• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan sosiologi pedesaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan sosiologi pedesaan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum SOSIOLOGI PEDESAAN yang dilaksanakan pada tanggal 15 sampai 17 November 2013 di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 14 Desember 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Dosen Pembimbing, Co Assisten,

Hanifah Ihsaniyati, SP, MSi Gayatri Zahra S. NIP. 198003022005012001 NIM H0812074

Mengetahui :

Ketua Laboratorium Sosiologi Pedesaan

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Sosiologi Pedesaan ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah Sosiologi Pedesaan. Dengan adanya laporan ini, penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Sosiologi Pedesaan.

Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.

2. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing penulis.

3. Kepala Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, yang telah memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa Sambirejo.

4. Co-Assisten Sosiologi Pedesaan yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan ini.

5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan doa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Surakarta, Desember 2013

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... viii

INTISARI... ix I. PENDAHULUAN...

(4)

B. Karakteristik Responden ... 1. Identitas Keluarga Responden ... 2. Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah ... 3. Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian ... 4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani ... 5. Kelembagaan Pertanian/Pedesaan ... 6. Hubungan Kerja Agraris ... 7. Kosmopolitan ... V. KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

(6)
(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

INTISARI

(9)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat desa sering kali dipahami dalam keterkaitannya dengan kegiatan pertanian. Akan tetapi hal tersebut tidak cukup memadai sebab kita juga harus mengaitkannya dengan konteks perubahan dan perkembangan dunia karena desa juga merupakan bagian integral dari kehidupan dunia.

Agar mampu memahami desa dengan segala dinamikanya maka dibutuhkan teori atau perspektif (wawasan) sebagai kerangka pikir. Teori yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena desa adalah teori sosiologi pedesaan. Pengertian sosiologi pedesaan sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok dan kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal. Pengertian desa di sini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal. Di mana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelenggaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga-keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sendiri akibat adanya unsur penguat yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat.

(10)

Pentingnya pemahaman mengenai sosiologi pedesaan bagi masyarakat adalah karena sosiologi pedesaan mampu menjelaskan definisi, memberikan batasan obyek, dan membentuk indikator sosial. Sosiologi pedesaan menyusun ajaran mengenai hubungan sesama manusia dan perilaku mereka. Kemudian,meneliti hukum dan aturan yang mengatur susunan dan fungsi kelompok serta organisasi sosial. Menemukan tenaga pendorong, mekanisme dan proses perubahan sosial. Membandingkan tujuan politik alternatif dan sarananya. Selain itu, menelanjangi pandangan dan pendapat yang berlaku sebagai ideologi serta prasangka dan menggantikannya dengan hipotesis, yang telah diuji secara ilmiah. Dan menghilangkan praduga tentang pengertian yang belum diuji secara ilmiah.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum sosiologi pedesaan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa, kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kekosmopolitan petani, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial dan adat istiadat yang ada.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum sosiologi pedesaan dilaksanakan pada tanggal 15 November sampai dengan 17 November 2013, yang dilaksanakan di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

(11)

Sosiologi berasal dari kata bahasa Latin socius yang berarti “teman, bersama-sama” dan logos (bahasa Yunani) yang berarti “omongan”. Maka dapat dimengerti bahwa secara umum Sosiologi diartikan sebagai ilmu tentang masyarakat (Omongan tentang teman, tentang kebersamaan). Sosiologi lahir tatkala Auguste Comte menerbitkan bukunya yang berjudul “Positive Philosophy” pada tahun 1838. Menurut Pitirim Sorokin (1928) , Sosiologi mempelajari gejala sosial-kebudayaan dari sudut umum, mempelajari sifat essensial gejala tersebut , serta hubungan gejala itu yang amat banyak. Menurut F.F. Cuber (1951), Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik antar manusia.Menurut R.M. Maciver dan C.H Page, Sosiologi adalah berkaitan dengan hubungan sosial dan dengan seluruh jaringan hubungan itu yang disebut masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk peubahan-perubahan sosial. Menurut E.R. Babbie, Sosiologi adalah telaah tentang kehidupan manusia, terentang dari interaksi tatap muka antara dua individu sampai pada hubungan global antara bangsa-bangsa. Dari kelima definisi tersebut apabila dicari kesamaannya maka dapat dirumuskan secara umum bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam berbagai aspeknya (Rahardjo, 2010).

(12)

upaya-upaya pengembangan masyarakat pedesaan. Misalnya untuk suksesnya kegiatan penyuluhan pertanian (Shahab K, 2007).

Ruang lingkup bidang kajian sosiologi pedesaan menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Ulrich P , Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology) sering disamakan dengan Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology), karena menurut Rahardjo pertanian memang masih merupakan karakteristik pokok dari umumnya desa-desa di Indonesia. Dilihat dari eksistensinya, desa merupakan fenomena yang muncul dengan mulai dikenalnya cocok tanam. Dengan mengingat pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan ruang lingkup dan objek sosiologi pedesaan masih selalu berkisar pada aspek pertanian, aktivitas serta dinamikanya. Maksud mempelajari sosiologi pedesaan adalah untuk mengumpulkan keterangan mengenai masyarakat pedesaan dan hubungan-hubungannya yang melukiskan tentang tingkah laku, sikap, perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan pedesaan itu. Hasil dari pengkajian dari sosiologi pedesaan dapat dipergunakan sebagai penyedia dan pensuplai data dan informasi-informasi yang sangat dibutuhkan dalam upaya-upaya pengembangan masyarakat pedesaan. Misalnya untuk suksesnya kegiatan penyuluhan pertanian (Shahab K, 2007).

(13)

berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan (Smansa, 2013).

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak (Smansa, 2013).

Penguasaan tanah (land tenure) biasanya dipakai pada masalah yang pokok-pokok umumnya adalah mengenal status hukum dari penguasaan tanh seperti hak milik, pacht, gadai, bagi hasil, sewa menyewa, dan juga kedudukan buruh tani. Uraian ini menunjuk kepada pendekatan yuridis. Berdasarkan status atau bentuk pemilikan tanah di Jawa, terdapat beberapa bentuk penguasaan tanah tradisional adalah :

a. Tanah yasan, yasa , atau yoso yaitu tanah dimana hak seseorang atas tanah itu berasal dari kenyataan bahwa dia atau leluhurnya yang pertama-tama membuka atau mengerjakan lahan tersebut. Hak atas tanah ini memperoleh status legal dalam UUPA-1960 sebagai tanah milik.

b. Tanah norowito, gogolan, pekulen, playangan, kesikepan dan sejenisnya adalah tanah pertanian milik bersama yang darinya para warga desa dapat memperoleh bagian untuk digarap, baik secara bergilir maupun secara tetap, dengan syarat-syarat tertentu.bahwa si calon itu harus sudah kawin , mempunyai rumah dan pekarangan, serta bersedia melakukan kerja wajib bagi desa. Dalam konsep barat, tanah ini dapat dikategorikan sebagai tanah milik komunal. Dalam UUPA-1960 , hak atas tanah ini diubah statusnya menjadi tanah milik bagi penggarapnya yang terakhir.

(14)

d. Tanah bengkok , yaitu tanah milik desa yang diperuntukkan bagi pejabat desa terutama lurah, yang hasilnya dianggap sebagai “gaji” selama merekan menduduki jabatan itu. Tanah bengkok dan tanah titisara inii dalam konsep barat dapat digolongkan salam kategori “tanah yang tunduk pada pengawasan komunal”. Dalam UUPA-1960 , keduan-duanya tetap diakui adanya (Tjoendronegoro dan Wirardi, 2008).

Pelapisansosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise (Anonim, 2013).

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.

1. Ukuran kekayaan

(15)

2. Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

3. Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur. 4. Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya (Anonim, 2013).

(16)

1. Ascribed Status

Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. 2. Achieved Status

Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.

3. Assigned Status

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

Macam-Macam atau Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial 1. Stratifikasi Sosial Tertutup

Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.

2. Stratifikasi Sosial Terbuka

Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.

(17)

pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi (Anonima, 2013).

Kosmopolitan adalah mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas terjadi dari orang-orang atau unsur-unsur yang berasal dari berbagai penjuru dunia (Anonimb, 2012).

(18)

II. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Praktikum

Pada dasarnya pelaksanaan praktikum ini merupakan latihan penelitian dengan menggunakan metode dasar deskriptif analisis , yaitu metode yang memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan , dianalisis, dan disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.

B. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Mahasiswa mendatangi responden. Wawancara di pandu dengan kuisioner yang telah tersedia. Usahakan memperoleh data yang objektif. Data penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenai sejarah desa maupun fenomena sosial yang ada.

2. Observasi

Dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan responden serta keadaan yang terjadi didaerah penelitian atau praktikum.

3. Pencatatan data-data yang diperlukan terutama monografi desa. C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer adalah Data yang diperoleh secara langsung dari petani atau responden dengan wawancara menggunakan kuisioner. Keseluruhan jmlah petani responden berjumlah 23- 28 orang.

2. Data Sekunder adalah Data yang diambil dengan cara mencatat langsung data yang ada instansi terkait, yaitu monografi desa.

D. Metode Analisis Data

(19)
(20)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS HASIL A. Keadaan Umum

Desa Sambirejo merupakan salah satu Desa yang berada pada kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Di Desa Sambirejo sendiri terdiri dari 4 dusun, yaitu dusun Sedran terdiri daridari 5 RT 1 RW, Dusun Mojosari tediri dari 6 RT dan 2 RW, Dusun Sambijajar terdiri dari 5 rt 2 rw dan Dusun Tahunan terdiri dari 5 rt 2 rw . Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Sambirejo adalah petani dan dengan home industri mete.

1. Sejarah Desa

Sangat sulit untuk menetapkan kapan atau mulai tahun berapa nama Desa Sambirejo mulai ada, hal ini di sebabkan tidak adanya sumber-sumber yang dapat dibuktikan secara ilmiah, suatu misal adanya catatan, prasasti atau buku-buku kuno yang menerangkan sejak kapan sebenarnya nama Desa Sambirejo ada.

Dalam sejarah terjadinya pemerintahan Wonogiri dijelaskan bahwa pada tahun 1923 Mangkunegaran membagi administrasi Kabupaten Wonogiri dalam bentuk Kawedanan yang satunya merupakan Kawedanan Jatisrono. Maka mulai saat itulah Kawedanan Jatisrono yang sekaligus merupakan kota Kecamatan membagi wilayah kecamatan Jatisrono menjadi berbagai Desa.

Dalam wawancara dengan para tokoh Desa mereka kurang mengetahui soal sejarah Desa, terbentuknya kapan, asal-usulnya bagaimana. Jarak dari administrasi kantor kelurahan ada data yang menunjukkan bahwa Desa Sambirejo pada tahun 1949 telah ada.

(21)

2. Kondisi Geografis a. Lokasi Desa

Dari segi geografis Desa Sambirejo Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri terletak antara 7o32’ dan 8o15’ Lintang Selatan (LS) dan antara 110o41’ dan 111o18’ Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah kurang lebih 265,8020 Ha.

Batas wilayah :

a. Sebelah Utara : Desa Tanggulangin.

b. Sebelah Selatan : Desa Sadirejo, Kecamatan Jatisrono. c. Sebelah Timur : Kelurahan Pelem, Kecamatan Jatisrono. d. Sebelah Barat : Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono.

Secara administrasi Desa Sambirejo Kecamatan Jatisrono terbagi menjadi 4 Dusun, 7 RW dan 21 RT.

Klimatologi suhu udara rata-rata berkisar 24o-32o, curah hujan rata-rata 1,845 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 100 hari per tahun. Besarnya hujan potensial per tahun adalah sekitar 3.631.708.820 m3 dengan tingkat evaporasi sebesar 10%.

b. Topografi

Dipandang dari segi topografi, Desa Sambirejo merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Jatisrono yang secara keseluruhan merupakan sub DAS (Daerah Aliran Sungai). Kedua dari DAS Bengawan Solo Hulu. Namun setelah tahun 1976 dibangun Bendungan Waduk Gajah Mungkur dengan Sub DAS Keduang kini menjadi Daerah Tangkapan Air (DTA) Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Oleh sebab itu tata pengelolaan lahan dan tata pengelolaan tanaman di kawasan Sub DAS Keduang mempunyai andil dalam kasus pendangkalan Waduk Gajah Mungkur yang diprediksi berusia seratus tahun itu sudah mengalami pendangkalan.

c. Jarak dari Pusat Administratif dan Pemerintahan

(22)

dengan kecepatan 40 km/jam akan ditempuh dalam waktu 60 menit. Dan jarak dari kantor Pemerintahan Kecamatan sejauh 3 km, dapat ditempuh dengan perjalanan motor atau mobil selama 20 menit. Sedangkan bila berjalan kaki dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam.

3. Kependudukan

a. Pertambahan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, emigrasi dan imigrasi. Faktor kelahiran dan kematian disebut faktor alami sedangkan Imigrasi dan Emigrasi disebut faktornon alami.

Perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh faktor mobilitas yang meliputi kelahiran, kematian, datang (imigrasi), dan pergi (emigrasi). Dimana kelahiran dan kematian bersifat alami, sedangkan imigrasi dan emigrasi bersifat non alami. Jumlah pertambahan dan mobilitas penduduk akan berbeda pada tiap-tiap tahun. Berikut adalah data pertambahan penduduk di Desa Sambirejo.

Tabel 4.1.1 Pertambahan Penduduk dan MobilitasPenduduk di Desa Sambirejo Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

Tahun Awal

Mobilitas

Pertambahan Penduduk Lahir

(L) Mati(M) Datang(I) Pindah(E) 2009

(23)

Pertambahan penduduk = P = (L-M) + (I-E) Pertambahan penduduk tahun 2009

P = (5-3) + (1-2) = 1

Pertambahan penduduk tahun 2010 P = (2-2) + (0-2)

= -2

Pertambahan penduduk tahun 2011 P = (0-1) + (2-5)

= -4

Pertambahan penduduk tahun 2012 P= (2-1) + (2-4)

= -1

Pertambaahan penduduk tahun 2013 P = (2-2) + (2-0)

= 2

(24)

b. Kepadatan Penduduk

Masalah penduduk yang terus meningkat memang sangat mempengaruhi pembangunan di masa mendatang, diperkirakan pada awal abad 21 kawasan Asia Pasifik akan dihuni oleh sekitar 4,2 milyar manusia atau 80 % dari total penduduk dunia. Diharapkan jumlah itu bisa ditekan serendah-rendahnya dengan menurunkan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk.

Kepadatan penduduk dibedakan menjadi dua yaitu kepadatan penduduk atau kepadatan geografis dan kepadatan agraris. Kepadatan agraris menunjukkan jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan luas 1 km2. Sedangkan kepadatan agraris menunjukkan jumlah penduduk yang terdapat pada suatu lahan dengan luas 1 ha.

Tabel 4.1.2 Kepadatan Penduduk di Desa Sambirejo, Kelurahan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2)

Kepadatan geografis dapat dicari dengan persamaan berikut ini :

KPG

=

penduduk

(

jiwa

)

luas wilayah

(

km

2

)

Kepadatan Penduduk Geografis pada tahun 2009 :

(25)

KPG =4041 / 281,3205 = 14 jiwa/km2 Kepadatan Penduduk Geografis pada tahun 2011 :

KPG =4087 / 281,3205 = 15 jiwa/km2

Rata-rata Kepadatan Penduduk Geografis = (14 + 14 +15) : 3

= 14 jiwa/km2

Kepadatan Penduduk Geografis Desa Sambirejo pada tahun 2009 yaitu terdapat 14 jiwa setiap 1 km2, pada tahun 2010 yaitu 14 jiwa setiap 1 km2. Pada tahun 2011 yaitu 15 jiwa setiap 1 km2. Rata-rata Kepadatan Geografisnya yaitu setiap 1 km2 ditempati oleh 15 jiwa. Perubahan jumlah kepadatan geografis ini disebabkan oleh adanya pertambahan penduduk tiap tahunnya, sedangkan luas wilayahnya tetap. Akibat dari kepadatan penduduk maka kepadatan geografisnya juga bertambah.

Kepadatan Penduduk Agraris dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :

KPA

=

luas lahan per

penduduk

(

jiwa

)

(

Ha

)

Kepadatan Penduduk Agraris pada tahun 2009 :

KPA

=

108

4009

,

2185

jiwa

Ha

= 37 jiwa/Ha

Kepadatan Penduduk Agraris pada tahun 2010 :

KPA

=

108

4041

,

2185

jiwa

Ha

(26)

Kepadatan Penduduk Agraris pada tahun 2011 :

KPA

=

108

4087

,

2185

jiwa

Ha

= 38 jiwa/Ha

Rata-rata Kepadatan Penduduk Agraris = 37+37+38 3 = 37 jiwa/Ha

Kepadatan Penduduk Agraris Desa Sambirejo pada tahun 2009 yaitu 37 jiwa setiap 1 Ha. Jadi rata-rata Kepadatan Penduduk Agraris adalah setiap 1 Ha dikelola oleh 37 jiwa, pada tahun 2010, Kepadatan Penduduk Agraris juga 37 jiwa setiap 1 Ha. Sedangkan pada tahun 2011 kepadatannya adalah 38 jiwa perhektar. Perubahan penduduk agraris disebabkan oleh jumlah penduduk dan luas lahan pertanian. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan lahan pertanian semakin sempit, karena lahan pertanian tersebut digunakan untuk pemukiman, sarana umum, dan lain-lain. Akibat semakin sempitnya lahan pertanian menyebabkan semakin menurunnya jumlah hasil pertanian.

c. Keadaan Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin penduduk dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio yaitu nilai perbandingan antar jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk menurut jenis kelamin sangat berguna dalam mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan (Sex Ratio). Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan.

Tabel 4.1.3 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sambirejo, Kelurahan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

Tahun Jenis Kelamin

(27)

2009 2010 2011 2012 2013

1986 1996 2014 2018 2038

2024 2043 2069 2078 2097

∑ 10052 10311

Rata-rata 2010,4 2062,2

% 49,36 % 50,63 %

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1.3 menurut data jenis kelamin, maka dapat di lihat persentase perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan atau disebut dengan sex ratio. Untuk mengetahui besarnya sex ratio maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Sex ratio=

penduduk laki−laki

penduduk perempuan x 100 %

Sex ratio pada tahun 2009 = x 100 % = 98,12%

Sex ratio pada tahun 2010 = x 100% = 97,7%

Sex ratio pada tahun 2011 = x 100% = 97,34%

Sex ratio pada tahun 2012 = x 100% = 97,11%

Sex ratio pada tahun 2013 = x 100% = 97,18% Rata-rata perhitungan Sex ratio

(28)

Sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dikali 100 %. Dari tabel 3 diatas dapat diketahui rata-rata penduduk laki-laki 2010,4 dan rata-rata penduduk perempuan 2062,2. Sex ratio pada tahun 2009 sebesar 98,12%, pada tahun 2010 sebesar 97,7%, pada tahun 2011 sebesar 97,34%, pada tahun 2012 97,11% dan pada tahun 2013 sebesar 97,18%. Rata-rata sex ratioDesa Sambirejo dari tahun 2009 sampai 2013 adalah 97,49% apabila digunakan angka pendekatan 100 orang maka artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 orang laki-laki. Sex ratio dipengaruhi oleh perubahan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Semakin rendah jumlah laki-laki dibandingkan perempuan maka sex rationya semakin tinggi dan sebaliknya. Rata-rata sex ratio Desa Sambirejo adalah penduduk laki-laki 97,49% yang mengakibatkan adanya pembagian kerja yang merata dalam kegiatan usaha tani.

Efek atau dampak dari perbedaan jumlah penduduk pria dan wanita antara lain adalah dengan adanya kesetaraan gender atau kebebasan yang sama antara pria dan wanita dalam memperoleh atau mencari pekerjaan. Selain itu dengan adanya perbedaan jumlah tersebut menjadikan posisi pria sangat penting terutama dalam hal pengolahan sawah dan kerja–kerja yang mengharuskan tenaga yang besar. Perbedaan jumlah antara jumlah pria dan wanita juga dapat mengakibatkan adanya kesulitan dalam mencari tenaga kerja pria untuk menggarap sawah, sehingga kadang wanita yang menggantikan. Tabel 4.1.4 Penduduk Desa Sambirejo dalam kelompok umur dan

kelamin di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

Kelompo k umur

Jenis Kelamin

(29)

0-6

Berdasarkan data yang kami dapat dari hasil pengamatan kami, penduduk dengan rentan usia 25 - 55 tahun menjadi penduduk dengan kelompok terbanyak di Desa Sambirejo. Dengan penduduk laki – laki sebanyak 721 jiwa dan perempuan 725 jiwa. Pada usia ini termasuk dalam kategori usia produktif, sehingga beban tanggungan hidup seimbang dengan yang ditanggung. Penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki - laki. Laki – laki sebanyak 2038 jiwa sedangkan perempuan 2097 jiwa dari total seluruh penduduk 4135 jiwa. Kelompok usia anak non produktif dibawah 12 tahun sekitar 932 jiwa, untuk usia 0 – 6 tahun sebanyak 467 jiwa dan 7 – 12 tahun 465 jiwa. Untuk kelompok usia non produktif diatas 80 tahun sebanyak 243 jiwa. Melihat data penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin Desa Sambirejo laju pertumbuhan penduduk cukup baik dan seimbang, hanya saja pada kelompok umur 1-12 tahun dan usia 80 tahun keatas mempunyai angka yang cukup besar untuk usia non produktif.

d. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan sebagai parameter kemajuan suatu daerah. Dimana suatu daerah yang mayoritas penduduknya berpendidikan tinggi biasanya daerah tersebut telah mengalami kemajuan.

(30)

1

Sumber : Data Sekunder

Dari data diperoleh, keadaan penduduk menurut pendidikan sangat bervariasi. Mulai dari yang berpendidikan tinggi maupun cukup hanya pada bangku SD dapat ditemukan di Desa Sambirejo. Namun, kebanyakan penduduk di Desa Sambirejo Kecamatan Jatisrono menjalani prosespendidikan hanya sampai tamat SD kemudian di urutan kedua dengan Tamat SLTP. Kemungkinan dari hasil pengamatan kami, pada saat dahulu pendidikan belum begitu diperhatikan. Sehingga, hanya dengan bisa membaca dan menulis mereka merasa cukup. Terbukti sebanyak 889 dari 3760 warga hanya menamatkan pendidikan di jenjang SD dan sebanyak 817 di jenjang SLTP. Namun ada juga penduduk yang tidak bersekolah atau sekolah tetapi tidak lulus, mereka mengganggap lebih baik ikut bekerja mencari uang untuk makan dari pada bersekolah lama dan menghabiskan uang. Penduduk yang belum tamat SD sebesar 678 , Tidak tamat SD sebesar 481 dan penduduk yang tidak sekolah yaitu 24 orang. Pada generasi selanjutnya pendidikan mulai di perhatikan terbukti bahwa tamatan jenjang yang lebih tinggi seperti SLTA dan Akademi/PT memegang andil dalam pendidikan. Dengan perhitungan 714 warga yang tamat SLTA dan 57 warga yang tamat Akademi/PT. e. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian

(31)

mata pencaharian serta jumlah penduduk Desa Sambirejo yang berprofesi dapat dijelaskan sebagai berikut.

(32)
(33)

yang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian sampingan. Biasanya penduduk yang bekerja sebagi pegawai negeri seperti sipil atau pensiunan. Dari data yang kami dapat penduduk Desa Sambirejo yang bekerja sebagai pegawai negeri berkisar 47 orang,serta pensiunan 34 orang. Selain itu, mata pencaharian penduduk di Desa Sambirejo ada pula ynag bekerja di bidang pengangkutan, baik pengangkutan orang maupun pengangkutan barang. Sekitar 5 orang bekerja di bidang pengangkutan ini.

f. Keadaan Penduduk menurut Agama

Agama Islam umumnya berkembang baik di kalangan masyarakat orang Jawa. Hal ini tampak nyata pada bangunan-bangunan khusus untuk beribadah orang-orang yang beragama Islam, walaupun demikian tidak semua orang beribadah menurut agama Islam, sehingga berlandaskan atas kriteria pemelukan agamanya ada yang disebut Islam santri dan Islam kejawen, kecuali itu masih ada juga di Kelurahan-Kelurahan jawa, orang-orang pemeluk agama Nasrani atau agama besar lainnya.

Tabel 4.1.7 Keadaan Penduduk Menurut Agama di Desa Sambirejo, Kelurahan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

Agama Oktober 2011

Islam Kristen Katoli k Hindu Budha

4130 5

-Sumber : Data sekunder

Mayoritas penduduk di Desa Sambirejo menganut agama Islam sejumlah 4130 orang dan hanya sebanyak 5 orang yang menganut agama Kristen. Sedangkan di Desa Sambirejo tidak terdapat penduduk yang menganut agama Katolik, Hindu dan Budha.

4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

(34)

tangga sendiri (otonomi), juga memiliki kekuasaan dan wewenang sebagai pelimpahan kekuasaan secara bertahap dari pemerintah di atasnya. Pemerintahan Desa diselenggarakan di bawah pimpinan seseorang Kepala Desa beserta pembantu-pembantunya mewakili masyarakat yang bersangkutan.

Desa Sambirejo mempunyai suatu susunan organisasi pemerintahan Desa yang terdiri dari kepala Desa kemudian sekretaris kemudian kepala seksi-seksi dan kemudian kelompok jabatan fungsional. Kades terdiri dari kasek pemerintahan, kasek pemberdayaan masyarakat, dan kasek tantibum dan kesra. Struktur organanisasi pemerintahan Desa Sambirejo tertera di bawah ini,

Kepala Desa ( Wardi )

Sekretaris Desa ( Sumarsih )

Kaur Pemerintahan

( Kadi )

Kaur Ekbang ( Widodo )

Kaur Keuangan ( Suwarto )

Kaur Kesra /

Kesos ( Sriyono )

Kadus Sedran ( Maryadi)

Kadus Mojosari ( Parno )

Kadus Sambijajar ( - )

(35)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sambirejo

Pemerintah Desa memiliki kekuasaan untuk mengatur daerah dan rumah tangganya sendiri. Dari bagan yang ada terlihat bahwa dalam struktur pemerintahan Kelurahan, tingkat tertinggi dipegang oleh KepalaDesa. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa membawahi dan dibantu oleh Sekretaris Desa, dimana Sekretaris Desa juga membawahi dan dibantu oleh Kaur Pemerintahan, Kaur Ekonomi Pembangunan, Kaur Keuangan dan Kaur Kesejahteraan masyarakat / Kesejahteraan sosial.Sementara dalam hal pengaturan wilayah, Kepala Desa membawahi dan dibantu oleh 4 Kepala Dusun dan masing-masing aparat kelurahan tersebut mempunyai tugas dan kewajiban sendiri-sendiri, tapi secara keseluruhan mereka saling membantu dan bekerjasama dalam melaksanakan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Tugas dan Kewajiban a. Kepala Desa

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dan pembangunan kelurahan.

2) Membina kehidupan masyarakat. 3) Membina perekonomian kelurahan.

4) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. 5) Mendamaikan perselisihan masyarakat di kelurahannya.

6) Mewakili kelurahannya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya.

7) Mengajukan rancangan peraturan kelurahan dan bersama BPD menetapkannya sebagai peraturan kelurahan.

8) Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di kelurahannya.

(36)

Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta membantu kepala Desa dalam pelayanan ketatausahaan.Sekretaris memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1) Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan urusan keuangan dan urusan administrasi umum serta pelayanan teknis dan administrasi perangkat kelurahan.

2) Melaksanakan koordinasi terhadap yang dilakukan oleh perangkat Kelurahan

3) Melaksanakan pengumpulan bahan, pengolahan data dan perumusan program-program serta petunjuk-petunjuk keperluan pembinaan penyelenggaraan tugas pemerintah Kelurahan/Desa, pembangunan dan pembina kemasyarakatan.

4) Melaksanakan pemantauan dan pelayanan kepada masyarakat dibidang pemerintahan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

5) Menyusun progam kerja tahunan dan pelaporannya. 6) Melaksanakan administrasi pertanahan.

c. Kepala Seksi / Urusan

1) Kepalai Urusan Pemerintahan

Kepala urusan pemerintahan memiliki tugas sebagai berikut,

a) Menyusun rencana dan penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan dan pemerintahan umum.

b) Menyusun rencana dan mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan wilayah dan masyarakat.

c) Menyusun progam dan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan.

d) Membantu pelaksanaan tugas di bidang pemungutan pajak, retribusi, dan pendapatan lain – lain.

(37)

f) Menyusun rencana dan melakukan pengadministrasian di bidang pemerintahan, ketentraman, dan ketertiban.

g) Membantu carik Desa dalam melaksanakan pengadministrasian pertanahan.

2) Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut,

a) Menyusun progam dan menyelenggarakan pembangunan di Desa.

b) Menyusun progam dan melaksanakan bimbingan di bidang perekonomian, distribusi, dan produksi.

c) Menyusun progam dan melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang perekonomian dan pembangunan.

d) Menyusun program dan melakukan pengadministrasian di bidang perekonomian dan pembangunan.

e) Menyusun progam dan melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan. f) Menyusun program dan melakukan koordinasi pelaksnaan

pembangunan serta menjaga dan memelihara prasarana, dana, sarana fisik di lingkungan Desa.

3) Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat

Kepala urusan kesejahteraan masyarakat memiliki tugas:

a) Menyusun progam dan melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan social.

b) Menyusun progam dan melakukan pembinaan dalam bidang keagamaan, keluarga berencana, kesehatan dan pendidikan masyarakat.

(38)

d) Menyusun progam dan mengumpulkan bahan dan menyelenggarakan pengadministrasian di bidang kesejahteraan sosial

4) Kepala Urusan Keuangan

Kepala urusan keuangan memiliki tugas antara lain: a) Mengurusi segala administrasi keuangan desa b) Mengatur terkait pengeluaran desa

c) Mengatur rencana anggaran pembelanjaan desa

d) Menyusun laporan mengenai pengeluaran dan pemasukan desa 5) Kepala Dusun

Kepala Dusun memiliki tugas :

a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan dusun dan pembangunan dusun.

b) Membina kehidupan masyarakat. c) Membina perekonomian dusun.

d) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. e) Mendamaikan perselisihan masyarakat di dusunnya.

f) Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di kelurahannya

Pemerintahan Desa merupakan simbol formal dari kesatuan masyarakat Desa yang selain memiliki wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri (otonomi), juga memiliki kekuasaan dan wewenang sebagai pelimpahan kekuasaan secara bertahap dari pemerintah di atasnya. Pemerintahan Desa diselenggarakan di bawah pimpinan seseorang Kepala Desa beserta pembantu-pembantunya mewakili masyarakat yang bersangkutan.

5. Sarana dan Prasarana

(39)

disuatu tempat (Kelurahan / Desa) seperti sarana tempat ibadah, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana olahraga, jalan, alat transportasi, sarana ekonomi, komunikasi, dan seni sangat penting keberadaannya untuk mendukung kemajuan sebuah Desa.Dalam pengembangan wilayah, sarana dan prasarana merupakan hal pokok yang tidak dapat ditinggalkan. Sarana dan prasaran menjadi salah satu kunci kelancaran dan tolok ukur kemajuan pengembangan wilayah. Sarana dan prasarana menjadi penting keberadaanya untuk memperlancar seluruh kegiatan penduduk seperti perekonomian, perhubungan, pendidikan, pengembangan potensi, komunikasi dan lain sebagainya.

a. Kondisi jalan

Kondisi jalan di Desa Sambirejo adalah jalan yang terdiri dari jalan kelurahan, jalan kabupaten , jalan propinsi dan jalan dusun atau yang sering disebut jalan putar atau lintas distrik. Panjang jalan yang melintasi Desa Sambirejo dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1.8 Kondisi Jalan di Desa Sambirejo , Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

Sarana Perhubungan 2012

Jalan:

 Dusun  Kelurahan  Kabupaten  Propinsi

Jembatan

Pangkalan Ojek ∑

-1 km 12km 80 km

1 1

Sumber : Data Sekunder

Dari data yang diperoleh , maka dapat diketahui bahwa Desa Sambirejo memiliki sarana perhubungan yang berupa jalan dengan total panjang 93 km, untuk jalan kelurahan sepanjang 1 km, untu jalan kabupaten sepanjang 12 km dan untuk jalan propinsi sepanjang 80 km. Jumlah Jebatan yang terdapat di Desa Sambirejo adalah 1 dan hanya terdapat 1 pangkalan ojek.

(40)

Sarana transportasi yang ada dan sering digunakan oleh warga Desa Sambirejo adalah delman, becak dan sepeda motor. Sarana transportasi digunakan untuk menjual hasil panen ke pasar, membeli kebutuhan dan sebagainya. Jumlah alat transportasi yang terdapat di Desa Sambirejo dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1.9 Alat transportasi di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

Sarana Transportasi 2007 2008 2009 2010 Delman

Dari data yang diperoleh, rata-rata penduduk Desa Sambirejo memiliki kendaraan sepeda motor. Dan sebagiannya lagi memiliki delman dan becak. Pada umumnya warga Desa Sambirejo lebih banyak yang belum memiliki kendaraan pribadi. Dikarenakan mereka lebih memilih menggunakan angkutan umum apabila ingin pergi keluar desa dan sebagainya. Sedangkan di sekitar desa mereka lebih sering berjalan kaki. Dari rumah ke tempat kerjanya. Pada tahun 2007 hingga tahun 2009 tidak terdapat sarana transportasi. Dikarenakan penduduknya masih sangat primitif.

c. Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian merupakan sarana yang penting bagi warga Desa Sambirejo untuk bisa mengakses informasi-informasi seputar perekonomian. Sarana perekonomian yang terdapat di Desa Sambirejo dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.1.10 Sarana Perekonomian di Desa Sambirejoo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

No Nama Jumlah

(41)

1. Perdagangan: warumg, koperasi dan sebagainya. Jumlah yang paling banyak yang terdapat di Desa Sambirejo adalah warung. Terdapat 15 warung di Desa Sambirejo. Sedang untuk toko, kaki lima, super market, pasar kelurahan, pasar kota, KUD, bagan kredit, bidan dan dokter di Desa Sambirejo belum ada karena sarana – sarana ini biasanya ada untuk daerah perkotaan.

d. Komunikasi

Sarana komunikasi adalah salah satu sarana yang penting di dalam suatu desa sebagai sarana untuk menjalin hubungan dengan saudara yang jauh. Maupun sebagai sarana pencarian informasi dari luar. Sarana komunikasi di Desa Sambirejo dapat dilihat didalam tabel.

Tabel 4.1.11 Komunikasi di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Sarana Komunikasi 2007 2008 2009

(42)

Wartel Sambirejo dapat dipahami bahwa penduduk Desa Sambirejo belum mampu mengakses informasi secara maksimal. Frekuensi warga desa dengan kerabat yang jaraknya jauh menghambat karena sarana komunikasi seperti telepon seluler tidak ada. Selain itu mayoritas penduduk desa hampir seluruh warga Desa Sambirejo memiliki televisi akan tetapi penduduk desa hanya menerima informasi dari televisi namun tidak diterapkan inovasi-inovasi baru yang didapatkan di televisi.

e. Pendidikan

(43)

Dari data yang kami peroleh sarana pendidikan di Desa Sambirejo sudah mendukung untuk para warganya, yaitu Taman kanak – kanak ada 2 buah. Sedangkan untuk Sekolah dasar ada 2 buah. Kemudian untuk Sekolah Menengah Pertama ada 1 buah. Kemudian untuk tingkat Sekolah Menengah Atas di Desa Sambirejo belum ada, dan perguruan tinggi belum ada juga.

f. Olahraga

Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat sehari – hari, karena dengan olahraga yang teratur akan mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat tersebut. Dalam peribahasa juga disebutkan mensana in coor poresano, di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Dalam kegiatan olahraga perlu juga ditunjang dengan sarana dan prasarana olahraga, agar kegiatan olahraga tersebut bisa berjalan dengan baik.

Tabel 4.1.13 Sarana Olahraga di Desa Sambirejo, Kecamatan Lapangan Sepakbola sebanyak 2 buah dari tahun 2007 sampai 2010, jumlah ini paling banyak karena mayoritas olahraga sepakbola yang paling populer di daerah tersebut. Untuk para pengemar olahraga volly Desa Sambirejo mempunyai satu buah lapangan bolla volly dan baru ada pada tahun 2010. Untuk olahrga tenis, ada dua lapangan tenis meja pada tahun 2007, namun pada tahun 2008 – 2010 sudah tidak ada mungkin karena sudah mengalami kerusakan.

(44)

Kesenian adalah salah satu akibat yang timbul akibat adanya suatu masyarakat yang didalamnya ada interaksi antar anggotanya juga dipengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Kesenian merupakan gagasan dalam mengekspresikan rasa dan keadaan masyarakat. Tiap daerah satu dengan yang lainnya mempunyai ekspresi seni yng berbeda – beda walaupun masih dalam satu tipe suatu kesenian. Tabel 4.1.14 Kesenian di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono,

Kabupaten Wonogiri

No Nama Jumlah

2007 2008 2009 2010

1. Pewayangan - -

-2. Sanggar tari - -

-∑ 0 0 0 0

Sumber : Data Sekunder

Dalam kurun waktu 2007 sampai 2010 Desa Sambirejo tidak mempunyai suatu macam kesenian dalam kategori kolektif desa.

h. Sarana Ibadah

Tujuan pokok manusia diciptakan di dunia ini adalah beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengabdi kepada Tuhan, melaksanakan perintah atau ajarannya dan menjauhi larangannya. Dalam kegiatan beribadah kepada Tuhan perlu ada yang namanya sarana ibadah, yang merupakan keharusan dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tabel 4.1.15 Sarana Ibadah di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

No Nama Jumlah

2007 2008 2009 2010

1. Masjid 6 7 7 7

2. Gereja - -

-3. Wihara - -

-4. Pura - -

-∑ 6 7 7 7

(45)

Masyarakat Desa Sambirejo hampir seluruhnya memeluk agama islam, dari 4 dusun di Desa Sambirejo pada tahun 2007 ada 6 buah masjid kemudian pada tahun 2008 bertambah satu masjid lagi dan tetap sebanyak tujuh buah masjid pada tahun 2009 dan 2010. i. Sarana Kesehatan

Setiap manusia di dunia ini pasti menginginkan dirinya selalu sehat, akan tetapi karena faktor lingkungan atau faktor dari diri sendiri terkadang terserang penyakit juga. Dalm penyembuhannya diperlukan adanya seperti Rumah sakit, dan lain – lain. Karena butuh penanganan yang profesional dalam penyembuhan penyakit tersebut.

Tabel 4.1.16 Kesehatan di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

No. Nama Jumlah

2007 2008 2009 2010 1. Rumah sakit 1 1 1 1

2. Rumah bersalin - - - 1

3. Klinik 1 1 1 1

4. Puskesmas - -

-5. Posyandu 4 4 4 4

6 Apotek 1 1 1

-∑ 7 7 7 7

Sumber : Data Sekunder

(46)

untuk Pos Pelayanan Terpadu ada 4 buah sejak tahun 2007. Kemudian untuk mencari obat di Desa Sambirejo ada satu buah apotek.

Data tabel yang ada dapat kita ketahui bahwa di Desa Sambirejo ini telah ada berbagai sarana dan prasarana kehidupan seperti sarana olahraga, kesenian/kebudayaan, dan perhubungan. Sarana dan prasarana tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kelurahan walaupun jumlahnya sangat terbatas untuk perhubungan, pendidikan dan olahraga. Sarana transportasi terdiri dari delman , sepeda motor, mobil pribadi, becak , angkota/Angkudes, bus umum, lain-lain.

Mencapai kombinasi sistem transportasi yang proporsional diperlukan sarana transportasi yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah banyak, sehingga ruas jalan yang ada digunakan seefisien mungkin. Sarana transportasi ini dituntut untuk dapat bergerak cepat. Kegiatan transportasi masyarakat akan menjadi cepat dan efisien bila sistem transportasi harus dikoordinasi sebaik mungkin.

Sarana perhubungan yang ada di Desa Sambirejo berupa jalan dan jembatan yang menjadi sarana penghubung antar Dusun, antar Kelurahan, antar Kabupaten dan antar Propinsi. Jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Tetapi perubahannya relatif naik, ini membuktikan bahwa Desa Sambirejo mengalami kemajuan dan mengikuti perkembangan zaman.

(47)

Organisasi sosial yang ada di Desa Sambirejo terdiri dari Kelompok Tani (Gapoktan) , Arisan RT/RW, dan Karang Taruna, Pengajian, Koperasi Tani, dan Sinoman.

a. Kelompok Tani (Gapoktan)

Kelompok petani Desa Sambirejo berkumpul tiap awal bulan keperluannya yaitu membahas masalah-masalah atau kendala-kendala yang ada dalam pertanian. Mengenai keanggotaannya diperoleh dari warga petani Desa Sambirejo itu sendiri, pembagiannya yaitu berdasar lahan yang bertempat di tiap dusun, misal sawah di dusun tahunan, anggotanya adalah orang – orang yang mempunyai sawah di dusun tahunan tersebut. Namanya juga diambil dari nama dusun tersebut, misal kelompok tani Tahunan. Selain membahas tentang masalah petanian, kelompok tani ini berkumpul untuk membagikan pupuk bersubsidi.

b. Arisan RT / RW

Arisan RT/RW ini beranggotakan bapak-bapak dan ibu-ibu di sekitar Desa Sambirejo. Diadakan satu bulan sekali untuk mempererat tali silaturahmi antar warga Desa.

c. Karang Taruna

Organisasi karang taruna ini beranggotakan pemuda-pemudi Desa Sambirejo. Karang taruna sering menjadi panitia apabila ada peringatan 17 Agustus, dan hari besar lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan kesenian dan olahraga.

d. Pengajian

Pengajian diadakan di Desa Sambirejo seminggu sekali yang bertepatan pada hari senin malam atau jumat malam, beranggotakan bapak-bapak dan ibu-ibu di sekitar Desa Sambirejo.

(48)

Sinoman ini beranggotakan pemuda –pemudi dusun setempat. Kegiatannya yaitu ketika ada hajatan atau resepsi, sinoman ini menjadi seorang pelayan dalam acara tersebut.

f. Koperasi Tani

Koperasi Tani terdapat di setiap dusun di Desa Sambirejo. Kegiatannya adalah sebagai tempat simpan pinjam bagi petani di dusun setempat. Bertujuan agar petani di Desa Sambirejo tidak kesulitan dalam masalah modal dalam berusaha tani dan agar petani di Desa Sambirejo lebih maju.

7. Penguasaan Tanah

a. Sistem Penguasaan Tanah

Sistem penguasaan tanah yang dijumpai di Desa Sambirejo antara lain:

1) Sistem Gadai

Sistem gadai adalah sistem penguasaan tanah dimana pemilik tanah menyerahkan sertifikat tanahnya untuk menerima pembayaran sejumlah uang tunai dengan ketentuan pemilik tersebut berhak mengambil sertifikat tanah yang digadaikan setelah mengembalikan uang yang pernah diterimanya. Sistem ini didaerah Desa Sambirejo hanya dijalankan sekitar 15% dari petani yang ada, dikarenakan tidak terlalu sibuknya petani yang memiliki lahan tersebut sehingga memilih untuk menggarap sendiri.

2) Sistem Sewa

(49)

mereka mayoritas lebuh memilih meminjam kepada tetangga atau lembaga keuangan.

3) Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil merupakan sistem penguasaan tanah dimana pemilik sawah menyuruh orang lain untuk mengerjakan sawahnya dengan sistem bagi hasil yang besarnya merupakan kesepakatan antara pemilik dengan penggarapnya. Lumayan banyak petani yang melakukan sistem ini sekitar 30%. Dikarenakan petani yang memiliki sawah yang luas sehingga tidak mampu mengerjakan sawahnya sendiri memilih sistem ini karena lebih menguntungkan.

4) Sawah Hak Milik

Sawah hak milik adalah sawah milik pribadi dimana seseorang mempunyai kuasa penuh atas tanah sawah yang dimilikinya termasuk sertifikat hak milik. Bentuk penguasaan tanah secara tradisional yang masih dijumpai adalah tanah bengkok. Tanah bengkok diberikan kepada pamong Desa selama masa kepengurusannya sebagai pengganti gaji. Untuk pembagian kas lahan ditentukan menurut tingkat jabatan pamong Desa. Pelaku sistem ini hanya sedikit sekitar 3% dari masyarakat Desa Sambirejo, karena hanya para pejabat desa yang mendapat tanah dalam sistem ini.

b. Bentuk Penguasaan Tanah

Bentuk penguasaan tanah secara tradisional (adat) yang masih dijumpai di Desa Mendut adalah :

1) Tanah Yasan

Maksudnya yaitu tanah dari hasil pembelian dari orang lain. Tanah Yasan terdapat tanah yasan di Desa Sambirejo karena penguasaan tanah dimiliki petani dari warisan turun temurun.

(50)

Maksudnya adalah tanah milik Desa dan disewakan dengan dilelang kepada yang mau. Di Desa Sambirejo terdapat tanah titisoro yang dilelang per tahun dengan luas lahan yang dilelang sebesar 1 ha.

3) Tanah Bengkok

Maksudnya adalah tanah milik Desa untuk diberikan kepada perangkatDesa sebagai gaji selama masa jabatannya. Dalam sistem agraria di Pulau Jawa adalah lahan garapan milik desa. Tanah bengkok tidak dapat diperjualbelikan tanpa persetujuan seluruh warga Desa namun boleh disewakan oleh mereka yang diberi hak mengelolanya 3000 x 16 m untuk setiap Kepala Desa, 2 patok (1 hektar kurang) untuk Kepala Urusan (KAUR), 1 hektar untuk Kepala Dusun (KADUS). 4) Tanah Gogolan

Tidak ada tanah gogolan di Desa Sambirejo karena sebagian besar penduduk, tanahnya sudah menjadi milik perseorangan yang dikelola sendiri dan disewakan.

c. Status Penguasaan Tanah

Status penguasaan tanah yang dijumpai di Desa Sambirejo adalah Petani penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani milik sendiri. Petani penyewa yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bayar di muka. Petani penyakap yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tetapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Buruh tani yaitu tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan mendapat upah.

8. Stratifikasi Sosial

(51)

Sistem pelapisan masyarakat di Desa Sambirejo bersifat sederhana dan tidak mempengaruhi perbedaan-perbedaan antara golongan dalam bersosialisasi. Stratifikasi berdasarkan kekayaan di Desa Sambirejo dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.2 stratifikasi berdasar kekayaan

Keterangan:

1 : Sangat kaya terdiri dari pemilik penggarap sebesar 3%.

2 : Cukup kaya terdiri dari pemilik penyakap dan penyewa sebesar 44 %.

3 : Kurang kaya terdiri dari buruh tani sebesar 53 %.

Sebenarnya di Desa Sambirejo orang lebih dihormati karena kebaikannya, sikapnya bukan karena kekayaannya. Tapi masih ada beberapa yang menghormati orang dinilai dari kekayaannya. Pelapisan masyarakat Desa Sambirejo bersifat terbuka, setiap orang bisa saja berganti status setiap saat dan menaiki tingkat – tingkat tertentu. b. Struktur pelapisan petani berdasarkan status petani

Struktur pelapisan masyarakat petani berdasarkan status petani dapat distratifikasikan sebagai berikut:

1) Pemilik Penggarap yaitu petani yang menggarap lahan usaha tani milik sendiri.

1

2

(52)

2) Petani Penyakap yaitu petani yang tidak mempunyai lahan usaha tani sendiri tetapi mengerjakan lahan usaha tani milik orang lain dengan sistem bagi hasil.

3) Petani Penyewa yaitu petani menyewa lahan kepada pemilik lahan dengan membayar uang di awal yang besarnya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

4) Buruh Tani yaitu petani hanya mengerjakan lahan milik orang lain dan diberi upah.

Gambar 4.3 Struktur Pelapisan Masyarakat Berdasarkan Status Petani Keterangan :

1 : Petani Penyewa sebesar 5 % 2 : Petani Penyakap sebesar 10 %

3 : Petani Pemilik Penggarap sebesar 15 % 4 : Buruh Tani sebesar 65 %

Dari data tersebut diketahui bahwa sebagian besar penduduk yang berada di Desa Sambirejo berstatus sebagai buruh tani. Akan tetapi, selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai seperti uang atau benda – benda bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau juga keturunan dari keluarga maka akan menjadikan bibit yang menumbuhkan adanya sistem pelapisan masyarakat. Sistem pelapisan ini bersifat terbuka, artinya setiap orang dapat sewaktu – waktu berganti status. Misalnya, yang semula hanya seorang buruh tani dapat meningkat statusnya menjadi penyewa.

3

4 1

(53)

9. Konflik Sosial

Adapun macam bentuk konflik sosial yang berada di Desa Sambirejo, yaitu:

a. Internal masyarakat lokal

Masalah yang dihadapi yaitu pasifnya pemuda setempat terhadap lingkungannya. Kemauan yang kurang dalam setiap kegiatan yang diadakan lingkungan dan tidak ada aspirasi dari para pemuda. Serta jiwa sosial yang masih agak rendah di sebagian masyarakat Desa Sambirejo. Konflik antar desa, dengan pemerintah, dengan perusahaan di Desa Sambirejo tidak ada.

10. Kebudayaan

a. Denah rumah petani

Gambar 4.4 Denah rumah di Desa Sambirejo

Denah rumah petani di Desa Sambirejo sangat sederhana hanya terdiri dari satu ruang utama. Satu ruang utama seolah hanya ruang seperti aula besar sebagai ruangan serbaguna. Adapun kamar dan lain-lainnya , penyekatan sesuai dengan kehendak dari pemilik rumah. Model rumah di Desa Sambirejo adalah berbentuk limas. Alasan dari susunan rumah seperti ini adalah agar lebih fleksibel penyekatan hanya dengan papan atau lainnya. Sehingga jika di butuhkan untuk tempat tinggal hanya dihilangkan sekatnya saja.

b. Peralatan yang biasa digunakan dalam kegiatan bertani adalah cangkul, sabit, erek, arit dan traktor. Di Desa Sambirejo ini terdapat peralatan bertani Cangkul Keprek alat ini merupakan cangkul yang lebih ringan dari pada cangkul pada umumnya biasa digunakan untuk pekerjaan pertanian yang kategorinya ringan. Kemudian Cangkul

Kamar

Tidur kamar

(54)

persegi panjang cangkul ini lebih bera dari cangkul keprek dan biasanya untuk pekerjaan-pekerjaan pertanian yang lebih berat.

c. Kebudayaan yang ada dan masih dipertahankan di Desa Sambirejo adalah:

1. Adat istiadat yang

berkaitan dengan siklus hidup manusia. a) Kenduri (Kondangan)

Kenduri adalah adat – istiadat warga yang merupakan perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

b) Ketika malam satu syuro

Kegiatan yang diadakan warga untuk menyambut tahun baru hijriah.

c) Tahlilan

Dzikir atau Kegiatan bersama yang dilakukan oleh warga. d) Slametan bangun rumah

Syukuran sebelum rumah dibangun dan sesudah rumah jadi. 2. Adat istiadat yang berkaitan dengan usahatani.

a) Metik yaitu pengambilan padi pertama sebelum panen.

A. Karakteristik Responden 1. Identitas Keluarga Responden

a. Identitas Responden menurut Umur dan Status Penguasaan Lahan Identitas responden menurut Umur dan Status penguasaan merupakan perbandingan umur yang membedakan status penguasaan lahan mereka dalam suatu sistem pertanian desa.Perbedaan umur menunjukan intensitas mereka dalam pengolahan lahan.

(55)

No

. Nama Petani

Umur (tahun) Status Penguasaan Lahan

Suami Istri 1 2 3 4

1. Dartowiyono 54 53

2. Panti 70 60

3. Kasmi 50 50

4. Karso 67 SM

5. Mujiono 70 60

6. Tiyem - 55

7. Tini 60 55

8. Sarmi 47 43

9. Narto 45 42

10. Wijiati - 53

11. Kasiem 60 51

12. Karijeng 60 50

13. Wardi 54 50

14. Warsono 68 54

15. Widodo 49 39

16. Marman 55 48

17. Tumiyem 68 48 18. Harti 48 45

19. Ismi Sari - 38

20. Sri Lestari 37 30

∑ 13 - 3 4

% 65 % 15 % 20%

Sumber : Data Primer

Keterangan :

1. Pemilik Penggarap 2. Penyewa

3. Penyakap 4. Buruh Tani

(56)

dengan tenaga sendiri, mereka dapat mengabdikan dirinya sepanjang hari pada lahan atau sawah milik mereka. Selain itu mereka juga dapat menghasilkan produksi yang maksimal tanpa mengeluarkan biaya tambahan, seperti membayar buruh ataupun melakukan bagi hasil kepada petani penyewa. Sedangkan sejumlah petani lainnya, seperti petani penyakap berjumlah 3 orang dengan persentase 15% dan buruh tani sebanyak 4 orang dengan persentase 20%. Masyarakat sebagai petani penyewa adalah mereka yang menggarap lahan milik orang lain, tetapi tanpa membayar biaya sewa hanya menggunakan sistem bagi hasil. Tetapi biasanya status tersebut dari tahun ke tahun selalu sama yaitu bertindak sebagai petani yang menyewa lahan sawah dari orang lain dan tidak berusaha untuk merubah status mereka.

Status petani berdasarkan penguasaan lahan dibagi menjadi empat yaitu petani pemilik penggarap yaitu petani yang memiliki dan menggarap lahan miliknya sendiri, petani penyewa yaitu petani yang mengolah lahan milik orang lain dengan sistem membayar di muka , petani penyakap yaitu petani yang mengolah lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil dan buruh tani yaitu petani yang mengolah lahan milik orang lain dengan sistem upah.

b. Identitas Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga

Identitas responden menurut jumlah anggota keluarga merupakan data yang menunjukkan data jumlah anggota keluarga pada masyarakat Desa Sambirejo.Jumlah anggota keluarga menunjukkan banyaknya tanggungan yang harus dibiayai oleh kepala keluarga.

Tabel 4.2.2 Identitas keluarga dan tingkat pendidikan di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri tahun 2013

No Jumlah Anggota Keluarga Pendidikan

Pria Wanita Suami Istri Anak

0

-4-15 15-65

>65 0-4 4-15

15-65

(57)

4

1 2 2 SD SD

2 2 3 SD SD

3 1 2 SD SD

4 2 1 TS -

5 1 3 SMP SD

6 1 2 - TS

7 4 2 SD SD

8 3 1 SD SD

9 1 2 SD SD

10 - 2 - SD

11 1 - TS TS

12 1 2 SD SD

13 - 2 SD SD

14 1 2 SD SD

15 2 2 SLTA SD

16 - 1 SD SD

17 - 2 SD SD

18 1 3 SD SMP

19 1 4 SD -

20 2 - SD SMP

∑ 26 38 7 7 6 3

-% 10

0 100

30,4

3 30,43 26,08 13,0

6

Sumber : Data Primer

Data hasil pengamatan identitas responden menurut jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan di Desa Sambirejo menunjukkan bahwa pendidikan para oran tua di Desa Sambirejo masih rendah paling tinggi tamat Sekolah Dasar, dikarenakan pada zaman dulu pendidikan belum begitu penting. Sedangkan untuk pemuda – pemudinya pendidikannya sudah meningkat, paling rendah sudah wajib belajar sembilan tahun dan ada juga yang melanjutkan ke perguruan tinggi, hal ini dikarenakan kesadaran akan pendidikan sudah mulai tinggi.

(58)

Mencari nafkah bagi masyarakat merupakan suatu keharusan untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo bermata pencaharian sebagai petani, tetapi ada juga yang beternak, buruh, pedagang. Mata pencahariaan masyarakat

a. Asal bisa makan sehari-hari sekeluarga

b. Asal bisa makan, membeli pakaian mempunyai rumah, membiayai sekolah, dan bisa membeli kebutuhan sekunder seperti tanah, TV, sepeda motor, dll

e. Lain-lain

(59)

mereka masih termasuk masyarakat yang cukup maju, karena mereka berfikir bukan hanya kebutuhan pokok mereka dapat terpenuhi tetapi juga memikirkan untuk sekolah anaknya dan kebutuhan yang lain.

Sebagai makhluk biologis manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan biologis yaitu kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan hidupnya sebagai makhluk yang bernyawa dan mempunyai tuntutan nafsu. Tuntutan nafsu adalah tuntutan untuk kesejahteraan raga dan kesejahteraan jenisnya(Sri Wiyarti, 1991).

b. Kegiatan Mencari Nafkah

Mencari nafkah bagi masyarakat merupakan suatu keharusan untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut di dasarkan atas kebutuhan dan usaha untuk dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan data para petani yang mencari nafkah di Desa Sambirejo.

Setiap orang mempunyai orientasi yang berbeda dalam kegiatan mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut di dasarkan atas kebutuhan dan usaha untuk dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Berikut ini disajikan data tentang kegiatan mencari nafkah masyarakat Desa Sambirejo.

Tabel 4.2.4 Kegiatan Mencari Nafkah di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

N o

Uraian Σ %

2. Apakah dalam kegiatan mencari nafkah baik usaha tani

maupun usaha lainnya responden bekerja

a. Sekedar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari

b. Berkeinginan memperoleh sesuatu (misal menaikkan status dengan membeli tanah/rumah/barang-barang sekunder/naik haji)

c. Berkeinginan memperbesar usahanya atau membuka usaha baru atau bekerja dibidang lainnya.

(60)

a. Sekedar melakukan usaha yang ada, pasrah (menerima apa adanya)

b. Berkeyakinan usaha saat ini bisa memberi hasil yang baik

c. Berusaha memberi tambahan penghasilan dengan berusaha/bekerja di bidang lain

d. Berkeinginan pindah usaha (meninggalkan pekerjaan tani) setelah memiliki usaha/pekerjaan baru

e. Lainnya

4. Apakah Bapak/Ibu ingin memperbaiki nasib yang lebih

baik dari sekarang?

a. Selalu ingin memperbaiki,….

b. Kadang muncul keinginan memperbaiki… c. Tidak pernah berkeinginan memperbaiki… d. Lainnya…

a. Pengalaman-pengalaman orang tua sebelumnya b. Berdasarkan kemampuan yang ada saat ini

c. Belajar pada penyuluh atau pengusaha lain, mencari informasi baru untuk usahanya dan melakukan

a. Bekerja berdasarkan petunjuk/nasihat orang tua, tokoh masyarakat (kepala Desa, ulama, penyuluh) b. Bekerja dengan mengutamakan kerjasama dengan

warga Desa

(61)

bermata pencaharian sebagai petani. Kalaupun mereka bekerja pada sektor luar pertanian, pada musim bertani, mereka memilih meninggalkan pekerjaan luar sektor pertanian untuk mengolah dan menunggu lahan mereka dari masa tanam sampai dengan masa panen.

Responden Desa Sambirejo pada umumnyausaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yaitu berkeyakinan usaha sehat bisa memberi hasil yang baik sebesar 25% (5 orang).Sekedar melakukan usaha yang ada dengan pasrah menerima apa adanya terdapat 8 orang atau sekitar 40%. Berusaha memberi tambahan penghasilan dengan berusaha /bekerja di bidang lain sebanyak 5 orang atau 25%. Untuk lainnya tidak ada.

Setiap orang mempunyai keinginan untuk memperbaiki nasib dari keadaannya sekarang, tapi keinginan tersebut berbeda beda setiap respondennya. Responden yang selalu berkeinginan memperbaiki nasibnya terdapat 8 orang atau 40%. Dilanjutkan responden yang kadang muncul keinginan memperbaiki sebanyak 9 orang atau sebesar 45%, muncul pikiran seperti itu karena mereka kadang berputus asa untuk memperbaiki kehidupan mereka karena sering terdapat kegagalan dalam usaha mereka. Responden yang tidak pernah berkeinginan untuk memperbaiki nasibya sebanyak 3 orang atau sebesar 15 %, responden sudah merasa cukup dengan keadaannya saat itu dan tidak ingin memperbaiki.

Dalam kegiatan mencari nafkah, kebanyakan responden mencari nafkah berdasarkan kemampuan yang ada saat ini sebanyak 4 orang atau 20%. Sedang yang bekerja berpedoman pengalaman orangtua sebelumnya, belajar pada penyuluh atau pengusaha lainnya masing-masing 10 orang (50%), 6 orang (30%).

(62)

c. Keputusan dalam Usaha Tani

Dalam pengambilan keputusan, banyak sekali pertimbangan yang harus dipikirkan. Tentang siapa saja yang harus terlibat untuk menyelesaikan masalah dan sebagainya.

Tabel 4.2.5 Keputusan dalam Usaha Tani di Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri

No. Uraian ∑ %

6.

7.

8.

Setiap ada inovasi atau sesuatu yang baru dalam praktek usahatani, responden :

a. Langsung menerapkan b. Kadang-kadang menerapkan c. Tidak pernah menerapkan

Ketika mengambil keputusan, responden : a. Selalu melibatkan anggota keluarga lain b. Kadang-kadang melibatkan

c. Tidak pernah melibatkan

Yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan: a. Istri atau suami

b. Keluarga

9 4 7

10 5 5

11 5

45 20 35

50 25 25

Gambar

Tabel 4.1.1 Pertambahan Penduduk dan MobilitasPenduduk di DesaSambirejo Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
Tabel  4.1.5  Keadaan  penduduk  menurut  pendidikan  di  DesaSambirejo, Kelurahan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri
Tabel 4.1.6  Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian di DesaSambirejo, Kelurahan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri
Tabel 4.1.7  Keadaan Penduduk Menurut Agama di Desa Sambirejo,Kelurahan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri
+7

Referensi

Dokumen terkait

PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program ini bertujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk membandingkan kondisi sosial ekonomi petani penggarap dan petani biasa (petani yang menggarap lahan miliknya sendiri) pasca alih

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti mengenai dampak yang terjadi kepada para petani, baik buruh tani, petani penggarap atau pemilik lahan terhadap munculnya

Data diatas menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha tani lebih kecil dari pada pendapatan dari luar usaha tani dalam rumah tangga petani penyewa di Desa Senting, Kecamatan

Kendala yang dijumpai pada peternakan domba milik Bapak Subandi yaitu pada saat musim kemarau hijauan agak sulit untuk dicari sehingga perlu usaha yang lebih..

Jawaban: “Saya memiliki dua petani penggarap yang menggarap lahan sawah saya, untuk lahan sawah yang digarap oleh pak Gawis itu sudah puluhan tahun dia garap sawah saya”.. Bagaimana

tuan tanah yaitu orang yang memiliki tanah tetapi tidak menggarapnya melainkan memberikannya kepada orang lain untuk menggarapnya; b petani pemilik yaitu petani yang hanya menggarap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden petani penggarap yang tergolong miskin adalah kebanyakan petani penggarap dengan penguasaan lahan skala sempit < 0,50 ha dan menerapkan pola