Page : 474-479
474
ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTS
DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK ALJABAR
Irrene Inayati Akbar Hajj, Karunia Eka Lestari, Adi Ihsan ImamiMahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang, Jl. Hs. Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang 41361, E-mail: irreneinayatiakbarhajj@gmail.com
Abstrak: Riset ini dilakukan untuk menganalisa kemampuan komunikasi matematis siswa MTs pada
materi bentuk aljabar. Populasi yang digunakan pada riset ini merupakan siswa kelas VIII di salah satu sekolah Subang dan 16 siswa yang dijadikan sampel. Tahap menganalisa kemampuan komunikasi matematis siswa dengan materi bentuk aljabar yaitu membagikan sebagian soal uji kemampuan komunikasi matematis dimana hasil pengerjaannya diberi skor yang sesuai dengan pedoman penskoran. Riset ini menggunakan 3 instrumen soal tes yang mencakup indikator kemampuan komunikasi matematis. Hasil analisisnya membuktikan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa memperoleh hasil yang cukup signifikan pada tiap-tiap indikator. Berdasarkan hasil presentase pada 3 soal diperoleh hasilnya diatas 75%, meskipun 2 soal memperoleh hasil presentase dibawah 75%.
Kata-kata kunci: ekspresi matematis, menggambar, menulis. PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang akurat dan harus dipelajari setiap jenjang pendidikan dasar, menengah, sampai dengan pendidikan tinggi. Matematika merupakan bahasa universal dan simbolis yang memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan konsep tentang elemen dan kuantitas. Matematika juga mampu membekali siswa agar mempunyai kemampuan dalam berpikir sistematis, logis, dan analitis sehingga membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari (Lerner dalam Hermawati, 2018; Rosdiana, 2018). Lebih lanjut, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengatur tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika yang tujuannya agar siswa
mempunyai kemampuan untuk
mengkomunikasikan gagasan atau ide dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, atau
media yang lainnya untuk memperjelas permasalahan. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) mengungkapkan melalui Principles and Standar For School Mathematics merupakan bagian terpenting dari pendidikan matematika dan matematika. Melalui kegiatan komunikasi, siswa dapat bertukar pikiran atau idea dan sekaligus memperjelas pemahamannya dalam pembelajaran (Sukaesih, 2016: 10).
Komunikasi merupakan langkah awal untuk memahami sesuatu, melalui komunikasi kita dapat memahami apa yang terjadi di sekitaran kita termasuk memahami dan mempelajari matematika. Jika belum memiliki pemahaman yang baik tentang penalaran matematis, maka akan sia-sia karena pertukaran informasi yang diperoleh akan dikomunikasikan kepada oranglain (Anggraeni & Widayanti, 2019). Terdapat 2 penyebab penting kenapa
Page : 474-479
475 komunikasi dalam permbelajaran matematika
jadi pusat perhatian, yakni: (1). Matematika sebagai bahasa, matematika bukan alat bantu untuk berpikir dan alat untuk menciptakan pola atau permasalahan saja namun matematika adalah alat berharga untuk menyampaikan beragam gagasan atau idea dengan jelas dan tepat, (2). Matematika untuk aktivitas sosial belajar matematika, interaksi komunikasi antar siswa, siswa dengan guru adalah bagian terpenting dalam menumbuhkan kemampuan matematika anak (Baroody dalam Anggraeni & Widayanti, 2019).
Kemampuan komunikasi yaitu kemampuan matematika dasar yang esensial serta wajib dikembangkan oleh siswa sekolah menengah. Oleh karena itu kemampuan komunikasi sesuai dengan materi yang akan dipelajari siswa. Dengan komunikasi matematik, terjadilah suatu percakapan atau peristiwa yang saling berhubungan di sekitar kelas, dimana siswa menyampaikan pesan dan pesan yang disampaikannya tersebut berisi konten matematika yang sedang dipelajari pada waktu itu misalkan berupa pemahaman konsep, rumus, atau strategi menyelesaikan permasalahan, cara mengkomunikasikan idea atau gagasannya kepada orang lain dapat dilakukan dengan lisan dan tulisan, ataupun dalam bentuk tabel, diagram, simbol, atau media lainnya agar oranglain paham dengan apa yang kita sampaikan (Hidayat, 2013; Susanto, 2013; Wardhana & Lutfianto, 2018; Budianti & Jubaedah, 2018; Oktaviani & Mukhni, 2019).
Namun realitasnya, kemampuan komunikasi siswa dalam matematika masih dikategorikan rendah. Berdasarkan Ajang
TIMSS 2017 yang melibatkan siswa Indonesia diperoleh bahwa komunikasi matematika siswa masih lemah. Didukung pada hasil riset Firdaus (Nurhayati, 2014) bahwa keahlian komunikasi matematis siswa termasuk kategori rendah. Minimnya keterlibatan siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas belajar, disebabkan pembelajarannya yang masih teacher centered menjadi alasan mengapa siswa kurang merespon terhadap pembelajaran matematika. Lebih dari separuh nilai kemampuan siswa kurang dari 60% dari nilai sempurna, oleh sebab itu mutu keahlian komunikasi matematis siswa belum mencapai tingkatan yang baik. Jika siswa dapat berpartisipasi dalam belajar, maka paling tidak perihal tersebut dapat mengubah pemikiran matematika yang terkesan menakutkan.
Dalam uraian diatas, bahwa keahlian komunikasi matematik sangat berarti dimiliki oleh siswa. Materi kelas VIII yang dapat menganalisis keahlian komunikasi matematik siswa yakni Bentuk Aljabar. Peneliti tertarik untuk mendeskripsikan dan mengalisis tingkat penguasaan kemampuan komunikasi matematis siswa MTs dalam menyelesaikan soal bentuk aljabar.
METODE
Jenis riset yang dilakukan pada riset ini yakni kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif untuk menganalisa serta memaparkan keahlian komunikasi matematis siswa MTs pada materi bentuk aljabar yang pedomannya pada indikator keahlian komunikasi dapat terpenuhinya ataupun tidak. Adapun subjek pada riset ini ialah 16 siswa MTs kelas VIII di salah satu sekolah Subang. Waktu penelitiannya
Page : 474-479
476 dilaksanakan pada pertengahan semester ganjil
tahun ajaran 2020/2021.
Instrumen yang digunakan pada riset ini yakni berupa test kemampuan komunikasi matematis dalam bentuk uraian yang berjumlah 3 soal yang diadopsi dari Skripsi Dina Besti IAIN Raden Intan Lampung. Teknik pengumpulan data didapatkan dari hasil penyelesaian siswa selanjutnya setiap nomor diberi skor pada tiap indikator kemampuannya sehingga mendapatkan presentase pada tiap indikatornya. Hasil presentase setiap indikator soal kemudian didapat rata-rata, sehingga diperoleh rerata kemampuannya. Untuk memperoleh hasil dalam riset ini yaitu dengan menggunakan rumus menurut Ali (Kasmanto, 2014).
P = 𝑛 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
P = Ketuntasan Siswa
n = Jumlah Ketuntasan Siswa N = Total Keseluruhan Siswa
Dalam menuliskan skor keahlian siswa dalam mencapai indikator, dapat dinyatakan sebagai berikut (Purwanto dalam Syadiah, Yulianti & Zanthy, 2020):
Tabel 1. Interval Kemampuan Ketercapaian Siswa
Interval Kategori 86% - 100% Sangat Baik 76% - 85% Baik 60% - 75% Cukup 55% - 59% Kurang <54% Sangat Kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berikut merupakan hasil uji coba 3 soal terhadap 16 siswa sebagai berikut:
Gambar 1. Persentase Kemampuan Komunikasi Matematis
Keterangan:
Indikator 1: Menulis, siswa mampu memaparkan kemampuan yang bersumber pada penyelesaian masalah secara matematik, masuk akal atau ide, jelas serta disusun logis.
Indikator 2: Menggambar, siswa mampu mencantumkan gambar, diagram, tabel secara benar.
Indikator 3: Ekspresi matematik, siswa mampu memodelkan permasalahan secara benar, lebih lanjut mengaplikasikan perhitungan ataupun memperoleh solusinya secara lengkap serta benar.
Dari gambar diagram, dari ke 3 indikator terlihat bahwa presentase ketercapaian siswa yang menjawab dengan benar pada indikator menulis, siswa mampu memaparkan kemampuan yang bersumber pada penyelesaian masalah secara matematik, masuk akal atau ide, jelas serta disusun logis sebesar 38%, indikator menggambar, siswa mampu mencantumkan gambar, diagram, tabel secara benar 75%,
38%
75% 57%
Hasil Ketercapaian Siswa
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Page : 474-479
477 indikator ekspresi matematik, siswa mampu
memodelkan permasalahan secara benar, lebih lanjut mengaplikasikan perhitungan ataupun memperoleh solusinya secara lengkap serta benar sebesar 57%.
Pembahasan
Dalam indikator soal pertama terlihat jika siswa mencapai kriteria sangat kurang. Soal nomor 1 siswa dituntut untuk menjelaskan kemampuan berdasarkan penyelesaian masalah secara matematika, masuk ide atau akal, jelas serta disusun logis. Berikut adalah hasil penyelesaian siswa dalam menjawab soal nomor 1.
Gambar 2. Hasil penyelesaian siswa yang salah pada no 1
Dari soal pertama, ditemui mayoritas siswa kurang tepat dalam menjawab soal. Kesalahan yang dialami siswa berada pada penghitungan akhir. Siswa mengenali konsep penyelesaian, tetapi bingung saat menghitung hasil akhir. Sebaliknya siswa yang berhasil menjawab soal dengan benar hanya 5 orang. Hal ini sesuai dengan pandangan peneliti (Achir, Usodo, dan Setiawan, 2017) mengemukakan bahwa siswa tidak dapat memperoleh pemecahan akhir pada hasil jawabannya.
Dalam indikator kedua dapat dilhat bahwa hasil pencapaian siswa dapat dikategorikan baik.Di soal kedua siswa diminta untuk mencantumkan gambar, diagram, tabel secara benar. Dibawah ini adalah hasil
penyelesaian siswa yang kurang tepat dalam menjawab soal no 2.
Gambar 3. Hasil penyelesaian siswa yang salah pada no 2
Di soal kedua, masih terdapat sebagian siswa yang salah dalam mengerjakan soal dan siswa tidak menguasai kalimat pada soalnya
sehingga siswa belum dapat
mengkomunikasikan bahasa matematik secara logis dengan menggunakan gambar. Meskipun terdapat sebagian siswa yang menyelesaikan soal dengan kurang tepat, namun 12 siswa juga mampu menjawab soal dengan tepat. Sehingga, sesuai dengan peneliti (Niasih & Romlah, 2019) yang menjelaskan bahwa siswa menyelesaikan permasalahan tentang kemampuan komunikasi tanpa alasan yang rinci.
Dalam indikator ketiga dapat dilihat dari hasil pencapaian siswanya dapat dikategorikan kurang karena siswa dituntut untuk menulis, serta mendiskusikan tentang matematika. Berikut adalah hasil penyelesaian siswa yang masih kurang tepat dalam menjawab soal nomor 3.
Gambar 4. Hasil penyelesaian siswa yang salah pada no 3
Dari soal ketiga, mayoritas siswa kurang tepat dalam menyelesaikan soal. Kesalahan yang dilakukan siswa saat menjawab soal no 3 yakni siswa belum bisa menerjemahkan soal tersebut ke dalam bahasa matematis. Siswa kesulitan
Page : 474-479
478 untuk mengungkapkan serta menjelaskan makna
dari variabel tersebut. Hal ini sejalan dengan periset (Rahmawati, 2019) mengemukakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menanggapi soal pada indikator menyatakan kejadian sehari-hari ke dalam bahasa matematik.
KESIMPULAN
Menurut hasil analisis yang telah periset lakukan, sehingga keahlian komunikasi matematis pada indikator memaparkan kemampuan yang berdasarkan penyelesaian masalah secara matematika, masuk ide atau akal, jelas serta disusun logis termasuk kategori sangat kurang, sebagian siswa belum bisa menjawab bahkan hampir sebagian besar siswa menjawab pertanyaannya kurang tepat. Pada indikator siswa mampu memodelkan permasalahan secara benar, lebih lanjut mengaplikasikan perhitungan ataupun memperoleh solusinya secara lengkap serta benar masuk kedalam kategori kurang. Akan tetapi pada indikator siswa mampu menuliskan diagram, menggambar, tabel secara benar tergolong cukup.
SARAN
Berdasarkan hasil diatas, dapat disarankan saran berikut, yakni:
a.
Untuk guru, hendaknya perlu mengenali
seberapa jauh keahlian komunikasi
matematis yang telah dimiliki oleh
siswa
dalam
menyelesaikan
permasalahan matematika, sehingga
pada saat memberikan soal tentang
kemampuan komunikasi matematis
siswa dapat menyelesaikannya dengan
jawaban yang benar dan tepat.
b. Untuk siswa, sebaiknya memperbanyak soal latihan terutama dalam mengasah kemampuan dalam komunikasi matematis agar pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung mampu menyelesaikan pertanyaan yang diberi oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Wardhana, I.R., & Lutfianto, M. (2018). Analisis
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Siswa. UNION: Jurnal
Pendidikan Matematika, 6(2), 173-184. Hikmawati, N N., Nurcahyono, N. A., & Balkist.
P. S. (2019). Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Kubus dan Balok.
PRISMA, 8(1), 68-79.
Romlah, S., Kadarisma, G., & Setiawan, W.
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP Mutiara 1 Bandung Pada Materi Bentuk Aljabar.
Jurnal On Education, 1(2), 37-46.
Besti, D. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Ditinjau Dari Jenis Kelamin Siswa MTs Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
Skripsi IAIN Raden Intan Lampung. Lampung: Tidak diterbitkan.
Syafina, V., & Pujiastusi, H. (2020). Analisis
Page : 474-479
479
Siswa Pada Materi SPLDV. MAJU, 7(2),
118-125.
Yulianti., Purnama, Y. E., & Hidayat, W. (2021).
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Kelas VII Pada Soal-Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel.
JPMI, 4(1), 73-80.
Hasina, A. N., Rohaeti, E. E., & Maya, R. (2020). Analisis Kemampuan Komunikasi
Siswa SMP Kelas VII Dalam Menyelesaikan Soal Aritmatika. JPMI,
3(5), 575-586.
Saparudin, D., & Effendi, K. N. S. (2019).
Kemampuan Komunikasi Matematis Pada
Peserta Didik SMP Kelas VII Terhadap Materi Bangun Dimensi Tiga. Jurnal
Unsika: Sesiomadika, 687-694.
Damayanti, R. R., Zulkarnain, I., & Sari, A.
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Quick On The Draw. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika, 54-61.
Susanti, M., Kurnia, H. I., & dkk. (2018).
Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Ditinjau Dari Self-Concept. Jurnal LP3M, 4(2), 91-101.