• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan pembangunan ekonomi internasional yang semakin terkait dan adanya interdependensi antar negara, arus perdagangan barang juga mengalami perkembangan yang semakin pesat. Perkembangan ini juga dibarengi dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan global, yang ditandai dengan semakin cepatnya pergerakan uang dan modal ke berbagai negara. Pergerakan modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya negara-negara maju ke negara-negara yang relatif miskin atau kekurangan modal, biasanya negara-negara berkembang (Nizar, 2007).

Sejak tahun 1975 terdapat tiga siklus besar arus modal (capital flows) ke negara berkembang. Siklus pertama adalah perputaran petrodollar pada tahun 1975-1981. Arus ini berakhir pada saat krisis utang internasional tahun 1982 dan berlanjut dengan periode yang dikenal sebagai the lost decade pada tahun 1982-1989 di Amerika Latin. Siklus kedua terjadi pada periode The emerging markets

boom tahun 1990-1996, dan berakhir pada saat krisis keuangan Asia Timur tahun

1997-1998, dan di beberapa tempat pada tahun 1998-2002 seperti di Russia, Brazil, Argentina dan Turki. Siklus ketiga dikenal sebagai periode tahun buku pasar modal (the capital market book) pada tahun 2003-2008. Arus ini berhenti pada saat krisis keuangan global (global financial crisis) tahun 2008-2009. Sementara itu fenomena besarnya arus modal ke negara-negara yang sedang

(2)

2

berkembang (emerging market) tahun 2010-2011 dinilai sebagai siklus keempat (JW dan Sutanto 2011).

Pada paruh pertama dasawarsa 1990-an, negara sedang berkembang menerima gelombang arus modal masuk yang massive. Dalam periode 1990-1996, akumulasi arus modal yang masuk (net capital inflows) ke negara sedang berkembang mencapai US$1.039,8 miliar atau rata-rata sebesar US$148,5 miliar per tahun. Sedikitnya ada tiga faktor utama yang mendorong massivenya pergerakan modal ke negara-negara berkembang dalam periode tersebut yaitu, pertama, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di negara-negara sedang berkembang, yang mengindikasikan adanya potensi permintaan pasar atas produk-produk yang dihasilkan. Kedua, suku bunga di negara-negara berkembang yang relatif lebih tinggi dibandingkan di negara-negara maju, sehingga mendorong investor global mencari return yang lebih tinggi untuk mengalihkan modalnya ke negara-negara berkembang, ketiga pesatnya arus modal juga sebagai upaya untuk melakukan diversifikasi resiko oleh para investor, hal tersebut dilakukan dalam rangka menghadapi ketidakpastian dari adanya gejolak ekonomi, sosial, dan politik di berbagai negara, sehingga para investor dapat terhindar atau meminimalkan resiko dalam menginvestasikan dana (Nizar, 2007).

Bagi negara-negara berkembang yang umumnya mengalami saving

investment gap, pesatnya pergerakan modal masuk seringkali dianggap sebagai

kebermanfaatan (beneficial) karena arus modal masuk dapat dijadikan sebagai sumber pembiayaan investasi dan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi, pengembangan teknologi baru atau proses alih teknologi, manajemen dan keahlian

(3)

3

bisnis yang mutakhir serta perbaikan alokasi sumber-sumber dan penguatan pasar keuangan di dalam negeri. Hanya saja, berbagai manfaat dan implikasi positif yang menyertai gelombang arus modal masuk tersebut, seringkali dibarengi pula dengan konsekuensi ekonomi makro yang kurang menguntungkan.

Terjadi perdebatan selama beberapa tahun terakhir mengenai dampak dari arus modal, terutama kaitannya dengan liberalisasi arus modal, sejak krisis neraca pembayaran pada negara-negara berkembang selama tahun 1990-an. Krisis keuangan yang terjadi di Meksiko (1994) dan Asia Tenggara (1997-1998) menunjukan bahwa walaupun negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kebijakan makroekonomi yang cukup kuat masih dihadapkan pada resiko pergerakan arus modal yang dapat menggoncangkan perekonomian (Goeltom, 2008).

Kenaikkan yang spektakuler yang terjadi pada private flows dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh foreign direct investment (FDI) dan current private

transfer terutama yang berupa remittances, sementara itu commercial bank loans

dianggap sebagai komponen dari private capital flows yang paling banyak masuk ke negara berkembang pada pertengahan 1980-an, namun setelah periode tersebut tipe arus modal yang paling banyak masuk adalah FDI dan remittances terutama di negara-negara dengan penghasilan yang rendah. Selain itu investasi portofolio juga menjadi bagian yang penting dari private flows yang mengalir ke negara-negara berkembang sejak tahun 1990-an. Perubahan perubahan dalam lanskap arus modal untuk mengembangkan perekonomian suatu negara menggaris bawahi

(4)

4

pentingnya menilai kembali masalah transfer khususnya dengan melihat komponen private flows (Combes et al. 2010).

Gambar 1.1.

Arus modal di negara emerging countries

ini terjadi juga di negara-negara Asia sejak tahun 1960an (Greenwald,

Sumber : (Combes et al. 2010)

Gambar 1.1 menunjukan bahwa private capital semakin meningkat sejak perode 1980, namun public flows justru semakin menurun setiap periodenya. Kenaikkan private flows terjadi lebih dari enam persen pada bulan ke enam tahun 2005. Kenaikkan arus modal ini meningkat secara drastis terutama di negara-negara dengan tingkat pendapatan yang rendah, pada bulan ke 6 tahun 2005

private flows hampir menyumbang sepuluh persen dari GDP.

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) kini juga telah mencapai perkembangan tahapan liberalisasi, hal ini terbukti dengan meningkatnya arus FDI intra-ASEAN terutama kepada negara ASEAN-4 (Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand).

(5)

5

Tabel 1.1.

Aliran Intra-ASEAN Tahun 2011 (Dalam Juta USD)

Sumber : ASEAN SECRETARI-ASEAN FDI Database, dalam Qolbi dan Kurnia, 2015

Tabel 1.1 menunjukan bahwa pada tahun 2011, FDI yang masuk ke ASEAN secara keseluruhan sebesar 97.538,12 juta USD dengan rincian, 15.228,44 juta USD dari intra-ASEAN dan 83.564,36 juta USD dari luar ASEAN. Arus FDI intra- ASEAN sebagian besar terkonsentrasi di ASEAN-4 dan hanya sedikit yang bergerak ke negara ASEAN lainnya (Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam). Hal ini seolah menegaskan bahwa arus modal di ASEAN paling besar bergerak menuju ASEAN-4. Dari total FDI yang masuk ke ASEAN 4 pada tahun tersebut, Indonesia menjadi negara penerima FDI intra-ASEAN terbesar, yakni 8.334,45 juta USD, dengan Singapura sebagai negara asal (source country) sebesar 8.514,13 juta USD ( Qolbi dan Kurnia, 2015).

Host

BN PH IDN MLY MM CB SNG VNM THA

Source BN - - 0,05 79,0 - 0,00 30,10 0,99 40.67 CBD - - - 31,6 - - 0,00 0,78 0,62 IDN 0,33 0,00 - 41,3 79 0,6 1985,0 13.02 14,48 MLY 33,7 71,33 292,7 - 1,10 32,6 1863,2 138,55 232,0 MM - - - 2,17 - - 127,20 4,41 - PH 0,11 - 10,04 5,99 - - 529,90 6,33 1,28 SNG 33,3 40,32 8514 2057,6 0,20 77,1 - 89,45 1129, THA - 20,48 101,5 370,97 3,50 28,7 1194,9 - 97,73 VNM - 91,69 1,51 79,96 - 0,18 80,10 11,24 - ASEAN 67,4 223,8 8334 2664,3 84.6 74,1 2386,2 50,66 1517,

(6)

6

Arus modal yang masuk ke suatu negara patut diwaspadai baik dampak jangka panjang maupun jangka pendek karena akan menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan akan potensinya yang dapat membuat sistem keuangan menjadi lebih rentan diserang, baik karena adanya ketidaksesuaian antara aset yang dimiliki oleh bank dengan kewajiban mereka pada saat jatuh tempo pembayaran. Selain itu adanya ketidaksesuaian nilai mata uang antara bank peminjam dan bank yang meminjam, overheating kondisi ekonomi makro yang menyebabkan peningkatan harga aset (price bubbles) dan berakibat pada lebih tingginya tekanan inflasi, serta adanya gangguan pada neraca perdagangan (current account). Selain itu arus modal yang tidak terkontrol juga dapat memberikan tekanan bagi kurs mata uang yaitu berupa apresiasi Real Effective

Exchange Rate (REER) yang akan mempengaruhi penurunan daya saing dan

produktivitas dalam negeri terutama untuk tradabel goods , artinya kegiatan ekspor dan impor akan terkena imbasnya, dan apabila tidak diatasi dengan cepat maka dalam jangka panjang akan berakibat buruk pada trade balance (Combes et al. 2010).

Gambar 1.2.

Real Effective Exchange Rate dan Capital Inflows

(7)

7

Gambar 1.2 Menunjukan trend hubungan antara capital inflow dengan Real

Effective Exchange Rate (REER) dengan menggunakan sample 42 negara

berkembang, secara rata-rata, pada saat terjadi penurunan arus modal masuk hal ini berdampak pada depresiasi REER, dan sebaliknya, pada saat adanya kenaikkan arus modal di suatu negara, hal tersebut berdampak pada apresisasi REER.

Lonjakan pembiayaan eksternal untuk negara-negara berkembang, khususnya private flow selama dekade terakhir berakhir dengan krisis keuangan hingga saat ini, hal ini menunjukan adanya kondisi “transfer problem”. Tranfer

problem adalah istilah yang mengacu pada dampak yang diakibatkan dari adanya

arus modal yang masuk atau keluar dari suatu negara terhadap kondisi perekonomian dalam negeri, yang dapat diamati terutama dari adanya perubahan terhadap Real Effective Exchange Rate (REER), hal ini dikarenakan Real Efective

Exchange Rate (REER) menunjukkan daya saing di suatu negara (Combes et al.

2010). Hal-hal ini tentunya berpotensi menimbulkan dampak negatif lanjutan yang mengganggu stabilitas perekonomian suatu negara bahkan dikhawatirkan dapat mengakibatkan stagnasi perekonomian.

Untuk meredakan dampak negatif dari arus modal, pemerintah di berbagai negara berkembang memilih langkahnya masing-masing sebagai tindakan antisipatif. Sebagai contoh, beberapa otoritas moneter memilih untuk melakukan intervensi besar-besaran pada pasar uang untuk menentang apresiasi mata uang. Pada derajat yang lebih ekstrim, bank sentral melakukan intervensi berupa sterilisasi untuk mencegah peningkatan permintaan uang domestik yang

(8)

8

berlebihan. Beberapa negara bahkan menerapkan kebijakan capital control untuk menghindari potensi krisis akibat arus keluar masuk modal yang tidak terkendali, selain capital control fleksibilitas nilai tukar suatu negara juga berpengaruh dalam menurunkan tingkat apresiasi REER yang diakibatkan oleh masuknya arus modal ke suatu negara ( Montiel dan Reinhart dalam Prabawa dan Gitahari, 2008)..

1.2 Rumusan Masalah

Arus modal dalam jumlah yang besar pada saat masuk ke negara-negara berkembang, ternyata banyak menimbulkan tantangan dan resiko selain manfaat dan keuntungannya bagi perekonomian di suatu negara baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Penelitian empiris menunjukan negara dengan kondisi kebijakan makroekonomi dan fundamental moneter yang kuat belum tentu dapat terbebas dari permasalahan-permasalahan yang diakibatkan oleh arus masuk dan keluar modal di suatu negara. Salah satu pengaruh dari kuatnya arus modal ke suatu negara adalah terjadinya penurunan daya saing dan produktivitas dalam negeri serta adanya permasalah pada trade balance yang diakibatkan karena adanya apresiasi REER.

Kawasan ASEAN mengalami liberalisasi arus modal, arus modal intra-ASEAN didominasi oleh Foreign Direct Invesment (FDI), arus modal ini cukup tinggi terutama di negara ASEAN 4 (Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand). Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah di negara berkembang biasanya adalah dengan menggunakan makroekonomi tools untuk dapat membantu menurunkan apresiasi REER yang diakibatkan oleh arus modal, salah satu tools

(9)

9

dari makroekonomi adalah fleksibilitas nilai tukar yang dianggap mampu mengurangi tingkat apresiasi REER.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari uraian di atas, maka masalah yang relevan untuk dirumuskan pada penelitian ini, antara lain

1. Bagaimanakah pengaruh dari masuknya arus modal terhadap apresiasi

Real Effective Exchange Rate (REER) di 4 negara ASEAN (Indonesia,

Malaysia, Filipina Thailand) ?

2. Bagaimana pengaruh fleksibilitas nilai tukar suatu negara terhadap penurunan tingkat apresiasi Real Effective Exchange Rate (REER) di 4 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia , Filipina dan Thailand)?

1.4 Tujuan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis dampak dari masuknya arus modal ke suatu negara terhadap apresiasi Real Effective Exchange Rate (REER), serta pengaruh dari fleksibilitas nilai tukar suatu negara terhadap penurunan tingkat apresiasi Real Effective Exchange Rate (REER) di negara ASEAN-4 yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Meskipun Singapura termasuk ke dalam negara ASEAN dengan arus modal yang cukup tinggi, namun Singapura bukan termasuk negara berkembang, sehingga penelitian ini tidak menggunakan negara Singapura sebagai salah satu objek penelitiannya.

Sementara itu arus modal yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari

private dan public flows yang akan diagregasi berdasarkan jenisnya, dengan

(10)

10

Model penelitian yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari aliran modal terhadap REER adalah dengan menggunakan Vector Error Correction

Model (VECM).

1.5. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:

Memperluas pengetahuan mengenai dampak lain dari masuknya arus modal ke suatu negara, terutama di 4 negara ASEAN terhadap kondisi perekonomian nasional.

Sebagai referensi bagi pembuat kebijakan terutama kebijakan makro dan moneter terutama di 4 negara ASEAN mengenai langkah apa yang dapat dilakukan untuk menghadapi masuknya arus modal dalam jumlah besar ke dalam suatu negara agar tidak menimbulkan ekternalitas negatif bagi perekonomian.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bermaksud untuk memudahkan para pembaca dalam memahami isi penelitian. Penelitian ini disusun dalam lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Landasan teori terdiri dari teori yang mendukung penelitian, studi empiris yang menjelaskan hasil temuan penelitian sebelumnya, dan keaslian penelitian.

(11)

11 Bab III Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian menjelaskan jenis dan sumber data, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, dan alat analisis yang dipakai dalam penelitian.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas hasil temuan penelitian. Hasil temuan penelitian adalah jawaban atas seluruh pertanyaan yang telah disebutkan dalam bagian rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Bagian ini akan ditunjang dengan teori-teori yang relevan dan studi empiris sebelumnya.

Bab V Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan yang berisikan atas kesimpulan penelitian yang digunakan untuk merekomendasikan pemerintah maupun pelaku pengambil keputusan kebijakan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena proton memiliki muatan sejenis dengan proton lain-katakanlah bermuatan listrik positip dan demikian juga interaksi antar elektron

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara

Berdasarkan kondisi permasalahan diatas dan betapa pentingnya peran auditor internal di sebuah organisasi guna menjaga keberlanjutan organisasi itu sendiri dalam

Risiko ke'atuhan lampu #agi kar&a)an didalamn&a &ang dapat #eraki#at cidera (isik serius &ang memerlukan pera)atan medis. nstalasi ka#el listrik tidak rapi

PRIORITAS/KL/PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR TARGET ALOKASI INDIKATOR TARGET ALOKASI SEPAKAT TINDAK SEPAKAT DIBAHAS LEBIH LANJUT KETERANGAN DALAM JUTA

Berdasarkan pemaparan tersebut, teh ring cang dengan kandungan bioaktif secara uji kualiatif fitokimia memiliki potensi sebagai teh herbal yang bermanfaat

Contoh idiom yang tersusun dari jumlah ismiyah bermakna yang paling mulia dari suatu kaum,   bermakna fulan musuh, bermakna mereka menonton (Munawwir:1984). Dalam bidang

Kegiatan rehabilitasi sosial selama ini dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, melalui panti-panti gelandangan pengemis milik Kementerian Sosial maupun Pemda