• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN

KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA

BANTEN

Evaluation of Survival Plantation Try Species of Dipterocarpaceae

in Carita Forest Resort Banten

Aditya Hani dan Encep Rachman

Balai Penelitian Kehutanan Ciamis

I.

PENDAHULUAN

Jenis Dipterocarpaceae pada umumnya tumbuh di hutan hujan tropis dan mendominasi pohon-pohon penghasil kayu serta daerah sebaran meliputi Indonesia Bagian Barat, Malaysia, Brunei dan Filipina, kemudian menyebar ke arah Timur hingga Papua dan Papua Nugini. Kebanyakan berupa pohon-pohon besar yang mendominasi struktur tajuk bagian atas dan merupakan pohon yang mempunyai ketinggian di atas pohon-pohon lainnya dengan tinggi dapat mencapai 70 m - 80 m (Newman dkk., 1999). Jenis-jenis yang sudah dikenal sebagai jenis perdagangan terdiri dari 88 jenis pohon yang berasal dari 7 genera, yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops,

Hopea, Vatica, Cotylebolium dan Anisoptera. Jenis tersebut hidup pada kondisi tempat tumbuh yang beraneka

ragam meskipun masih dalam satu tipe hutan.

Kegiatan eksploitasi yang tidak mengikuti teknik penebangan yang benar, sering menimbulkan kerusakan pada hutan khususnya pada tingkat permudaan semai Dipterocarpaceae, serta penebangan yang berlebihan menimbulkan celah lebar (cablis) mengakibatkan sinar matahari masuk langsung ke lantai hutan dengan intensitas tinggi. Kondisi ini tidak disukai oleh semai Dipterocarpaceae, sehingga tingkat semai tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan bisa mengalami kematian. Penebangan sistem tebang pilih sering disalah artikan dengan menebang pohon-pohon yang baik dan meninggalkan pohon yang jelek, sehingga menghasilkan keturunan yang tidak baik. Semakin berkurangnya potensi kayu di hutan alam terutama dari jenis

Dipterocarpaceae, maka perlu dilakukan usaha penyelamatan berupa penelitian dan pengembangan dari

jenis-jenis tersebut baik dilakukan di dalam maupun di luar habitat aslinya. Tidak semua famili Dipterocarpaceae dapat dikembangkan di setiap lokasi, oleh karena itu perlu dilakukan uji pertumbuhan awal (uji spesies) untuk mengetahui tingkat kesesuaian jenis dengan tempat tumbuh yang baru. Kegiatan ini dilakukan sebagai kegiatan konservasi eksitu menumbuhkan jenis-jenis Dipterocarpaceae yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera ditumbuhkan di luar habitat aslinya di Jawa, sedangkan meranti yang termasuk endemik Jawa antara lain S.

javanica, Dipterocarpus gracilis, D. returnus, Anisoptera costata dan Hopea sangal (Kosasih dkk., 2005). Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui kemampuan hidup 25 jenis dari famili Dipterocarpaceae dan tingkat keberhasilan kegiatan konservasi ek-situ jenis-jenis Dipterocarpaceae di Jawa.

II.

BAHAN DAN METODA

A.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Petak 21 RPH Carita, KPH Banten. Lokasi terletak pada ketinggian tempat 0 m - 100 m dpl dengan curah hujan rata-rata 3959 mm per tahun. Kondisi lahan merupakan perbukitan dengan topografi lereng landai sampai dengan berjurang. Jenis tanah merupakan asosiasi latosol coklat, dan merupakan hutan rimba campur mahoni. Waktu penelitian dilakukan selama 7 bulan mulai bulan Juni - Desember 2006.

B.

Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 25 jenis semai famili Dipterocarpaceae dengan umur 6-12 bulan, serta tanaman penaung jenis Glirisidea sp, sedangkan peralatan yang digunakan adalah peta tanaman,

(2)

C.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok atau Randomized Completely

Block Design (RCBD) yang terdiri dari 37 seedlot, 10 treeplot dan 4 blok. Jarak tanam antar seedlot 7 m,

sedangkan jarak tanam antar treeplot 3 m .

D.

Analisis Data

Prosen hidup tanaman dihitung untuk mengetahui kemampuan hidup dari tanaman. Untuk mendapatkan prosen hidup dilakukan dengan cara menghitung jumlah semai yang hidup pada saat pengamatan dibandingkan dengan jumlah semai yang ditanam pada saat awal.

Prosentase hidup =

Jumlah semai hidup

Jumlah semai awal

X 100 %

Untuk mengetahui perbedaan dari pemberian perlakuan dilakukan dengan uji F. Apabila diperoleh hasil analisis varians yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Ganda Duncan atau uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui jenis terbaik berdasarkan rankingnya.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil

Prosentase hidup rata-rata tanaman uji spesies Dipterocarpaceae disajikan pada Tabel 1 serta Gambar 1 dan Gambar 2. Hasil analisa varian prosen hidup tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Rata-rata prosentase hidup tanaman uji jenis Dipterocarpaceae

Blok (%) No Jenis I II III IV Rata-rata (%) 1. Shorea laevis 60,00 62,50 82,50 75,00 70,00 2. Shorea guiso 72,50 60,00 57,50 55,00 61,25 3. Shorea johorensis 72,50 55,00 55,00 65,00 61,88 4. Hopea dryobalanoides 70,00 60,00 65,00 70,00 66,25 5. Hopea griffithii 57,50 57,50 55,00 37,50 51,88 6. Shorea acuminatissima 37,50 65,00 50,00 52,50 51,25 7. Shorea smithiana 65,00 65,00 65,00 45,00 60,00 8. Shorea atrinervosa 72,50 67,50 40,00 65,00 61,25 9. Shorea ovalis 65,00 47,50 50,00 52,50 53,75 10. Dryobalanops oblongifolia 70,00 62,50 42,50 60,00 58,75 11. Dipterocarpus cornutus 65,00 90,00 60,00 47,50 65,63 12. Shorea uliginosa 70,00 77,50 70,00 62,50 70,00 13. Shorea seminis 42,50 70,00 65,00 62,50 60,00 14. Shorea selanica 45,00 82,50 50,00 97,50 68,75 15. Dryobalanops lanceolata 50,00 57,50 60,00 72,50 60,00 16. Shorea polyandra 42,50 62,50 45,00 70,00 55,00 17. Shorea leprosula 67,50 80,00 52,50 62,50 65,63 18. Shorea balangeran 72,50 70,00 67,50 37,50 61,88 19. Shorea stenoptera 30,00 57,50 50,00 52,50 47,50 20. Shorea virescens 50,00 75,00 45,00 55,00 56,25 21. Dipterocarpus globusus 70,00 75,00 52,50 52,50 62,50 22. Shorea mecisopteryx 57,50 57,50 57,50 60,00 58,13 23. Hopea odorata 97,50 67,50 100,00 100,00 91,25 24. Vatica sumatrana 100,00 87,50 97,50 90,00 93,75 25. Hopea mangerawan 42,50 60,00 50,00 37,50 47,50

(3)

Gambar 1. Grafik prosentase hidup semai jenis dipterocarpaceae lima terbesar

Gambar 2. Grafik prosentase hidup semai jenis dipterocarpaceae lima terendah

Tabel 2. Hasil analisis varian prosentase hidup tanaman uji spesies dipterocarpaceae

Sumber variasi

Jumlah kuadrat

Db

Kuadrat

Tengah

F hitung

Sig.

Jenis 11620,875

24

484,203

3,425

0,000

Blok 760,500

3

253,500

1,793

0,156

Error 10180,125

72

141,391

Total 411937,500

100

Keterangan: R2 = 0,549 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Blok I Blok II Blok III Blok IV

Blok

Vatica sumatrana Shorea uliginosa

Shorea selanica Hopea odorata

Shorea laevis

0

10

20

30

40

50

60

70

Blok I

Blok II

Blok III

Blok IV

Blok

Shorea stenoptera Shorea acuminatissima

Shorea ovalis Hopea mangerawan

Hopea griffithii Prosentase Prosentase

(4)

Hasil analisis prosen hidup tanaman pada Tabel 2 menunjukkan spesies dengan nilai signifikan 0,000 (taraf kepercayaan 95%) yang berarti lebih kecil dari 0,05 menunjukkan perbedaan jenis berpengaruh nyata terhadap prosentase hidup tanaman, sedangkan nilai R2 menunjukkan perbandingan antara koreksi model dibanding

koreksi total. Nilai R2 = 0,549 menunjukkan bahwa 54,9% variasi yang terjadi pada prosen hidup tanaman dapat

dijelaskan oleh model, sedangkan 45,1% tidak dapat dijelaskan oleh model. Nilai R2 apabila mendekati 1 akan

semakin baik karena menunjukkan bahwa semua variasi yang terjadi dapat dijelaskan oleh model. Dengan adanya perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT yang hasilnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji lanjut metode DMRT prosen hidup tanaman uji jenis Dipterocarpaceae

No Jenis Keterangan 1. Vatica sumatrana a 2. Hopea odorata a 3. Shorea uliginosa b 4. Shorea laevis b 5. Shorea selanica b 6. Hopea dryobalanoides b c 7. Shorea leprosula b c 8. Dipterocarpus cornutus b c 9. Dipterocarpus globusus b c 10. Shorea johorensis b c 11. Shorea balangeran b c 12. Shorea atrinervosa b c 13. Shorea guiso b c 14. Shorea smithiana b c 15. Dryobalanops lanceolata b c 16. Shorea seminis b c 17. Dryobalanops oblongifolia b c 18. Shorea mecisopteryx b c 19. Shorea virescens b c 20. Shorea polyandra b c 21. Shorea ovalis b c 22. Hopea griffithii b c 23. Shorea accuminatisima b c 24. Hopea mangerawan c 25. Shorea stenoptera c

(5)

B.

Pembahasan

Prosen hidup tanaman dapat dijadikan indikator untuk menunjukkan kemampuan suatu tanaman bertahan hidup, tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkungan tertentu. Hasil analisis varians pada taraf nyata 0,05 menunjukkan perbedaan jenis berpengaruh nyata terhadap besarnya prosen hidup tanaman. Hasil ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan hidup tanaman pada lokasi penelitian adalah jenis tanaman Dipterocarpaceae yang ditanam. Prosentase hidup 5 jenis Dipterocarpaceae terbesar adalah Vatica sumatrana (93,75%), Hopea odorata (91,25%), Shorea uliginosa (70%), S. laevis (70%) dan S.

selanica (68,75%), sedangkan prosentase hidup 5 jenis Dipterocarpaceae yang terendah adalah S. stenoptera

(47,5%), H. mangerawan (47,5%), S. accuminatisima (51,25%), H. griffithi (51,88%) dan S. ovalis (53,75%). Jenis-jenis yang mempunyai prosen hidup terbesar diduga karena adanya kesesuaian antara tempat tumbuh yang baru dengan kondisi tempat tumbuh di wilayah alaminya. Kesesuaian tempat tumbuh lebih dipengaruhi karena faktor tinggi tempat, karenat jenis-jenis tersebut umumnya hidup pada dataran rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi petak yang mempunyai ketinggian kurang dari 50 m dpl. Kondisi lingkungan lainnya yang mendukung keberhasilan penanaman Dipterocarpaceae yaitu tingginya curah hujan per tahun, karena daerah Carita mempunyai curah hujan 3.959 mm per tahun, di mana tingginya curah hujan ini sesuai dengan kebutuhan famili Dipterocarpaceae yang membutuhkan curah hujan minimal 2.000 mm per tahun dengan musim kemarau yang pendek (Al Rasyid, 1992). Ini menunjukkan bahwa jenis yang ditanam di wilayah tempat tumbuh yang sama dengan tempat tumbuh persebaran alaminya mempunyai kemampuan tumbuh lebih besar.

Kemampuan hidup kelima jenis tanaman dipengaruhi oleh ketahanan terhadap kekeringan. Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan dan kegiatan evaluasi terhadap hasil uji tanaman dilakukan mulai saat penanaman dan dilanjutkan pengukuran. Selama masa penelitian terdapat masa kemarau cukup panjang yang menunjukkan perbedaan musim antara tempat percobaan dengan kondisi tempat tumbuh di wilayah alaminya yang sebagian besar berada di Kalimantan dan Sumatera, yang mempunyai musim hujan sepanjang tahun atau mempunyai musim kemarau yang relatif lebih pendek dibandingkan lokasi penelitian. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian di Malaysia yang dilakukan oleh Lee, et al (1987) tentang jenis H. odorata yang tempat tumbuh alaminya di Malaysia berada di hutan lebat dan memiliki tanah yang lembab serta berada di tepi sungai dibandingkan dengan Hopea helferei yang persebaran alaminya di hutan semi musim (menggugurkan daun) dan di hutan yang lebih terbuka terhadap cahaya. Hipotesis awal mereka mengatakan bahwa H. helferei akan lebih mampu terhadap kekeringan. Hasil akhir dari penelitian tersebut menyatakan bahwa H. odorata memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap kekeringan, dengan adanya jenis-jenis seperti Vatica sumatrana, S. uliginosa dan S.

laevis, merupakan jenis-jenis termasuk kedalam golongan yang tahan kering atau adanya iklim musim. Di

beberapa negara terdapat jenis-jenis yang dapat bertahan hanya karena ketahanannya terhadap kekeringan dengan sebaran alaminya yang luas seperti genus Hopea di Cina, satu jenis Vatica di Hainan dan S. robusta di Punjab, India (Kantarli dalam Nurhasby dkk, 2003). Kemampuan tersebut disebabkan adanya kemampuan mengalihkan lebih banyak biomassa untuk kepentingan proses-proses fisiologis yang terjadi pada akar tanaman. Toleransi yang lebih tinggi terhadap kekeringan diduga dimiliki oleh jenis-jenis lain yang memiliki prosen hidup yang terbesar. Menurut Al Rasyid (1992) bahwa H. odorata dan S. selanica merupakan jenis yang sudah dimasukan kedalam jenis-jenis yang tahan hidup pada iklim musim dan kering. Banyaknya semai yang mengalami kematian diduga karena faktor musim. Di tengah musim hujan ternyata terdapat kemarau yang berlangsung selama dua bulan yaitu Februari dan Maret. Keadaan ini sering disebut dengan istilah pethatan. Akibat dari perubahan musim ini curah hujan menjadi sangat kurang yang menyebabkan tempat tumbuh mengalami kekeringan, akibatnya semai mengalami kematian. Semai juga masih berusia muda sekitar 1 bulan, sehingga masih dalam proses adaptasi dan membutuhkan kondisi tempat tumbuh yang mendukung seperti kelembaban yang tinggi. Air juga sebagai pembatas utama bagi pertumbuhan awal tanaman yang keberadaannya tidak bisa digantikan oleh faktor lingkungan lain, sehingga kelangkaan air akan menyebabkan kematian.

Jenis permudaan Dipterocarpaceae khususnya pada tingkat semai, sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Semai Dipterocarpaceae dapat tumbuh dengan baik apabila semai tersebut tidak menerima sinar matahari secara langsung dalam intensitas yang tinggi. Dipterocarpaceae merupakan jenis semi toleran yang membutuhkan naungan untuk periode pertumbuhan tertentu (tingkat semai dan sapihan) dan membutuhkan cahaya penuh ketika sudah mencapai tingkat pohon. Apabila terjadi penebangan/pembersihan lahan berlebihan akan berakibat terjadinya celah yang lebar dan sinar matahari masuk dengan intensitas besar, maka menyebabkan semai Dipterocarpaceae tidak dapat tumbuh baik bahkan bisa mengalami kematian. Penebangan

(6)

yang jelek, sehingga menghasilkan keturunan yang tidak baik, tetapi apabila masih terdapat pohon-pohon dewasa berkualitas baik yang dijadikan pohon induk dan didukung dengan kondisi tempat tumbuh yang mendukung, maka hutan alam dapat lestari dari segi ketersediaan permudaannya.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa kematian disebabkan faktor lingkungan dan mekanis, yaitu kematian yang diakibatkan penebasan benda tajam yang dilakukan pada saat pembersihan lahan untuk perladangan atau pembebasan tanaman pertanian untuk memperoleh cahaya matahari. Rayap tanah merupakan hama tanaman yang mengakibatkan kerusakan bahkan kematian tanaman. Rayap tersebut menyerang akar sehingga tidak berfungsi dalam proses transportasi makanan dan air, akibatnya semai tidak dapat melakukan proses metabolisme. Keberadaan rayap diduga karena adanya penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk dasar tanaman.

IV.

KESIMPULAN

1. Kemampuan hidup jenis Dipterocarpaceae di Petak 21 RPH Carita KPH Banten, yang ditunjukkan

dengan besarnya prosen hidup tanaman dipengaruhi oleh perbedaan jenis.

2. Lima jenis Dipterocarpaceae yang memiliki prosen hidup terbesar yaitu Vatica sumatrana

(93,75%), Hopea odorata (91,25%), Shorea uliginosa (70%), Shorea laevis (70%) dan Shorea

selanica (68,75%), sedangkan prosen hidup terendah adalah Shorea stenoptera (47,5%), Hopea

mangerawan (47,5%), Shorea accuminatisima (51,25%), Hopea griffithi (51,875%) dan Shorea

ovalis (53,75%).

3. Jenis permudaan Dipterocarpaceae khususnya pada tingkat semai sangat peka terhadap

perubahan lingkungan.

V.

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid, Harun, 1992. Evaluasi Hasil-Hasil Penelitian Jenis Kayu Tropis Khususnya Jenis-Jenis

Dipterocarpaceae. Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur Indonesia Saat Ini, Yogyakarta.

Kosasih, A. Syafari dan Rina Bogidarmanti. 2005. Pertumbuhan Tiga Jenis Meranti (Shorea spp.) Dalam Rangka Konservasi Ex-Situ di Hutan Penelitian Haurbentes, Bogor. Jurnal Info Hutan Volume II Nomor 2 Tahun 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Lee, D.W., Oberbauer, S.F., Krishnapilay, B. dan Mansor. 1987. Seedling Shade Responses and Functional Ecology of Hopea helferei and H. odorata. Procedings of the Third Round Table Conference on Dipterocarpaceae. Unesco, New York.

Newman, M.F., Burgess, P.F., dan Whitemore, T.C.,1999. Pedoman Identifikasi Pohon-Pohon Kalimantan. Prosea, Bogor.

Nurhasybi, Danu, Dede J. Sudrajat dan Dhamawati FD. 2003. Benih Tanaman Hutan Jenis-Jenis Dipterocarpaceae.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata prosentase hidup tanaman uji jenis Dipterocarpaceae   Blok (%)  No  Jenis  I II III  IV   Rata-rata (%)  1
Gambar 2. Grafik prosentase hidup semai jenis dipterocarpaceae lima terendah  Tabel 2
Tabel 3. Hasil uji lanjut metode DMRT prosen hidup tanaman uji jenis Dipterocarpaceae

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga yang menarik dalam ini untuk dikaji lebih dalam, adalah pengaruh upacara nyadran bagi masyarakat nelayan di desa Bluru Kidul Sidoarjo dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

MANFAAT PENGGUNAAN JOBSHEET PADA KEGIATAN PRAKTIKUM DASAR BOGA DI SMKN 9 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

from pre-research that previously described, the temporary conclusion is: Department of Chemistry Education students feel difficulty and less interested on General

Disini peran dari pemerintah juga dituntut untuk sigap dalam memberikan pembinaan bahkan sanksi yang tegas tanpa sikap diskriminasi terhadap rumah sakit yang diduga

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Berdasarkan hasil penelitian, tipe kelahiran pada kambing PE meningkatkan produktivitas induk kambing (P<0,01), sehingga perbaikan produktivitas dapat dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Secara parsial, Dimensi profesionalisme pengabdian pada profesi, kemandirian