• Tidak ada hasil yang ditemukan

penelitian tentang adat budaya toraja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "penelitian tentang adat budaya toraja"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM :

BUDAYA TORAJA

BIDANG KEGIATAN :

PKMP (PENELITIAN)

DIUSULKAN OLEH :

NAMA NIM ANGKATAN

1.ADE SAPUTRA T. 616O302140077 2014

2.

3.MARLINA YENNI 6160302140068 2014

4. 5.

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS MAKASSAR

(2)

PENGESAHAN

A. NAMA LENGKAP :ADE SAPUTRA TA’DUNG

B.NIM :6160302140077

C. JURUSAN :MANAJEMEN

D.UNIVERSITAS : KRISTEN INDONESIA PAULUS MAKASSAR

F. ALAMAT EMAIL :Saputra.teelpain@ymail.com

4. ANGGOTA PELAKSANA KEGIATAN : 5 0rang

5. DOSEN PENDAMPING :

7.JANGKA WAKTU PELAKSANAAN : 5 (LIMA BULAN)

(3)

Makassar,23 september 2014

Menyetujui

Ketua Prodi ……… Ketua Pelaksana Kegiatan

(………) (………..) NIDN……….. NIM………

Wakil Rektor 111 Dosen Pendamping

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingannya dan pimpinannya sehinngga kami sebagai penulis boleh mencapai kegiatan tujuan serta pembentukan karakter proposal penelitian tentang budaya masyarakat Toraja.

Buku ini disusun untuk menjadi bahan bacaan dan pengetahuan dasar bagi generasi mudah Toraja, baik yang lahir di Tana Toraja maupun yg di luar Tana Toraja. Hal ini

dimaksudkan,agar mereka mengenal dengan baik daerah asalnya sebagai daerah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia menjadi daerah tujuan wisata yang kedua sesudah Bali.

Industri pariwisata akan berkembang dengan cepat demikian pula konsekuensinya pada perkembangan ekonomi,tenaga kerja dan permodalan.perlu dipahami bahwa daerah Toraja ini menjadi daerah tujuan wisata karena didukung oleh dua factor pokok yaitu:

1.Keunikan adat budaya Toraja 2.Keindahan alam

Penulis merasa berkewajiban menulis buku ini karena desakan beberapa pihak baik tokoh masyarakat Toraja maupun orang mudah sebagai generasi penerus pembangunan daerah dan bangsa Indonesia. Penulis sadar bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan karena inilah kemampuan penulis baik kekurangan maupun kelebihan.

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PRENGESAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI RINGKASAN

BAB 1. PENDAHULUAN BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA BAB 3. METODE PELAKSANAAN

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN DAFTAR OUSTAKA

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

(6)
(7)

RINGKASAN

Tujuan :

a). membentuk/mengembangkan sekelompok masyarakat yang mandiri secara budaya

b). membantu menciptakan ketentraman dan kenyaman dalam kehidupan budaya masyarakat Toraja

c). meningkatkan ketrampilan berpikir meneliti dan ketrampilan yang dibutuhkan.

Target Khusus :

Metode pencapaian tujuan

(8)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang Masalah

Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar artinya dan perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat menjadi masukan dan memberi wawasan yang lebih luas kepada masyarakat.

Salah satu diantara kebudayaan tradisional yang ada di Indonesia adalah Kebudayaan tradisional adat Toraja. Kebudayaan tradisional adat Toraja ini meliputi segala aspek yang berhubungan dengan masyarakat, ukiran kayu, rumah adat, upacara pemakaman, musik/tarian, agama, bahasa, dan ekonomi.

(9)

Pada mulanya suku Toraja oleh nenek moyang dinamakan TORAA. Yang berasal dari kata toraa yaitu bugis

Secara evolusi dapat dikemukakan perubahan sebagai berikut: Toraa Toriaja

Toriaja Tomaraya/Toraya Toraya Toraja

Proses Toriaja menjadi Toraya atau menjadi Toraya atau To Maraya terjadi oleh karena SOPAN SANTUN leluhur orang Toraja itu cukup tinggi dinampakkan kepada dunia luar.

Pemimpin yang digelar SIAMBE’, PUANG TALLU LEMBANG TALLU BATU PAPAN, MA’DIKA MATADAK dan Kayu Kalandona Tondok cukup disegani karena ADAT ALUK NA PEMALI

Penampilan mereka kedunia luar cukup meyakinkan karena memilki wibawa kepemimpinan yang disebut TALLU SILOLOK Yaitu:

- Manarang na kina

Sulawesi Selatan dikenal dengan empat ETNIS yaitu: - Etnis Bugis

- Etnis Makassar - Etnis Mandar - Etnis Toraja

Oknum katanya Toraja itu adalah keturunan raja, dan sebahagian mengatakan omong kosong.

Tidak perlu orang Toraja marah atau kecewa , biarlah orang mengatakan bahwa karena memamng mereka tidak tahu bahwa bahasalah yang menyebabkan perubahan ejaan.

(10)

Somba ri Gowa Mangkau’ ri Bone Payung ri Luwu

Botto ri Torajae /Matasak ri Sangalla’

Petta La Bantan kembali di Lepongan Bulan Padang Nagonting Matarik Allo, dan menurut ceritera leluhur, perahunya diikat di Pantai Bungi’ di Enrekang.

Petta La Bantan menyusuri sungai Sa’dan sampai di Sapan Deata ke Makale di Buntu Bungi’ yang sekarang ini di kenal dengan nama Buntu Bungin.

Petta La Bantan sule langangan

Banua Tongkonan Kabusungan Datu Baine

Manaek ri Nonongan Sumurruk tama rampanan kapa’ Mengkulea’ tama kaso tumamben sola baine sangkalamma’ Na petimba bulaan rara bukunna Puang tomembali buntu.

Petta la Bantan dan Petimba Bulaan berangkat ke kampungnya Sangalla’ di Tongkonan To Manurun di Langi’ ri KAERO tu digente’ MEMBIO LANGI’ dan disana pemerintahannya di gelar MATASAK RISANGALLA’.

TORAA adalah nama asli suku Toraja yang mengandung arti sebagai berikut: TO adalah Orang

TORA adalah aturan

A adalah lamang tongkonan

TORAA artinya orang yang hidup dengan aturan Tongkonan atau Adat dan Aluk Tongkonan.

(11)

Selanjutnya dikatakan bahwa Toraa adalah To Ungkasiri’ Nene’ Todolo

To Ungkasiri’ Rara Bukunna

Katanya seorang anak Tongkonan itu harus mengnal silsilahnya lima keatas dan lima kebawah minimal.

Semakin tinggi di ketahui maka orang itu akan di juluki Bida.

Nene’ Todoan Saudara

Nene’ Salemberan Sepupu satukali

Nene’ Uttu’ Sepupu duakali

Nene’ Mammi’ Sepupu tigakali

Tomatua Sepupu empatkali

Tanda Indo’ Tanda Ambe’ dan ini yang digelar To MA’RAPU TALLANG TO SANGKAPONAN AO’ dan jika ditambah dengan BASSE SITUKA’ maka inilah yang dikenal sebagai KELUARGA BESAR.

1.2. RUMUSAN MASALAH

(12)

denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk praktis dari material kayu. Material kayu dari kayu uru, sejenis kayu lokal yang berasal dari Sulawesi. Kualitas kayunya cukup baik dan banyak ditemui di hutan-hutan di daerah Toraja. Kayu di biarkan asli tanpa di pelitur atau pernis.

Rumah Toraja / Tongkonan ini dibagi menjadi 3 bagian yang pertama kolong (Sulluk Banua), kedua ruangan rumah (Kale Banua) dan ketiga atap (Ratiang Banua). Pada bagian atap, bentuknya melengkung mirip tanduk kerbau. Di sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela kecil, tempat masuknya sinar matahari dan aliran angin. Memiliki latar belakang arsitektur rumah tradisional Toraja menyangkut falsafah kehidupan yang merupakan landasan dari kebudayaan orang Toraja itu sendiri.

Dalam pembangunan rumah adat Tongkonan ada hal-hal yang mengikat atau hal yang di haruskan dan tidak boleh di langgar, yaitu Rumah harus menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan bumi dan langit merupakan satu kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru mata angin, yaitu:

1. Utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia di mana Puang Matua berada (keyakinan masyarakat Toraja).

2. Timur disebut Matallo, tempat metahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan.

3. Barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian.

4. Selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik / angkara murka.

Pembangunan rumah tradisional Toraja biasanya dilakukan secara gotong royong. Rumah Adat Toraja di bedakan menjadi 4 macam:

1. Tongkonan Layuk, rumah adat tempat membuat peraturan dan penyebaran aturan-aturan.

(13)

beberapa tongkonan, yang semuanya bertanggung jawab pada Tongkonan Layuk.

3. Tongkonan Batu A’riri, rumah adat yang tidak mempunyai peranan dan fungsi adat, hanya sebagai tempat pusat pertalian keluarga.

4. Barung-barung, merupakan rumah pribadi. Setelah beberapa turunan (diwariskan), kemudian disebut Tongkonan Batu A’riri.

Bangsawan Toraja yang memiliki Tongkonan umumnya berbeda dengan Tongkonan dari orang biasanya. Perbedaan ini bisa kita lihat pada bagian rumah terdapat tanduk kerbau yang disusun rapi menjulang ke atas, semakin tinggi atau banyak susunan tanduk kerbau tersebut semakin menukjukkan tinggi dan penting status sosial si pemilik rumah.

Kenapa harus tanduk Kerbau? bagi orang Toraja, kerbau selain sebagai hewan ternak mereka juga menjadi lambang kemakmuran dan status. Oleh sebab itu tanduk atau tengkorak kepala kerbau di pajang dan disimpan di bagian rumah karena sebagai tanda bawasannya keberhasilan si pemilik rumah mengadakan sebuah upacara / pesta.

B. Ekonomi

Sebelum masa Orde Baru, ekonomi Toraja bergantung pada pertanian dengan adanya terasering di lereng-lereng gunung dan bahan makanan pendukungnya adalah singkong dan jagung. Banyak waktu dan tenaga dihabiskan suku Toraja untuk berternak kerbau, babi, dan ayam yang dibutuhkan terutama untuk upacara pengorbanan dan sebagai makanan. Satu-satunya industri pertanian di Toraja adalah pabrik kopi Jepang, Kopi Toraja.

(14)

Ekonomi Toraja secara bertahap beralih menjadi pariwisata berawal pada tahun 1984. Antara tahun 1984 dan 1997, masyarakat Toraja memperoleh pendapatan dengan bekerja di hotel, menjadi pemandu wisata, atau menjual cindera

mata. Timbulnya ketidakstabilan politik dan ekonomi Indonesia pada akhir 1990-an (termasuk berbagai konflik agama di Sulawesi) telah menyebabkan pariwisata Toraja menurun secara drastis. Toraja lalu dkenal sebagai tempat asal dari kopi Indonesia. Kopi Arabika ini terutama dijalankan oleh pengusaha kecil.

C.. Wilayah

(15)

Batas-batas Kabupaten Tana Toraja adalah :

- Sebelah Utara : Kabupaten Luwu, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa

- Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

- Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang

- Sebelah Barat : Kabupaten Polmas

Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 3.205,77 km² atau sekitar 5% dari luas propinsi Sulawesi Selatan, yang meliputi 15 (lima belas) kecamatan. Jumlah penduduk pada tahun 2001 berjumlah 404.689 jiwa yang terdiri dari 209.900 jiwa laki-laki dan 199.789 jiwa perempuan dengan kepadatan rata-rata penduduk 126 jiwa/km² dan laju pertumbuhan penduduk rata-rata berkisar 2,68% pertahun.

D. .Kelas Sosial

Dalam masyarakat Toraja awal, hubungan keluarga bertalian dekat dengan kelas sosial. Ada tiga tingkatan kelas sosial: bangsawan, orang biasa, dan budak (perbudakan dihapuskan pada tahun 1909 oleh pemerintah Hindia Belanda). Kelas sosial diturunkan melalui ibu. Tidak diperbolehkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih tingi, ini bertujuan untuk meningkatkan status pada keturunan berikutnya. Sikap merendahkan dari Bangsawan terhadap rakyat jelata masih dipertahankan hingga saat ini karena alasan martabat keluarga.

(16)

Budak dalam masyarakat Toraja merupakan properti milik keluarga. Kadang-kadang orang Toraja menjadi budak karena terjerat utang dan membayarnya dengan cara menjadi budak. Budak bisa dibawa saat perang, dan perdagangan budak umum dilakukan. Budak bisa membeli kebebasan mereka, tetapi anak-anak mereka tetap mewarisi status budak. Budak tidak diperbolehkan memakai perunggu atau emas, makan dari piring yang sama dengan tuan mereka, atau berhubungan seksual dengan perempuan merdeka. Hukuman bagi pelanggaran tersebut yaitu hukuman mati.

2. Bagaimana sejarah kebudayaan masyarakat Toraja?

Tator aslinya mempunyai nama tua yang dikatakan dalam literatur kuna mereka sebagai "Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo"nyang berarti negeri dengan pemerintahan dan masyarakat berketuhanan yang bersatu utuh bulat seperti bulatnya matahari dan bulan. Agama asli nenek moyang mereka adalah Aluk Todolo yang berasal dari sumber Negeri Marinding Banua Puan yang dikenal dengan sebutan Aluk Pitung Sa'bu Pitung Pulo. Ketika Belanda masuk, agama Aluk Todolo tergeser oleh missionaris Kristen yang menyebarkan agama diwilayah ini. Namun adat istiadat yang berakar pada konsep Aluk Todolo hingga kini masih dijalankan. Kita masih akan menikmati pertunjukan upacara kematian masyarakat tator sebagai pengaruh kuat dari agama nenek moyang mereka.

(17)

keluarga-keluarga paling berpengaruh dan terkaya disitu yang mendirikan Tongkonan (rumah adat Tator) beserta belasan lumbung padinya. Setiap Tongkonan satu keluarga besar dihiasi oleh puluhan tanduk kerbau yg dipakai untuk menjelaskan status sosial dalam strata masyarakat adat. Tongkonan itulah yang menjadi atraksi budaya dan menjadi obyek foto ratusan turis yang mendatangi tator.

3. Bagaimana karakteristik kebudayaan dilihat dari sistem kekerabatan dan sistem perkampungan atau organisasi?

Dalam pembelajaran ini, banyak hal-hal yang kami temukan baik di ruang lingkup Toraja maupun di luar Toraja tentang permasalahan dalam adat budaya Toraja seperti judi dan sabung ayam pada upacara adat.

Sabung Ayam

A. Pengertian sabung ayam

Sabung ayam atau biasa juga disebut adu ayam jago merupakan permainan yang telah dilakukan masyarakat di kepulauan Nusantara sejak dahulu kala. Permainan ini merupakan perkelahian ayam jago yang memiliki taji dan terkadang taji ayam jago ditambahkan serta terbuat dari logam yang runcing. Permainan Sabung Ayam di Nusantara ternyata tidak hanya sebuah permainan hiburan semata bagi masyarakat, tetapi merupakan sebuah cerita kehidupan baik sosial, budaya maupun politik.

(18)

gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. Akhirnya raja mengakui kehebatan ayam

Cindelaras dan mengetahui bahwa Cindelaras tak lain adalah putranya sendiri yang lahir dari permaisurinya yang terbuang akibat iri dengki sang selir.

Sedangkan di Bali permainan sabung ayam disebut Tajen. Tajen

berasal-usul dari tabuh rah, salah satu yadnya (upacara) dalam masyarakat Hindu di Bali. Tujuannya mulia, yakni mengharmoniskan hubungan manusia dengan bhuana agung. Yadnya ini runtutan dari upacara yang sarananya menggunakan binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, dan berbagai jenis hewan peliharaan lain. Persembahan tersebut dilakukan dengan cara nyambleh (leher kurban dipotong setelah dimanterai). Sebelumnya pun dilakukan ngider dan perang sata dengan perlengkapan kemiri, telur, dan kelapa. Perang sata adalah pertarungan ayam dalam rangkaian kurban suci yang dilaksanakan tiga partai (telung perahatan), yang melambangkan penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan dunia. Perang sata merupakan simbol perjuangan hidup.

Dalam kebudayaan Bugis sendiri sabung ayam merupakan kebudayaan telah melekat lama. Menurut M Farid W Makkulau,

(19)

Hasanuddin, digelari “Haaantjes van het Oosten” yang berarti “Ayam Jantan dari Timur.

Dalam masyarakat Toraja sabung ayam juga sudah menjadi tradisi. Sabung ayam di Toraja dikenal dengan beberapa nama, yakni: sisaung,

paramisi, dan dalam peradilan adat Toraja dikenal dengan nama “Si

Londongan”. Tradisi ini sudah ada sebelum kolonial Belanda masuk di

wilayah Toraja. Sabung ayam atau Si Londongan merupakan suatu budaya orang Toraja yang digunakan sebagai cara penyelesaian pekara apapun yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh pihak yang berselisih.

B. Posisi Sabung Ayam Di Kalangan Masyarakat

Kata Manu’ (Bugis) atau Jangang (Makassar) yang berarti ayam, merupakan kata yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Gilbert Hamonic menyebutkan bahwa kultur bugis kental dengan mitologi ayam. Jika mendapatkan pembahasan yang berimbang maka kata ini bisa jadi sangat mewarnai perjalanan sejarah dan kebudayaan Sulawesi Selatan. Ketika hal ini saya sampaikan kepada lima mahasiswa sejarah UNHAS yang datang bertamu ke rumah, mereka malahan tertawa seakan tidak percaya terhadap apa yang baru saja didengarnya. Mereka seakan lupa bahwa Raja Gowa XVI, I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin, digelari “Haaantjes van het

Oosten” yang berarti “Ayam Jantan dari Timur” dan lambang universitas

(20)

Masyarakat Bugis Makassar selain menjadikan ayam sebagai ternak peliharaan juga menjadikannya sebagai hewan aduan. Karena keakraban dengan ayam ini dengan senantiasa memperhatikan tanda – tanda fisik, bulu dan bunyi kokoknya, orang Bugis Makassar memiliki kepercayaan, firasat, alamat atau pertanda dari ayam ini :

1) Bila ayam betina beradu dibawah kolong rumah, maka itu pertanda bahwa yang empunya rumah akan kedatangan tamu ;

2) Bila ayam betina berkotek di waktu malam, maka itu pertanda akan ada kerabat yang akan meninggal. Ayam ini disebut “Manu’ patula-tula” dan karenanya harus disembelih, tidak boleh dibiarkan bertelur karena dapat membawa sial atau celaka

3) Bila ayam memakai jambul (simpolong), maka itu pertanda ayam tersebut tidak baik dipelihara karena bisa membawa sial ;

4) Bila ayam berbulu kelabu (kawu) maka ayam tersebut juga tidak baik untuk dipelihara karena dianggap sorokau (ayam pembawa sial), dan 5) Bila ayam jantan berkokok seperti menyuarakan ‘pelihara aku’ (makkau) maka ayam tersebut baik untuk dipelihara karena dianggap pembawa rezeki.

(21)

paramisi, biasanya digelar sebagai rangkaian masa duka dalam sebuah keluarga. Bagi orang Toraja, ayam adalah simbol langit. Di Kajang, ada tradisi yang disebut pabitte passapu’, yaitu mengadu ikat kepala yang telah disimpul seperti ayam. Ikat kepala itu akan berkelahi layaknya ayam. Hal ini tentu saja terjadi karena adanya kekuatan mistis dan supranatural untuk menggerakkan ikat kepala itu menjadi ’hidup’.

Dalam masyarakat Toraja, sabung ayam didukung oleh mythos. Menurut mitos tersebut, bahwa sabung ayam itu berawal dari langit dimana di sana di kalangan para penghuni langit dikenal peradilan yang disebut Tarian Pitu ( tujuh tarian ) yang artinya ada tujuh macam cara dalam mengadili orang yang bersalah. Adat ini kemudian turun ke bumi dibawa oleh manusia yang selanjutnya dilembagakan. Pada peradilan silondongan, pihak-pihak yang berselisih menyediakan ayam jantan yang mewakili mereka dalam perkelahian. Pada kaki ayam itu dipasangi taji lalu diadu sebagai wakil dari dua orang yang berselisih. Ayam siapa yang menang maka dialah yang memenangkan perkara tersebut sementara yang kalah harus menerima kekalahan itu dengan jantan.(Seno Paseru, 2001 : 117)

(22)

yang tidak pernah berubah, juga dianggap sebagai pembela keadilan dan jujur dalam segala hal.

Dalam permainan sabung ayam ada beberapa keputusan-keputusan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Manuk toka’, artinya dua ayam yang sudah berhadapan dengan lawan aknan tetapi tidak memberikan perlawanan. Selanjutnya pertandingan dinyatakan batal.

2. Manuk puli’, artinya ayam yang bertanding tersebut tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Selanjutnya pertandingan dinyatakan drow.

(23)

C. MOTIVASI/ CARA PENYELESAIANNYA

Berdasarkan permasalahan diatas tentang budaya masyarakat Toraja kami sebagai penulis bernubuat sebagai pandangan motivasi yang diartikan dengan cara mengontrol atau mengendalikan diri dan boleh ada amanah dari tokoh masyarakat dan dari keluarga yang bersangkutan dalam acara adat sehingga masyarakat budaya Toraja dapat mengurangi masalah tersebut

1.3. Tujuan Khusus

Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalis dan menjelaskan tentang keunikan dan keindahan budaya Toraja

b. Mengidentifikasi etnis budaya Toraja

c. Membuat atau mengerjakan dalam sebuah teliti yang berhubungan dengan Rambu Tuka’ dan an Rambu Solo’

d. Mengkaji secara rinci tentang kebesaran dalam sebuah Tongkonan

(24)

1.5. Manfaat

KEUNIKAN ADAT BUDAYA DAN KEINDAHAN ALAM TORAJA 1.KEUNIKAN ADAT BUDAYA TORAJA

Posisi dan lokasi Tongkonan tidak akan lebih baik tanpa kesatuan dan persatuan rumpun keluarga di Tongkonan,maka tidak akan ada pula kegiatan adat budaya Toraja yang disebut Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’. Semuanya bertumpuh pada keutuhan dan kelestarian rumah Adat Tongkonan. Hal inilah yang perlu dipahami dan dihayati oleh generasi muda Tongkonan dimanapun ia berada.

sebab ada statement leluhur mengatakan : Ada’ Sipori Padang Aluk Sipori Pemalinna

(25)

2.KEINDAHAN ALAM TORAJA

Padang Lepongan Bulan Matarik Allo sebagai daerah Kabupaten Tingkat II Toraja sudah ditetapkan pemerintah sebagai daerah tujuan wisata kedua setelah Bali,penetapan itu atas dasar keindahan alam Toraja.

Pelestarian sejuta pesona kata mantan Bupati (alm) A.Jacobs, Toraja jelita sebagai jembatan ekonomi lewat industri pariwisata.

(26)

TONGKONAN SEBAGAI RUMAH ADAT DAN PUSAT ILMU KEHIDUPAN GENERASI

A.BERDIRINYA SEBUAH TONGKONAN

Sejarah datangnya nenek moyang orang Toraja di daerah Lepongan Bulan Matarik Allo,sudah menjelaskan bahwa leluhur itu dating sebagai To ARROAN atau iring-iringan perahu. Mereka menyebar masing-masing memilih pulau-pulau kecil dan pulau-pulau kecil itulah yang sekarang dikenal sebagai gunung atau buntu.

Leluhur masing-masing memilih tanah yang dianggap baik dan cocok untuk mendirikan rumah.

Pada mulanya rumah itu belum dilonga karena mereka msaih mencoba apakah lokasi itu cocok untuk melaksanakan kegiatan tallu lolona yaitu:

(27)

Jika kehidupan Tallu Lolona berhasil,itu berarti rumah itu akan dikembangkan menjadi Tongkonan, artinya rumah itu diberi longa sebagai syarat suatu

Tongkonan dan pendirinya disebut sebagai TO MANGRARUK TONGKONAN.

B. UKIRAN DAN WARNA TONGKONAN Dasar ukiran tongkonan ada empat yaitu:

- PA’BAREALLO

- PA’TEDONG

- PA’LONDONG atau PA’MANUK - PA’SUSSU’

Pa’bareallo adalah ukiran yang melambangkan padang Lepongan Bulan Matarik Allo dan dipasang di depan dan dan dibelakang PARA Tongkonan.

Pa’tedong adalah lambang kekuatan,karena kerbau adalah binatang yang terkuat di Toraja secara fisik,dan juga disadari oleh leluhur bahwa daging kerbau juga memberikan kekuatan fisik kepada rakyat di desa.

(28)

Pa’sussu’ adalah ukiran yang melambangkan persatuan dan kesatuan dengan rumpun keluarga dan semua masyarakat Lepongan Bulan.

Warna ukiran Tongkonan ada empat macam yaitu: - Kuning

- Putih - Merah - Hitam

Warna kuning melambangkan keagungan dan kebesaran leluhur sebagai To Manurun di Langi’.

Warna putih melambangkan kebersihan dan kejujuran sebagai seorang pemimpin yang digelar BIDA dan KINAA.

Warna merah melambangkan keberanian dan kejantanan pemimpin dalam mempertahankan kebenaran didalam kehidupan bermasyarakat.

(29)

C.RAMBU TUKA’ DAN RAMBU SOLO’ ADAT TORAJA

Dari sekian banyak macam aluk,adat,dan pemali yang di anut oleh leluhur pada masa lampau,ternyata dapat di sederhanakan menjadi hanya dua macam saja yaitu Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’.

Dua kegiatan budaya ini hanya berpedoman pada dua faktor yaitu:

Lokasi Tongkonan dengan posisi Utara Selatan Putaran Matahari sedang naik dan sedang turun

Walaupun sara’ itu ada rambu atau asap,artinya ada kegiatan pemotongan hewan budaya tetapi nama itu melekat pada apakah matahari sedang naik atau sedang turun.

(30)

Nama lain rambu tuka’ adalah aluk rampe matallo,artinya upacara yang dilakukan dimulai pada waktu matahari sedang bergerak naik,rambu tuka’ adalah upacara kegembiraan,kesenangan,dan dapat dikategorikan sebagai pesta.

Rambu Tuka’ dilaksanakan pada sebelah timur tongkonanan dan pemimpin adat/To Parengnge’ berada pada alang sebelah timur. Rambu tuka’ sebagai upacara keberhasilan lolo tau menerima berkat Tuhan.

2.RAMBU SOLO’

Rambu solo’ adalah upacara pemakaman adat Toraja. Pada upacara ini biasa terjadi kesalahan istilah oleh pemandu wisata yang mengatakan “pesta orang mati di Toraja”,hal ini perlu diluruskan karena rambu solo’ itu bukan pesta tapi upacara kedukaan. Leluhur katakan itu sebagai rambu solo’ artinya hati itu

(31)

ACARA RAMBU SOLO’

BATING

Bating atau ratapan adalah cara leluhur Toraja mengungkapkan sejarah hidup almarhum melalui tangisan/ratap. Biasanya orang professional umbating itu tidak menangis,tetapi keluarga dan rumpun keluarga yang mendengarkan biasanya jatuh pingsan,bating dilakukan oleh wanita dan jika dilakukan laki-laki itu

(32)

LAKKEAN

Lakkean adalah tempat khusus dibuat untuk jenazah orang mati yang

(33)

LIANG

Liang adalah kuburan batu dimana batu besar yang dipahat masuk sehingga membentuk ruangan seperti kamar dan disanalah jenazah diletakkan.

TAU-TAU

(34)

MA’PALAO

Artinya jenazah diusung oleh rumpun keluarga bersama oleh keluarga bersama orang banyak di desa untuk di pindahkan ke tempat khusus yang dinamakan Lakkean. Lakkean bisa dibuat di Rante Tomate dan dapat pula dibuat di rumah Tongkonan.

Jika dibuat di rumah Tongkonan maka harus di letakkan di sebelah kiri Tongkonan sesuai Adat Budaya Rambu Solo’.

(35)

BADONG

(36)

PA’SENGO’/ PA’MARAKKA’

(37)
(38)

BAB 3. METODE PELAKSANAAN 3.1. Persiapan

3.2. Metode Pencapaian

(39)

BAB 4.BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Biaya

Perincian rancangan biaya PKMP-yang didanai DIKTI,Kemnedikbud adalah mengacu pada metode pelaksanaan program adalah sebagai berikut:

Tabel .1. Rekapitulasi Komponen Biaya ang diusulkkan

NO Komponen Biaya Jumlah

Tabel .2. Perincian Jadwal Kegiatan Program PKMP SOSIAL

(40)

7

Laporan Kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1.Biodata Ketua dan Anggota

\\\\\

1 Nama Lengkap

2 Jenis kelamin L/P

3 Program Studi

4 NIM

5 Tempat dan tgl Lahir

(41)

7 No.Telepon HP

No Nama Pertemuaan Ilmiah /Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

D.Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah ,asosiasi,atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggug jawabkan secara

hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidakbenaran dengan kenyataan,saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk

(42)

Makassar ,23 september 2014 Pengusul .

Ade Saputra Ta’dung ……….

Lampiran 2.Justifikasi Anggaran Kegiatan 1. Peralatan Penunjang

(43)

Pemakaian Satuan(RP)

Laptop RP.4.000

Sub.Total 1 Rp 4.000

2.Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi

Pemakaian Kuantitas Harga Satuan(RP) Keterangan

Print Rp 100

Pemakaian Kuantitas Harga Satuan(RP) Keterangan

konsumsi Rp 2.320

Penginapan Rp.4.000

(44)

Lampiran 3.Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian tugas

No Nama /NIM Program studi Bidang Ilmu Keterangan

1

2 3

Lampiran 4. Surat peryataan Ketua Peneliti /Pelaksana SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Ade Saputra Ta’dung

NIM :6160302 14 0077

Program Studi :Manajemen

Fakultas :Ekonomi

Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKMP

“ SOSIAL” yang diusulkan tahun anggaran 2015,bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuian dengan peryataan ini ,maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah di ke kas Negara.

(45)

Makassar ,23september 2014

Mengetahui Wakil Rektor III

Bidang Kemahasiswaan

Materai Rp 6000

Tanda Tangan

(Agus Salim ,SH.MH) ( )

(46)

Lampiran 5.

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN KERJASAMA DARI MITRA USAHA DALAMPELAKSANAAN PROGRAM KREATIVITAS

MAHASISWA.

Yang bertandatangan dibawah ini ,

Nama :

Pimpinan Mitra Usaha :

Bidang Usaha :

Alamat :

Dengan ini menyatakan Bersedia untuk Bekerjasama dengan pelaksana kegiatan Program Kegiatan Mahasiswa………..

Nama Ketua Tim Penyususul :

Nomor Induk Mahasiswa :

Nama Dosen Pembimbing :

(47)

Bersama ini pula kami nyatakan dengan sebenarnya bahwa di antara pihak Mitra Usaha dan pelaksanaan kegiatan program tidak terdapat ikatan kekeluargaan dan ikatan usaha dalam wujud apapun juga .

Gambar

Tabel .1. Rekapitulasi Komponen Biaya ang diusulkkan

Referensi

Dokumen terkait

Nationalforsamlingens  opgave  er  at  varetage  befolkningens  interesser  og  sikre  de  .. forfatningsmæssige

 Guru membawa ikan dan bunga hias, kemudian tanya jawab tentang cara menyayangi binatang dan tanaman sebagai ciptaan Allah SWT.  Tanya jawab isi buku cerita yang

Pasal 7, 8 dan 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah mengatur tentang mekanisme

Letak Indonesia terlihat berada diantara 2 benua yaitu Asia dan Australia yang artinya akan sangat mudah bagi Indonesia untuk bisa melakukan kerjasama

Untuk memenuhi harapan tersebut diperlukan kinerja manajemen yang ekeftif dan efisien, sehingga untuk mengetahui kinerja perusahaan rokok mana yang lebih efektif terlebih

Adapun hasil survei yang dilakukan terhadap jumlah keluarga di daerah distribusi air PDAM Kota Dumai sebagai berikut, Mayoritas jumlah anggota keluarga sampel

dikeluarkan,sehingga tidak memerlukan tindakan. Abortus komplite adalah proses abortus dimana.. keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. Dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan kerjasama dan