• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik - Pengaruh Persepsi Profesi, Kesadaran Etis dan Independesi Auditor terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik - Pengaruh Persepsi Profesi, Kesadaran Etis dan Independesi Auditor terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik di Kota Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori

2.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik

Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota

Komitmen Profesi adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti

yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Sementara, menurut Aranya dan Ferris,

(1984) Komitmen profesi adalah suatu kepercayaan dan kemauan usaha yang

sungguh-sungguh serta memelihara keanggotaan terhadap tujuan-tujuan dan

nilai-nilai dari profesi,

dituntut untuk memiliki

komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

landasan daya saing karena organisasi atau perusahaan dengan kayawan yang

memiliki komitmen tinggi, akan mendapatkan keunggulan-keunggulan yang tidak

dimiliki organisasi lain.

Menurut Assegaf, (2005) proses komitmen secara konseptual dibedakan

menjadi tiga tahap yaitu : (1) karyawan memiliki organisasi yang akan

dimasukinya dan organisasi memilih karyawan yang akan dipekerjakan. (2) Pada

tahap ini dapat dilihat bagaimana komitmen seorang karyawan. Apabila

komitmennya semakin rendah, berarti terjadi adanya masalah yang menyebakan

komitmen karyawan tersebut menurun. (3) Karyawan dengan komitmen rendah

cendrung lebih besar untuk keluar organisasi. Dan dapat dilihat bahwa karyawan

ini mempunyai tinggkat absensi yang tinggi, serta kinerja (performace) yang

(2)

akan tetap bergabung dengan perusahaan. karyawan ini juga menunjukkan tingkat

partisipasi yang besar.

Wibowo (1996) mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara

pengalaman internal auditor dengan komitmen profesi, lama bekerja hanya

mempengaruhi pandangan profesionalisme dan hubungan dengan sesama profesi.

Hal ini disebabkan bahwa tenaga professional telah dididik untuk menjalankan

tugas-tugas yang kompleks secara independen dan menyelesaikan masalah yang

timbul menggunakan keahlian dan dedikasi mereka secara profesional.

Komitmen profesional yang didasari oleh pemahaman prilaku, sikap dan

orientasi profesional dalam menjalankan tugasnya, merupakan cerminan dari

norma-norma, aturan dan kode etik profesinya. Tingkat keinginan untuk

mempertahankan sikap yang profesional dapat berbeda-beda antara satu pekerjaan

dengan pekerjaan lainnya tergantung dari persepsi masing-masing individu.

Karena itulah didalam asosiasi profesional ditekankan adanya komitmen profesi

yang setinggi-tingginya yang diwujudkan dengan adanya kinerja yang berkualitas

sebagai jaminan keberhasilan dalam pelaksanaan pekerjaan yang dihadapi.

Menurut Steer dan Poter (2003), komitmen profesi dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya yaitu: faktor yang berhubungan dengan lingkungan

kerja dan dipengaruhi oleh pekerjaan nya itu sendiri, Semakin tinggi level

tanggung jawab dan otonomi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut, semakin

rendah repetitive, dan semakin menarik pekerjaan tersebut akan lebih tinggi

(3)

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan

makna bagi lingkungan mereka (Robbins, 2003 : 160). Dengan demikian, persepsi

dapat diartikan dengan suatu proses seseorang mengorganisasikan dan

menginterpretasikan kesan kesan indranya sehingga ia dapat memberikan arti

kepada lingkungannya. Namun dalam kehidupan sehari-hari apabila kita

mengatakan persepsi, orang lebih mengindentikkan dengan pandangan artinya

bagaimana pandangan terhadap suatu objek, misalnya persepsi terhadap kode etik,

artinya adalah bagaimana pandangan seseorang atas kode etik tersebut, yaitu apa

yang dimaksud dengan kode etik, siapa yang memerlukan kode etik dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan kode etik selain itu yang perlu diperhatikan

adalah bahwa persepsi mungkin berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya.

2.1.2Persepsi Profesi

Terdapat beberapa sub proses dalam persepsi yang menunjukkan bahwa

persepsi bersifat kompleks dan interaktif. Sub proses persepsi yang pertama dapat

terdiri dari suatu situasi yang hadir pada seseorang yang harus dilihat dan

diartikan kemudian, sub proses berikutnya adalah registrasi dan interpretasi dan

umpan balik. Setelah seseorang mengetahui keadaan lingkungan atau situasinya

semua keterangan tersebut di daftar dalam ingatan dan pikiran. Berikutnya

mengartikan atau menginterpretasikan tentang semua informasi yang didaftar

mengenai lingkungan yang muncul. Proses terakhir orang tersebut akan

memberikan umpan balik.

Bagi profesi akuntan publik, persepsi profesi merupakan pemahaman

(4)

faktor kognitif masing-masing individu auditor tersebut sehingga persepsi auditor

satu dengan yang lain akan berbeda (Mar’at, 1991). Apabila seorang auditor

memiliki persepsi atau pandangan positif terhadap profesinya, maka auditor

tersebut akan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan profesi yang

digelutinya dan beranggapan bahwa profesinya merupakan profesi yang sangat

penting bagi pihak lain sehingga mereka akan melakukan apa yang harus

dilakukan secara proporsional. Sementara itu, apabila seorang auditor memiliki

persepsi negatif terhadap profesinya maka auditor tersebut akan beranggapan

bahwa profesi yang digelutinya harus menghasilkan bagi dirinya sendiri tanpa

memikirkan dampaknya bagi pihak lain apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan

kode etik yang berlaku.

2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Akuntan Publik

Menurut (Robbins ,2003:160) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

profesi adalah (1)

Persepsi merupakan hal yang bersifat subjektif, yaitu melibatkan tafsiran

pribadi masing-masing individu, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja

yang berasal dari dalam individu atau dengan kata lain faktor psikologis yang

mempengaruhi persepsi individu.

Pelaku Persepsi, dimana seorang individu memandang pada

suatu objek dan mencoba untuk menafsirkan apa yang dilihatnya, maka penafsiran

itu dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pelaku individu. (2) Target, dimana

Karakter seseorang yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang akan

dipersepsikan. (3) situasi, dimana Unsur-unsur lingkungan yang ada disekitar kita

(5)

2.1.3 Kesadaran Etis

Menurut (Arens dan loebbecke, 2003:43) Pengertian Etika adalah

perangkat perinsip moral atau nilai yang mencakup hukum dan peraturan, etika

bisnis untuk kelompok profesional seperti akuntan publik dan etika untuk anggota

suatu organisasi”

Kesadaran etis adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap

suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses penentuan yang kompleks

sehingga dia dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan pada situasi tertentu

(Muawanah dan Indriantoro, 2001). Namun sebenarnya variabel kesadaran etis

sendiri belum bisa sepenuhnya digunakan untuk memprediksi perilaku

pengambilan keputusan, karena sebenarnya ada variabel lain yang berinteraksi

dengan kesadaran etis yang mempengaruhi perilaku.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kesadaran etis diatas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa kesadaran etis akuntan publik merupakan suatu

tindakan sadar dari seorang akuntan publik untuk melakukan tidakan professional

pada saat dihadapkan pada suatu keadaan dilema etis profesinya.

2.1.4 Independensi Auditor

Menurut (Triandis, 1971) Independensi auditor adalah sikap tidak

memihak kepada kepentingan siapapun dalam melakukan pemeriksaan laporan

keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Auditor mempunyai kewajiban

untuk bersikap jujur tidak saja kepada pihak manajemen, tetapi juga terhadap

pihak ketiga sebagai pemakai laporan keuangan, seperti kreditor, pemilik maupun

(6)

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan

masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang

sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Menurut IFAC (2007), Ada dua

jenis independensi yang dikenal, yaitu independensi dalam fakta (independence in

fact) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance). Untuk

independensi dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi

dalam pikiran (independece in mind).

Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang

memungkinkan pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang

dapat mempromosikan penilaian profesional, dan memungkinkan seorang

individu bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan

skeptisme profesional. Independensi dalam penampilan adalah penghindaran

fakta dan kondisi yang signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir

rasional dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme profesional, objektivitas, dan

integritas telah dikompromikan.

Selain independensi dalam pikiran dan independensi penampilan, Mautz,

(1961:204-205) mengemukakan bahwa independensi akuntan publik juga meliputi

independensi praktisi (practitioner independence) dan independensi profesi

(profession independence). Independensi praktisi berhubungan dengan

kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar

atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan

verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup

(7)

dan independensi pelaporan. Independensi profesi berhubungan dengan kesan

masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

Arens dan Loebbecke (1995) mendefinisikan independensi dalam auditing

berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak di dalam penyelenggaraan

pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.

Sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam dua sudut pandang yaitu :

a. Independensi dalam sikap mental (Independence in fact) yang berarti akuntan

dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan

b. Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti

akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan

keuangan.

Antara independensi dalam sikap mental dan independensi dalam

penampilan memiliki kaitan yang sangat erat, dimana akuntan dengan

independensi dalam sikap mental yang baik dengan sendirinya akan bersikap

tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan.

2.1.4.1Faktor-fakor yang Mempengaruhi Independensi Auditor

Sebagaimana disebutkan dalam penelitianya Abu Bakar,et al, (2005),

sedikitnya terdapat enam faktor yang diteliti oleh studi sebelumnya tentang

persepsi independensi auditor. Ke enam faktor tersebut adalah (1) Ukuran

besarnya kantor akuntan publik, (2) Tingkat persaingan dalam memberikan

layanan jasa auditing kepada klien, (3) Lamanya hubungan audit dalam melayani

kebutuhan klien, (4) Besarnya biaya jasa audit yang dibayarkan klien kepada

(8)

kantor akuntan publik kepada klien, (6) Keberadaan komite audit pada perusahaan

klien yang semakin ektensif

Auditing memiliki tujuan utama untuk memberi pendapat atau opini atas

wajar tidaknya laporan keuangan yang disajikan oleh klien agar bisa dijadikan

acuan bagi pihak–pihak yang berkepentingan untuk melakukan keputusan

ekonomi. Dalam melakukan audit untuk menjaga dan meningkatkan profesinya,

seorang akuntan publik diharuskan untuk selalu bersikap independen dalam arti

dalam menjalankan tugasnya seorang akuntan publik tidak boleh memihak kepada

siapapun, bersikap obyektif dan jujur.

Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi

tanggung jawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi

adalah bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi

itu sendiri. Berubahnya lingkungan audit telah menimbulkan kebutuhan akan

perubahan yang cukup besar persyaratan independensi.

2.2 Review Peneliti Terdahulu

Alfianto (2002) melakukan penelitian mengenai pengaruh etika kerja

akuntan terhadap komitmen profesi dan komitmen organisasi. Hasil penelitiannya

menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara etika kerja dengan

komitmen profesi dan juga adanya pengaruh positif signifikan antara etika kerja

dengan komitmen organisasi.

Herawati (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh

persepsi profesi dan kesadaran etis terhadap komitmen profesi akuntan publik.

(9)

persepsi profesi terhadap komitmen profesi dan menunjukkan tidak ada pengaruh

yang signifikan untuk variabel kesadaran etis terhadap komitmen profesi.

Kambara dan Bastian (2009) melakukan penelitian tentang etika kerja

akuntan terhadap komitmen profesi dan komitmen organisasi. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa etika kerja akuntan berpengaruh positif terhadap komitmen

profesi dan etika kerja akuntan berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi

Novianti dan Gunawan (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui

Pengaruh etika kerja islam dan etika bisnis terhadap komitmen organisasi dengan

komitmen profesi sebagai variabel intervening. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa etika kerja kerja Islam dan etika bisnis berpengaruh positif terhadap

komitmen profesinya dan juga terhadap komitmen organisasi pengaruh antara

etika kerja Islam dan etika bisnis terhadap komitmen organisasi melalui komitmen

profesi menunjukkan adanya pengaruh positif.

Uyar and Özer (2011) melakukan penelitian yang berjudul “The ethical

orientation and professional commitment: An empirical examination on Turkish accountants”. Hasil penelitian mereka yaitu ethical orientation, ethical awareness

dan ethical decision berperngaruh terhadap professional commitment.

Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian

Alfianto (2002)

Pengaruh Etika Kerja Akuntan Terhadap Komitmen Profesi dan Komitmen Organisasi.

Variabel Independen: Etika Kerja Akuntan Variabel Dependen Komitmen Profesi, dan komitmen Organisasi

- adanya pengaruh positif signifikan antara etika kerja dengan komitmen profesi.

(10)

Herawati (2007)

Pengaruh Persepsi Profesi Dan Kesadaran Etis terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta)

Variabel Independen : Persepsi Profesi, Kesadaran Etis.

Variabel Dependen : Komitmen Profesi Akuntan publik.

- Adanya pengaruh signifikan untuk variabel persepsi profesi terhadap komitmen profesi akuntan publik

- menunjukkan kesadaran etis tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. - Persepsi profesi dan

kesadaran etis

Etika Kerja Akuntan terhadap

Komitmen Profesi Komitmen dan Komitmen Organisasi ( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Variabel independen : Etika Kerja akuntan Variabel Dependen : Komitmen Profesi, Komitmen Organisasi

- Etika kerja akuntan berpengaruh positif terhadap komitmen profesi

- Etika kerja akuntan berpengaruh positif

Pengaruh etika kerja islam dan etika bisnis terhadap komitmen organisasi

Dengan komitmen profesi sebagai variabel intervening

Variabel independen : Etika kerja dan etika bisnis

Variabel dependen : Komitmen organisasi Variabel intervening : Komitmen profesi

etika kerja kerja Islam dan etika bisnis berpengaruh positif terhadap komitmen profesinya ,dan juga terhadap komitmen organisasi

pengaruh antara

etika kerja Islam dan etika bisnis terhadap komitmen organisasi melalui

The ethical orientation and professional commitment: An

empirical examination on Turkish accountants

Variabel independen : Ethical orientation, etichal awareness, etichal decision

Variabel dependen : Professional commitment

Gambar

Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Ekspresif Pada Anak Autistik Di Slb Bc Pambudi Dharma 1 Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan

Dan yang yang lebih penting lagi perguruan tinggi harus menjadi penghasil SDM (sumberdaya manusia) yang merupakan cikal bakal inovator dan technopreneur baru.

Mesin peters sandwiching yang digunakan dalam proses pembuatan biskuit lapis memiliki kecepatan maksimum yang mencapai 920 biskuit lapis per menit sehingga secara

g) Santunan Kebajikan adalah sejumlah dana yang diambil dari kumpulan dana tabarru’ (dana bantuan dari nasabah) dari seluruh peserta yang dibayarkan apabila ada peserta

Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun cincau perdu menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH ( 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil ) setelah 60

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : untuk mengetahui besarnya peningkatan kuat lentur optimum akibat penambahan fibre plastic beneser secara komposit pada balok

KSU di sini akan mengambil alih peran dari pengusaha besar kain dengan menyediakan bahan baku kain dengan harga pabrik (PT Ap ac. Inti Corpora) bukan dengan harga pasar seperti