• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG BULETIN STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG BULETIN STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG

BULETIN

STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG

Jl. PRAMUKA NO. 1 SINTANG, KALIMANTAN BARAT

Telp : (0565) 21013

(3)

SUSUNAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB Supriandi, SP, M.Si PEMIMPIN REDAKSI Marheden DESAIN / PRODUKSI Chahya Putra Nugraha, S.Tr Ida Bagus Gauttama B.D., S.Tr

EDITOR Saifudin Zukhri, S.Tr Irma Dewita Sari, S.Tr

PENULIS Syahbudin, A.Md Annisa Nazmi Azzahra, S.Tr Ananggirieza Nugraha, S.Tr

Siwi Kuncorojati, S.Tr

DISTRIBUSI Willi Pramono, A.Md M. Gilang Bagus Sahputra, A.Md.

ALAMAT

Stasiun Meteorologi Susilo Sintang Jl. Pramuka No. 1 Sintang, Kalimantan

Barat Telp : (0565) 21013

Email : stamet.sintang@yahoo.com /

stamet.sintang@bmkg.go.id

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga telah Terbit Buletin Cuaca Edisi November 2020 Stasiun Meteorologi Susilo Sintang. Kami mengharapkan melalui buletin ini dapat mempermudah kita dalam mengenal karakteristik cuaca dan dapat membantu dalam prakiraan cuaca wilayah setempat khususnya Sintang, Kalimantan Barat.

Terima kasih kepada seluruh pegawai dan staf Stasiun Meteorologi Susilo Sintang atas kelengkapan data secara rutin sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan buletin ini.

Agar buletin ini dapat terbit secara rutin, maka saya mengharapkan kontribusi setiap anggota dan pengurus buletin Stasiun Meteorologi Susilo Sintang agar lebih berperan aktif baik dalam penulisan maupun penerbitan.

Demi peningkatan kualitas informasi dalam buletin ini, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan pendapat dari berbagai pihak. Semoga informasi yang kami sajikan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait dan masyarakat umum.

(4)

D

A

F

T

A

R

IS

I

KATA PENGANTAR

Susunan Redaksi Daftar Isi Daftar Istilah Meteorologi

KONDISI ASTMOSFER

Analisis Global Analisis Regional Analisis Lokal

PROSPEK

KONDISI ASTMOSFER

Prakiraan ENSO Prakiraan IOD Prakiraan Anomali SPL Prakiraan Curah dan Sifat Hujan

RANGKUMAN

Kondisi Atmosfer Oktober 2020 Prospek Kondisi Atmosfer November-Desember 2020

KEGIATAN

STAMET SINTANG

LENSA METEOROLOGI

Mengenal El Nino dan La Nina Automatic Weather Observation Station (AWOS)

17

31

iii

1

27

36

(5)

DAFTAR ISTILAH METEOROLOGI

Cuaca: Kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat di suatu tempat dalam waktu yang relatif singkat.

Iklim: Keadaan cuaca rata-rata dalam cakupan waktu yang panjang dan cakupan wilayah yang luas.

Curah Hujan: Ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan satu milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada suatu tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter

.

Sifat Hujan: Perbandingan jumlah curah hujan pada periode tertentu terhadap normal curah hujan pada periode tertentu; Atas Normal (AN): curah hujan > 115%; Normal (N): curah hujan 85% - 115%; Bawah Normal (BN): curah hujan <85%.

Kelembapan Udara: Perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah udara pada temperatur tertentu yang dinyatakan dalam persen (%).

Suhu Permukaan Laut: Suhu yang didapat dari hasil pengukuran lapisan permukaan laut.

Visibility (Jarak Pandang): Tingkat kejernihan (transparansi) dari

atmosfer, yang berhubungan dengan penglihatan manusia yang dinyatakan dalam satuan jarak.

El Nino: Kondisi terjadinya peningkatan suhu muka laut di ekuator Pasifik Tengah dan Pasifik Timur dari nilai rata-ratanya.

La Nina: Kondisi terjadinya penurunan suhu muka laut di ekuator Pasifik Tengah dan Pasifik Timur dari nilai rata-ratanya.

Dipole Mode (IOD): Fenomena interaksi laut-atmosfer di

Samudera Hindia berdasarkan selisih antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.

Southern Oscillation Index (SOI): Nilai indeks berdasarkan

perbedaan atau selisih Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin.

(6)

KONDISI

ATMOSFER

BU

LE

TI

N

M

ET

EO

RO

LO

G

IE

D

IS

IN

O

VE

M

BE

R

20

20

(7)

ANALISIS GLOBAL

Cuaca terbentuk dari suatu rangkaian fenomena dinamika atmosfer yang terjadi di bumi. Dalam rangka mempermudah analisis dinamika atmosfer, skala cuaca dibagi menjadi 3, yaitu skala global, regional, dan lokal. Berikut kami sampaikan kondisi dinamika atmosfer skala global yang mana ruang lingkupnya sangat luas.

A. Analisis Suhu Permukaan Laut (SPL)

Sebagai salah satu sumber utama air di bumi, laut memiliki peranan yang penting dalam proses pembentukan cuaca terutama hujan. Hal ini dikarenakan hujan terjadi disebabkan oleh adanya penguapan air yang ada di bumi oleh matahari, dan laut merupakan sumber air yang terluas di bumi ini. Keadaan SPL tentunya juga berpengaruh dalam proses penguapan ini. Untuk membantu menganalisis SPL, digunakan nilai anomali terhadap keadaan normalnya. Semakin tinggi nilai anomali SPL maka semakin mudah pula terjadi penguapan sehingga dapat menambah suplai uap air di udara dan membentuk awan-awan yang menyebabkan hujan. Sebaliknya, ketika nilai anomali SPL rendah maka air laut akan sulit menguap sehingga tidak ada suplai tambahan uap air di udara.

Berikut kami tampilkan nilai anomali SPL bulan Oktober 2020 pada Gambar 1.

(8)

Secara umum anomali SPL perairan sekitar Kalimantan Barat menunjukkan nilai +0.3 s.d. +0.5 (positif), yang memiliki arti bahwa SPL pada bulan Oktober 2020 lebih hangat dibanding keadaan normalnya. Naiknya SPL ini menunjukkan indikasi terdapat tambahan suplai uap air dari laut dan menyebabkan naiknya kejadian hujan termasuk di wilayah Kabupaten Sintang.

B. Analisis Madden Julian Oscillation (MJO)

Fenomena ini erat kaitannya dengan suplai uap air yang dapat mempengaruhi kejadian hujan di beberapa wilayah Indonesia. Indeks MJO ini terbagi menjadi 8 fase. MJO ini dikatakan mempengaruhi wilayah Indonesia jika memasuki fase 3 & 4. Berikut merupakan analisis MJO bulan Oktober.

Gambar 2 Diagram Penjalaran MJO

Sumber : www.bom.gov.au

(9)

lingkaran. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat tambahan suplai uap air pada bulan Oktober di wilayah Indonesia bagian timur.

C. Analisis Southern Oscillation Index (SOI)

SOI ini merupakan suatu indeks yang dapat mempresentasikan tentang kondisi fenomena cuaca global berupa El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino menyebabkan kurangnya uap air yang berimbas pada minimnya frekuensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Fenomena La-Nina merupakan kondisi kebalikannya, dimana fenomena ini menyebabkan tingginya uap air yang berimbas pada tingginya frekuensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Berikut kami sampaikan analisis SOI pada Gambar 3.

Gambar 3 Southern Oscillation Index (SOI)

Sumber : www.bom.gov.au

Fenomena cuaca global El-Nino terindikasi kuat jika SOI menunjukkan nilai di bawah -7, sedangkan fenomena cuaca global La-Nina terindikasi kuat jika SOI menunjukkan nilai di atas +7. Berdasarkan gambar di atas, pada bulan Oktober umumnya indeks SOI berada di atas 0 atau menunjukkan nilai positif. Garis indeks SOI menunjukkan tren menurun dari +12 sampai +4. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena La-Nina masih aktif namun dalam fase yang semakin melemah. Fenomena La-Nina ini diindikasikan memiliki pengaruh yang besar terhadap meningkatnya kejadian hujan di

(10)

D. Analisis Indian Ocean Dipole (IOD)

Lokasi Indonesia yang berdekatan dengan Samudera Hindia juga berpengaruh dalam pembentukan cuaca di Indonesia ini. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa laut juga memiliki peranan penting dalam membangun cuaca yang terjadi di bumi ini. Fenomena IOD ini merupakan suatu fenomena naik turunnya suhu permukaan laut yang dapat mempengaruhi cuaca khususnya hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Fenomena IOD ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase positif dan negatif. Fase IOD negatif menambah suplai uap air di wilayah Indonesia bagian barat, sedangkan fase IOD positif menambah suplai uap air di wilayah India. Untuk mengetahui fase dipole mode perlu dianalisis menggunakan Indeks IOD.

Gambar 4. Indeks IOD

Sumber : www.bom.gov.au

Berdasarkan gambar 4 di atas garis indeks IOD bulan Oktober bergerak naik dari negatif menuju positif, mengindikasikan bahwa IOD sedang dalam fase netral.

(11)

ANALISIS REGIONAL

A. Analisis Relative Humidity (Kelembapan Udara)

Kelembapan atau Relative Humidity (RH) pada Gambar 5 menunjukkan banyaknya konsentrasi uap air di udara. Secara umum prosentase nilai RH di wilayah Kabupaten Sintang menunjukkan kondisi yang cukup basah. Pada lapisan 925 mb (sekitar 762 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 75% s.d. 85%, pada lapisan 850 mb (sekitar 1458 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 75% s.d. 80%, pada lapisan 700 mb (sekitar 3013 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 75% s.d. 80%, dan pada lapisan 500 mb (sekitar 5576 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 75% s.d. 80%.

(12)
(13)

Gambar 5 Kelembapan Udara (RH) Per Lapisan

Sumber : www.esrl.noaa.gov

B. Analisis Streamline

Gambar 6 Streamline Angin Lapisan 850mb

(14)

Streamline atau garis angin merupakan kondisi arah pergerakan angin secara umum. Gambar 6 menunjukkan proyeksi rata-rata arah dan kecepatan angin pada bulan Oktober. Legenda di bawah gambar menunjukkan nilai kecepatan angin dengan satuan knots. Dari gambar 6 kita dapat melihat bahwa tidak terdapat pola-pola pergerakan massa udara yang signifikan di wilayah Kabupaten Sintang.

ANALISIS LOKAL

A. Suhu Udara

Gambar 7 Grafik Suhu Udara Bulan Oktober di Sintang

Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa suhu udara rata-rata harian yang tercatat di Stasiun Meteorologi Sintang berkisar antara 25,7°C – 28,4°C. Suhu udara maksimum harian berkisar antara 29,9°C – 34,6°C dengan suhu maksimum tertinggi terjadi pada tanggal 6 Oktober 2020. Suhu minimum harian bulan Oktober 2020 berkisar antara 22,4°C – 24,6°C dengan suhu minimum terendah terjadi pada 8 dan 30 Oktober 2020.

(15)

B. Angin

Gambar 8 WindRose Stamet Susilo Sintang Oktober 2020

Analisis angin lokal menggunakan aplikasi WindRose dengan data pengamatan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang sebagai acuan. Gambar 8 menunjukkan frekuensi rata-rata arah angin (berhembus dari) di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang. Pada bulan Oktober umumnya angin berhembus dari arah tenggara dengan kecepatan rata-rata 1.77 knots atau 3.3 km/jam. Kecepatan angin paling tinggi yaitu 18 knot atau 30 km/jam terjadi pada 8 Oktober pukul 18.00 WIB.

C. Kelembapan Udara

Pada Gambar 9 terlihat bahwa kelembapan udara rata–rata harian yang tercatat di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang pada bulan Oktober 2020 berkisar antara 80% – 90% dengan kelembapan rata– rata minimum terjadi pada tanggal 6 Oktober 2020 dan kelembapan rata – rata maksimum terjadi pada 3 dan 16 Oktober 2020.

Kelembapan udara maksimum harian sebesar 97 – 100% dengan kelembapan maksimum tertinggi terjadi sebanyak 3 kejadian di bulan Oktober 2020. Sedangkan, kelembapan minimum harian bulan Oktober 2020 berkisar antara 49% – 70% dengan kelembapan minimum terendah terjadi pada tanggal 13 dan 28 Oktober 2020.

(16)

Gambar 9 Grafik Kelembapan Udara Bulan Oktober di Sintang

D. Tekanan Udara

(17)

Pada Gambar 10 menunjukkan grafik tekanan udara rata – rata, maksimum, dan minimum harian di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang selama bulan Oktober 2020. Tekanan udara rata-rata harian yang tercatat berkisar antara 1003,3 – 1007,1 mb dengan tekanan udara rata-rata harian tertinggi tercatat terjadi pada tanggal 24 Oktober 2020 dan terendah tercatat pada tanggal 11 Oktober 2020. Selain itu, tekanan udara maksimum harian berkisar antara 1005,6 – 1009,7 mb dengan puncak tekanan udara maksimum tertinggi tercatat pada tanggal 24 Oktober 2020. Tekanan udara minimum harian bulan Oktober 2020 berkisar antara 999,5 – 1003,8 mb dengan tekanan udara minimum terendah terjadi pada tanggal 11 Oktober 2020.

E. Visibility (Jarak Pandang)

Gambar 11 Grafik Jarak Pandang Bulan Oktober di Sintang

Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui bahwa jarak pandang yang tercatat pada bulan Oktober 2020 berkisar antara 200 – 10.000 meter dengan jarak pandang maksimum per hari berkisar 8.000 – 10.000 meter sedangkan jarak pandang minimum per hari berkisar antara 200 – 4000 meter. Jarak pandang mendatar terendah tercatat terjadi pada tanggal 25 Oktober 2020. Jarak pandang <1.000 meter tercatat berjumlah 2 kejadian yang diakibatkan adanya kabut tebal (fog).

(18)

F. Curah Hujan

Gambar 12 Grafik Curah Hujan Bulan Oktober di Sintang

Gambar 12 menunjukkan grafik curah hujan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang bulan Oktober 2020. Jumlah curah hujan bulan Oktober 2020 tercatat sebesar 173 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 11 Oktober 2020 sebesar 50 mm. Curah hujan pada bulan Oktober 2020 yang terjadi di wilayah Kabupaten Sintang termasuk dalam kategori menengah karena berada dalam kisaran nilai 150 - 200 mm per bulan. Kejadian hujan berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat 2 kejadian hujan sedang (20 – 50 mm/hari), 8 kejadian hujan ringan (5 – 20 mm/hari), dan 9 kejadian hujan sangat ringan (1 - 5 mm/hari) di wilayah Kabupaten Sintang.

G. Penyinaran Matahari

Pada Gambar 13 menunjukkan lamanya penyinaran matahari bulan Oktober 2020. Tercatat bahwa pada pukul 07.00 – 18.00 penyinaran matahari berkisar antara 0,0 – 8,9 jam. Penyinaran matahari minimum terjadi pada 25, 29 dan 31 Oktober 2020, sedangkan penyinaran maksimum terjadi pada tanggal 13 dan 20 Oktober 2020.

(19)

Gambar 13 Grafik Penyinaran Matahari Bulan Oktober di Sintang

H. Keadaan Cuaca

Gambar 14 Grafik Kejadian Cuaca Khusus Bulan Oktober di Sintang

Keadaan cuaca pada bulan Oktober 2020 (Gambar 14) didominasi keadaan kabut. Hal ini terlihat pada hasil pengamatan terdapat 31 kejadian kabut, 19 kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, 15 kejadian petir/guntur, dan 10 kejadian kilat.

(20)

I. Titik Panas (Hotspot)

Gambar 15 di bawah ini menunjukkan banyaknya titik panas (hotspot) yang teramati oleh satelit di Kabupaten Sintang. Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah titik panas yang terdeteksi di wilayah Kabupaten Sintang sebanyak 941 titik dengan hari kejadian sebanyak 22 hari selama bulan Oktober 2020. Titik panas paling banyak terjadi pada tanggal 7 Oktober 2020 yang berjumlah 266 titik.

Gambar 15 Grafik Hotspot Harian Kabupaten Sintang Bulan Oktober 2020

Gambar 16 menunjukkan sebaran titik panas (hotspot) per Kecamatan di wilayah Kabupaten Sintang selama bulan Oktober 2020. Berdasarkan grafik tersebut, dapat kita lihat bahwa titik panas paling banyak terdeteksi di Kecamatan Ketungau Hulu dengan jumlah 203 titik dan diikuti Kecamatan Ketungau Tengah sebanyak 159 titik.

(21)
(22)

PROSPEK

KONDISI ATMOSFER

BU

LE

TI

N

M

ET

EO

RO

LO

G

IE

D

IS

IN

O

VE

M

BE

R

20

20

(23)

PRAKIRAAN ENSO

Fenomena ENSO merupakan fenomena global yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam mengambarkan kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Hasil dari beberapa kajian ilmiah menyatakan bahwa pada saat terjadi fenomena ENSO, beberapa wilayah di Indonesia mengalami penurunan ataupun peningkatan curah hujan. Saat ENSO mengindikasikan kondisi EL Nino, beberapa wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan. Kemudian, pada saat ENSO mengindikasikan La Nina, di beberapa wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan.

Gambar 17 Grafik Prakiraan Indeks Nino 3.4

Sumber: http://www.bom.gov.au

Pada bulan November 2020 kondisi ENSO yang ditunjukkan Gambar 17 secara umum diprediksikan dalam kondisi La Nina sedang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata anomali suhu permukaan laut di wilayah nino 3.4 berada pada kisaran -1,2°C hingga -1,6°C.

Selanjutnya, hasil prediksi kondisi ENSO pada bulan Desember 2020 diprediksikan berada dalam kondisi La Nina sedang dengan nilai rata-rata anomali suhu permukaan laut di wilayah nino 3.4 berada pada kisaran -1,6°C.

Hasil analisis tentang prediksi Nino 3.4 periode November 2020 dan Desember 2020 menunjukkan bahwa kondisi ENSO dalam keadaan La Nina sedang. Hal ini

(24)

mengindikasikan bahwa fenomena ENSO diprediksi akan berpengaruh terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia khususnya Sintang unuk dua bulan ke depan.

PRAKIRAAN IOD

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi antara lautan dengan atmosfer

yang terjadi di Samudera Hindiayang ditandai dengan anomali suhu permukaan laut antara Samudera Hindia Barat dengan Samudera Bagian Timur. Fenomena ini turut mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat. Adanya fenomena Dipole Mode dapat memberikan pengaruh berupa terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Proses identifikasi kemungkinan terjadinya fenomena Dipole Mode dilakukan dengan menganalisis hasil pemodelan indeks IOD dari BOM Australia selama dua bulan kedepan.

Gambar 18 Grafik Prakiraan IOD

Sumber: http://www.bom.gov.au

Hasil pemodelan prediksi indeks Dipole Mode (IOD) ditunjukkan pada Gambar 18 yang menunjukkan bahwa secara umum fenomena Dipole Mode pada bulan

(25)

Begitu juga dengan fenomena Dipole Mode pada bulan Desember 2020 menunjukkan kondisi Dipole Mode dalam keadaan normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks IOD rata-rata berada pada kisaran 0°C hingga -0,4°C.

Hasil analisis prediksi pemodelan indeks IOD selama periode November – Desember 2020 menunjukkan Dipole Mode dalam keadaan normal. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena Dipole Mode tidak berpengaruh terhadap penambahan suplai uap air di wilayah Indonesia bagian barat termasuk di Kabupaten Sintang.

PRAKIRAAN ANOMALI SPL

A. Prakiraan Bulan November 2020

Gambar 19 Prakiraan Anomali SPL November 2020

Sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov

Dengan merujuk pada hasil pemodelan prakiraan kondisi anomali suhu permukaan laut lembaga layanan cuaca nasional Amerika Serikat (NOAA) yang ditunjukkan Gambar 19, dapat dikatakan bahwa kondisi suhu permukaan laut wilayah

(26)

perairan barat Provinsi Kalimantan Barat pada bulan November 2020 diprediksi mengalami kondisi yang lebih hangat dari rata – rata normalnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai anomali suhu permukaan laut (warna kuning) untuk wilayah perairan barat Provinsi Kalimantan Barat yang secara umum bernilai positif dengan rentang nilai anomali 0,25°C hingga 0,5°C. Berdasarkan nilai anomali suhu permukaan laut tersebut, diprakirakan terdapat potensi pembentukan awan hujan yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah Sintang.

B. Prakiraan Bulan Desember 2020

Gambar 20 Prakiraan Anomali SPL Desember 2020

Sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov

Berdasarkan hasil pemodelan prakiraan kondisi anomali suhu permukaan laut yang ditunjukkan Gambar 20 terlihat bahwa kondisi suhu permukaan laut wilayah perairan barat Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Desember 2020 diprediksi

(27)

diprakirakan berpengaruh terhadap potensi pembentukan awan konvektif di wilayah Kabupaten Sintang.

PRAKIRAAN CURAH DAN SIFAT HUJAN

Prakiraan curah hujan merupakan prakiraan potensi besarnya curah hujan yang terjadi pada suatu wilayah. Prakiraan curah hujan dikategorikan menjadi empat, yaitu rendah (<100 mm), menengah (101 – 300 mm), tinggi (301 – 400 mm), dan sangat tinggi (>400). Sedangkan, prakiraan sifat hujan merupakan prakiraan potensi sifat hujan yang terjadi di suatu wilayah terhadap normal curah hujannya. Prakiraan sifat hujan dikategorikan menjadi tiga, yaitu Bawah Normal, Normal, dan Atas Normal.

A. Prakiraan Bulan November 2020

Gambar 21 Peta Prakiraan Curah Hujan Kalimantan Barat Bulan November 2020

(28)

Gambar 22 Peta Prakiraan Sifat Hujan Kalimantan Barat Bulan November 2020

Sumber: http://www.iklim.kalbar.bmkg.go.id

Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa prakiraan curah hujan di wilayah Sintang menunjukkan potensi curah hujan terjadi sebesar 201 – 400 mm dengan kategori menengah hingga tinggi. Sedangkan, Gambar 22 menunjukkan bahwa sifat curah hujan di wilayah Sintang secara umum berada pada kategori Bawah Normal hingga Normal.

Prakiraan curah hujan dan sifat hujan bulan November 2020 pada setiap kecamatan di wilayah Sintang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan November di Kabupaten Sintang

No. Nama Kecamatan

Curah Hujan

Kategori Sifat Hujan (mm)

1 Ambalau 301 – 400 Tinggi Bawah Normal 2 Binjai Hulu 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 3 Dedai 301 – 400 Tinggi Bawah Normal

(29)

6 Kelam Permai 301 – 400 Tinggi Bawah Normal 7 Ketungau Hilir 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 8 Ketungau Hulu 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 9 Ketungau Tengah 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 10 Sungai Tebelian 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 11 Sepauk 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 12 Serawai 301 – 400 Tinggi Bawah Normal 13 Sintang 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal 14 Tempunak 201 – 400 Menengah - Tinggi Normal

B. Prakiraan Bulan Desember 2020

Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa prakiraan curah hujan di wilayah Sintang menunjukkan potensi curah hujan terjadi sebesar 201 – 400 mm dengan kategori menengah hingga tingi. Selain itu, Gambar 24 menunjukkan bahwa sifat curah hujan di wilayah Sintang berada pada kategori Bawah Normal.

Gambar 23 Peta Prakiraan Curah Hujan Kalimantan Barat Bulan Desember 2020

(30)

Gambar 24 Peta Prakiraan Sifat Hujan Kalimantan Barat Bulan Desember 2020

Sumber: http://www.iklim.kalbar.bmkg.go.id

Prakiraan curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2020 pada setiap kecamatan di wilayah Sintang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Desember di Kabupaten Sintang

No. Nama Kecamatan

Curah Hujan

Kategori Sifat Hujan (mm)

1 Ambalau 201 – 400 Menengah - Tingi Bawah Normal 2 Binjai Hulu 201 – 300 Menengah Bawah Normal 3 Dedai 201 – 300 Menengah Bawah Normal 4 Kayan Hilir 201 – 400 Menengah - Tingi Bawah Normal 5 Kayan Hulu 201 – 400 Menengah - Tingi Bawah Normal 6 Kelam Permai 201 – 300 Menengah Bawah Normal 7 Ketungau Hilir 201 – 300 Menengah Bawah Normal

(31)

11 Sepauk 201 – 300 Menengah Bawah Normal 12 Serawai 201 – 400 Menengah - Tingi Bawah Normal 13 Sintang 201 – 300 Menengah Bawah Normal 14 Tempunak 201 – 300 Menengah Bawah Normal

(32)

RANGKUMAN

BU

LE

TI

N

M

ET

EO

RO

LO

G

IE

D

IS

IN

O

VE

M

BE

R

20

20

(33)

KONDISI ATMOSFER OKTOBER 2020

Kondisi dinamika atmosfer secara global cukup berpengaruh terhadap kondisi cuaca Kabupaten Sintang. Hal ini terlihat nilai anomali SPL yang lebih hangat dari normalnya, serta kondisi SOI yang menunjukkan bahwa La Nina sedang aktif sehingga dapat mendukung bertambahnya suplai uap air dari laut terhadap pembentukan awan konvektif. Selain itu, pada bulan Oktober MJO terdeteksi berada pada fase 5 yang dapat mengindikasikan adanya kontribusi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Sintang.

Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer secara regional, nilai RH pada lapisan 925 - 500 mb menunjukkan koondisi yang basah. Selanjutnya, pola angin lapisan 850 mb menunjukkan adanya wilayah belokan angin di Kalimantan Barat sehingga terdapat perlambatan udara di atas wilayah Kabupaten Sintang yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif atau awan hujan di wilayah Kabupaten Sintang.

Hasil pengamatan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang selama bulan Oktober 2020 sebagai berikut:

 Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 25,7°C – 28,4°C, suhu udara maksimum tercatat sebesar 34,6°C terjadi pada tanggal 6 Oktober 2020 dan suhu minimum harian tercatat sebesar 22,4°C terjadi pada 8 dan 30 Oktober 2020.

 Secara umum angin berhembus dari arah tenggara dengan kecepatan rata-rata 1.77 knots atau 3.3 km/jam. Kecepatan angin paling tinggi yaitu 18 knot atau 30 km/jam terjadi pada 8 Oktober pukul 18.00 WIB.

 Kelembapan udara rata–rata harian yang tercatat berkisar antara 80% – 90% dengan kelembapan udara harian tertinggi 100% pada 3 hari di bulan Oktober dan kelembapan minimum terendah senilai 49% terjadi pada tanggal 13 dam 28 Oktober 2020.

 Tekanan udara rata-rata harian yang tercatat berkisar antara 1003,3 – 1007,1 mb dengan tekanan udara maksimum sebesar 1009,7 mb tercatat pada tanggal 24 Oktober 2020 dan tekanan udara minimum sebesar 999,5 mb terjadi pada tanggal 11 Oktober 2020.

(34)

 Tercatat bahwa jarak pandang bulan Oktober berkisar antara 200 – 10.000 meter. Jarak pandang mendatar sebesar < 1000 meter tercatat pada 2 kejadian di bulan Oktober yang diakibatkan adanya kabut tebal.

 Jumlah curah hujan bulan Oktober tercatat sebesar 173 mm berada dalam kategori menengah. Curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 11 Oktober 2020 sebesar 50 mm/hari.

 Lama penyinaran matahari berkisar antara 0,0 – 8,9 jam dengan lama penyinaran maksimum terjadi pada tanggal 20 dan lama penyinaran minimum terjadi pada tanggal 13 dan 20 Oktober 2020.

 Keadaan cuaca pada bulan Oktober bervariasi antara lain 31 kejadian kabut, 19

kejadian hujan, 15 kejadian petir/Guntur, dan 10 kejadian kilat.

 Titik Panas pada bulan Oktober tercatat sejumlah 941 titik dengan titik

terbanyak terjadi pada tanggal 7 Oktober 2020 dengan jumlah 266 titik dan wilayah paling banyak terdeteksi hotspot adalah kecamatan Ketungau Hulu dengan jumlah hotspot sebanyak 203 titik.

(35)

PROSPEK KONDISI ATMOSFER

NOVEMBER - DESEMBER 2020

.

Berdasarkan analisis global bulan November dan Desember 2020, fenomena ENSO pada bulan November dan Desember 2020 diprediksi berada dalam kondisi La Nina sedang. Kondisi La Nina ini diprediksi akan berpengaruh terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia termasuk Kabupatn Sintang. Selanjutnya, Dipole

Mode bulan November hingga Desember diprediksi berada pada kategori normal.

Anomali Suhu Permukaan Laut (SPL) bulan November dan Desember 2020 di perairan barat wilayah Kalimantan Barat menunjukkan kondisi anomali bernilai positif sehingga dapat meningkatkan potensi pembentukan awan – awan konvektif khususnya di Kabupaten Sintang.

Prakiraan curah hujan bulan November 2020 berada pada kategori menengah hingga tinggi (201 – 400 mm) dengan prakiraan sifat hujan secara umum berada pada kondisi Bawah Normal – Normal. Selanjutnya pada bulan Desember 2020 prakiraan curah hujan berada pada kategori menengah hingga tinggi (201 – 400 mm) dengan prakiraan sifat hujan berada pada kondisi Bawah Normal.

(36)

KEGIATAN

STAMET SUSILO SINTANG

BU

LE

TI

N

M

ET

EO

RO

LO

G

IE

D

IS

IN

O

VE

M

BE

R

20

20

(37)

KUNJUNGAN KERJA KOORDINATOR WILAYAH

KALIMANTAN BARAT

Pada tanggal 13 Oktober 2020 dilaksanakan kunjungan kerja dari koordinator BMKG Wilayah Kalimantan Barat. Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak selaku koordinator wilayah Kalimantan Barat datang melakukan kunjungan kerja diwakili oleh Nanang Buchori, S.P beserta dengan staff. Selain Perwakilan dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, turut hadir juga Perwakilan dari Stasiun Klimatologi Mempawah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antar UPT di wilayah Kalimantan Barat. Seluruh pegawai Stasiun Meteorologi Susilo Sintang turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Gambar 25 Sharing Session

KOORDINASI TERKAIT SEKOLAH LAPANG IKLIM

Pada tanggal 13 Oktober 2020 perwakilan dari Stasiun Klimatologi Mempawah datang ke Sinang untuk melaksanakan koordinasi terkait rencana pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang akan dilaksanakan di Sintang. Perwakilan dari Stasiun Klimatologi Mempawah didamping jug oleh perwakilan dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak dan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang. Koordinasi terkait rencana

(38)

pelaksanaan SLI dilakukan di Dinas Pertanian dan Perkebunan Sintang selaku dinas terkait.

Gambar 26 Koordinasi di Dinas Pertanian dan Perkebunan Sintang

PENANDATANGANAN

RISALAH

LELANG

DI

KPKNL PONTIANAK

Pada tanggal 19 Oktober 2020 dilaksanakan penandatanganan risalah lelang di KPKNL Pontianak. Penandatanganan risalah lelang Stamet Susilo Sintang dilakukan oleh Ananggirieza Nugraha, S.Tr, bersama M Gilang Bagus S, A.Md. Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.

(39)

Gambar 27 Penandatanganan Risalah Lelang Di KPKNL Pontianak

KUNJUNGAN MENTERI PERHUBUNGAN

(40)

Pada tanggal 20 Oktober 2020 BMKG Susilo Sintang menghadiri undangan dari UPBU Tebelian untuk hadir dalam acara kunjungan kerja Menteri Perhubungan. Stasiun Meteorologi Susilo Sintang diwakili oleh Supriandi, SP. M.Si selaku Kepala Stasiun.

KRISTAL PAGI “WASPADA ANOMALI CUACA”

Pada tanggal 21 Oktober 2020 Kepala BMKG Susilo Sintang, Supriandi, SP. M.Si meghadiri undangan dari LPP RRI Sintang untuk menjadi narasumber dalam dialog interaktif “Kristal Pagi” dengan tema Waspada Anomali Cuaca. Kegiatan ini bertempat di Studio Pro 1 RRI Sintang. Selain Kepala BMKG Susilo Sintang, turut juga diundang Kepala BPBD Sintang selaku narasumber. Dialog interaktif “Kristal Pagi” dengan tema waspada anomali cuaca, bisa disimak di YouTube RRI Sintang.

(41)

LENSA

METEOROLOGI

BU

LE

TI

N

M

ET

EO

RO

LO

G

IE

D

IS

IN

O

VE

M

BE

R

20

20

(42)

MENGENAL EL NINO DAN LA NINA

Gambar 36 El Nino dan La Nina

Sumber:tulusramdhani.blogspot.com/2015/07/el-nino-dan-la-nina.html

Pengertian El Nino dan La Nina

Sebelum membahas mengenai proses terjadinya El Nino maupun La Nina, alangkah baiknya jika kita mengenal terlebih dahulu pengertian kedua fenomena ini. El Nino merupakan suatu fenomena perubahan iklim global yang diakibatkan karena memanasnya suhu di permukaan air laut Pasifik bagian timur. Sedangkan La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina sendiri merupakan suatu kondisi dimana suhu permukaan air laut di kawasan Timur Equador atau di lautan Pasifik mengalami penurunan.

Nama El Nino dan La Nina sendiri diambil dari bahasa Spanyol yang berarti “anak laki- laki” dan “anak perempuan”. El Nino akan terjadi jika suhu yang berada di

(43)

terjadi pada bulan Desember. Rata- rata, El Nino terjadi sekitar empat tahun satu kali. Hingga saat ini, El Nino tercatat sudah terjadi selama 23 kali.

Sedangkan, La Nina terjadi dalam waktu yang sulit untuk diperkirakan. Tidak seperti El Nino yang rata- rata teradi selama empat tahun sekali, La Nina ini masa terjadinya lebih lama yakni antara enam higga tujuh tahun sekali. Hingga saat ini tercatat La Nina terjadi sebanyak 15 kali.

Proses Terjadinya El Nino dan La Nina

1. El Nino:

 Perairan Pasifik bagian tengah dan timur mengalami pemanasan suhu. Hal ini akan meningkatkan suhu kelembaban pada atmosfer yang berada di atas perairan tersebut. Maka peristiwa tersebut mendorong terjadinya pembentukan awan dan akan meningkatkan curah hujan yang berada di kawasan tersebut.  Setelah proses pembentukan awan tersebut, maka di bagian barat Samudera

Pasifik akan mengalami tekanan udara yang meningkat. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan di bagian timur Indonesia. Hal ini akan mengakibatkan di beberapa wilayah di Indonesia mengalami penurunan curah hujan yang dikatakan jauh dari normalnya.

Dari proses terjadinya El Nino ini akan menyebabkan terjadinya La Nina. Sehingga dapat dikatakan bahwasannya El Nino dan La Nina ini adalah peristiwa alam yang terjadi secara berturut- turut.

2. La Nina

 La Nina dikatakan sebagai penurunan suhu di permukaan perairan Samudera Pasifik bagian Timur. Pada saat yang demikian ini ada angin pasat timur yang bertiup dan menguat di sepanjang Samudera Pasifik.

 Karena adanya angin kencang yang bertiup di sepanjang Samudera Pasifik, maka massa air hangat yang terbawa ke arah Pasifik Barat akan lebih banyak.  Selanjutnya, massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas kemudian

menggantikan massa air hangat yang berpindah ke Pasifik Barat tersebut. Kondisi yang demikian ini disebut upwelling. Adanya pergantian massa inilah

(44)

maka suhu di permukaan air laut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kondisi normalnya.

Dampak El Nino dan La Nina

1. El Nino

 Angin pasat timur menjadi melemah  Melemahnya sirkulasi Moonson

 Berkurangnya akumulasi curah hujan yang berada di wilayah Indonesia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan di bagian Utara.

 Cuaca cenderung terasa hangat dan juga lembab di sepanjang daerah Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat.

2. La Nina

 Menguatnya angin pasat timur  Menguatnya sirkulasi Monsoon

 Di wilayah Pasifik bagian Timur, akumulasi curah hujan menjadi berkurang. Hal ini akan menjadikan cuaca menjadi lebih dingin dan juga kering.

 Meningkatnya potensi hujan yang turun di sepanjang perairan Pasifik Ekuatorial Barat, yang meliputi Indonesia, Malaysia, dan juga bagian utara Australia.

(45)

AUTOMATIC WEATHER OBSERVATION

STATION (AWOS)

Gambar 37 AWOS BMKG Sintang

AWOS atau Automatic Weather Observation System merupakan suatu alat pengamatan cuaca otomatis yang ditempatkan pada bagian-bagian tertentu yang ada pada landasan pacu di suatu bandara. Pada umumnya, AWOS ini dibedakan menjadi 2 macam jenis. Yang pertama, yakni big AWOS. Big AWOS ini mempunyai sensor cuaca lengkap dan juga ditempatkan pada bandara-bandara yang memiliki tingkat kesibukan super tinggi. Yang kedua, yaitu small AWOS. Small AWOS mempunyai sensor yang jauh lebih sedikit yang mana disesuaikan dengan kebutuhan dari bandara terkait yang ada.

Data cuaca yang telah berhasil AWOS tampilkan ini bisa menjadi salah satu pembanding alat-alat konvensional yang bisa digunakan dalam proses pengamatan

(46)

suatu cuaca. Jika untuk saat ini, seluruh perangkat AWOS yang telah dioperasikan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) di seluruh Indonesia masih mengandalkan perangkat-perangkat yang didatangkan dari luar negeri. Jadi, bisa dikatakan, biaya yang harus dikeluarkan menjadi terbilang mahal dan membuang begitu banyak waktu dalam proses untuk menginstall perangkat tersebut. Sementara itu, diharapkan, untuk waktu atau di masa yang akan datang ini, BMKG bisa melakukan suatu bentuk kerja sama beserta dengan produsen atau bahkan teknisi yang sudah jauh lebih terampil di dalam negeri, demi terciptanya penggunaan teknologi dalam negeri yang tepat guna.

Berikut ini macam-macam sensor yang ada pada small AWOS :

1. Sensor angin. Sensor angin ini diletakkan pada ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan tanah, serta jauh dari obstacle.

2. Sensor temperature dan kelembapan. Sensor yang satu ini dilengkapi dengan blower udara sehingga bisa membuat sensor menjadi tetap kering.

3. Visibility dan Present weather sensor. Sensor yang bisa memberikan informasi mengenai jarak pandang serta cuaca yang aktual pada saat dilakukan suatu pengamatan. 4. Ceilometer. Alat yang memiliki teknologi LIDAR (Light Detector and Raging) dengan adanya pemandu laser pada sensor tersebut, yang berguna untuk mengetahui jumlah serta tinggi dasar awan di sekitar runway.

5. Barometer. Barometer atau alat pengukur tekanan udara ini terpasang pada kotak FDCU, yang berguna untuk mengetahui tekanan udara di area touchdown.

6. Rain gauge. Rain gauge atau dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan penakar hujan, yang menggunakan prinsip typing bucket untuk bisa mengukur jumlah curah hujan yang jatuh di permukaan.

Secara umum, pelaporan dari AWOS ini dilakukan dengan interval sekitar 20 menit dan tidak ada laporan pengamatan spesial terhadap perubahan dari daanya kondisi cuaca. Prinsip kerja AWOS berdasarkan sensor dari masing-masing unsur

Gambar

Gambar 4. Indeks IOD Sumber : www.bom.gov.au
Gambar 5 Kelembapan Udara (RH) Per Lapisan Sumber : www.esrl.noaa.gov
Gambar 7 Grafik Suhu Udara Bulan Oktober di Sintang
Gambar 8 WindRose Stamet Susilo Sintang Oktober 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa terhadap data-data tersebut di atas, rata-rata tingkat kerusakan yang ada pada perusahaan batako “UD Nanang” untuk tahun 2009 sebesar 5%, tahun 2010

Sebagai pelengkap pembahasan, pengamat juga membahas terkait dengan cara untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat

Duta Mandiri Palembang dapat dijelaskan bahwa penempatan kerja karyawan di perusahaan ini dilaksanakan berdasarkan keterampilan kerja para karyawan, tetapi keterampilan

Dinas Sosial mempunyai fungsi pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang pertanian, kewenangan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah.. Paragraf

Bukan hanya jumlah pendapatan dari neraca perdagangan luar negeri dan jumlah investasi/investor yang masuk ke Indonesia, namun jumlah penduduk miskin dan tingkat

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

semua kekayaan, pegawai, hak dan kewajiban dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malikussaleh Lhokseumawe dialihkan menjadi kekayaan, pegawai,. hak dan kewajiban

Pemerintah daerah tidak hanya mensyaratkan pemerintah memiliki pendapatan yang memadai, untuk memiliki otonomi fiskal, mereka harus mampu mengendalikan jumlah