L A P O R A N P E N D A H U L U A N M I O M A U T E R I
Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999)
Mioma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot rahimnya dominant. (Manuaba, 1998)
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% mioma uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa mioma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Anatomi fisiologi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.
Uterus terbagi atas 3 bagian berikut:
Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina
Badan uterus, melebar dari fundus ke serviks, sedangkan antara badan dan serviks terdapat
istmus
Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut serviks
Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu:
Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar
Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah
Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam
Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis profundus ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai 12,5 cm.
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudat keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
(Evelyn C. Pearce, 1986, hal 259 – 261)
Faktor predisposisi dan presipitasi
Faktor predisposisi mioma uteri:
1.Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2.Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai
saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
Gangguan terkait
a.Etiologi
Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal (monoklonal) yang mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur miometrium atau dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus.
Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen mempunyai peranan penting tetapi dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang wanita estrogen dapat menyebabkan mioma, sedangkan pada wanita yang lain tidak. Juga pada beberapa wanita dengan mioma uteri dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya anti – estrogen.
Untuk mencegah timbulnya mioma pada organ reproduksi sebaiknya dihindari makanan yang diawetkan, makanan setengah matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek kesehatan secara teratur dan berkala.
Pada mioma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder yaitu:
1) Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil. 2) Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil.
3) Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. 4) Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5) Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda diserai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
6) Degenerasi lemak
b.patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.
c.Manifestasi klinis
Gejala klinik mioma uteri adalah: 1) Perdarahan tidak normal
Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
Gangguan kontraksi otot rahim
Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi.
2) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi:
Terasa berat di abdomen bagian bawah
Sukar miksi atau defekasi
Terasa nyeri karena tertekannya urat syaraf
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi:
Kehamilan dapat mengalami keguguran
Persalinan prematurus
Gangguan saat proses persalinan
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
Kala ke tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 410 – 411)
d.Komplikasi
a. Nekrosis dan infeksi
Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritonium.
c. Pertumbuhan leioma sarkoma
Ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan terhadap sarkoma dan mioma uteri timbul bila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak membesar tiba-tiba menjadi besar, apabila hal itu terjadi setelah menopause.
Pemeriksaan diagnostic/Pemeriksaan penunjang
1) Ultrasonografi
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan endometrium. 2) Foto BNO / IVP
Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. 3) Tes kehamilan
4) Darah lengkap dan urine lengkap
5) Histerografi dan histeroscopi
Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas. (Chrisdiono, 2004)
Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi), embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative.
Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.
Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin – rekasing – hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan.
2) Pengobatan kolaboratif
Observasi
Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit lain.
Ekstirpasi
Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt umumnya dianjurkan dengan tindakan dilatasi dan kuretase.
Laparatomi . momektomi
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan.
Histerektomi
Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat sebagai tindakan hemostasis.