• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai dan Moral dalam Bidang Produksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nilai dan Moral dalam Bidang Produksi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi modern, kesejaahteraan ekonomi diukur dari segi uang. Seperi kata Profesor Pigou: “Kesejahteraan ekonomi kira-kira dapat didefinisikan sebagai bagian kesejahteraan yang dapat dikaitkan dengan alat pengukur uang.” Karena kesejahteraaan ekonomi modern bersifat materialistis, maka perlu membatasi ruang lingkup pokok persoalan yang sama itu.

Dalam sistem produksi Islam konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih luas. Konsep kesejahteraan ekonomi Islam terdiri dari bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari hanya barang-barang yang berfaedah melalui pemanfaatan sumber-sumber daya secara maksimum, baik manusia maupun benda demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi. Dengan demikian, perbaikan sistem produksi dalam Islam tidak hanya berarti meningkatnya pendapatan, yang dapat diukur dari segi uang, tetapi juga perbaikan dalam memaksimalkan terpenuhinya kebutuhan kita dengan usaha minimal tetapi tetap memperhatikan tuntunan perintah-perintah Islam tentang konsumsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan produksi? 2. Apa tujuan dari produksi?

3. Apa saja faktor-faktor produksi dalam ekonomi?

4. Bagaimana prinsip-prinsip produksi dalam ekonomi Islam? 5. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam berproduksi?

(2)

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas. Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama.1 Definisi lain dari produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula.2

Berikut pengertian produksi menurut para ekonomi muslim kontemporer. 1. Karf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam

sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Rahman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi produksi secara merata).

3. Al Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardlu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya bersifat wajib.

Dalam definisi-definisi diatas terlihat sekali bahwa kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya, meskipun definisi-definisi tersebut berusaha mengelaborasi dari perspektif yang berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiataan produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka

1 Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2009), Hal . 230.

(3)

meningkatkan mashlahah bagi manusia.3 Dalam memproduksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi meliputi tenaga kerja, modal, sumber daya alam, skill atau teknologi. Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output).4

B. Tujuan Produksi

Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam islam yang bertujuan untuk memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:

1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. 3. Menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan.

4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat. Hal ini akan menimbulkan setidaknya dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakan keinginan konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang islami. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barang dan jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan kemubaziran, tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat.

3 Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Hal. 230.

(4)

Meskipun poduksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti bahwa produsen sekadar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif dan inovatif menemukan berbagai barang dan jasa yang memang dibutuhkan oleh manusia. Sikap proaktif ini juga harus berorientasi kedepan, dalam arti: pertama, menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan masa mendatang. Kedua, menyadari bahwa sumber daya ekonomi, baik natural resources atau non natural resources, tidak hanya diperuntukkan bagi manusia yang hidup sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Orientasi kedepan ini akan mendorong produsen untuk terus menerus melakukan riset dan pengembangan guna menemukan berbagai jenis kebutuhan, teknologi yang diterapkan, serta berbagai standar lain yang sesuai dengan tuntutan masa depan. Efisiensi dengan sendirinya juga akan senantiasa dikembangkan, sebab dengan cara inilah kelangsungan dan kesinambungan pembangunan akan terjaga. Ajaran islam juga memberikan peringatan yang keras terhadap prilaku manusia yang gemar membuat kerusakan dan kebinasaan, termasuk kerusakan lingkungan hidup, demi mengejar kepuasaan.

Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam. Dengan kata lain, tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.5

C. Faktor-Faktor Produksi dalam Ekonomi a. Faktor tanah/alam

Dalam pandangan ekonomi klasik, tanah dianggap sebagai suatu faktor produksi penting mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam proses produksi. Islam mengakui tanah sebagai faktor produksi, namun setepat dalam arti sama yang digunakan di zaman

(5)

modern. Islam memberi terapi kepada alam sebagai salah satu faktor produksi, ia mengizinkan pemilikannya agar produksi bertambah, sebagaimana kita lihat pada usaha menghidupkan tanah mati dan waris. Hal ini dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada seseorang dalam mengembangkan (mengelola) tanah.6

b. Faktor tenaga kerja

Faktor tenaga kerja dalam aktivitas produksi merupakan upaya yang dilakukan manusia, baik berupa kerja pikiran maupun kerja jasmani atau kerja pikir sekaligus jasmani dalam rangka menghasilkan barang-barang dan jasa ekonomi yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa tenaga kerja merupakan aktivitas yang dicurahkan manusia sebagai warga masyarakat dalam andilnya menghasilkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginan-keinginan warga masyarakat yang lain.

c. Faktor modal

Di dalam sistem Islam modal (sebagai hak milik) adalah amanah dari Allah yang wajib dikelola secara baik. Manusia atau para pengusaha hanya diamanahi oleh Allah untuk mengelola harta atau modal itu sehingga modal itu dapat berkembang.

d. Faktor manajemen/organisasi

Islam menyuruh melakukan manajemen dan mengharuskan kepada manajemer untuk mengikuti jalan keadilan dan menjauhi jalan yang akan membahayakan masyarakat. Atas dasar tersebut manajer Islam mengharamkan untuk mengatur produksi barang-barang yang haram dan tidak membolehkan perencanaan produksi barang-barang seperti ini.7 Secara lebih ringkas faktor-faktor produksi dapat dikategorikan dalam dua faktor, yaitu alam dan kerja. Qardhawi selanjutnya menjelaskan bahwa alam adalah kekayaan yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Kerja adalah segala kemampuan dan kesungguhan yang dikerahkan manusia baik jasmani maupun akal pikiran, untuk mengolah kekayaan alam

6 Muslich, Etika Bisnis Islami Landasan Filosofis, Normatif dan Substansi Implementatif

(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), Hal. 222.

(6)

ini bagi kepentingannya. Mengapa Qardhawi tidak memasukkan faktor modal. Ia menjelaskan, bahwa modal dalam bentuk alat dan prasarana adalah hasil dari kerja. Modal adalah kerja yang disimpan. Atas dasar itu maka unsur yang paling penting dan rukun yang paling besar dalam proses produksi adalah amal (kerja) usaha, dengannya bumi diolah dan dikeluarkan segala kebaikan dan kemanfaatannya sehingga menghasilkan produksi yang baik. Nilai dan moral Islam yang melekat dalam aktivitas produksi, akan menjadikan aktivitas produksi yang efisien.8

D. Prinsip-Prinsip Produksi dalam Ekonomi Islam

Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari alam semesta. Seperti dalam Q.S. Al-Jaatsiyah ayat 13 berikut ini:

تتاييآلي كيللذي يفل ننيإل ههننمنل اععيملجي ضلرنأيلنا يفل اميوي تلاوياميسنيلا يفل امني مكهلي ريخنيسيوي

نيورهكنيفيتييي متونقيلني

Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.

Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan), demikian pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa.

Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Saw memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi,yaitu sebagai berikut:

1. Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi

(7)

dan langit berserta segala apa yang ada di antara keduanya karena sifat Rahman dan Rahim-Nya bkepada manusia. Karenanya sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.

2. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-qur’an dan Hadis.

3. Teknik produksi diserahklan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:”kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”

4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan-Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat di dalam agama-agama sealin Islam. Seseungguhnyan Islam mengingkari itu semua dan menyuruh bekerja dan berbuat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. Sebagai pemilik hak prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.9

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:

1. Memproduksikan barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.

2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.

(8)

3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.

4. Produksi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan spiritual dan material. Juga terpenuhinya kebutuhan pengembangan peradaban, di mana dalam kaitan tersebut para ahli fiqh memandang bahwa pengembangan di bidang ilmu, industri, perdagangan, keuangan merupakan fardhu kifayah, yang dengannya manusia biasa melaksanakan urusan agama dan dunianya.

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait dengan kesadaran rohaniahnya, kualitas mental terkait dengan etos kerja, intelektual, kreatifitasnya, serta fisik mencakup kekuatan fisik,kesehatan, efisiensi, dan sebagainya. Menurut Islam, kualitas rohiah individu mewarnai kekuatan-kekuatan lainnya, sehingga membina kekuatan-kekuatan rohaniah menjadi unsur penting dalam produksi Islami.10

E. Nilai dan Moral dalam Berproduksi

Produksi dipandang oleh para ahli ekonomi sebagai upaya menciptakan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan. Jika definisi ini yang digunakan, berarti produksi disini dianggap sebagai cara dan alat serta metode. Jika ini dikaitkan dengan tujuan, nilai dan aturan berproduksi maka pemahaman ini adalah keliru. Oleh karena itu perlu

(9)

dijelaskan atau diluruskan bagaimana sebetulnya pandangan produksi yang benar menurut nilai dan moral Islam.11

Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.”

Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalm ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci nilai-nilai islam dalam produksi meliputi:

1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat.

2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.

3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran.

4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis.

5. Memuliakan prestasi atau produktifitas.

6. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.

7. Menghormati hak milik individu.

8. Mengikuti syart sah dan rukun akad/transaksi.

9. Adil dalam bertransaksi.

10. Memiliki wawasan sosial.

11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak.

12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.12

11 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Hal. 221.

(10)

Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi tercapinya falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.13

Prinsip produksi juga dikemukakan Yusuf Qardawi diantaranya adalah: 1. Berproduksi dalam lingkaran halal

Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, baik individu maupun kelompok adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melewati batas. Benar bahwa daerah halal itu luas, tetapi mayoritas jiwa manusia yang ambisius merasa kurang puas dengan hal yang halal. Maka akan banyak kita temukan jiwa manusia yang tergiur kepadasesuatu yang haram dengan melanggar hukum-hukum Allah.

2. Memberi perlindungan pada kekayaan alam

Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam karena alam merupakan nikmat dari Allah kepada hambaNya. Setiap hamba wajib mensyukurinya dengan menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran atau kerusakan. Kerusakan dibumi terdiri dari dua bentuk, yaitu kerusakan materi dan kerusakan spiritual. Bentuk kerusakan materi misalnya sakitnya manusia, pencemaran alam, binasanya makhluk, terlantarnya kekayaan, dan terbuangnya manfaat. Adapun kerusakan bentuk spiritual adalah tersebarnya kezaliman, meluasnya kebatilan, kuatnya kejahatan, rusaknya hati kecil dan gelapnya otak. Kedua kerusakan ini adalah tindakan kriminal yang tidak diridhai Allah.

Menurut Monazer Khaf, tujuan produksi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia tidak hanya kondisi materialnya, tetapi juga moral

(11)

sebagai sarana untuk mencapai tujuan di hari akhirat. Menurut Monzer ada tiga implikasi penting:

Pertama, produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai moral dilarang untuk diproduksi sebagaimana ditetapkan dalam Al-Quran. Begitu juga Allah melarang semua jenis kegiatan da hubungan industri yang menurunkan martabat manusia, atau yang menyebabkan dia terperosok ke dalam kejahatan karena keinginan untuk meraih tujuan ekonomi semata-mata.

Kedua, aspek sosial produksi ditekankan dan secara ketat dikaitkan dengan proses produksi. Sebenarnya distribusi keuntungan dari produksi diantara sebagaian besar orang dan dengan cara seadil-adilnya adalah tujuan utama ekonomi pada umumnya. Sedangkan sistem ekonomi Islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan sistem yang ada atau dengan berbagai tipe kapitalisme tradisional.

Ketiga, Masalah ekonomi hadir bukan karena banyak berkaitan dengan kebutuhan hidup, tetapi timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari annugerah Allah baik dalam bentuk sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.

Pembahasan tentang faktor produksi dalam ekonomi Islam, menurut A.H.M Sadeq, belum ada kesepakatan diantara penulis-penulis muslim. Sebagian mereka menyebutkan empat faktor produksi: sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan manajemen. Dan yang lain berpendapat bahwa faktor produksi hanya tiga: sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal.14

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama.

Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya: 1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat.

2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya. 3. Menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan.

4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Secara lebih ringkas faktor-faktor produksi dapat dikategorikan dalam dua faktor, yaitu alam dan kerja. Mengapa Qardhawi tidak memasukkan faktor modal. Modal adalah kerja yang disimpan. Atas dasar itu maka unsur yang paling penting dan rukun yang paling besar dalam proses produksi adalah amal (kerja) usaha, dengannya bumi diolah dan dikeluarkan segala kebaikan dan kemanfaatannya sehingga menghasilkan produksi yang baik.

(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Edwin, Mustafa, dkk. Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2007.

Effendi, Rustam. Produksi dalam Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2003.

Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004.

Muslich. Etika Bisnis Islami Landasan Filosofis, Normatif dan Substansi Implementatif. Yogyakarta: Ekonisia, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Analisis dilanjutkan dengan uji BNT 5% yang menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak kulit buah rambutan dengan dosis 15 mg/kgbb, dosis 30 mg/ kgbb tidak berpengaruh terhadap

Mendeskripsikan dampak positif dan negatif penerapan teknologi di sekitar tempat tinggal peserta didik terhadap lingkungan.. Merumuskan ide atau saran untuk mengatasi dampak

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bah- wa faktor risiko kejadian kematian neonatal dini adalah ANC, status imunisasi TT, anemia ibu hamil, berat badan lahir,

Upaya membangkitkan kesadaran masyarakat berawal dari upaya menghubungkan antara individu dengan struktur yang lebih besar (UKM, Dinkop). Hal ini bertujuan membantu

Dengan mencampur puding dengan aneka buah atau yogurt yang sangan termanfaat bagi tubuh, juga dapat divariasikan dalam bentuk yang menarik sehingga masyarakat semakin giat

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, karya tulis ilmiah yang berjudul ” Hubungan Psoriasis Dengan Profil

Salah satu yang paling dominan yang digunakan dalam permainan bolabasket adalah kelincahan.Kelincahan merupakan kemampuan seseorang dalam mengubah posisi di area