• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci : Penyidik, Mengungkap Barang Bukti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci : Penyidik, Mengungkap Barang Bukti"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

ABSTRAK

WIDYA PURNAMA HARUN (NIM: 271 411 173). “Tugas Penyidik dalam Mengungkap Barang Bukti Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus di Polres Gorontalo Kota)”.. Dibimbing oleh; Dr. Fence M. Wantu , SH., MH dan Weny A. Dungga, SH.,MH.

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimanakah upaya penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian dan faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hukum empiris atau sosiologis dan objek penelitian di Polres Gorontalo Kota.

Hasil penelitian menunjukan, bahwa dalam proses mengungkapan barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli belum sepenuhnya efektif, hal ini ditandai dengan tidak adanya alat pengangkat nomor seri di Kota Gorontalo. Adapun kendala-kendala yang di hadapi yaitu proses penyidikan akan memakan waktu lama, keterbatasan fasilitas untuk melakukan pengungkapan dan juga syarat maksimal khusus kasus yang nomor mesinnya di preteli telah di tentukan untuk di uji di labolatorium forensik polri.

(3)

2

LATAR BELAKANG

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang dimana memiliki keadilan kemafaatan dan kepastian hukum. hal ini mendorong manusia agar setiap aktivitas pemerintah haruslah sesuai dengan hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia merupakan anak zaman yang lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan

dengan berbagai pengaruhnya.1 Oleh sebab itu hukumlah yang mengatur segala

aktivitas yang dilakukan manusia didunia. Pelanggaran hukum dan penegakkan hukum dapat dikatakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi sejatinya tidak memandang status dan kedudukan para pelaku kejahatan, karena mengingat semua warga Negara Indonesia memiliki hak dan kedudukan yang sama di mata hukum, sebagaimana konstitusi Negara kita yang menekankan, bahwa : “Setiap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.2 Penegak

hukum meliputi penyidik didalamnya, penyidik memiliki tugas dan kewenangan besar mengumpulkan barang bukti guna untuk mengungkap suatu kebenaran peristiwa pidana. Namun mengungkap secara mutlak sulit ditemukan, contohnya yakni barang yang dapat dijadikan bukti telah di copot satu persatu (dipretelikan) oleh si pelaku yang melakukan tindak pidana. Kejadian seperti ini sangat banyak ditemui dalam pidana pencurian misalnya motor yang di pretelikan . Jika yang dicopot hanyalah ban, spyon, atau body motor nya saja sangat muda diungkapkan yakni melalui nomor mesin motor, tetapi dalam hal ini nomor mesin yang dihilangkan maka dapat menyulitkan penyidik untuk mengungkap fakta-fakta terjadinya sebuah tindak piodana. Menurut data awal yang didapat melalui wawancara langsung bersama Aiptu Bapak Vendri Utiarahman S,Ag, selaku Kanit Tipiter Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota mengatakan bahwa dalam mengungkap suatu perkara pencurian barang yang di copot satu persatu

1

Ridwan Hr. 2010. Hukum administrasi negara. jakarta:rajawali pers, hlm. 1.

(4)

3

(dipretelikan) adalah nomor mesin, tetapi jika nomor mesin yang dihilangkan maka mereka memiliki titik terang permasalahannya yaitu dengan menggunakan “alat pengangkat nomor seri” tetapi yang menjadi permasalahnnya di Polres Gorontalo Kota sendiri belum memiliki alat tersebut. Berkenaan dengan hal ini, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian ilmiah dengan formulasi judul penelitian adalah sebagai berikut : “TUGAS PENYIDIK DALAM MENGUNGKAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Kasus di Polres Gorontalo Kota)”

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana upaya penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana? (2) faktor – faktor apasajakah yang menjadi kendala penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian?

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian hukum empiris atau sosiologis. Penelitian hukum ( legal research ) empiris atau sosiologis (sociolegal research ) yaitu studi empiris untuk menemukan teori – teori mengenai proses terjadinya dan mengenai

proses bekerjanya hukum.3 Sumber data menggunakan data primer, data

sekunder, dan data tersier. Data primer yaitu data yang di peroleh langsung dari wawancara dengan anggota kepolisian Polres Gorontalo Kota, sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku teks, jurnal, majalah, Koran, dokumen, peraturan perundangan dan sebagainya, dan data tersier menggunakan Data tersier yaitu data yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

data primer dan data sekunder.4 Dalam hal ini peneliti menggunakan bahan dari :

3

Syamsuddin Pasamai. 2010. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum. PT. Umitoha

Ukhuwah Grafika: Makassar, Halaman 61. 4

Putri Sufia Abukasim. 2015. Efektivitas Pasal 44 Ayat (1) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (kuhap) Dalam Hubungan Peran Polisi Terkait Benda Sitaan (skripsi). Universitas Negeri Gorontalo.

(5)

4

media internet, kamus bahasa indonesia, bahasa hukum, dan kamus inggris-indonesia. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi wawancara dan teknik analisis menggunakan metode analisis kualitatif.

Hasil dan Pembahasan Gambaran umum Sejarah singkat

Awalnya di Kota Gorontalo Tahun 1960 Kepolisian di kedua Daerah Gorontalo yaitu Kotamadya Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo, hanya satu kantor berkedudukan di Kota Gorontalo tepatnya di Kelurahan Tenda yang sekarang digunakan sebagai kantor Sat Lantas (Pengurusan SIM). Kemudian pada tahun 1978 Kantor Polisi Gorontalo berpisah dua yaitu Kantor Polisi Kabupaten Gorontalo dengan istilah Komres 1906 Gorontalo dan kantor Polisi Kota Gorontalo dengan istilah Komres 1905 Gorontalo. Kantor Polres Kota Gorontalo merupakan instansi yang berperan aktif dalam administrasi pemerintahan, pembangunan dan pemasyarakat yang khususnya melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat. Kantor Polres Gorontalo terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren, Bag Sumda, Sat Intelkam, Sat Reskrim, Sat Sabhara, Sat Lantas, Sat Binmas, Sat Tahti dan bagian lain seperti Sium, Sikeur, Sipropam, Sitipol, serta 7 Polsek sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas sehari-hari.

Visi dan misi Visi

Terwujudnya pelayanan publik yang Prima serta Kemitraan Polisional yang unggul dalam rangka mewujudkan KAMTIBMAS yang kondusif.

(6)

5

1. Mewujudkan pelayanan publik secara prima terhadap masyarakat serta dukungan oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana pendukung; 2. Melakukan penegakan hukum dengan tidak diskriminatif, menjunjung

tinggi HAM, anti KKN dan anti kekerasan;

3. Memberikan dukungan kepada masyarakat berupa bimbingan, penyuluhan dan pengembangan potensi masyarakat untuk ikut serta berperan aktif dalam memelihara keamanan dan ketertiban dilingkungan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum;

4. Meningkatkan peran Bhabinkamtibmas di setiap kelurahan dalam mengimplementasikan strategi Polmas;

5. Mewujudkan kemitraan dengan masyarakat dan meningkatkan Sinergi Polisional dengan instansi terkait lainnya dalam rangka mewujudkan Kamtibmas;

6. Menjaga kemanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang; 7. Memberdayakan seluruh anggota Polres Gorontalo Kota dalam

memberikan deteksi dini terhadap ancaman yang dapat menimbulkan kerawanan Kamtibmas di wilayah Polres Gorontalo Kota.

Upaya penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian Sebelum penulis membahas upaya penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli, maka peneliti terlebih dahulu menguraikan secara singkat pengertian Motor yang Dipreteli. Motor merupakan kenderaan beroda dua yang di gerakan oleh sebuah mesin. Sedangkan Preteli dengan kata dasar yaitu “pretel” yaitu berarti copot satu persatu / atau lepas satu per satu. Akhiran “I” disini menandakan benda, jadi preteli merupakan benda yang dipisah-pisah atau dicopot satu persatu guna menghilangkan bentuk keaslian barang tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa motor yang di preteli adalah kenderaan beroda dua dan memiliki

(7)

6

mesin yang telah dipisah-pisahkan atau dicopot satu persatu guna menghilangkan dari bentuk aslinya. Adapun yang merupakan langkah awal yang dilakukan pihak penyidik Polres Gorontalo Kota terhadap pengungkapan barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli, pertama adalah dengan menghadirkan saksi ahli. Sebagaimana diketahui bahwa saksi ahli diperlukan untuk membuat terang suatu kasus yaitu seseorang memiliki keahlian khusus tentang hal yang berhubungan dengan tindak pidana yang dilakukan. “Tentu kita tidak serta merta menyerahkan barang hasil pencurian motor yang dipreteli menjadi barang bukti dipersidangan atau menyerahkan hasil curian tersebut kepada korban yang merasa kehilangan kendaraan motor, karena jika barang tersebut sudah dipreteli, maka langkah awal yang dilakukan penyidik adalah membuat “terang kembali” barang tersebut yakni dengan menghadirkan saksi ahli atau keterangan ahli. Tujuannya tidak lain guna mengetahui secara pasti jenis kendaraan motor apa yang telah dipreteli, dengan demikian maka

hal tersebut juga semakin menguatkan pengungkapan terhadap barang bukti”.5

Peneliti menilai bahwa upaya yang dilakukan pihak penyidik Polres Gorontalo Kota terhadap pengungkapan barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli dengan menghadirkan saksi ahli atau keterangan ahli sejalan dengan pandangan Dr. Fence. M. Wantu. SH.,MH Menurut Dosen besar Hukum Pidana UNG ini, bahwa keterangan ahli yaitu keterangan yang diberikan oleh orang yang memiliki keahlian tentang hal yang diperlukan membuat terang suatu perkara pidana untuk kepentingan

pemeriksaan.6 Sementara dalam Pasal 186 Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) berbunyi, bahwa keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan. Namun menurut Bapak Fence. M. Wantu, bahwa sebagai bahan renungan maka keterangan ahli dapat diberikan pada waktu

5 Wawancara, Aiptu Vendrik Utiarahman S,Ag / Kanit Tipiter Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota,

21 April 2015.

6

Fence M. Wantu, 2011, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Penerbit. Reviva Cendekia, Yogyakarta. hlm. 184.

(8)

7

pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan.7

adapun yang menjadi syarat agar keterangan ahli dapat diterima sebagai alat bukti yang sah harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Keterangan diberikan oleh seorang ahli;

b. Memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu; c. Menurut pengatahuan dalam bidang keahliannya;

d. Diberikan dibawah sumpah dan atau janji : yakni pertama baik karena permintaan penyidik dalam bentuk laporan. Kedua, atau permintaan hakim,

dalam bentuk keterangan di sidang pengadilan.8

Upaya penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli khususnya untuk wilayah hukum Kota Gorontalo masih dilakukan secara manual, hal ini kembali dipertegas oleh Aiptu Vendrik Utiarahman yang mengemukakan, bahwa:

“Khususnya untuk kejahatan pencurian motor yang dipreteli di wilayah hukum Kota Gorontalo, pelakunya atau tersangkanya kita ungkap secara manual terlebih dahulu karena di labolatorium adalah langkah terakhir untuk membuktikan bahwa motor tersebut adalah milik korban”

Dalam ketentuan Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa ada lima alat bukti yang dapat digunakan dalam membuktikan apakah seseorang bersalah melakukan suatu tindak pidana,

Yaitu: 1. Keterangan Saksi 2. Keterangan Ahli 3. Surat 7 Ibid 8 Ibid, hlm. 185.

(9)

8 4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa9

Kelima alat bukti inilah yang digunakan oleh aparat penegak hukum dalam memeriksa dan mengungkap suatu perkara pidana termasuk tindak pidana pencurian motor yang dipreteli di wilayah hukum Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Berdasarkan hasil wawancara dan pendapat para ahli terhadap pengungkapan barang bukti tersebut di atas, maka peneliti menilai bahwa upaya penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli dilakukan dengan beberapa tahap, yakni sebagai berikut :

1. Profesionalitas dari tim penyidik

Seberapa besar penyidik berkeinginan untuk mempercepat pengungkapan barang bukti, jika penyidik tidak berupaya semaksimal mungkin dan tidak tergantung kondisi pada saat ini maka proses penegakan hukum atas kasus ini juga akan terbengkalai dan bisa memakan waktu yang lama.

2. Menghadirkan saksi ahli atau keterangan ahli

Menghadirkan saksi ahli atau keterangan ahli mutlak dibutuhkan oleh penyidik Polres Gorontalo Kota, hal ini dilakukan agar pembuktian terhadap barang bukti bisa dengan mudah dilakukan. Terhadap motor yang dipreteli ini pihak penyidik Polres Gorontalo Kota melibatkan saksi ahli dari diler motor tertentu guna mengatahui jenis kendaraan motor apa yang dipreteli.

3. Pengujian melalui Labolatorium Forensik Polri

Uji Forensik ini hanya bisa dilakukan di Kota Makassar Sulawesi Selatan, sebab Gorontalo belum memiliki alat tersebut, bisa dikatakan hal ini paling mendasar untuk tertundanya proses pembuktian. Dari hasil wawancara dengan Aiptu Vendri Utiarahman, S.Ag beliau mengatakan bahwa “pengujian mekanik ini akan dilakukan jika kasus yang sama terkumpul minimal 10 agar supaya bisa meringankan anggaran pengirimannya”

(10)

9 4. Keterangan Tersangka

Upaya lainnya yang juga dilakukan penyidik Polres Gorontalo Kota dalam mengungkap barang bukti terhadap tindak pidana motor yang dipreteli di wilayah hukum Kota Gorontalo, jika didasari atas keterangan tersangka, yang mana bahwa jika tersangka telah mengakui perbuatannya dalam hal ini melakukan pencurian motor disertai pemretilan, “mana ada maling mau ngaku kecuali di dunia ini tidak ada hukum” hal ini di pertegas oleh brigadir Hendra Setiawan selaku salah satu tim penyidik Polres Gorontalo Kota. Barang bukti belum terungkap dan belum memiliki pengakuan dari tersangka maka tersangka itu sendiri tidak dapat di adili dan di tetapkan sebagai terdakwa karena hak tersangka dilindungi oleh asas praduga tak bersalah. juga dibutuhkan keseriusan penyidik dan penyelidik dalam menangani kasus

tersebut.10 hal ini dikemukakan oleh Brigadir Hendra Setiawan selaku

penyelidik yang di sebut dengan buser yang memegang peran sangat penting dalam kasus ini.

Faktor – faktor yang menjadi kendala penyidik dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian motor yang di preteli

Adapun faktor yang menjadi kendala pihak Penyidik Polres Gorontalo Kota Provinsi Gorontalo dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli, sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan penyidik, bahwa selama ini hal mendasar yang menjadi kendala dalam mengungkap barang bukti tindak pidana adalah belum tersedianya alat untuk menguji nomor seri motor yang telah dipreteli di Gorontalo. Berikut petikan wawancara Aiptu Vendrik Utiarahman S,Ag / Kanit Tipiter Satuan Reskrim Polres Gorontalo “Selama ini dalam hal pembuktian terhadap tindak pidana pencurian motor yang dipreteli terletak pada labolatorium forensik yang menjadi jawaban atas motor yang dipreteli, sebab dengan melakukan uji

(11)

10

forensik maka akan diketahui nomor seri kendaraan bermotor yang telah dipreteli oleh para pelaku kejahatan pencurian motor dan di Gorontalo tidak memiliki itu,

labolatorium tersebut hanya ada di kota Makassar Sulawesi Selatan”.11

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, nampak bahwa pihak penyidik Polres Gorontalo Kota dalam mengungkap tindak pidana pencurian motor megakui bahwa faktor ketiadaan alat pembukti tersebut menjadi kendala utama terhadap pengungkapan barang bukti. Disamping itu, Vendrik Utiarahman mengakui, bahwa kendala lainnya yang dialami pihak penyidik dalam mengungkap barang bukti adalah jumlah maksimal motor yang dipreteli sebagai syarat untuk melakukan uji labolatorium forensik di kota Makassar. “Permasalahannya adalah minimal memenuhi 10 motor yang telah dipreteli baru kami bisa melakukan uji labolatorium forensik, hal ini yang menjadi masalah yang selama ini dihadapi pihak penyidik karena adanya keterbatasan

anggaran”.12

Hal yang sama juga dikemukakan Kanit Pidum Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kotan Aiptu. Ambram Mamahani, bahwa : “Kendala utama dalam mengungkap barang bukti karena kami tidak memiliki alat pengangkat nomor seri

terhadap kendaraan yang dipreteli.13

Berdasarkan penjelasan pihak penyidik Polres Gorontalo Kota terhadap kendala yang dialami dalam mengungkap barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli, peneliti menilai, bahwa faktor utama tersebut berada pada ketersediaan alat pengangkat nomor seri yang hanya berada di Sulawesi Selatan sehingga Penyidik Polres Gorontalo Kota masih harus membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat terang alat bukti yakni nomor mesin motor yang telah dipreteli. Terhadap kendala yang ditemui penyidik Polres Gorontalo Kota dalam mengungkap barang bukti, penulis juga menilai bahwa masalah tersebut akan berakibat pada proses

11

Wawancara, Aiptu Vendrik Utiarahman S,Ag / Kanit Tipiter Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota, 21 April 2015.

12 Wawancara, Aiptu Vendrik Utiarahman S,Ag / Kanit Tipiter Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota,

21 April 2015.

13

Wawancara, Aiptu. Ambram Mamahani./ Kanit Pidum Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota, 21 April 2015.

(12)

11

penegakkan hukum, karena menyangkut ketersediaan sarana dan prasaran penunjang. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Soerjono Soekanto dalam bukunya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, bahwa, tanpa adanya sarana atau

fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan

yang cukup, dan seterusnya.14 Sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat

penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual. Khususnya untuk sarana atau fasilitas tersebut, sebaiknya dianut jalan pikiran sebagai berikut (purbacaraka & Soerjono Soekanto 1983):

A. Yang tidak ada-diadakan yang baru betul,

B. Yang rusak atau salah-diperbaiki atau dibetulkan, C. Yang kurang-ditambah,

D. Yang Macet-dilancarkan,

E. Yang mundur atau merosot-dimajukan atau ditingkatkan”.15

Hal ini di pertegas oleh Aiptu Abram j. Mamahani bahwa Kami sudah mengirimkan surat permohonan untuk pengadaan alat tersebut kepada pemerintah dengan alasan bahwa untuk mempercepat proses pembuktian karena dengan ketidak adanya fasilitas tidak akan mungkin semua berjalan sesuai prosedur yang berlaku

tetapi sampai sekarang belum ada jawaban pasti.16 Walaupun disadari pula bahwa

tugas yang harus diemban oleh polisi begitu luas dan banyak, namun masalah

14

Soerjono Soekanto, 2013, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Penerbit. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta. hlm. 37.

15

Ibid, hlm. 44.

16

Wawancara, Aiptu. Ambram Mamahani./ Kanit Pidum Satuan Reskrim Polres Gorontalo Kota, 21 April 2015.

(13)

12

perangkat keras dalam hal ini adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Sebab apabila sarana fisik labolatorium forensik tidak ada, bagaimana petugas dapat membuat berita acara mengenai suatu kejahatan, termasuk dalam hal pengungkapan barang bukti motor yang dipreteli.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa upaya polisi dalam mengungkapan barang bukti tindak pidana pencurian motor yang dipreteli di wilayah hukum Polres Gorontalo Kota belum sepenuhnya efektif. Di tandai dengan adanya ketentuan yang mengaharuskan minimal 10 kasus barulah akan di kirim ke labolatorium forensik polri, upaya yang lainpun sudah dilakukan yaitu : dengan mendatangkan ahli, tetapi jika barang bukti belum terungkap dan jika tersangka belum mengakuinya maka tidak akan mendapatkan titik terang dari proses hukum tersebut.

2. Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala dialami pihak penyidik Polres Gorontalo Kota dalam hal mengungkap barang bukti tindak pidana motor yang dipreteli adalah terletak pada belum tersedianya fasilitas pendukung, yakni labolatorium Forensik. Labolatorim forensik sangat penting dibutuhkan dalam rangka untuk memperjelas barang bukti berupa motor yang dipreteli dengan jalan pengangkatan nomor seri kendaraan bermotor. Keterbatasan anggaran untuk melakukan pengiriman mesin ke labolatorium forensik polri, saat pembuktian dan pengungkapan barang bukti terdapat prosedur khusus akan memakan waktu. Serta profesionalitas tim penyidik yang masih mementingkan diri sendiri dan mengikuti kemauan kemanusiaan yang bisa menjadi kendala yang cukup berarti dalam tugas mengungkap barang bukti.

(14)

13

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Dalam proses pengungkapan barang bukti, maka selayaknya di Gorontalo memiliki alat pengangkat nomor seri tersendiri, hal ini demi mempercepat upaya penegakkan hukum, karena di Gorontalo setiap tahun meningkat pencurian motor. 2. Pihak Penyidik Polres Gorontalo Kota tidak harus menunggu terpenuhinya syarat

10 kasus motor yang dipreteli untuk mengungkap barang bukti, namun bisa diupayakan maksimal 5 agar proses penegakkan hukum juga secepatnya dilakukan, dan juga agar supaya pihak korban segera mengetahui hasil dari proses hukum tersebut karena setiap manusia menginginkan segala permasalahan yang di hadapi menemukan titik kejelasannya.

3. Di harapkan para penyidik agar kiranya mengutamakan kepentingan bersama yaitu dapat menyelesaikan kasus permasalahan sebagaimana mestinya yang sudah di tetapkan oleh peraturan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Brigadir Hendra Setiawan beliau mengatakan bahwa agar kasus dapat terselesaikan dengan tepat waktu diperlukan juga kesemangatan para penyidik dan penyelidik untuk segera menyelesaikannya, dengan tidak melihat kondisi dari diri kita sendiri.

Daftar pustaka

Fence M. Wantu, 2011, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Penerbit. Reviva Cendekia, Yogyakarta.

Putri Sufia Abukasim, 2015, Efektivitas Pasal 44 Ayat (1) Undang – Undang Nomor

8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (kuhap) Dalam Hubungan Peran Polisi Terkait Benda Sitaan (skripsi). Universitas Negeri

Gorontalo.

Ridwan Hr, 2010, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta.

Syamsuddin Pasamai, 2010, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah

(15)

14

Peraturan Perundang-undangan :

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP).

Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian RI.

Internet :

http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/08/seputar-pengertian-tugas.html?m=1 – diunduh 24 Februari 2015.

https://id.scribd.com/doc/39991091/definisi-pengungkapan, - diunduh 24 Februari 2015

Wawancara :

Bapak Aiptu Vendrik Utiarahman S,Ag – Maret 2015 Bapak Aiptu Abram j. Mamahani – 21 April 2015 Bapak Brigadir Hendra Setiawan – Juni 2015

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunaan aplikasi ini, barang yang dibeli dapat langsung dikirimkan ke alamat konsumen dan untuk voucher elektronik, pulsa dapat langsung dikirimkan ke nomor telepon genggam

menggunakan instrument penelitian (kuesioner) sebagai alat pengumpul data yang pokok, yang ditujukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara kompetensi akademik dan

Kesehatan mental Islami diharapkan menghantarkan manusia ketahap yang sesuai dengan mental yang wajar dan berkontribusi dalam dunia pendidikan Islam.. Pada

Penelitian ini dilakukan dengan teknis deskriptif eksploratif kualitatif dan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah produk penelitian yang akan digunakan sebagai

Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (Pvalue = 5,82 x 10 -16 ) yang berarti bahwa peluang untuk membantah konsep

Hasil: Hasil uji korelasi Spearman didapatkan hubungan bermakna untuk hubungan jenis kudapan dengan kemampuan kognitif (p = 0,024) dan hubungan yang tidak

Tanaman pada naungan tajuk mempunyai kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam dengan naungan paranet

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas, saudara tidak dapat hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli untuk melakukan