• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh pemerintahan yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia terjebak dalam perangkap kemiskinan. Kemiskinan termasuk dalam masalah sosial yang sulit ditanggulangi karena bersifat kronis dimana sekelompok orang berada di dalam wilayah kemiskinan, bahkan juga anak-anaknya. Mereka terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan dan bisa dikatakan mengalami “kemiskinan abadi”. Bentuk kemiskinan ini disebut dengan kemiskinan struktural (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/04550060-ahmad-zaky-fuadi.ps diakses pada tanggal 06 Juni 2013 pukul 19.42 Wib).

Di Indonesia, masalah kemiskinan juga masih menjadi persoalan yang mendapat prioritas utama dalam penanggulangan, karena tingkat kemiskinan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat pada data kemiskinan dari BPS di Indonesia pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen dari jumlah penduduk indonesia sebanyak 230 juta jiwa), berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen dari jumlah penduduk miskin sebanyak 28,59) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen) (www.bps.go.id diakses pada tanggal 10 April 2013 pukul 15.10 Wib).

Secara khusus di Sumatera Utara, BPS mencatat bahwa jumlah penduduk miskin pada September 2012 sebanyak 1.378.400 orang. Jumlah tersebut berkurang sebanyak 28.800 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2012 yang berjumlah

(2)

1.407.200 orang (10,67 persen dari jumlah penduduk miskin pada September 2012 sebanyak 1.378.400 orang). Pada periode Maret 2012 - September 2012, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 28.900 orang, yakni dari 738.000 orang pada Maret 2012 menjadi 709.100 orang pada September 2012. Berbeda dari daerah perdesaan, kemiskinan di daerah perkotaan pada periode yang sama, justru relatif sama, yakni di kisaran 669.300 orang. Sedangkan data Badan Pemberdayaan Masyarakat yang diambil dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan, mencatat bahwa jumlah penduduk miskin pada 2010 mencapai 496.283 jiwa atau 41.537 KK dari jumlah penduduk di Kota Medan pada 2010 sebanyak 2,5 juta jiwa. (www.sumut.bps.go.id diakses pada 10 April 2013 pukul 14.35 Wib).

Berdasarkan statistik, angka kemiskinan di Sumatera Utara memang mengalami penurunan, tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat yang melarat sehingga sulit mengakses pekerjaan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan yang terjadi tidak hanya memberikan dampak negatif pada orang dewasa termasuk juga anak-anak. Kemiskinan yang terjadi karena lemahnya fungsi keluarga baik dari segi ekonomi maupun sosialnya.

Dampak yang terjadi pada anak justru lebih berbahaya daripada orang tua, karena akan berdampak buruk bagi anak dalam jangka panjang. Hak mereka untuk memperoleh pendidikan, perlindungan, dan kebutuhan mereka masa kecil yang bahagia, berkualitas dan yang layak didapatkan oleh anak-anak menjadi terampas sehingga menyebabkan anak tersebut menjadi terlantar karena kondisi ekonomi keluarga. Tercatat tingkat anak terlantar khususnya di Sumatera Utara mencapai sekitar 146.130 jiwa yang tersebar di beberapa kabupaten/kota (hhtp://dbyanrehsos.go.id diakses pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 12.14 Wib)

Fakta tersebut membuat miris berbagai kalangan termasuk pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Sumatera Utara dalam mengatasi masalah kemiskinan. Masih jauh dari keberhasilan karena masih banyak penyimpangan yang terjadi pada

(3)

program-program yang dijalankan. Kegagalan dari program-program yang di jalankan pemerintah karena proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan seringkali dilakukan dari atas ke bawah (top down). Rencana program pengembangan masyarakat biasanya dibuat di tingkat pusat dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah setempat. Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi masukan. Sehingga untuk mencapai efesiensi dalam pembangunan bagi masyarakat, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya. Selain itu, karena kurangnya pengawasan, pendampingan dan evaluasi pada program-program tersebut. Program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan pemerintah seharusnya berupa program-program yang membuat masyarakat lebih produktif lagi, bukan hanya sekedar memberi mereka bantuan-bantuan yang justru membuat mereka bergantung pada pemerintah.

Selain itu salah satu faktor ketidakberhasilan pembangunan nasional dalam berbagai bidang, antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian pemerintah dan semua pihak terhadap eksistensi keluarga. Seharusnya pembangunan nasional memandang penting keluarga sebagai unit analisis maupun fokus pemberdayaan karena keluarga memiliki makna sentral dalam sebuah realitas sosial. Hampir semua disiplin ilmu memandang keluarga sebagai entitas terkecil sangat lokal. Dalam Ilmu Ekonomi dikenal domestic economy dan subsistence economy yang kajiannya terpusat pada keluarga.

Sedangkan dalam Ilmu Sosiologi ada salah satu teori tentang pentingnya institusi keluarga dalam menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa, yaitu “family is the fundamental unit of society” (keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat). Artinya kalau institusi keluarga sebagai pondasi lemah, maka “bangunan” masyarakat juga akan lemah. Menurut teori tersebut, masalah-masalah yang terdapat dalam masyarakat seperti kemiskinan, kekerasan yang merajalela, dan segala macam kebobrokan sosial, adalah

(4)

cerminan dari tidak kokohnya institusi keluarga. Selain itu pekerjaan sosial juga telah banyak berjasa dalam mengembangkan berbagai pelayanan sosial untuk keluarga (Edi suharto.2009:169).

Mengingat pentingnya fungsi dan peran keluarga baik bagi kehidupan individu dan keluarga itu sendiri maupun terhadap kelangsungan masyarakat, Zeitlin (1995) memandang penting upaya penguatan keluarga serta implikasinya dalam kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Khususnya di Indonesia penguatan keluarga sangat penting dilakukan karena mengingat jumlah keluarga miskin setiap tahun terus bertambah.

Pentingnya penguatan keluarga, karena secara teoritis keluarga merupakan institusi utama pembangunan sumber daya manusia karena di keluargalah aktivitas utama kehidupan seorang individu berlangsung sehingga keberfungsian, ketahanan, kesejahteraan keluarga akan menentukan kualitas individu. Penguatan keluarga berkaitan dengan keberfungsian keluarga dalam pembangunan kualitas sumberdaya anak seperti hasil penelitian Sunarti (2008) yang menunjukkan bahwa penguatan keluarga mempengaruhi pengasuhan anak dan akibatnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Penguatan ketahanan keluarga semakin penting dewasa ini dimana keluarga menghadapi berbagai perubahan, tantangan, dan krisis. Pada kondisi tersebut keluarga membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan di sekitarnya (Sunarti 2007) (http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/keluarga-berencana-kualitas-sdm-ketahanan-keluarga/ diakses pada tanggal 07 Juni 2013 pukul 8.07 Wib)

Salah satu organisasi masyarakat independen non-pemerintah di Sumatera Utara khususnya di Medan yaitu SOS Children’s Village Medan yang sudah berdiri pada tahun 2007 ini menerapkan pelayanan berbasis keluarga. Salah satu pelayanan yang dilakukan yaitu dengan membuat Program Penguatan Keluarga (Family Strengthing Programs). Program Penguatan keluarga ini mempunyai misi yaitu membantu membangun keluarga kurang

(5)

beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara ekonomi dan sosial untuk dapat mandiri dalam lingkungan masyarakatnya Sehingga diharapkan setelah mandiri secara sosial dan ekonomi, para orang tua dari keluarga tersebut dapat memelihara dan menjaga anak anak mereka.

Dalam pelaksanaan program penguatan keluarga dalam memperkuat keluarga, SOS Children’s Village Medan memberdayakan keluarga dan masyarakat untuk melindungi dan merawat anak-anak mereka, dengan menggunakan langkah-langkah proses perencanaan pembangunan keluarga. Program ini dirancang sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pada anak-anak ber-risiko kehilangan perawatan keluarga mereka. Hal ini melibatkan penilaian secara mendalam tentang situasi kelompok sasaran kita dalam masyarakat.

Fokus utama program penguatan keluarga adalah pada peningkatan kesejahteraan keluarga, karena kesejahteraan anak tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan keluarga dan perkembangan anak secara optimal tercapai dalam keluarga yang sejahtera. Program penguatan keluarga ini dilakukan dengan pendampingan anak dan keluarga yang merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat dengan melakukan segala upaya fasilitasi yang bersifat noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mencari pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada.

Pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Children Village dilakukan dalam lingkup keruangan berbasis desa, dimana pembangunan dilaksanakan pada lingkup desa atau antar desa, namun pengambilan keputusan terhadap prioritas kegiatan yang akan terdanai ditentukan oleh masyarakat pada rapat mingguan di tingkat kecamatan bersama kader dan pendamping . Pemilihan desa yang akan menjadi desa binaan untuk menjalankan program penguatan keluarga dilakukan dengan melihat kondisi keluarga yang miskin di desa tersebut sehingga menyebabkan anak-anak beresiko kehilangan

(6)

perawatan dari keluarga dan tidak mendapat perlindungan serta terpenuhi hak-hak sebagai anak. Keluarga yang menjadi anggota program penguatan keluarga ini disebut warga binaan.

Salah satu desa yang menjadi desa binaan dari progam penguatan keluarga ini adalah Kelurahan Namo Gajah lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan. Kelurahan Namo Gajah ini merupakan salah satu kelurahan yang termasuk dalam 14 kelurahan di Kota Medan yang memiliki KK miskin dan rawan pangan. Selain itu kelurahan Namo Gajah lingkungan III disini juga rendah akan tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kurang peduli dengan hak-hak anak sehingga dengan keadaan yang seperti ini yayasan SOS Children’s Village Medan melakukan program penguatan keluarga di desa ini. Karena dikhawatirkan jika keadaan seperti ini terus dibiarkan anak-anak menjadi kehilangan hak-haknya dan anak tersebut menjadi terlantar.

Pemberdayaan masyarakat dimulai dari pendekatan keluarga, karena keluarga adalah wujud sosial terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini perhatian dikhususkan bagi keluarga, karena keluarga merupakan istitusi pertama dalam pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Upaya pendekatan keluarga perlu diikuti dengan upaya untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh keluarga. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu melalui mekanisme kelompok. Pendekatan ini secara sosiologis banyak membantu individu untuk belajar satu sama lain, sehingga mampu menyelesaikan permasalah yang dihadapi (Sulistyo,2012).

Dalam pengelolaan program pemberdayaan masyarakat, masyarakat mendapatkan kewenangan untuk mengelola semua kegiatan secara mandiri dan partisipatif dengan ikut terlibat dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelestarian dan pengembangan kegiatan. Selain itu masyarakat mendapat pendampingan dari fasilitator, dukungan dari pemerintah dan juga adanya kader-kader

(7)

disetiap desa yang anggotanya berasal dari masyarakat serta mendapat pelatihan-pelatihan yang mendukung peningkatan kemampuan masyarakat.

Pelaksanaan program penguatan keluarga diharapkan menjadi salah satu program pembangunan partisipatif yang dapat berkontribusi bagi pemulihan kondisi dan peningkatan kemandirian masyarakat di kelurahan Namo Gajah lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan. Pelaksanaan program penguatan keluarga tersebut berdasarkan Standar dan Pedoman progam penguatan keluarga yang telah disetujui tim manajemen senior dari yayasan SOS Children Village yang berpusat di Lembang.

Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam program penguatan keluarga berupa kegiatan pengembangan ekonomi, kegiatan kesehatan, kegiatan pendidikan. Tiga bentuk kegiatan yang dilakukan melalui program penguatan keluarga ini merupakan tiga serangkai yang sangat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan, sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan nasional. Kegiatan ini di dampingi oleh kader (stake holder) di desa binaan dan staff dari yayasan SOS Children’s Village Medan.

Selain itu, penyelenggara kegiatan program penguatan keluarga menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan cara melibatkan masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Adanya keterlibatan masyarakat dalam program ini bertujuan agar masyarakat tidak bergantung dengan bantuan yang diberikan program oleh SOS Children’s Village Medan. Program penguatan keluarga dilaksanakan dalam kemitraan dengan mitra implementasi lokal untuk memastikan bahwa mereka secara efektif 'berakar' dalam masyarakat dan secara bersama-sama "dimiliki" oleh organisasi mitra dan SOS.

Pelayanan program dilaksanakan dalam kemitraan dengan struktur/organisasi berbasis masyarakat, atau kelompok mandiri dimana mitra implementasi ini tidak memiliki kapasitas

(8)

untuk secara efektif mengelola bahan dan sumber daya keuangan dengan efisiensi dan akuntabilitas. Akan tetapi mengambil pendekatan langkah-demi-langkah membantu mereka untuk membangunnya. Seiring waktu, SOS Children’s Village Medan mendukung mitra ini bergerak menuju swasembada, sehingga mereka dapat menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi diri sendiri. Dalam melakukan hal ini, kita membantu masyarakat untuk membantu diri sendiri dan menciptakan peserta menghindari ketergantungan program pada organisasi SOS Children’s Village Medan.

Program penguatan keluarga diharapkan agar kelak terjadinya peningkatan kualitas hidup keluarga dan masyarakat, membangun kesadaran masyarakat akan hak-hak anak, menjadikan masyarakat mandiri, membangun keluarga. Sehubungan dengan hal itu maka untuk dapat mengetahui proses pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan program penguatan keluarga dan efeknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat perlu dilakukan kajian lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan,maka peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan pemberdayaan melalui program penguatan keluarga yang merupakan salah satu program dari yayasan SOS Children’s Village Medan yang hasilnya akan dituangkan dalam penelitian berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penguatan Keluarga oleh Yayasan SOS Children’s Village Medan di Kelurahan Namo Gajah lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan”.

(9)

I.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Sejauh mana efektivitas pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Children’s Village Medan di Kelurahan Namo Gajah lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Children’s Village Medan di Kelurahan Namo Gajah Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka: 1. Pengembangan teori-teori tentang pemberdayaan masyarakat dengan sistem sumber

masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Children’s Village Medan.

2. Pengembangan model efektivitas pemberdayaan masyarakat agar lebih efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(10)

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulis menyajikan penelitian ini dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti,kerangka pemikiran,definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSIKAN LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Hasil survey juga menunjukkan ada 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak dan dilintasi garis khatulistiwa. Wilayah Indonesia

Berbeda dengan ketiga penelitian diatas, yang membedakan dengan penelitian ini adalah penulis lebih memfokuskan pada konsep strategi komunikasi pemasaran yang

Kesatu : Peserta seleksi calon mahasiswa baru jalur SNMPTN yang dinyatakan DITERIMA TAHAP I sebagai Calon Mahasiswa Baru UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun Akademik

Breaugh (1985) menunjukkan bahwa rasa memiliki atau otonomi dalam pekerjaan dapat meningkatkan keterlibatan kerja dan kualitas kinerja karyawan seperti Sheldon dan Elliot

Secara umum kelongsoran yang terjadi pada ruas jalan akses-Pelabuhan Gorontalo disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah air hujan yang berinfiltrasi ke dalam

Distribusi rata-rata frekuensi indeks DMF dapat dilihat pada Tabel 3, dimana dapat diketahui bahwa sebagian responden memiliki gigi yang mengalami kerusakan berat

Saya melihat, setelah kematian dan tubuhnya hancur, orang tersebut terlahir kembali dalam keadaan yang tidak menyenangkan, di alam yang tidak bahagia, alam neraka.’ Ia