PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Puji Lesari, S.pd., M.si
Iwan Hardi Saputro, S.pd., M.si.
Disusun Oleh
Nama : Arina Miftahul Janah
NIM : 7311416059
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Rombel : 039
PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
A. Dasar Negara RI
Dasar menurut kamus besar bahasa indonesia berarti bagian yang terbawah yang di sebelah dalam ataupun yang di sebelah luar,
dan negara berarti organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Dan di Negara Indonesia sendiri, dasar negaranya adalah Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi “Kemudian dari pada itu untuk dapat membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang suatu Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil serta beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta untuk mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Pancasila, yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama
Negarakertagama (1365). karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Didalam buku Negarakertagama, Empu
Tantular memuat seloka yang berbunyi : “Bhineka Tunggal ika tan
Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda namun satu jua
adanya, sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Sedangkan didalam buku Sutasoma, Pancasila mempunyai arti
“berbatu sendi yang lima” (bahasa Sansekerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama). Kelima
kesusilaan tersebut ialah :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan 2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki 4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk atau meminum minuman keras
Selain kedua buku diatas, Pancasila juga ada kaitannya dengan Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gadjah mada dalam sidang ratu dan para menteri di pasebahan keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru,
pahang, Dempo, Bali, Sunda, palembang, tumasik telah
dikalahkan”. (Yamin ; 1960:60)
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila adalah sebagai pandangan hidup dan dasar negara.
yang berhbungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI) harus berdasarkan
Pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik Indonesia harus bersumber dari Pancasila. Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua komponen dari Sabang sampai Merauke.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak dapat dipisahkan karena setiap sila dalam Pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar-tukar atau dipindah-pindahkan tempatnya. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti didalam kelima sila dalam pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urut-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tia sila mempunyai tempatnya sendiri didalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Tetapi, pengertian Pancasila diatas tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang karena akan dapat mengaburkan maknanya dan pada akhirnya dapat merongrong dasar negara seperti yang pernah
terjadi pada masa lalu. Untuk itu, semua orang yang menjadi generasi penerus bangsa wajib bersama untuk senantiasa menjaga kelestarian
nilai-nilai Pancasila sehingga apa yang pernah terjadi dimasa lalu tidak akan terjadi dimana selanjutnya.
Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, maka Pancasila berfungsi sebagai :
1. Pancasila sebagai Ideologi Negara
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana peikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara atau sering juga disebut sebagai Dasar Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Seperti yang telah ditegaskan dalam Ketetapan MPR No. XVIIV/MPR/1998 tentang pencabutan p4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dan penetapan dan penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.
3. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang
dijelaskan dlam teori Von Savigny artinya bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut
Volkgeist, artinya jiwa rakyat atau jiwa bangsa. Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia yaitu pada zaman Sriwijaya dan Majapahit (1293). Hal ini diperkuat oleh Prof.Mr. A.G. Pringgodigyo dalam tulisan beliau dalam Pancasila. Beliau mengatakan antara lain bahwa tanggal 1 Juni 1945 adalah hari lahirnya Pancasila. Sedangkan Pancasila itu sendiri telah ada sejak adanya bansa Indonesia.
4. Pancasila sebagai Kepribadian bangsa Indonesia
tingkah laku mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. ciri khas inilah yang dimaksud dengan
kepribadian.
5. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa atau Way Of Life engandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila Pancasila,, karena Pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut yaitu:
a. Nilai dan jiwa Ketuhanan-keagamaan b. Nilai dan jiwa kemanusiaan
c. Nilai dan jiwa persatuan
d. Nilai dan jiwa kerakyatan-demokrasi e. Nilai dan jiwa keadilan-sosial
6. Pancasia sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum atau Sumber tertib Hukum bagi Negara Republik Indonesia
Sumber tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum serta cita-cita
moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak Bangsa Indonesia.
7. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
8. Pancasila sebgai Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Cita-cita luhur Negara Indonesia telah tegas dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, karena Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan penuangan jiwa proklamasi yaitu jiwa Pancasila sehingga Pancasila merupakan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Cita-cita luhur inilah yang akan disampaikan oleh Bangsa Indonesia.
9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan bangsa
Pancasila merupakan sarana yag ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia, karena Pancasila adalah falsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana, dan tepat bagi Bangsa Indonesia untuk mempersatukan rakyat Indonesia.
B. Kronologi
Sejarah memberikan pengalaman yang berharga kepada suatu bangsa. Demikian oula halnya dengan bangsa Indonesia, sejarah perjuangan bangsa Indonesia memberikan pengalaman yang snagat berharga, yaitu berupa nilai-nilai kejuangan, patriotisme, nasionalisme, dan semakin tumbuh-berkembangnya unsur-unsur sosial-budaya yang pokok dari setiap masa kemasa.
1. Tanggal 7 Sepetember 1944
Negara Indonesia dibawah pendudukan tentara Dai Nippon atau Jepang pada tanggal 7 September 1944. Pada saat itu juga, Perdana Menteri Jepang Koiso mengumumkan kepada seluruh dunia tentang pemberian kemerdekaan kepada negara Indonesia dalam waktu dekat. Bersamaan dengan itu, keberadaan tentara Jepang terus mendesak Sekutu. Tentara Sekutu sudah menyerang beberapa wilayah pendudukan Jepang seperti Papua Nugini, Kepulauan Marshal, Salamon, Ambon, Menado, Makkasar, dan juga Surabaya. Karena itu, pada tanggal 1 Juni 1945, Saiko Syikikan Kumakici Herada (Panglima tertinggi bala tentara Dai Nippon atau Jepang) mengumumkan pembentukan Dokutitsu Junbi Cosakai atau yang lebih dikenal dengan Badan Penyelidik Usaha –Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Anggota BPUPKI terdiri dari 67 orang, dimana 7 orang berasal dari negara Jepang, 4 orang berasal dari Cina dan Arab dan sisanya orang Indonesia. Diketuai oleh K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
dengan dibantu dua ketua muda. Ketua muda I (orang Jepang) dan ketua muda II yaitu R. Pandji Suroso. Tujuan pembentukan BPUPKI
adalah untuk menyelidiki kesiapan bangsa Indonesia dalam menyongsong kemerdekaan dan membentuk pemerintahan sendiri. Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan. BPUPKI melaksanakan beberapa kali sidang yang membahas mengenai rumusan Pancasila.
2. Sidang BPUPKI pertama (28 Mei – 1 Juni 1945)
mengadakan penyelidikan secara cermat terhadap dasar-dasar yang akan digunakan sebagai landasan negara Indonesia Merdeka.
Tanggal 29 Mei 1945 dimulailah sidang perumusan dasar-dasar Indonesia merdeka oleh anggota-anggota BPUPKI melalui pidato-pidatonya. Mereka mengemukakan berbagai usulan mengenai dasar negara Indonesia, seperti :
1. Supomo
Supomo mengusulkan lima dasar, yaitu : a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Keseimbangan Lahir dan Batin d. Musyawarah
e. Keadilan Rakyat
2. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Muhammad yamin merumuskan lima dasar, yaitu : a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan c. Peri Ketuhanan d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
Beliau menyatakan bahwa kelima sila diatas dirumuskan berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
3. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Ir. Soekarno merumuskan lima dasar, yaitu : a. Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme b. Peri kemanusiaan (Internasionalisme) c. Mufakat atau Demokrasi
e. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ir. Soekarno mendapat giliran untuk menyampaikan
gagasannya mengenai dasar negara Indonesia Merdeka, yang dinamakannya “Pancasila”, panca berarti lima dan sila berarti asas atau dasar. Usulan itu langsung diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai.
Setelah tampilnya Muh.Yamin dan Ir.Soekarno, barulah BPUPKI menghentikan sidang, penghentian sidang tersebut dilanjutkan dengan pembentukan panitia kecil atau yang lebih dikenal dengan panitia sembilan terbentuk dengan anggotanya yang terdiri dari Ir.Soekarno (ketua), Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdulkahar Muzakir, H. Agus Salim, Achmad Subardjo, dan Muhammad Yamin yang bertugas merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasarkan dari pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
3. Sidang BPUPKI kedua ( 10 Juli 1945)
Setelah pembentukan panitia kecil, dilaksanakan sidang
BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli 1945 di Jalan Pejambon
Jakaeta mengenai “Persiapan Rancangan Hukum dasar”, Ir. Soekarno
melaporkan bahwa panitia sembilan (tanggal 22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan Pancasila yang merupakan persetujuan antara pihak islam dan pihak kebangsaan. Rumusan Pancasila dari Panitia Sembilan itu dikenal Sebagai piagam Jakarta (Djakarta Charter).
Sidang BPUPKI kedua menghasilkan rumusan dasar negara yang berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para pemeluk-pemeluknya
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
4. Penerimaan Piagam Jakarta oleh Badan Penyidik (14 Juli 1945) Perumusan dan sistematika Pancasila yang telah dibahas dalam Piagam Jakarta kemudian diterima oleh Badan Penyidik dalam sidangnya yang kedua pada tanggal 14-16 Juli 1945.
Namun, walaupun rumusan Pancasila sudah diterima oleh Badan Penyidik, belum berarti rumusan Pancasila sudah mencapai final. Karena, belum adanya perwakilan yang representatif (mewakili berbagai unsur).
5. Panitia Persiapan Keerdekaan Indonesia (9 Agustus 1945) Setelah diterimanya rumusan dan sistematika Pancasila oleh Badan Penyidik, pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuklah Dokuritsu Junbi Inkai atau yang lebih dikenal dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang pada awal
pembentukannya beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari
Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa), dan pada akhirnya bertambah enam orang lagi. Anggota PPKI terdiri dari :
8) Ki Bagus Hadikusumo (anggota) 9) Otto Iskandardinata (anggota)
10) Abdoel Kadir (anggota) 11) Pangeran Soerjohamidjojo (anggota) 12) Pangeran Poerbojo (anggota) 13) Dr. Mohammad Amir (anggota) 14) Mr. Abdul Maghfar (anggota) 15) Teuku Mohammad Hasan (anggota) 16) Dr. GSSJ Ratulangi (anggota) 17) Andi Pangerang (anggota) 18) A.A. Hamidhan (anggota) 19) I Goesti Ketoet Poedja (anggota) 20) M r. Johannes Latuharhary (anggota) 21) Drs. Yap Tjwan Bing (anggota) 22) Achmad Soebardjo (Penasihat) 23) Sajoeti Melik (anggota) 24) Ki Hadjar Dewantara (anggota) 25) R.A.A. Wiranatakoesoema (anggota)
26) Kasman Singodimedjo (anggota) 27) Iwa Koesoemasoemantri (anggota)
Izin pembentukan PPKI diberikan oleh Hisaichi Terauchi,
seorang marsekal Jepang yang berada di Saigon. Fungsi panitia PPKI sangatlah penting bagi kemerdekaan Indonesia, yaitu menentukan dan menyelesaikan bentuk negara dan meuntaskan Rancangan Hukum Dasar selanjutnya.disamping itu, juga harus mempersiapkan kemerdekaan Republik Indonesia serta menyelenggarakan negara Indonesia merdeka diatas hukum negara yang sedang disusun.
takluknya Jepang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi badan yang mempunyai sifat nasioanal
Indonesia. PPKI yang pada awalnya hanya bertugas memeriksa hasil-hasil Badan Penyidik, berubah kedudukan dan fungsinya, seperti:
a. Mewakili seluruh bangsa Indonesia
b. Sebagai pembentuk negara (yang menyusun pemerintahan negara Republik Indonesia setelah proklamasi pada tangga 17 Agustus 1945)
c. Menurut teori hukum, badan seperti itu mempunyai wewenang untuk meletakkan dasar negara (pokok kaidah negara yang fundamental)
6. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945)
Dibomnya dua kota besar Jepang Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945) oleh Amerika Serikat yang membuat Jepang terpuruk dan menyerah kepada Amerika serikat atau sekutu pada tanggal 10 Agustus 1945 dan berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu.
Momen ini dimanfaatkan oleh Indonesia (terutama golongan muda) yang telah mendengar kekalahan Jepang atas Sekutu (Amerika
Serikat) melalui radio BBC untuk memproklamasikan kemerdekaannya sendiri dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah dari Jepang.
Jepang yang awalnya akan memberikan kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus 1945 ditolak oleh golongan muda (Sutan Syahrir) yang mendesak Ir. Soekarno untuk segera mempro-klamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat, Vietnam sebagai tipu muslihat Jepang yang telah kalah dan menyerah kepada Sekutu.
saat proklamasi. Untuk mencari jalan tengahnya, dilakukan rapat PPKI. Golongan muda menolak karena beranggapan bahwa PPKI
adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka (golongan muda) menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa Indonesia sendiri, bukan hadiah atau pemberian dari jepang.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul saleh, Sukarni dan wikana terus memaksa golongan tua untuk segera mempro-klamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada akhirnya, tanggal 16 Agustus 1945 dini hari golongan muda bersama Shodanco Singgih salah seorang anggota PETA membawa Ir. Soekarno, Ibu fatmawati beserta Guntur dan Moh.Hatta ke Rengasdenglok (peristiwa Rengasdengklok) dengan tujuan agar Ir.Soekarno dan Drs.Mohammad Hatta tidak akan terpengaruh oleh Jepang.
Selama mereka masih di Rengasdengklok, Wikana (golongan muda) dan Mr. Ahmad Soebardjo (golongan tua) melakukan perundingan bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta. Dengan keputusan itu, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta kembali dibawa ke Jakarta dan langsung
dibawa ke rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk menyiapkan teks proklamasi dibantu Achmad Soebardjo,
Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi dan disaksikan oleh Sayuti Melik, Soekarni, B.M. Diah dan Sudiro.
Teks proklamasi yang disusun di ruang makan rumah Laksamana Maeda disalin dan diketik oleh Sayuti Melik pada tanggal 17 Agustus pagi hari dirumah Soekarni, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta dan ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
fatmawati beberapa hari sebelumnya oleh Soehoed dan Latief Hendraningrat (Prajurit PETA). Setelah bendera Merah Putih
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bunyi teks Proklamasi yang asli
Proklamasi
“Kami bangsa Indonesia dengan ini mmenjatakan kemerdekaan
Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.”
Djakarta, 17-8-„05
Wakil2 bangsa Indonesia
Bunyi teks proklamasi yang sudah diamandemen
P R O K L A M A S I
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.”
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
C. Pengesahan Pancasila
Sebelum mengenal lebih lanjut bagaimana alur “Pengesahan Pancasila”, sebenarnya apa pengertian dari Pancasila itu sendiri?
1. Secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, “Panca” yang atinya lima dan “Syla” yang artinya batu, sendi. Pancasila berarti
berbatu sendi lima atau memiliki lima unsur. Pancasila diambil dari kepustakaan Budha yang bermakna lima aturan (larangan).
2. Secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali dengan sidang BPUPKI, dengan hasil sebagai berikut:
a. Tanggal 29 Mei 1945, Muhmmad Yamin berpidato tentang dasar negara.
b. Tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengusulkan agar dasar
negara diberi nama “pancasila”
c. Tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional mengadakan
peremuan dan menghasilkan “piagam jakarta” atau “Djakarta charter”
3. Secara terminologi
Sehari setelah Indonesia merdeka (17 Agustus 1945), PPKI
mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus untuk mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai UUD negara Republik
Indonesia yang terdiri dari Pembukaan, pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1(satu) aturan peralihan yang terdiri dai 4(emat) pasal 1(satu) aturan tembahan terdiri dari 2(dua) ayat dan penjelasan.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan dari lima sila Pancasila yang berangsung dalam beberapa tahap selama
masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni tetap
diperingati sebagai “hari lahirnya Pancasila”.
4. Menurut beberapa ahli a. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata “Panca” yang berarti “lima” dan
“sila” yang berarti “sendi, atas dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik”. Dengan demikian, Pancasila
merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tngkah laku yang penting dan baik.
b. Notonegoro
Pancasila adaah dasar falasafah negara Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan seta sebagai
pertahanan bagsa dan negara Indonesia. c. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi juga luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Sebelum perumusan Pancasila menjadi dasar negara, pada tanggal 18 Agustus 1945 Pukul 11.30, PPKI mengadakan Sidang
Pleno dengan acara pokok membahas Rancangan Hukum Dasar (termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk ditetapkan menjadi Undang Dasar (termasuk Pembukaan Undang-undang Dasar) suatu Negara yang telah merdeka ada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun, sebelum melaksanakan rapat tersebut, Drs.Moh. Hatta selaku wakil ketua PPKI mengajak Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Mohammad Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Mohamad Hasan untuk mengadakan rapat pendahuluan guna membicarakan masalah yang sangat penting. Rapat tersebut berlangsung secara singkat dan dalam waktu 15 ment sudah menghasilkan suatu mufakat di antara kelima tokoh pemimpin bangsa Indonesia tersebut, yaitu bagian kelima dan baris kedelapan yang
berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan diganti dengan “Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
Manakala suatu masalah yan begitu serius dan yang dapat membahayakan keutuhan negara dan bangsa dapat diatasi daam
sidang kecil terbatas dalam waktu yang singkat cukup lima belas menit maka itu adalah suatu suatu kenyataan dan bukti bahwa pemimpin-pemimpin tersebut pada waktu itu benar-benar menempatkan kepentingan keutuhan negara dan persatuan bangsa diatas kepentingan apapun yang lain. (Hatta, 1970:98)
Dari sidang pertama PPKI menghasilkan beberapa keputusan:
1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan. a. Menetapkan Pigam Jakarta dengan beberapa perubahan
b. Menetapkan Rancangan HUkum Dasar dengan beberapa perubahan menjadi UUD Negara Republik Indonesia, yang
kemudian dikenal sebagai UUD 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagi Wakil Presiden Republik Indonesia.
3. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional Indonesia yang dikemudian dikenal sebagai Badan Musyawarah Darurat.
Pancasila akhirnya ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia pada sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945) yang didahului dengan penetapan Rancangan Mukadimah (Pembukaan) dan rancangan UUD menjadi Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, secara sah dan resmi menurut ketentuan yuridis konstitusional.
Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang yang dipimpin langsung oleh Ketua
PPKI, Ir. Soekarno. Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan ditetapkan menjadi Pembukaan
Undang-Undang Negara Republik Indonesia, maka untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dapat diikuti proses pengesahannya (sekretariat Negara RI, 1995:413) sebagai berikut:
1. Kata “Pembukaan yang lama” diganti dengan “Pembukaan” 2. Menghilangkan kata “Pernyataan Indonesia Merdeka”
3. Kalimat “Ketuhanan, denagn kewajiban menjalankan syari‟at islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan “Ketuhanan
Yang Maha Esa”
Satu : Ketuhanan yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijak-sanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Lima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
D. Perkembangan Pancasila
Semenjak ditetapkan sebagai Dasar Negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia. Perkembangan Pancasila dimulai da sidang BPUPKI hingga hasil sidang PPKI yang pertama (penetapan Pancasila sebagai dasar negara).
1. Pancasila I (menurut sidang BPUPKI) a. Kebangsaan Indonesia.
b. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan. c. Mufakat atau demokrasi.
d. Kesejahteraan sosial.
e. Ke- Tuhanan.
2. Pancasila II (menurut Piagam Jakarta)
a. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab. c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
a. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan menurut Koento Wibisono (2001) tahapan perkem-bangan Pancasila sebagai dasar Negara dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Politis (1945 – 1968)
Tahap politisi yaitu tahap dimana proses orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada “nation and
character building”. Hal ini sebagai perwujudan keingina bangsa
Indonesia untuk survival dari berbagai tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politis sebagai panglima sangat dominan.
2. Tahap Pembangunan Ekonomi ( (1969 – 1994)
Tahap pembangunan ekonomi yaitu tahap upaya mengisi kemerdekaan melalui progam-progam ekonomi. Pada tahap ini, pembangunan ekonomi menunjukkan keberhasilan secara spektakuler, namun disamping keberhasilan itu muncul beberapa kesenjangan sosial seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan kroniisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
3. Tahap Repositioning Pancasila (1995 – 2020)
lebih-lebih kehidupan pepolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini.
Berdasarkan hal diatas, Koento Wibisono (2001) menyarankan perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi pancasila sebagai Dasar negara yang mengandung makna Pancasila harus dietakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Daftar Pustaka
Kabir, Abdul dan Fatkhul Muin. 2015. Ikhtisar Dalam Memahami
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Suatu Pendekatan
yang Bersifat Holistik). Yogyakarta: Deepublish.
Kansil, C.S.T. 1996. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Erlangga.
Notonegoro. 1994. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Bina Aksara.
Sarinah, dkk. 2016. Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN di Perguruan Tinggi). Yogyakarta: Deepublish.
Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan pancasila.Jakarta: Grasindo.
Soegito, Ari Tri, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Subito. 1982. Mengenal filsafat pancasila. Yogya: hanindita.
Suparman. 2012. Pancasila. Jakarta Timur: PT. Balai Pustaka (persero). Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta