BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di lahan kering Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada 110024’13.32” E– 7017’53.88” S dengan rentang elevasi 600 - 800 mdpl. Batas wilayah administrasi Desa Kebondowo meliputi sebelah Utara: Desa Banyubiru dan Rawa Pening, sebelah Timur: Desa Rowoboni, sebelah Barat: Desa Remambang, sebelah Selatan: Desa Tegaron.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan berupa alat-alat dasar survei lapang meliputi alat tulis, meteran, cangkul, cetok, GPS (Global Positioning Sytem), dan alat analisis tanah sesuai dengan Penuntun Analisis Tanah (Suprihati,
2013).
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Peta Jenis Tanah Kabupaten Semarang, Peta Administrasi Kabupaten Semarang, Peta Kontur Tanah Kabupaten Semarang. Kemudian didukung dengan Data curah hujan Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Data suhu udara Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Data Kelembaban Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengumpulan Informasi Karakteristik Pada Lahan Kering Desa Kebondowo
Pengumpulan informasi karakteristik lahan bertujuan untuk mengetahui nilai karakteristik lahan. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor apa yang membatasi. Jenis data yang dikumpulkan antara lain adalah data iklim-geografis dan data tanah.
Peta administrasi Kabupaten Semarang akan digunakan untuk mengetahui batas-batas wilayah, Letak geografis dan Luas penggunaan lahan kering/ tegalan di Desa Kebondowo, Peta kontur digunakan untuk mengetahui tingkat kelerengan dan elevasi. Data curah hujan yang digunakan bersumber dari kantor kecamatan setempat. Untuk sumber peta yang digunakan merupakan peta standar dari Bakosurtanal (BIG). Data tanah diambil berupa sampel tanah dalam bentuk komposit dan cetakan ring. Sampel tanah yang telah diambil akan dianalisis sesuai dengan Penuntun Analisis Tanah (Suprihati, 2013). Data iklim-geografis yang digunakan antara lain; Data curah hujan, Suhu, Kelembaban. Perhitungan data suhu dilakukan berdasarkan ketinggian tempat
(Braak, 1928) dengan rumus:
26,30C – (0,01 x elevasi x 0,60C)
Penentuan lokasi titik sampel tanah dilakukan dengan metode purposive
sampling berdasarkan keadaan ketinggian tempat, jenis komoditas yang selama ini dibudidayakan. Setiap sampel yang diambil akan menggambarkan setiap variasi tekstur tanah, penggunaan lahan, ketinggian tempat, suhu, curah
Gambar 3.1. Lokasi Titik Sampel di Desa Kebondowo
Berdasarkan Peraturan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia tahun 2009, Jumlah titik pengambilan sampel yang dibutuhkan dalam tingkat survey Semi-detail dengan skala pemetaan 1:50.000 adalah sebanyak 8 – 16 titik observasi/ 100 ha. Sehingga jumlah lokasi titik sampel
dibutuhkan berdasarkan keadaan komoditas budidaya dan ketinggian yang beragam adalah 18 titik.
Sampel tanah yang telah diambil akan dianalisis kimia meliputi tekstur tanah (Bouyoucos), pH H2O, nitrogen, fosfor, kalium, bahan organik, kadar
C-organik (spektofotometri), KTK, dan daya hantar listrik. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana.
3.3.2 Analisis Kesesuaian
attribute base (.dbf) yang kemudian diskor menggunakan Microsoft Excel
2007 dengan nilai 4 untuk S1, 3 untuk S2, 2 untuk S3, dan 1 untuk N.
Gambar 3.2. Skema proses analisis menggunakan metode matching
Penentuan dan pemetaan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan aplikasi ArcView 3.2. dengan menginterpolasikan hasil data analisis menggunakan metode IDW Inverse Distance Weighted. Menurut Pasaribu (2012) interpolasi adalah metode pencitraan untuk menambah atau mengurangi jumlah pixle dalam citra untuk menghasilkan citra yang lebih detail. Sistem kerja dari program ArcView 3.2. adalah mengintegrasikan semua data spasial dan attribute base yang diperoleh dari langkah matching
Gambar 3.3 Model Kesesuaian Tanaman Jahe Zingiber officinale
Untuk mengetahui faktor-faktor yang membatasi pada lahan ditentukan dengan menggunakan rumus:
Keterangan: A = Luas Wilayah
Gambar 3.4 Pembobotan Dalam Kelas Kesesuaian
Hasil Pemetaan kelas kesesuaian lahan disajikan dalam peta semi detil (skala peta 1:50.000). Kriteria kesesuaian lahan untuk tingkat tinjauan semi detil dapat mengunakan kriteria kesesuaian lahan yang disusun oleh Djaenudin, dkk (2003).
3.4 Rekomendasi Budidaya
Dasar pemikiran dari rekomendasi budidaya adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi suatu hal yang membatasi dalam proses budidaya. Berdasarkan Hasil dari analisis akan diketahui faktor mana yang dapat menjadi faktor pembatas dalam proses budidaya. Sehingga rekomendasi