II-
LAPORAN AKHIR
III -
1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPIJM
3.1. RTRW NASIONAL
3.1.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. K eharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang;
f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
g. K eseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional.
3.1.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
II-
LAPORAN AKHIR
III -
2
Pasal 4 meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat\pertumbuhan
ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah nasional.
2. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:
a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan
dan wilayah di sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan;
c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan d.mendorong
kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
3. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana meliputi:
a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi
terutama di kawasan terisolasi;
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi
terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan
keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; dan
e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi,
serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional
II-
LAPORAN AKHIR
III -
3
3.1.3 Rencana struktur ruang wilayah nasional
Adapun rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi :
1. Sistem perkotaan nasional;
2. Sistem jaringan transportasi nasional;
3. Sistem jaringan energi nasional;
4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan e. sistem jaringan sumber
daya air.
Rencana struktur ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
3.1.4 Rencana pola ruang wilayah nasional
Adapun rencana pola ruang wilayah nasional meliputi
1. Kawasan lindung nasional; dan
2. K awasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.
Rencana pola ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitia 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
3.1.5 Penetapan Kawasan Strategis Nasional
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan;
2. Pertumbuhan ekonomi;
3. Sosial dan budaya;
4. P endayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3.1.6 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional
II-
LAPORAN AKHIR
III -
4
1. Pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur
ruang dan pola ruang.
2. Pemanfaatan ruang wilayah nasional dilaksanakan melalui penyusunan
dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan
pendanaannya.
3. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.1.7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional
1. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah nasional.
2. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional;
b. Arahan perizinan;
c. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. Arahan sanksi.
3.2. RTRW PROVINSI
3.2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Tujuan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara adalah :
” Mewujudkan Wilayah Provinsi Sumatera Utara yang sejahtera, merata, berdayasaing dan dan berwawasan lingkungan ”
3.2.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan
ruang Provinsi Sumatera Utara beserta strategi penataan ruang yang mendukung
kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebijakan 1: Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat
II-
LAPORAN AKHIR
III -
5
a. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat
sesuai dengan potensi dan daya dukung; dan
b. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan lintas timur dan barat.
2. Kebijakan 2: Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi
komoditi unggulan;
b. Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi
unggulan menuju pusat pemasaran;
c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk
menjamin kestabilan produksi komoditi unggulan;
d. Mengembangkan pusat-pusat agropolitan dan agromarinepolitan
untuk meningkatkan daya saing;
e. Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan
sumber energi yang tersedia dan terbaharukan serta memperluas
jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik guna mendukung
produksi komoditas unggulan;
f. Mengembangkan kawasan yang berpotensi memacu pertumbuhan
ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong
pemerataan perkembangan wilayah.
3. Kebijakan 3: Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi kegiatan yang ada dan ekstensifikasi lahan pertanian pada lahan non-produktif.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Mempertahankan luasan lahan pertanian;
b. Meningkatkan produktivitas pertanian;
c. Melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
d. Mencetak kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan baru untuk
II-
LAPORAN AKHIR
III -
6
4. Kebijakan 4: Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Mempertahankan luasan kawasan lindung;
b. Meningkatkan kualitas kawasan lindung; dan
c. Mengembalikan ekosistem kawasan lindung.
5. Kebijakan 5: Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Mengendalikan perkembangan fisik permukiman;
b. Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan permukiman
perdesaan dan perkotaan.
6. Kebijakan 6: Meningkatkan aksessibilitas dan memeratakan pelayanan sosial ekonomi ke seluruh wilayah provinsi.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
a. Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi
keseluruh bagian wilayah provinsi;
b. Menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi
(kesehatan, pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain).
3.2.3 Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan rencana
susunan pusat-pusat permukiman/kegiatan dan sistem jaringan prasarana serta sarana
(terutama sistem jaringan transportasi) yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional. Pusat
permukiman tersebut mempunyai fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi
komoditas/jasa dan tumbuh secara berjenjang/berhierarki sesuai dengan fungsi dan
perannya, baik sebagai pusat pengembangan maupun pusat kegiatan. Rencana Struktur
II-
LAPORAN AKHIR
III -
7
transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana lingkungan.
Permasalahan yang ada dalam pengembangan struktur ruang yang lebih
seimbang di Provinsi Sumatera Utara adalah adanya perbedaan karakterisitik ruang
wilayah timur, tengah, dan barat. Pertimbangan utama bagi penetapan struktur ruang
wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah memperkuat sistem struktur ruang mikro (skala
kecil) pada satuan ruang khususnya wilayah tengah dan barat yang secara geografis
lebih sulit untuk dikembangkan karena berbagai keterbatasan. Penguatan ditujukan
membuka akses dari sentra-sentra penghasil sumberdaya primer menuju simpul-simpul
pusat pelayan lokal, wilayah/regional dan nasional.
3.2.3.1 Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara.
Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dalam tabel
Tabel 3.1
Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
No Hierarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang
Diarahkan
1. PKW Pematangsiantar Eksisting Revitalisasi
Pemerintahan
II-
II-
LAPORAN AKHIR
III -
9
Arahan pengembangan sistem tempat pemrosesan akhir sampah di Provinsi
Sumatera Utara, meliputi:
1.Pengembangan tempat pemrosesan akhir sampah yang tersebar melayani di
seluruh kabupaten/kota; dan
2.Pengembangan tempat pemrosesan akhir sampah regional,dapat dilihat pada
Tabel 3-2
Tabel 3.2
TPA Regional Provinsi Sumatera Utara
No CACAKUPAN PELAYANAN TPA REGIONAL LOKASI
1
1. KOTA MEDAN-KOTA BINJAI-KABUPATEN
DELI SERDANG 2. KABUPATEN DELI SERDANG
2
3. KABUPATEN SERDANG BEDAGAI-KOTA
TEBING TINGGI
4. KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI
3 5. KOTA PEMATANG SIANTAR-KOTA SIBOLGA 6. KOTA PEMATANG SIANTAR
4
7. KABUPATEN SIMALUNGUN-KOTA PEMATANGSIANTAR
8. KABUPATEN SIMALUNGUN
5 9. KOTA TANJUNG BALAI-KABUPATEN ASAHAN 10.KABUPATEN ASAHAN
6 11.KOTA PADANGSIDIMPUAN-KABUPATEN TAPANULI SELATAN
12.KABUPATEN TAPANULI
SELATAN
II-
LAPORAN AKHIR
III -
10
3.2.3.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan arahan
untuk pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang didasari pada prinsip
pemanfaatan sumberdaya alam berasaskan kelestarian lingkungan menuju
II-
LAPORAN AKHIR
III -
11
pertumbuhan dan perkembangan antar bagian wilayah Provinsi Sumatera Utara yang
lebih berimbang secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya.
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan
lindung dan kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 26 Tahun
2007, PP Nomor 26 Tahun 2008, dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990, dengan batasan
sebagai berikut :
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan yang
terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian
alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan
kawasan lindung lainnya.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
binaan, dan sumberdaya manusia yang terdiri dari kawasan peruntukan hutan
produksi, hutan tanaman rakyat, pertanian, perkebunan, perikanan,
pertambangan, industri, pariwisata, permukiman dan peruntukan budidaya lainnya.
Untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan, maka tahap pertama yang
dilakukan adalah penetapan kawasan lindung sebesar minimal 30 % dari luas
wilayah DAS meliputi kawasan yang berfungsi lindung baik di dalam maupun luar
kawasan hutan termasuk kawasan konservasi, kawasan rawan bencana alam dan
kawasan lindung geologi.
Tahap berikutnya adalah mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang
berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air yang diikuti
tahap pengendalian pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap
berfungsi lindung. Selanjutnya pemanfaatan ruang untuk peruntukan budidaya
diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan yang akan ditampung, potensi
II-
II-
LAPORAN AKHIR
III -
13
3.2.3.2 Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman terdiri dari kawasan permukiman perkotaan
dan non perkotaan atau pedesaan di dataran rendah dan dataran tinggi, kawasan pesisir
pantai dan pulau kecil. Sebagaimana peruntukannya, kawasan permukiman memiliki
fungsi antara lain pusat pelayanan dalam skala yang dilayaninya, sebagai tempat tinggal
bermukim dan pusat kegiatan kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam interaksi
sosialnya
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan bagi kawasan permukiman antara lain
yaitu :
a. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang memadai. Untuk penyediaan air bersih, memiliki suplai air
antara 60 - 100 liter/org/hari;
c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
d. Memiliki jaringan drainase baik sampai sedang;
e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai, pantai, waduk, danau, mata air,
saluran pengairan, rel kereta api dan daerah aman jalur penerbangan;
f. Tidak berada pada kawasan lindung;
g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
h. Menghindari sawah irigasi teknis.
Arahan pengembangan kawasan perkotaan adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan sistem perkotaan diarahkan mengikuti hirarki fungsional yang
ditetapkan dalam rencana struktur ruang dan pusat pelayanan wilayah Provinsi
Sumatera Utara.
b. Kota-kota PKL dikembangkan dengan intensitas sedang. Pusat
koleksi/distribusi sekunder dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah
II-
LAPORAN AKHIR
III -
14
dan sekunder seperti sektor pertanian dan perdagangan serta jasa dengan
skala pelayanan lokal dan tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan
aktifitas sekunder dan tersier dengan skala pelayanan regional.
c. Pusat koleksi/distribusi tersier dikembangkan sebagai pusat pengumpul dan
pengolah hasil pertanian rakyat di wilayah sekitarnya dengan dukungan
feeder-road dari pusat pengumpul ke sentra-sentra penghasil sumberdaya alam, serta
akses menuju jaringan yang menghubungkan kota-kota sekunder dan primer.
Prioritas pengembangan kota-kota tersier adalah aktifitas sektor sekunder
atau pengolahan berskala lokal yang mendukung pengembangan sektor primer
di wilayah hinterlandnya.
d. Penyediaan prasarana dan sarana perkotaan ditujukan untuk mendukung
berbagai kegiatan penduduk di wilayah tersebut dan disesuaikan dengan skala
II-
II-
LAPORAN AKHIR
III -
16
3.3 RTRW KOTA PEMATANG SIANTAR
3.3.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah
Tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar mencerminkan arah spesifik yang
akan dituju dalam proses penataan ruang di masa mendatang. Tujuan penataan ruang
tersebut juga dirumuskan berdasarkan isu pokok kota sebagaimana telah diuraikan pada
bagian sebelumnya.
3.3.2 Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang Kota Pematangsiantar terdiri dalam 2 bagian utama yaitu
rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana dan sarana.
Keduanya mencakup beberapa elemen yang masing-masing dijelaskan secara spasial.
Setiap pusat kegiatan di Kota Pematangsiantar tersebut mempunyai
fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan hirarkinya. Semakin tinggi hirarki pusat permukiman,
maka semakin kompleks fungsi sebagai pusat pelayanan dan semakin rendah hirarki
pusat permukiman, maka semakin kecil fungsi sebagai pusat pelayanan.
Tabel 3.3
Rencana Hirarki dan Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan
Hirarki Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi Arahan Kegiatan
Pusat Pelayanan Kota (PPK)
Kelurahan Melayu, Kelurahan
Dwikora, Kelurahan
Proklamasi, Kelurahan
Simalungun, Kelurahan Baru,
Kelurahan Sukadame,
Kelurahan Banjar, Kelurahan
Timbanggalung, Kelurahan
Teladan, Kelurahan Karo,
Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan Pardomuan,
Kelurahan Martoba
Perdagangan dan
jasa skala regional;
Pelayanan kesehatan
Pasar regional agro
Jasa hotel dan
Lapangan Olah Raga
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Tanjung
Pinggir
II-
LAPORAN AKHIR
III -
17
Hirarki Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi Arahan Kegiatan perumahan
kepadatan rendah - sedang
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Gurila
sebagian Kelurahan Gurila
Kecamatan Siantar Sitalasari
dan sebagian Kelurahan
Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba
Gedung serba guna
Stadion olahraga
Sebagian Keurahan Gurila,
sebagian Kelurahan Bah Sorma dan sebagian Kelurahan Bah
Kapul, Kecamatan Siantar
Sitalasari
sebagian Kelurahan Nagahuta,
sebagian Nagahuta Timur,
sebagian Tong Marimbun dan
kepadatan sedang - tinggi
Kelurahan Tambun Nabolon pendidikan dasar,
perdagangan skala
II-
LAPORAN AKHIR
III -
18
Hirarki Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi Arahan Kegiatan perdagangan skala Pinggir dan sebagian Kelurahan
Pondok Sayur
pendidikan dasar,
perdagangan skala
Kelurahan Gurilla pendidikan dasar,
perdagangan skala Kelurahan Bah Kapul dan sebagian Kelurahan Bukit Sofa
pendidikan dasar,
perdagangan skala Setia Negara dan sebagian Kelurahan Sipinggol-pinggol
pendidikan dasar,
perdagangan skala
Kelurahan Simarimbun pendidikan dasar,
perdagangan skala
pendidikan dasar,
perdagangan skala
Lapangan Bola Atas, sebagian Kel. Pardamean, Sukamaju,
Kel. Toba
pendidikan dasar,
perdagangan skala
II-
LAPORAN AKHIR
III-
20
3.3.3 Rencana pola ruang wilayah Kota Pematang Siantar
Rencana pola ruang wilayah Kota Pematang Siantar merupakan rencana
distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya. Dalam menentukan rencana pola ruang Kota Pematang Siantar
mempertimbangkan kebijakan rencana pola ruang dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi,
sehingga menjadi suatu runtutan rencana yang sistematis.
Sesuai dengan hasil perumusan potensi dan masalah, strategi pengembangan
wilayah dan rencana struktur tata ruang wilayah Kota Pematang Siantar, maka
secara umum prinsip-prinsip dasar penyusunan arahan pola pemanfaatan ruang
Kota Pematang Siantar adalah sebagai berikut :
1. Menyeimbangkan pertumbuhan antara wilayah bagian selatan dan bagian
utara;
2. Memanfaatkan potensi eksisting dengan optimal;
3. Mengeliminir masalah penyimpangan pemanfaatan ruang (tidak sesuai
dengan NSPM) dan masalah kegiatan yang merusak lingkungan;
4. Membantu pemecahan masalah keterbatasan ruang di wilayah Kota Sibolga
dan ikut mendorong peran Kota Sibolga sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;
5. Keterpaduan pemanfaatan ruang dan sistem sarana dan prasarana wilayah
dengan Kota Sibolga.
Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka
pengertian rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak,
ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari
rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan
kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan budidaya). Adapun tujuan
II-
LAPORAN AKHIR
III-
21
1. Pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lingkungan;
2. Tersedianya lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah
penduduk dan tenaga kerja;
3. Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur
ruang yang dikembangkan;
4. Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting;
5. Mewujudkan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut diatas arahan pola ruang Kota
Pematang Siantar dan memperhatikan Kebijaksanaan Pembangunan yang telah
ditetapkan, daya dukung lahan serta kecenderungan perkembangan wilayah
secara keseluruhan, maka konsep yang dinilai tepat untuk pola pemanfaatan
ruang wilayah Kota Pematang Siantar adalah Konsep Sentra Pertanian
(Agropolitan) yang dikombinasikan dengan Konsep Sentra Perikanan
(Minapolitan).
Tabel 3.4
Luasan Rencana Pola Ruang Kota Pematang Siantar Tahun 2011-2031
No. Satuan Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
A. KAWASAN LINDUNG 1.525,04 20,00%
3. Taman Lingkungan (RT, RW dan Kecamatan) 48,45 0.61
4. Taman Pemakaman Umum 86,41 1.08
5. Kaw. Jalur Hijau Jalan 42,30 0.53
II-
LAPORAN AKHIR
III-
22
No. Satuan Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
7. Kaw. Olah Raga 37,78 0.47
B. KAWASAN BUDIDAYA 6.472,06 80,93%
B.1 Kaw. Perumahan 2.556,73 31.97
B.2 Kaw. Perdagangan dan Jasa 234,20 2.93
B.3 Kaw. Perkantoran (Pemerintah dan Swasta) 84,92 1.06
B.4 Kaw. Peruntukan Industri 338,70 4.24
B.5 Kaw. Pertanian Pangan 1945,00 24.32
B.6 Kaw. Pertanian Hortikultura 195,00 2.44
B.7 Kaw. Pertanian Perkebunan 293,50 3.67
B.8 Kaw. Perikanan 1,00 0.01
B.13 Kaw. Fasilitas Sosial Lainnya 18,35
0.23
B.15 Kaw. Khusus Militer 50,80 0.64
B.16 Badan Jalan, Badan Sungai dan Jalur Rel KA 570,86 7.14
Luas Total 7.997,10 100,00%