• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Cake Tanpa Gluten Dan Telur Dari Tepung Komposit Beras Ketan, Ubi Kayu, Pati Kentang, Dan Kedelai Dengan Penambahan Hidrokoloid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembuatan Cake Tanpa Gluten Dan Telur Dari Tepung Komposit Beras Ketan, Ubi Kayu, Pati Kentang, Dan Kedelai Dengan Penambahan Hidrokoloid"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Hipotesis Penelitian

Perbedaan perbandingan formulasi campuran tepung beras ketan, tepung ubi kayu, tepung kedelai, pati kentang, xanthan gum dan perbandingan formulasi

isolat protein kedelai, pati jagung dan guar gum serta interaksi antara kedua faktor

tersebut berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia dan sensori cake yang dihasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tepung Terigu

(2)

lemak (Riganakos dan Kontominas, 1995). Menurut Damodaran dan Paraf (1997) pada sebagaian besar produk makanan, pati terigu terdapat dalam bentuk granula kecil (1-40 µm) dan dalam suatu sistem, contohnya adonan, pati terigu terdispersi

dan berfungsi sebagai bahan pengisi. Protein dari tepung terigu membentuk suatu

jaringan yang saling berikatan (continous) pada adonan dan bertanggung jawab sebagai komponen yang membentuk viskoelastik.

Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari

gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40%). Menurut Fennema (1996), sekitar 30% asam amino gluten adalah hidrofobik dan asam-asam amino tersebut dapat

menyebabkan protein mengumpul melalui interaksi hidrofobik serta mengikat

lemak dan substansi non polar lainnya. Ketika tepung terigu tercampur dengan air, bagian-bagian protein yang mengembang melakukan interaksi hidrofobik dan

reaksi pertukaran sulfidril-disulfida yang menghasilkan ikatan seperti polimer-polimer. Polimer-polimer ini berinteraksi dengan polimer lainnya melalui ikatan

hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfida cross-linking untuk membentuk seperti

lembaran film (sheet-like film) dan memiliki kemampuan mengikat gas yang terperangkap. Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar

gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak

digunakan dalam industri pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu adalah pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya

kandungan amilosa dalam pati ialah sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 -

62 (Fennema, 1996). Komposisi tepung terigu per 100 g bahan dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi tepung terigu per 100 g bahan

(3)

Kalori (kal) 365,00

Protein (g) 8,90

Lemak (g) 1,30

Karbohidrat (g) 77,30

Kalsium (mg) 16,00

Fosfor ( mg) 106,00

Besi (mg) 1,20

Vitamin A (S.I) 0,00

Vitamin B1(mg) 0,12

Vitamin C (mg) 0,00

Air (g) 12,00

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R. I., (1996)

Dalam pembuatan makanan, hal yang harus diperhatikan ialah ketepatan penggunaan jenis tepung terigu. Tepung terigu berprotein 12 %-14 % ideal untuk

pembuatan roti dan mie, 10,5%-11,5% untuk biskuit, pastry atau pie dan donat.

Sedangkan untuk gorengan, cake dan wafer menggunakan tepung yang berprotein 8%-9%. Jadi suatu tepung terigu belum tentu sesuai dengan semua makanan

(Astawan, 2004).

Kualitas tepung terigu dipengaruhi juga oleh kadar air, kadar abu, dan

beberapa parameter fisik lainnya, seperti penyerapan air, development time,

stability, dan lain-lain. Persyaratan mutu tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan mutu terigu sebagai bahan makanan

Kriterian uji Satuan Persyaratan Keadaan

- Bentuk - serbuk

- Bau - normal

(4)

Kadar protein % (b/b) minimal 7,0

Sumber : Dewan Standarisasi Nasional, (2009).

Tepung Beras Ketan

lanjut. Pembuatan tepung beras dilakukan dengan cara perendaman dalam air selama 12 jam pada suhu kamar, ditiriskan, dijemur, dihaluskan dan diayak

dengan ayakan 80 mesh (Hasnelly danSumartini, 2011).

Tepung beras merupakan salah satu alternatif bahan dasar tepung komposit dan kandungan yang dimilikinya adalah karbohidrat, lemak, protein, mineral serta

(5)

karbohidrat yang mudah dicerna. Oleh karena itu, tepung beras paling cocok dijadikan sebagai sereal untuk membuat produk bebas gluten. Tepung beras berpeluang menghasilkan produk dengan karakterisik yang berbeda dibandingkan

dengan produk berbasis pati beras (Lopez, et al., 2004 ; Munarso, et al., 2004).

Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan

Komponen Komposisi

Kalori (kal) 364,00

Protein (g) 7,00

Lemak (g) 0,50

Karbohidrat (g) 80,00

Kalsium (mg) 5,00

Fosfor (mg) 140,00

Besi (mg) 0,80

Vitamin B1 (mg) 0,12

Air (g) 12,00

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI., (1996)

Ubi Kayu (Manihot esculenta)

Ubi kayu atau singkong merupakan tanaman yang banyak mengandung

karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat disamping beras dan dapat pula dijadikan bahan baku industri seperti tepung tapioka, pelet, gaplek, gula pasir, gasohol, protein sel tunggal, dan asam sitrat. Pemanfaatan ubi

kayu secara langsung sebagai bahan makanan ditentukan oleh kandungan racun

yang disebut juga linamarin (glikosida dengan inti senyawa sianida yang dibalut oleh glukosa atau (cyanogenic glycosides). Senyawa ini tidak boleh lebih dari 50 mg/kg umbi basah. Kadar glikosida sianogenik ini dapat diturunkan atau dihilangkan melalui beberapa proses seperti perebusan, perendaman, fermentasi

dan pengeringan. (Janagam, et al., 2008).

(6)

dimanfaatkan dalam beberapa bentuk makanan jadi atau setengah jadi (intermediate). Chuzel, et al (1994) menyatakan bahwa beberapa produk antara (intermediate) singkong (chips, tepung, dan pati) merupakan sumber nutrisi untuk

manusia dan ternak, serta bahan baku berbagai macam industri makanan seperti

roti dan kerupuk. Pembuatan tepung ubi kayu memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih mudah dalam penyimpanan dan distribusi, memberikan nilai tambah, sebagai bahan subsitusi terigu. Selanjutnya tepung ubi kayu dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk diolah menjadi berbagai produk olahan baik basah maupun kering.

Menurut Ginting dan Hartojo (2002), tepung ubi kayu (cassava) dapat

digunakan dalam pembuatan tepung campuran, yaitu campuran antara tepung terigu dengan tepung ubi kayu (cassava), karena tepung ubi kayu mempunyai

warna, tekstur, dan aroma yang menyerupai tepung terigu. Tepung campuran tersebut dapat digunakan dalam pembuatan roti, kue, mie, dan produk makanan

ringan lain. Dengan berkembangnya pengolahan tepung ubi kayu dan teknologi

pengolahan tepung ubi kayu menjadi berbagai makanan, diharapkan tepung ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan baku dan substitusi tepung terigu.

Kandungan gizi dalam 100 g ubi kayu dan persyaratan mutu tepung ubi

kayu dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Daftar komposisi kimia ubi kayu per 100 g bahan basah

(7)

Kalori (kal)

Kriterian uji Satuan Persyaratan Keadaan Bahan tambahan pangan sesuai SNI 01-0222-1995

Cemaran logam :

Sumber : Dewan Standarisasi Nasional, (1992)

Kentang

(8)

kentang yang besar di kawasan Asia tenggara. Tanaman kentang dapat hidup di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300-1500 meter di atas permukaan laut. Sentra produksi kentang di Indonesia tersebar di daerah

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

dan Sulawesi Selatan (Setiadi, 2009). Kandungan gizi dalam 100 g kentang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan gizi dalam 100 g kentang

Senyawa Komposisi

Protein (g/100 g) 2

Lemak (g/100 g) 0,1

Karbohidrat (g/100 g) 19,1

Vitamin A sedikit/diabaikan

Thiamine (Vitamin B1) (mg/100 g) 0,081

Ribovlavin (Vitamin B2) (mg/100 g) 0,040

Vitamin C (mg/100 g) 17,0-25,0

Fosfor (mg/100 g) 60

Besi (mg/100 g) 0,8

Kalsium (mg/100 g) 10,0

Air (g/100 g) 77,8

Kalori (kal) 83,0-85,0

Bagian dapat dimakan (%) 85

Sumber : Soelarso, (1997)

Kentang termasuk umbi-umbian yang banyak mengandung karbohidrat

dalam bentuk pati sehingga dapat dikeringkan menghasilkan tepung dengan menggunakan beberapa proses. Kelemahan dari kentang yaitu mengandung banyak air sehingga produk tepung yang dihasilkan akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produk tepung dari umbi-umbian lainnya. Dibandingkan

dengan bahan baku lain seperti jagung, gandum, ubi dan lainnya, tepung kentang

ini memiliki kandungan protein dan lemak yang rendah, suhu gelatinisasi yang rendah, tetapi dapat disimpan dengan kandungan air yang tinggi tanpa menimbulkan bau apek. Dibandingkan dengan tepung dengan bahan baku lainnya,

(9)

Pati kentang

Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak

larut dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk

tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam makanan (Fortuna et al.,2001)

Komposisi pati pada umumnya terdiri dari amilopektin sebagai

bagian terbesar dan sisanya amilosa, dimana masing-masing memiliki sifat-sifat alami yang berbeda yaitu 10-20% amilosa dan 80 -90% amilopektin.

Amilosa tersusun dari molekul-molekul glukosa dengan ikatan (1,4)-glikosida

membentuk rantai linier. Amilopektin terdiri dari rantai-rantai amilosa (1,4)-glikosida yang saling terikat membentuk cabang dengan ikatan (1,6)-(1,4)-glikosida.

Sebagian besar pati alami seperti pati jagung, gandum, tapioka, kentang dan sagu mengandung persentase yang tinggi dari rantai percabangan amilopektin

(Pomeranz, 1991). Pati kentang mengandung amilosa sekitar 23% dan

amilopektin 77% (Sunarti, et al., 2002). Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan kerenyahan sedangkan amilosa berperan dalam meningkatkan

kekerasan. Perbedaan peran menyebabkan diperlukannya suatu proses isolasi

amilosa dan amilopektin dari pati kentang yakni dengan menggunakan proses pengisolasian pati. (Niken dan Pristian, 2013). Komposisi kimia dalam 100 g pati

kentang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi kimia dalam 100 g pati kentang

Komposisi Jumlah

Energi (kal) 345

Air (g) 13,0

Protein (g) 0,3

(10)

O

Struktur rantai linier dari molekul amilosa dan struktur molekul

amilopektin dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Struktur rantai linier dari molekul amilosa (Kusnandar,2011)

n

Gambar 2. Struktur molekul amilopektin (Kusnandar, 2011)

(11)

40 °C ialah 1 g/g, pada suhu 60 °C sebanyak 37 g/g, dan suhu 80 °C sebanyak

99 g/g (Kusnandar, 2010; Yusuph, et al., 2003).

Pati Jagung

Tanaman jagung (Zea Mays L) merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena

kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras.

Jagung juga berperan sebagai pakan ternak, bahan baku industri dan rumah tangga. Beberapa tahun terakhir kebutuhan jagung terus meningkat, hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk dan

peningkatan kebutuhan untuk pakan. Komposisi kimia dalam 100 g pati jagung dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi kimia dalam 100 g pati jagung

Komponen Jumlah (%bk)

Pati 88,11

Amilosa 57,74

Gula 0,14

Protein 3,80

Lipida 3,76

Abu 1,54

Serat 3,19

ALB I,18

Sumber : Tovar et al., (2002).

Salah satu produk olahan jagung yang penting dan belum banyak diketahui

oleh petani adalah pati jagung. Pati jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi High Fructose Corn Syrup (sirup jagung), makanan ringan,

sohun dan bahan pengental dalam pembuatan berbagai macam saus. Sebagai

(12)

Kedelai

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya,

aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan

sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati, et al., 2005).

Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dan bentuk biji serta komposisi kimianya. Perbedaan sifat fisik dan kimia tersebut

dipengaruhi oleh varietas dan kondisi tempat kedelai itu tumbuh. Kacang kedelai

mengandung sekitar 9 % air, 40 % protein, 18 % lemak, 3.5 % serat, 7 % gula dan sekitar 18 % zat lainnya. Minyak kedelai banyak mengandung asam lemak tidak

jenuh sebesar lebih kurang 86 % terdiri dari asam lemak linoleat sekitar 52 %, 30 % asam oleat, 2 % asam linolenat dan 2 % asam lemak jenuh lainnya. Asam

lemak jenuh hanya sekitar 14 %, yaitu 10 % asam palmitat, 2 % asam stearat dan

2 % asam arakidat. Dibandingkan dengan kacang tanah dan kacang hijau, maka kacang kedelai mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap

(Warintek, 2008). Menurut Dziedzic dan Kearsley, (1995) komposisi kimia

kacang kedelai dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Komposisi kimia kacang kedelai berdasarkan berat kering

Komposisi Terendah (%) Tertinggi (%) Rata-rata (%) Abu 3,67 5,90 4,99

Lemak kasar 14,95 22,90 19,63 Serat kasar 4,34 7,60 5,53 Protein (N x 6.25) 36,62 53,19 42,78 Gula(total sukrosa) 2,70 11,97 7,97

P 0,42 0,82 0,66

K 1,29 2,17 1,67

Ca 0,16 1,47 0,28

(13)

Ditinjau dari susunan asam-asam aminonya maka protein kedelai

mempunyai mutu yang mendekati mutu protein hewani, yaitu mempunyai susunan asam amino lengkap dan serasi. Kandungan asam-asam amino essensial

kedelai dibandingkan asam-asam amino dalam protein yang dianjurkan FAO dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Susunan asam amino essensial biji kedelai dan susunan asam amino essensial yang dianjurkan FAO (g / 100 g bahan)

Asam Amino Kedelai Pola FAO

Isoleucine 4,8 4,3

Leucine 7,8 4,9

Lycine 6,5 4,3

Phenilalanine 5,1 2,9 Tyrosine 3,9 2,9 Methionine 1,4 2,3 Threonine 4,2 2,9 Tryptophan 1,3 1,4

Valine 5,0 2,9

Sumber: Mudjisihono (2000).

Proses Pembuatan Tepung

Pembuatan tepung melewati beberapa tahapan proses yaitu sortasi,

bertujuan mengelompokkan bahan berdasarkan sifat fisik bentuk dan ukuran.

Proses pemotongan harus menggunakan pisau stainless steel dan segera direndam air untuk mecegah pencoklatan. Bahan kimia yang ditambahkan yatu natrium

bisulfit dengan dosis 0,3-1,0%. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran sinar matahari ataupun metode oven. Proses penggilingan dan pengayakan dilakukan

setelah bahan dikeringkan (Suprapti, 2002).

Natrium metabisulfit adalah bahan tambahan pangan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pencoklatan pada bahan pangan yang mengandung senyawa

(14)

metabisulfit dalam ADI (Acceptable daily intake) adalah 0-0,7 mg/kg berat badan. Pada kategori produk pangan tepung dan pati, batas penggunaan maksimum sulfit ialah 70 mg/kg. Natrium metabisulfit berfungsi sebagai pengawet (preservative)

untuk menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya

terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme (Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia, 2013).

Tepung Komposit

Tepung komposit merupakan salah satu bahan dasar pembuatan kue pengganti terigu. Bahan baku utama yang lazim digunakan ialah tepung beras dan

bahan tambahan lain seperti maizena, tepung ketan, tapioka dan tepung jagung. Tepung komposit mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan hanya satu

jenis tepung saja karena dapat melengkapi karakteristik kimia tepung komposit itu sendiri serta kualitas fisik dan organoleptik yang lebih baik (Hasnelly dan

Sumartini, 2011).

Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menekan ketergantungan dari tepung terigu seperti pengguanan tepung komposit. Berbagai bahan lokal di olah

menjadi tepung sehingga nutrisinya saling melengkapi dan dapat menggantikan peran terigu, seperti pati jagung, tepung kedelai, tepung ubi-ubian dan lainnya. Usaha tersebut diharapkan dapat menekan jumlah impor tepung terigu atau

gandum (Giami, et al., 2004).

(15)

yaitu kadar air (9,85-11,49%), abu (0,57-1,03%), lemak (1,57-2,02%), protein (10,7-13,43%), serat (2,67-5,58%), dan karbohidrat (67,8-73,04%) (Ratnaningsih, et al., 2010).

Penelitian tentang tepung komposit pada pembuatan roti telah dilakukan

dengan judul karakteristik kualitas roti dari tepung komposit dengan tepung terigu, pisang raja, dan kedelai. Substitusi tepung terigu sebanyak 0-15% dengan menggunakan tepung kedelai dan tepung pisang pada pembuatan roti,

menunjukkan bahwa semakin tinggi substitusi kedelai hingga 15% terhadap tepung terigu akan meningkatkan kadar protein, serat kasar, abu, dan nilai sensori,

tetapi akan menurunkan kandungan karbohidratnya. Substitusi tepung pisang

terhadap tepung terigu akan menurunkan kandungan protein tetapi akan meningkatkan kadar abu (Olaoye, et al., 2006).

Tepung Telur

Tepung telur disebut juga telur kering yang merupakan salah satu bentuk

awetan telur melalui proses pengeringan dan penepungan. Selain lebih awet, keuntungan lain dari tepung telur ialah volume bahan menjadi jauh lebih kecil

sehingga menghemat ruang penyimpanan dan biaya pengangkutan. Tepung telur juga memungkinkan jangkauan pemasaran yang lebih luas dan penggunaannya lebih beragam dibandingkan telur segar (Suprapti, 2006).

Kandungan gizi telur dan olahannya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kandungan gizi telur dan olahannya

(16)

Nutrisi

Sumber: United States Department of Agriculture (2010)

Fungsi telur pada proses pembuatan roti yaitu dalam proses pembentukan

krim, meningkatkan jumlah gas yang ditangkap oleh gluten, memberikan warna serta flavor yang khas, menangkap air, sebagai pelunak, dan memberikan

kontribusi terhadap nilai gizi. Sifat telur yang unggul dalam hal ini sulit diganti dengan bahan lain. Albumin pada telur menyebabkan pengikatan air yang lebih

baik pada crumb roti. Protein putih telur mempunyai sifat yang mirip dengan

gluten karena dapat membentuk lapisan tipis yang cukup kuat untuk menahan gas yang dihasilkan selama proses fermentasi (Nugraheni, 2013).

Egg Replacer

Egg replacer merupakan bahan yang digunakan untuk dapat menggantikan

keseluruhan sifat fisik, kimia, dan fungsional dari telur yang digunakan dalam

pengolahan bahan pangan. Berbeda dengan egg substitute yang hanya menggantikan sebagian dari telur, atau mengurangi penggunaan telur (Tucson, 2008). Egg replacer yang ada di pasaran saat ini terbuat dari pati kentang, tapioka, leavening agent (kalsium laktat, kalsium karbonat, dan asam sitrat) dan gum yang

berasal dari biji kapas. Produk tersebut terutama ditujukan untuk menggantikan

(17)

Banyak orang ingin menghindari telur untuk berbagai alasan seperti kesehatan, budaya, agama, ketidaksukaan, dan lainnya. Meskipun menambahkan telur membuat produk akhir jauh lebih baik, namun tidak berarti bahwa kita tidak

bisa hidup tanpa telur. Fungsi telur seharusnya bisa digantikan oleh bahan yang

memiliki sifat sama dengan telur atau setidaknya yang mirip dengan telur (Chefinyou, 2013). Egg replacer adalah suatu keharusan jika ingin membuat bakery tanpa telur. Banyak orang menggunakan biji rami, pisang atau bahkan tahu

sutra untuk menggantikan telur dalam resep bakery mereka namun hasilnya tidak sebaik jika menggunakan telur. Diperlukan formulasi dari beberapa bahan untuk

memenuhi syarat karakteristik sebagai egg replacer (Vegetarian, 2010).

Egg replacer yang berbeda telah dicoba selama bertahun-tahun untuk sebagian atau sepenuhnya menggantikan telur. Beberapa egg replacers terbuat

dari whey protein dan gum. Banyak penelitian yang sudah dan sebagian besar dari penelitian tidak mencakup evaluasi sensorik yang sangat penting dalam produk

bakery (Kohrs, dkk., 2010). Patino, dkk., (2007), menunjukkan bahwa kapasitas

buih meningkat dengan meningkatnya protein dan hidrolisat dalam laruta. Stabilitas buih juga meningkat seiring meningkatnya jumlaah protein. Ashwini,

dkk., (2009), menemukan bahwa penambahan beberapa jenis hidrokoloid

meningkatkan kualitas keseluruhan eggless cake dengan natrium stearoil-2-laktilat (SSL) dan peningkatan tertinggi dibawa oleh hydroxylpropyl metilselulosa

(HPMC).

Ada banyak pengganti telur komersial yang di pasar saat ini untuk orang-orang yang ingin menghindari telur. Sebagian besar produk ini tanpa mengandung

(18)

Beberapa produk egg replacer komersial yaitu Ener-G Egg Replacer, The Vegg, dan BeyondEgg (Vegweb, 2013).

Ener-G Egg Replacer terbuat dari campuran dari pati kentang, tepung tapioka, leavening (kalsium laktat, kalsium karbonat), selulosa gum, dan selulosa

termodifikasi. The Vegg seperti kuning telur cair, cocok dalam setiap resep yang alternatif pengganti kuning telur (Peta, 2012). The Vegg terbuat dari serpihan ragi nutrisional, sodium alginat, Kala Namak, dan beta-karoten. The Vegg pertama kali

dijual pada tahun 2012, dan tersedia dalam berbagai media online dan di dalam toko pengecer di Amerika Serikat, beberapa negara Eropa Barat, Inggris,

Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan (The Vegg, 2012).

Xanthan Gum

Xanthan gum adalah heterepolisakarida ekstraselular yang diperoleh dari fermentasi aerobik bakteri Xanthomonas campestris. Karena sifat reologinya yang

sempurna, maka xanthan gum dapat diaplikasikan pada berbagai macam produk.

Kebanyakan industri makanan menggunakannya sebagai stabilizer, pengental, dan pemantap. Penambahan pati, gum, dan hidrokoloid pada produk bebas gluten akan

memberikan peranan yang penting pada pembuatan produk cake. (Psomas, et al., 2007 ; McNelly dan Kang 1973). Keuntungan xanthan gum dalam pembuatan roti adalah mampu berinteraksi dengan komponen lain, seperti pati dan protein.

Xanthan gum bersifat mengikat air selama pembentukan adonan sehingga saat

(19)

struktur crumb yang baik dan mempertahankan kelembaban (Whistler dan Be Miller, 1993). Struktur molekul xanthan gum dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur molekul xanthan gum (Sworn, 2000).

Xanthan gum telah banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada pati dalam makanan karena dapat meningkatkan karakteristik fisik dari beberapa pasta

pati (pati kentang, ketela, jagung, dan tepung gandum) dan gel seperti mengurangi

sineresis dan retrogradasi. Xanthan gum tidak menyebabkan terbentuknya kristal es dan retrogradasi amilopektin, melainkan dapat mencegah retrogradasi dari pati

jagung dan pasta tepung gandum selama pembekuan (Ferrero, et al., 1994).

Guar Gum

Guar gum adalah polisakarida yang secara natural terdapat di alam. Guar

gum tesusun dari rantai utama yang terdiri dari β-(1,4)-mannosa dan rantai cabang

yang berupa α-(1,6)-galaktosa. Rasio antara mannosa dan galaktosa adalah sekitar

2. Guar gum digunakan untuk berbagai macam produk karena guar gum dapat membentuk larutan yang kental. Guar gum dapat dimodifikasi dengan proses

(20)

spesifitas yang tinggi. Modifikasi guar gum akan menghasilkan senyawa turunan yang memiliki tingkat kekentalan yang berbeda-beda. Guar gum dan senyawa turunannya banyak digunakan dalam produk pangan, tekstil, perminyakan,

detergen, obat-obatan, kosmetik dan produk perawatan tubuh. Guar gum, yang

aman untuk digunakan dalam bahan makanan, biasanya dicampur dengan biopolimer lainnya untuk memperkental bahan pangan (McWilliams, 2011). Struktur molekul guar gum dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur molekul guar gum (Goldstein, et al., 1973).

Penggunaan guar gum untuk berbagai macam produk memerlukan

pengontrolan sifat-sifat senyawa turunan guar gum, yang meliputi berat molekul, reologi dan struktur mikro. Guar gum yang terhidrolisis sebagian dapat digunakan

sebagai substitusi untuk dietary fiber karena sangat larut dalam air dan encer.

Guar gum banyak digunakan dalam industri pangan. Interaksi molekular antara guar gum dengan bahan pangan lainnya dapat dikontrol dengan depolimerisasi

guar gum dan mengubah rasio mannosa/galaktosa untuk mengoptimalkan komposisi bahan pangan tanpa mengubah fungsinya. Degradasi guar gum juga dapat digunakan untuk mempoduksi berbagai macam oligomer galaktosa atau

(21)

Cake

Cake adalah adonan panggang dengan bahan dasar tepung terigu, gula, telur, dan lemak, serta bahan tambahan yaitu garam, bahan pengembang,

shortening, susu dan bahan penambah aroma yang bahan-bahan ini

dikombinasikan untuk menghasilkan remah yang halus, tekstur yang empuk, warna yang menarik dan aroma yang lebih baik. Cake terdiri dari berbagai macam tipe yaitu tipe foam cake dan tipe butter cake (Faridah, et al., 2008). Syarat mutu

rotidapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Syarat mutu roti

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Roti tawar Roti manis

1 2 3 4 5

1. Keadaan :

1.1 Kenampakan - tidak berjamur tidak berjamur

1.2 Bau - normal normal

1.3 Rasa - normal normal

2 Air %bb maks. 40 maks. 40

3 Abu %bb maks. 1 maks. 3

4 Abu yang tidak larut dalam asam %bb maks. 3 maks. 3

5 Gula Jumlah %bb - maks. 8.0

6 Lemak %bb - maks. 3.0

7 Serangga/Belatung - tidak boleh ada tidak boleh ada Sumber : (SNI 01 – 2997 – 1995)

Bolu atau kue bolu (cake) adalah kue berbahan dasar tepung

(umumnya tepung terigu), gula, dan telur. Kue bolu dan cake umumnya dimatangkan dengan cara dipanggang di dalam oven, walaupun ada juga bolu

yang dikukus, misalnya: bolu kukus atau brownies kukus. Cake yang dihias dengan lapisan (icing) dari krim mentega (buttercream), fondant,

atau marzipan disebut kue tart (kue tarcis) (Wibowo, 2012).

Bahan Tambahan Pembuatan Cake

(22)

Gula merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan cake. Jumlah gula yang digunakan biasanya berpengaruh terhadap tesktur dan penampilan cake. Fungsi gula dalam proses pembuatan cake selain sebagai

pemberi rasa manis, juga berfungsi memperbaiki tesktur dan memberikan warna

pada permukaan cake. Penambahan gula, menyebabkan waktu proses pembakaran harus sesingkat mungkin dan disesuaikan dengan tingkat gelatinisasi dari tepung yang digunakan agar tidak hangus karena sisa gula yang masih terdapat dalam

adonan dapat mempercepat proses pembentukan warna dan tepung tergelatinisasi sempurna (Subagjo, 2007).

Menurut Desrosier (2008) dalam pembuatan cake, gula juga berfungsi

untuk membentuk aroma yang khas. Aroma wangi gula terbentuk dari proses karamelisasi selama pembakaran. Bersamaan dengan proses karamelisasi, akan

terbentuk reaksi browning atau warna kuning kecoklatan, reaksi ini menjadikan kerak dan remah cake menjadi lebih baik.

Gula halus sangat mudah larut dengan bahan - bahan lain seperti lemak

dan telur, yang nantinya akan menghasilkan cake yang halus dan teksturnya empuk. Gula pasir juga bisa digunakan, hal yang perlu diperhatikan jika

menggunakan gula ini adalah, perbandingan yang sama antara telur dan gula.

Hasil kocokan perbandingan 1:1 antara telur dan gula akan menghasilkan kekentalan adonan yang baik. Jika prosentase penggunaan gula lebih tinggi,

biasanya cake akan turun bagian tengahnya. Lemak juga mempunyai pengaruh yang sama pada cake (Setiadi, 2011).

Selain sebagai bahan pemanis, gula dapat mempercepat proses

pencampuran dalam pembuatan kue. Dalam pembuatan kue dapat juga

(23)

gula sirup. Sedangkan yang biasa digunakan dalam pembuatan kue adalah gula pasir dan gula halus (tepung gula). Pemilihan gula mempengaruhi hasil akhir dari pembuatan kue kering, gula yang bersih serta berwarna putih dapat mempengaruhi

tekstur dan warna kue. Gula yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan agar kue enak dan bertekstur lembut (Lezat, 2010).

Margarin

Margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi padat atau semi padat

yang dibuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa,

bau, konsistensi rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega

(Departemen Perindustrian, 1994). Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi water in oil (w/o), yaitu fase air berada dalam fase minyak atau lemak.

Margarin mengandung 80 % lemak, 16 % air dan beberapa zat lain (Wahyuni dan Astawan, 1998). Minyak nabati yang sering digunakan dalam

pembuatan lemak adalah minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas,

minyak wijen, minyak kedelai dan minyak jagung. Minyak nabati umumnya berwujud cair, karena mengandung asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat,

linoleat dan linolenat.

Mentega Putih (shortening)

Mentega putih (Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang

mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu dan umumnya berwarna putih (Winarno,1992). Pada umumnya sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah

(24)

air (Wahyuni dan Astawan, 1998). Mentega putih banyak digunakan dalam bahan pangan, terutama pada pembuatan kue dan roti yang dipanggang. Fungsi mentega putih dalam bahan pangan khususnya dalam kue dan roti mempunyai fungsi

antara lain memperbesar volume bahan pangan, menyerap udara, stabiliser,

emulsifier, membentuk cream, memperbaiki keeping quality dan memberikan cita rasa gurih dalam bahan pangan berlemak dan mengempukan tekstur kue karena mentega putih mengandung shortening. Karakteristik kimia margarin dan mentega

putih dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik margarin dan mentega putih

Aspek Margarin Mentega Putih

Warna Kuning Putih

Bentuk Padat Padat

Rasa Asin Netral

Aroma lemak Tidak harum Harum

K.A 16% 17%

Asam Lemak Lemak Nabati Lemak Nabati Sumber : Wahyuni dan Astawan, (1998).

Baking Powder

Baking powder adalah bahan pengembang yang dipakai untuk

meningkatkan volume dan memperingan tekstur makanan yang dipanggang

seperti muffin, bolu, scone, dan biskuit. Bahan ini bekerja dengan melepaskan gas karbon dioksida ke dalam adonan melalui sebuah reaksi asam-basa, menyebabkan gelembung-gelembung di dalam adonan yang masih basah, dan ketika dipanaskan adonan memuai; ketika adonan matang, gelembung-gelembung

itu terperangkap hingga menyebabkan kue menjadi naik dan ringan. Bahan ini

(25)

makanan yang dihasilkan, atau ketika adonan kurang memiliki sifat elastis untuk menahan gelembung-gelembung gas lebih dari beberapa menit (Matz, 1992).

Sebagian besar baking powder yang tersedia di pasaran dibuat dari unsur

basa (biasanya soda kue yang juga dikenal sebagai natrium bikarbonat ditambah

satu atau lebih garam asam, dan pati lembam (umumnya pati jagung, meskipun pati kentang juga dapat digunakan). Bahan ini merupakan sumber karbon dioksida, dan reaksi asam-basa yang terjadi lebih tepat dijelaskan sebagai

dekomposisi soda kue setelah diaktifkan oleh asam, (McGee, 2004) sesuai persamaan berikut:

NaHCO3 + H+→ Na+ + CO2 + H2O

Vanili

Vanili (Vanilla planifolia) merupakan tanaman penghasil bubuk vanili

yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Tanaman vanili diperkenalkan pertama kali oleh suku

Indian di Meksiko (Sindo, 2011). Vanili mempunyai aroma yang harum dan

menyenangkan, sehingga senyawa ini banyak digunakan untuk memberi aroma pada berbagai jenis makanan dan minuman, seperti es krim, gula-gula, cokelat,

kue, dan lain-lain (Yuliani, 2008).

Flavor dan aroma unik vanili berasal dari senyawa fenolik vanilin (kandungan ± 98% dari total komponen flavor vanili) serta dari senyawa lainnya.

Vanilin yang merupakan komponen utama senyawa aromatik volatil dari buah

vanili mempunyai rumus molekul C8H8O3 dengan nama IUPAC

4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid. Vanili merupakan salah satu flavoring agent

(26)

bahan aditif industri makanan dan minuman, sebesar 20-25% dalam industri parfum dan kosmetik, serta sebesar 5-10% dalam industri obat-obatan dan farmasi

(Towaha dan Heryana, 2012).

Studi Pendahuluan yang Telah Dilaksanakan

Hasil penelitian tentang karakteristik tepung komposit berbahan dasar

beras, ubi jalar, kentang, kedelai, dan xanthan menunjukkan bahwa perbandingan

tepung beras, tepung ubi jalar, pati kentang, tepung kedelai, dan xanthan gum memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap karakteristik fisik, kimia, pasta serta baking ekspansion dan swelling power tetapi memberikan pengaruh berbeda

tidak nyata terhadap daya serap air dan daya serap minyak tepung komposit (Amalia, 2014).

Pembuatan roti menggunakan tepung komposit terigu, ubi kayu, kedelai, dan pati kentang dengan proporsi 50% : 15% : 15% : 20% dengan penambahan

xanthan gum sebesar 1% menghasilkan roti dengan mutu terbaik dengan kadar air

sebesar 36,158%, abu 2,512%, lemak 7,343%, serat kasar 1,791%, protein 3,213%, dengan kualitas sensoris yang dapat diterima oleh konsumen (Ferawati et

al, 2014).

Penambahan xanthan gum dan gliserol mono stearat berpengaruh terhadap karakteristik mutu sponge cake tanpa telur. Hasil penelitian menunjukkan

penambahan xanthan gum dan gliserol mono stearat berpengaruh sebagai

Gambar

Tabel 2. Persyaratan mutu terigu sebagai bahan makanan
Tabel 3. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan
Tabel 5. Persyaratan mutu tepung ubi kayu
Tabel 6.  Kandungan gizi dalam 100 g kentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara mikro, asbab al-Nuzul (plural; singularnya: sabab al-nuzul ) didefinisikan oleh para ulama dengan peristiwa-peristiwa yang direspons oleh satu atau lebih

Therefore, this study aimed to analyze and explain how trust influences social capital to encourage collective action in agroforestry development in forest area managed

11 Kombinasi rasa Brownies Zebra tidak menyatu 12 Brownies Zebra tidak memiliki tekstur yang lembut 13 Ukuran brownies tidak sesuai yang diharapkan 14 Tidak terdapat label

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah di lakukan dengan menggunakan uji statistic Kendall Tau diketahui bahwa nilai signifikasi 0,039 ( p>0,05) maka Ha

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “S” s elama kehamilan trimester III dengan keluhan nyeri punggung, pada persalinan normal secara spontan tidak

Simpulan dari penelitian ini, perilaku pencarian informasi mahasiswa S1-Ilmu Perpustakaan yang sedang menyusun skripsi adalah langsung menuju ke rak buku untuk mendapatkan

Promosi suatu produk merupakan suatu tindakan yang sangat penting dalam rangka memperkenalkan melalui promosi perusahaan berusaha meyakinkan konsumen tentang

Setelah dilakukan pengujian secara keseluruhan terhadap variabel prediktor nilai rapor, nilai UN, jalur masuk, pilihan jurusan, tempat tinggal, metode belajar,