• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI. pendidikan sangat penting dalam pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI. pendidikan sangat penting dalam pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI

2.1 Teori Belajar

Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling rendah maupun sampai ketingkat perguruan tinggi.

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.(PP.No.19 Tahun 2005).

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan siswa, bukan semua yang dilakukan terhadap siswa.Berikut ini definisi belajar menurut para ahli, adalah :

1 Menurut B.F. Skiner

Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant

Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar. Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang.

Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang. Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh

(2)

perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli( memperkuat ransangan) atau reinforce (penguatan), karena perangsang ini memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme.Prosedur pembentukan tingkah laku dalam

operant response secara sederhana adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.

2. Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud. 3. Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi

reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu.

4. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi)

2 Menurut E.L. Thorndike

Thorndike menyatakana ada 2 prinsip belajar, yaitu law of effect(Hukum Efek) dan

law of exercise (Hukum Olahraga), yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism Theory(Teori Koneksionisme).

a. Law of Effect ( Hukum Efek )

Adalah prinsip yang menyatakan bahwa seseorang dapat dengan cepat menguasai perilaku baru, apabila ia merasa memperoleh susuatu yang menyenangkan, memuaskan ketika melakukan perbuatan (response) yang berkenaan dengan perilaku tersebut di atas.

(3)

b. Law of Exercise ( Hukum Olahraga )

Adalah prinsip yang menyatakan bahwa makin sering perilaku baru itu dipraktekkan atau dilatih penerapannya makin kuat dan makin cepat berintegrasi dengan keseluruhan perilaku kebiasaannya.

3 Menurut Jerome S Bruner

Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendakanya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (discovery learning) makna segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.

4 Menurut David Ausubel

Ia mengemukakan teori belajar yaitu teori belajar bermakna. Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu:

Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.Dalam implementasinya, teori ini terdiri dari dua fase, yaitu mula-mula ia menyangkut pemberian “the organizer” atau materi pendahuluan diberikan sebelum kegiatan berlangsung dan dalam tingkat abstraksi. Fase berikutnya dimana organisasinya lebih spesifik dan terarah.

(4)

5 Menurut Morgan

Menurut Morgan dalam (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwabelajar adalah kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang merupakan proses belajar sedang perubahan tingkah laku,dan perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati dan merupakan hasil.

2.2 Teori Aktivitas Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi siswa.Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.

Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.

(5)

Sedangkan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. (Rosalia, 2005:2)

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan - kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas - tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.(Rosalia, 2005:4)

Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), mengemukakan belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab

(6)

dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.Aktivitas tidak hanya cukup dengan mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah.

a. Jenis- jenis Aktivitas

Karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam –macam aktivitas tersebut, satu diantaranya :

Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah :

a) Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain, diskusi kelompok.

b) Kegiatan- kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara diskusi dan interupsi. c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok , mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d) Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan , membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e) Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik,Chart, diagram peta dan pola. f) Kegiatan-kegiatan metric

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun

(7)

g) Kegiatan-kegiatan mental

Menerungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor , melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan

h) Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

2.3Teori Hasil Belajar

Proses mengajar memiliki tujuan yang ingin dicapai yang telahditetapkan

sebelumnya.Tujuan yang dimaksud adalah tujuanpendidikan.Implementasi dari aktivitas belajar adalah hasil belajar. Berikut di kemukakan defenisi hasil belajar menurut para ahli adalah :

1. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar.

3. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

4. Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

(8)

5. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

6. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

7. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

2.4 Teori Model Pembelajaran Cooperatif Type Jigsaw

Model mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode

Cooperative Learning. Model ini biasa digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis,

mendengarkan, ataupun berbicara. Model ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Pendekatan ini biasa pula digunakan dalam mata pelajaran, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika agama dan bahasa.Model ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.

Dalam model ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong

(9)

dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Langkah-langkah :

1. Pilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian

2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.

3. Bagi anak didikmenjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah materi pelajaran yang ada. Jika jumlah anak didik sebanyak 50 orang dan materi pelajaran adalah 5 , maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang . Jika jumlah ini dianggap terlalu besar bagi lagi menjadi 5 orang, kemudian setelah proses (diskusi kelompok) selesai gabungkan kedua kelompok tersebut

4. Setiap mendapat tugas membaca dan memahami materi yang berbeda-beda

5. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok.

6. Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok

7. Beri anak didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang baru saja mereka pelajari. Pengecekan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mereka dalam memahami materi.

8. Kegiatan ini biasa diakhiri dengan diskusi menegenai topik dalam bahan pengajaran hari itu.

Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari 2006:31) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif

(10)

memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah : 1. Meningkatkanhasilbelajar 2. Meningkatkandayaingat 3. Dapatdigunakanuntukmencapaitarappenalarantingkattinggi 4. Mendorongtumbuhnyamotivasiintrinsik (kesadaranindividu) 5. Meningkatkanhubunganantarmanusia yang heterogen 6. Meningkatkansikapanak yang positifterhadapsekolah 7. Meningkatkansikappositifterhadap guru

8. Meningkatkanhargadirianak

9. Meningkatkanperilakupenyesuaiansosial yang positif 10. Meningkatkanketerampilanhidupbergotongroyong.

Pembelajaran menggunakan model cooperative type jigsaw tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan bekerjasama. Peranan hubungan kerjasama dapat dibangun dengan komunikasi antar anggota kelompok, misalnya: mendorong anggota untuk berpartisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menghormati perbedaan individu, menetapkan tujuan, berkompromi,menunjukkan penghargaan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa penggunaan model pembelajaran

cooperative type jigsaw sangat relevan untuk menyelesaikan masalah rendahnya antusias dan

pemahaman serta hasil belajar IPA. Karena dalam model pembelajaran ini siswa akan menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara sehingga siswa dituntut untuk bertanggung jawab untuk mengajarkan pelajaran kepada temannya serta saling membantu antar sesama dalam menguasai materi pelajaran yang disajikan. Dalam proses

(11)

penerapan model pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing saja, bukan sebagai penyampai atau pemberi informasi kepada siswa.Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa model pembelajaran cooperatif type

jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok

kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran cooperatif type jigsawini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran cooperatif type jigsaw sebagai berikut:

1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut. 2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.

3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

(12)

5. Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Sedangkan menurut Arends (1997) Model pembelajaran cooperatif type jigsawini merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari4-6 orang dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari danmenyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

2.5 Kinerja Guru

a . P e n g e r t i a n K i n e r j a

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam Mulyasa, 2005: 136 menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes, human orotherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau

performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,

hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.

Dessler (1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja. Dari beberapa pengertian tentang kinerja

(13)

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.

b. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan terjemahan dari kata Performance (Job Performance), secara etimilogis performance ( Kinerja Etimologi ), berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Menurut Westra et al. dalam Saputra (2012), Performance diartikan sebagai hasil pekerjaan , atau pelaksanaan tugas pekerjaan, sedangkan menurut Mangkunegarara dalam Saputra (2012), kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai sesorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan seseorang untuk memeperoleh hasil kerja yang optimal.Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan aktivitas mengajar. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh guru menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

(14)

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa: “Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti:

(1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran,

(4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru”.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepadamasyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 BabIV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standarprestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya,guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan prosespembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.

Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen

ofEducation telah mengembangkan teacher performance assessmentinstrument yang

(15)

Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans

andmaterials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur

pembelajaran (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini kinerja guru dikatakan berhasil atau meningkat apabila guru menjalankan tugasnya dengan baik, tugas tersebut antara lain : Mempersiapkan rencana pembelajaran, penggunaan media belajar, melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, dan kepemimpinan yang aktif.

2.6 Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian pustaka, maka penulis merumuskan kerangka pikir sebagai berikut :

Kondisi Awal Tindakan Kelas Kondisi Akhir Guru belum menggunakan Model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw Guru menggunakan Metode pembelajaran Cooperative Type Jigsaw dalam pembelajaran Melalui Metode pembelajaran Cooperative

Type Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa

Hasil Belajar IPA Rendah

Siklus I

Menggunakan Model

pembelajaran Cooperative Type Jigsaw, siswa melihat,guru memberikan tugas , siswa mengerjakan secara kelompok

Siklus II

Guru menggunakanMetode pembelajaran Cooperative Type Jigsaw siswa

mengikuti,mencoba,dan menyajikan hasil belajar

(16)

Berdasarkan kerangka pikir diatas diketahui bahwa kondisi awal pembelajaran guru belum menggunakan model pembelajaran cooperatif type jigsaw hasil belajar IPA rendah, kemudian guru melakukan tindakan kelas, guru menggunakan model model pembelajaran

cooperatif type jigsaw dalam proses belajar. Pada siklus I guru menggunakan model

pembelajaran cooperatif type jigsaw,siswa melihat,guru memberikan tugas, siswa mengerjakan secara kelompok, pada kondisi akhir melalui model pembelajaran cooperatif

type jigsaw, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, kemudian pada siklus II

guru kembali mencoba Model pembelajaran cooperatif type jigsaw, guru memberikan tugas , siswa mengerjakan dan menyajikan hasil belajarnya. Alasan dilaksanaknnya siklus II karena dalam penelitian siklus I hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas dapat diajukan hipotesis :

2.7.1 Jika menggunakan model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw, maka aktivitas belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dapat meningkat.

2.7.2 Jikamodel pembelajaran Cooperative Type Jigsaw, maka hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Krawangsari KecamatanNatar Kabupaten Lampung Selatan dapat meningkat.

2.7.3 Jika menngunakan model pembelajaran Cooperative Type Jigsaw, maka kinerja guru dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dapat meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Jadi, menurut Kloosterman struktur Kubah Sangiran yang begitu sempurna, adalah hasil dari diapir bahan Tersier yang mendorong ke atas, sehingga lapisan di atas terbentuk sebagai

Minuman jeruk kemasan (nutrisari) tergolong dalam kategori air berasa. Minuman jeruk kemasan memiliki banyak kandungan natrium, vitamin, dan karbohidrat. Minuman

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

 Cyclical normal goods adalah produk yang memiliki permintaan yang sangat dipengaruhi oleh perubahan pendapatan. Misalnya mobil, rumah dan perjalanan wisata. Elastisitas

Melalui beberapa uraian teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang melalui beberapa aktivitas

Partisipasi dalam organisasi menurut Sastropoetra (2007) dapat diukur dengan cara: (1) menentukan tingkat kehadiran dalam pertemuan, (2) keterlibatan dalam diskusi, (3)

Mode partisipatoris secara tidak langsung juga melibatkan penonton untuk berpartisipasi dengan menggali informasi lebih dalam mengenai subjek yang muncul pada