikap yang melekat pada diri seseorang, sikap itulah yang dinamakan akhlaq atau karakter. Namun sikap yang akan diterapkan dan dikembangkan dalam pendidikan karakter adalah sikap yang baik, seperti pada pengertian pendidikan karakter yang pertama, untuk kemudian dikembangkan lebih luas lagi seperti pengertian pendidikan karakter yang kedua.

4. Pendidikan Karakter dalam Perspektif As-Sunnah

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.

Dari pengertian pendidikan karakter di atas dapat dibatasi bahwa upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk pembentukan karakter pada seseorang adalah karakter yang baik. Hal ini sesuai dengan kata ‘perspektif As-Sunnah’, bahwa karakter yang dikembangkan pada diri seseorang adalah karakter baik yang berkiblat pada Rasulullah, seseorang yang mempunyai karakter sempurna. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa As-Sunnah sendiri adalah semua yang berkaitan dengan Rasulullah baik dari ucapan, sikap, tingkah laku, perangai, ketetapan dan lain sebagainya..

Dalam Al-Qur’an juga telah tercantum bahwa Rasulullah sebagai uswah hasanah yang berbunyi:





































17

Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”

B. HakikatعPendidikanعKarakterعdalamعIslam

Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad ke 18, terminologi karakter mengacu pada pendekatan (approach) idealis spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai yang dipercaya sebagai motivator dan dinamisator sejarah, baik bagi individu maupun bagi perubahan social.18

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakter dapat disebut juga dengan akhlaq. Pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting, karena dalam Islam antara karakter dan akhlaq adalah satu kesatuan yang kukuh. 17 Al-Qur’an surat Al-Ahzab Ayat:21.

18Ni’matulloh. et. all, Pendidikan Karakter Dalam Persfektif Pendidikan Islam,

(7)

Dan yang menjadi inspirasi keteladanan karakter atau akhlaq, sebagi motivator dan dinamisator sejarah pembentukan karakter manusia dalam Islam adalah Rasulullah saw. Berikut adalah sumber-sumber pembentukan karakter dalam Islam, yaitu :19

1. Al-Qur’an

Firman Allah dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang telah disebutkan sebelumnya dapat menjadi petunjuk bahwa kita dapat mempelajari akhlaq atau karakter yang mulia dari Rasulullah. Semua aspek dicantumkan secara kompleks dalam Al-Qur’an dari segi ibadah dan muamalah. Karena Allah sendiri yang berfirman bahwa kita dapat meneladani Rasulullah dari berbagai aspek. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 bahwa Rasulullah adalah teladan yang baik.

2. As-Sunnah

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits Rasulullah saw. dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

اقلل مهنسحأ امامينإ نينمؤملا لمكأ. Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya.”

Dalam haditsnya yang lain Rasulullah bersabda bahwa beliau sendiri yang akan menyempurnakan akhlaq atau karakter umatnya, yang berbunyi :

(دمحأ هاور) اقلأا مراكم مّمأأ تثع اممنإ Artinya : “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq.”

Hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. mengatakan bahwa akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an:

اهيبأ نعو اهنع هللا يضر ةشئاع ىلع تلخد :ماشه نب دعس لاق

أرقت امأ :تلاقف ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر اقخأ نع اهتلأسف

ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر قلخ ناك :تلاق ،ىلب :تلق ؟نآرقلا

نآرقلا.

Artinya : “Sa’ad bin Hisyam berkata: aku menemui Aisyah ra. dan aku bertanya tentang akhlaq Rasulullah, maka beliau berkata: Bukankah engkau membaca Qur’an? Aku menjawab : Tentu, Beliau berkata : Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an.”

Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa antara Al-Qur’an dan Rasulullah adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam pengambilan pelajaran dan keteladanan. Seperti dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang berbunyi :

(8)

Artinya : “ Nabi saw.bersabda : telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akah pernah tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.”

Karakter atau akhlaq dalam Islam sangat rinci, berwawasan multi dimensional bagi kehidupan, sistematis dan beralasan realistis. Juga akhlaq banyak dibicarakan tentang konsekuensi bagi manusia yang tidak berpegang pada akhlaq Islam.20

Menurut kesepakatan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam ebooknya, sifat-sifat karakter yang dapat diterapkan pada diri seseorang meliputi : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).21

Karena yang dibahas di sini adalah karakter persektif as-Sunnah, yaitu pedoman kedua Umat Islam setelah Al-Qur’an, maka perlu dilihat kembali aspek sejarah datangnya Islam.

Islam sangat berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Beliau selalu menjadi petunjuk dan pedoman Umat Islam. Jika ditarik kembali sejarah Nabi Muhammad saw. masa kanak-kanak, beliau adalah seorang penggembala. Setelah beranjak dewasa, beliau mulai menjadi pedagang. Selain itu beliau juga menjadi pemimpin Umat Islam setelah Islam turun melalui Malaikat Jibril. Nabi Muhammad saw. menerima wahyu yang pertama kali tercantum dalam Al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat pertama yang berisi suruhan untuk membaca. Selain itu juga ada wahyu yang turun setelahnya, berisi tentang perintah sholat lima waktu dalam sehari semalam dengan waktu-waktu tertentu.

Hal ini berarti bahwa sejak masa kanak-kanak Nabi Muhammad saw. sudah dilatih untuk memiliki sifat-sifat seperti yang belakangan istilahnya digunakan oleh masyarakat dengan menyebutnya sebagai karakter, yang mencakup sifat-sifat dasar dalam diri seseorang seperti kemandirian, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, dan lain sebagainya. Sehingga kemuliaan akhlaq beliau sudah tertanam dan tidak dapat diragukan kembali.

Misi Nabi Muhammad saw. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Maka artinya, sebagai seorang muslim dalam melakukan apa saja harus didasari oleh akhlaq mulia tersebut.22

(9)

Islam adalah agama yang sempurna. Nilai-nilai akhlaq yang diajarkan Islam telah mencapai kesempurnaan. Dalam Islam, Nabi Muhammad saw. sendiri yang mencontohkan dirinya sebagai uswah hasanah, teladan yang baik dalam kehidupan berkarakter atau berakhlaq mulia. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan karakter perspektif As-Sunnah yaitu dengan meneladani segala sifat Nabi Muhammad saw. melalui Al-Qur’an, seperti hadits Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra. di atas.

Selain itu terdapat juga hadits lain yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

ةقصلاو موصلا ةجرد للبيل قلخلا نسحأ ّ نإو ،اقلل مهنسحأ امامينإ لنينمؤملا لمكأ نإ Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaqnya. Dan akhlaq yang baik itu mencapai derajat puasa dan sholat.”23

C. Nilai-nilai Karakter/Akhlaq Islami

Nilai-nilai karakter atau akhlaq dalam Islam semua berasal dari Allah, bukan buatan manusia. Allah telah mewahyukan Al-Qur’an yang berisi nilai-nilai akhlaq mulia kepada Nabi Muhammad saw., untuk kemudian membiarkan penjelasan detailnya pada sunnah Nabi saw. Nilai-nilai dalam kedua pedoman inilah yang tidak dapat digantikan dengan karakter atau akhlaq manapun.

Adapun yang membedakan nilai-nilai karakter dalam Islam dengan nilai-nilai yang lain adalah :24

1. Rasa tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Seperti yang telah tercantum dalam salah satu ayat-Nya yang berbunyi :





















25

Artinya : “…, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.”

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanadnya dari Abi Barzah r.a. juga menjelaskan tentang tanggung jawab terhadap segala sesuatu. Rasulullah saw. bersabda :

بستكا نيأ نم لام نعو ؟ يف لثف ام لمع نعو ؟هانفأ اميف هرمع نع :ععرأ نع لنسي ىتحدبع امدق لوزأ ؟هقعأ اميف مسج نعو ؟ قفمأ اميفو Artinya : “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergerak di hari Kiamat hingga ditanyakan tentang empat hal : usianya, ia gunakan untuk apa? Ilmunya, apa yang

22 Prof.Dr.H. Imam Suprayogo; Pengembangan Pendidikan Karakter; Malang: UIN Maliki Press; 2013; hal.20.

23 Dr.Ali Abdul Halim Mahmud; At-Tarbiyyah Al-Khuluqiyyah, Daar at-Tawzi’ wa an-Nasyri al-Islam(1995); dialihbahasakan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani ,Masturi & A.Ikhwani;

Jakarta:Gema Insani Press; 2004;hal.21. 24 Ibid.; hal.46-58.

(10)

ia perbuat dengannya? Hartanya, dari mana ia dapatkan dan ke mana ia pergunakan? Dan tubuhnya, ia gunakan untuk apa?”

2. Mengajak kepada ilmu dan pengetahuan. Hal ini terbukti dengan adanya wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca.





























26

Artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar mannusia apa yang tidak diketahuinya. ”

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda :

مايقلا موي رام نم ماجلع ل مجلأ متكف ملع نع لئس نم. Artinya : “Siapa yang ditanya tentang suatu Ilmu kemudian ia menyembunyikannya maka Allah akan mengekang mulutnya dengan kekangan dari api pada Hari Kiamat.”

3. Menghormati akal dan mendorong untuk meneliti dan merenung serta menjadikannya sebagai salah satu nikmat yang paling penting yang diberikan oleh Allah kepada manusia.

4. Memilih kebenaran dan kebaikan sertan saling memberi nasihat, bersabar, beramal dengan kandungannya, bersama diri sendiri, orang sekitar, dan seluruh manusia. Aalah berfirman tentang risalah Nabi Muhammad saw., yaitu Al-Qur’an dan wahyu yang turun kepadanya :























27

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, ...”

An-Nasa’i meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas r.a. bahwa Rasulullah bersabda :

ريخلا نم سفنل بحي ام يلأ بحي ىتح دبع نمؤي هديع ىسفم ىذلاو. Artinya : “Demi Allah yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak beriman seorang hamba hingga ia mencintai kebaikan bagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri.”

5. Ihsan, berbuat baik. Dengan kata lain, perbuatan yang harus dilakukan dengan penuh kualitas seakan-akan engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihatmu.

(11)

6. Meningkatkan loyalitas terhadap kepada Islam, bahwa Islam adalah agama paling sempurna, paling lengkap, paling diridhai Allah, dan paling cocok untuk umat manusia seluruhnya pada saat ini maupun masa datanmg.

7. Menetapkan seseorang untuk dijadikan teladan yang baik dalam hidupnya. Dalam hal ini sudah dijeskan panjang lebar pada bagian-bagian sebelumnya bahwa Rasulullah sendiri yang menjadi teladan dalam kehidupan umatnya, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21 di atas.

Selain itu ada juga beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh orang Islam, diantaranya adalah :28

1. Konsisten atau istiqamah dengan aturan dan manhaj Islam yang bersumber dari dua dasar utamanya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Seperti dalam haditsnya yang berbunyi :

، ِهللا َلوسَر اي : ُتلُق : َلاق ، - هنع هللا يضر - ِهللا ِدبع نب َنايفُس ْنَع

ُتْنَمآ : ْلُق )) : لاق ، َكَريَغ ًادحأ ُهْنَع ُلأسأ ً وق مقسإا يف يل ْلُق

ملسُم ُهاور (( ْمِقتسا ّمث ، ِهللاب

Artinya : “Dari Sufyan bin Abdullah r.a., ia berkata : aku berkata: Ya Rasulullah, katakan padaku tentang Islam yang aku tidak tanyakan pada seseorang selain engkau, Rasulullah menjawab : Katakanlah aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah.”

2. Bersungguh-sungguh dalam menumpahkan segala kemampuan untuk memperoleh dan menggapai tujuan yang diinginkan, serta serius dan tidak memandang remeh terhadap setiap permasalahan. Sebagaimana tercantum dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik r.a. yang berbunyi :

اهسرغي ىتح موقأ ّ أ ثطتسا إف ،ةليسف مكدحأ دي ىفو ةعاسلا ماق نإ. Artinya : “Jika hari Kiamat datang dan seseorang dari kalian memegang tunas dan ia mampu maka tanamkanlah sebelum kiamat tiba.” (HR Bukhari)

3. Toleran, lentur dan memberikan kemudahan, serta bersikap moderat. Artinya berada di posisi tengah-tengah, baik kuantitas maupun kualitas dalam menghadapi setiap permasalahan.

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda :

نم ئيشو ةحورلاو ةودغلاع اونيثتساو اورشعأو اوعراقو اوددسف بلغ ّ نإ دحأ َنيلا داشي نلو ،رسي نيدلا نإ ةجلّدلا. Artinya : “Sesungguhnya agama itu mudah. Barangsiapa mempersulit dalam

agama niscaya ia akan mendapatkan kesulitan. Oleh karena itu berbuatlah yang

(12)

benar, saling mendekatlah, berilah berita gembira, meminta tolonglah dalam kesibukan dan kelonggaran, serta dengan sedikit hiburan.”

D. Metode Pendidikan Karakter Perspektif As-Sunnah

(دمحأ هاور) اقلأا مراكم مّمأأ تثع اممنإ Artinya : “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan kemuliaan

akhlaq.”

Nabi Muhammad saw. datang dengan ajaran Islam yang memiliki keistimewaan tersendiri dibanding ajaran-ajaran yang lain. Ini membuktikan bahwa ajaran yang beliau sampaikan berasal dari Allah. Ajaran tersebut benar-benar sempurna dan tidak ada kesalahan sedikit pun di dalamnya dan setiap nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang ada di dalamnya mengarah pada akhlaq yang mulia.

Adapun metode-metode yang digambarkan dalam hadits-hadits beliau dalam hal pendidikan karakter atau akhlaq masih secara global. Sedangkan rinciannya hanya mencakup beberapa hal, yaitu antara lain :29

1. Mengajak manusia berakhlaq mulia.

Telah banyak disebutkan sebelumnya tentang hadits-hadits Nabi Muhammad yang berkaitan dengan ajakan atau pun perintah untuk berakhlaq mulia, berbuat kebajikan, amar makruf dan lain sebagainya yang berhubungan dengan akhlaq mulia.

Selain itu Imam Ahmad juga meriwayatkan dalam hadits Nabi Muhammad saw. yang sanadnya dari Abu Umamah r.a., Rasulullah saw. bersabda:

نمؤم منف كتئيس كأءاسو كتنسح كأّرس اذنإ. Artinya : “Jika kebaikan membuatmu senang dan perbuatan yang buruk membuatmu merasa bersedih maka kamu adalah seorang mukmin.”

Hadits ini mengandung arti bahwa sesungguhnya seseorang tidak bisa dikatakan beriman sebelum ia merasa bahagia tatkala melakukan kebaikan dan merasa sedih tatkala melakukan suatu perbuatan dosa.

2. Mengajak manusia untuk meninggalkan perilaku tercela.

Salah satu hadits yang berisi tentang larangan berperilaku tercela antara lain seperti hadits yang diriwayatkan olehImam Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

كانغو ،كمره لبق كعابشو ،كلغش لبق كغارفو ،كمقس لبق كتحصو ،كأوم لبق كأايح ،سمل لبق اسمل منتغا كرقف لبق. Artinya : “Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima : hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, waktu mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum datang kemiskinanmu.”

(13)

Dalam hadits tersebut kita dianjurkan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berbuat kebaikan sebelum waktu terlewatkan.

Selain kedua metode diatas, dapat juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti metode keteladanan, baik keteladanan yang diambil langsung dari sifat-sifat Rasulullah maupun dari orang-orang yang berkarakter mulia disekitar kita seperti para ulama’. Kemudian dapat juga dengan pembiasaan-pembiasaan penerapan karakter atau akhlaq dalam kehidupan sehari-hari seperti menjalankan Rukun Islam dan Rukun Iman dengan rutin. Karena telah dijelaskan juga sebagian dalam hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a., beliau bersabda :

ةقصلاو موصلا ةجرد للبيل قلخلا نسحأ ّ نإو ،اقلل مهنسحأ امامينإ لنينمؤملا لمكأ نإ Artinya : “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang terbaik akhlaqnya. Dan akhlaq yang baik itu mencapai derajat puasa dan sholat.

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa pembiasaan puasa dan sholat juga termasuk salah satu upaya pembentukan karakter mulia. Diantaranya dapat melatih kedisiplinan, konsisten, serta tanggung jawab terhadap waktu, dan juga sifat-sifat yang dapat memberikan energi positif pada diri seseorang.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dari pembahasan karakter diatas tidak jauh berbeda dengan akhlaq. Sehingga dapat disimpulkan bahwa :

1. Hakikat akhlak adalah sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa, bukan sekadar asal ada, tidak bersifat sementara dan tidak datang sewaktu-waktu atau insidentil.

2. Akhlak bukan sekadar perbuatan atau gerak-gerik lahiriyah, tetapi merupakan sifat jiwa yang menjadi sumber timbulnya perbuatan gerak-gerik terebut. Maka perbuatan apapun yang tidak keluar atau tidak bersumber dari jiwa/hati jelas tidak bisa dikatakan akhlak.

3. Perbuatan atau gerak-gerik yang timbul dari jiwa terebut harus lahir secara mudah dan spontan tanpa lewat proses pertimbangan panjang. Jadi suatu perbuatanatau yang timbul karena pertimbangan untung rugi umpamanya, tidak bisa disebutsebagai akhlak.

4. Akhlak bukan sekadar kemauan hati yang tidak aktif, bukan sekedar daya penggerakyang macet/tidak berfungsi. Atau bukan sekedar kemauan yang tidak diikuti olehpelaksanaan. Sebab kalau hanya sekedar kemauan atau daya penggerak saja, makapada hakikatnya setiap makhluk memang sudah memilikinya sejak pertama kalidiciptakan, sebagai fitrah.

(14)

dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini ingin mengajarkan dan membedakan antarayang baik dan buruk, baik secara norma agama maupun keumumannya (universal).

6. Dengan akhlaq yang sempurna yang sudah dicontohkan Rasulullah saw. lewat Al-Qur’an maupun Hadits nya, maka hal ini dapat membentuk karakter seseorang yang paling tidak mendekati beliau, meskipun memang tidak sepenuhnya seperti Rasulullah saw.

تابيدنتلاو ظيعاوملاو اياصولا لطبل # رييغتلا لبقأ اقلأا ماك ول

B. Penutup

Demikian kiranya yang dapat penulis sampaikan dalam makalah kali ini. Demi kelancaran dan terwujudnya makalah ini, penulis telah berusaha menyampaikan hal-hal sebaik mungkin. Adapaun jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan dalam penulisan apapun, penulis sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim Al-Hadits

(15)

Imam Ghozali; Ihya ‘Ulumuddin; ebook Maktabah Syamilah; Ibnu Maskawaih; Tahdzibul Akhlaq; ebook Maktabah Syamilah

Dr.Ali Abdul Halim Mahmud; At-Tarbiyyah Al-Khuluqiyyah, Daar at-Tawzi’ wa an-Nasyri al-Islam(1995); dialihbahasakan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani ,Masturi & A.Ikhwani; Jakarta:Gema Insani Press; 2004

Drs.H.A.Mustofa; Akhlak Tasawuf; Bandung : Pustaka Setia; 1997

Drs.Anas Salahudin, M.Pd. & Irwanto Alkrienciehie, S.Ag.; Pendidikan Karakter, Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa; Bandung : Pustaka Setia; 2003

http://kbbi.web.id/karakter. Sumber: Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik(2008) Saptono, M.Pd.; Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter; Jakarta: Esensi; 2011

Prof.Dr.H. Imam Suprayogo; Pengembangan Pendidikan Karakter; Malang: UIN Maliki Press; 2013

Ebook PGRI tentang Pendidikan Karakter; lihat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajerial klub, dan organisasi basis pendukung klub-klub sepakbola baik lokal maupun internasional

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, mendorong penulis melakukan penelitian untuk mengetahui adakah peran Komite Audit, Audit Internal, Pengendalian

Dari tabel 3 dan 4 diketahui hasil penelitian menunjukkan siklus ekonomi resesi dan boom memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan baik pada

4) Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata

Tampilan Form Absensi Guru Tampilan form absensi guru ini, user dapat melakukan input absensi guru (simpan), mengubah (ubah), dan menghapus absensi guru (hapus),

Tidak berhenti sampai disini saja, dalam meningkatkan kualifikasi guru pemerintah juga memberikan bebebrapa pilhan terkait model-model peningkatan kualifikasi guru, diantaranya

Saran-saran yang dapat digunakan untuk aplikasi industri atau penelitian selanjutnya yaitu : (1) penggunaan pengawet Na-asetat teknis dengan konsentrasi maksimal yang

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami dan