• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu pendekatan, model, dan teknik pembelajaran (Komulasari, 2010: 57).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. suatu pendekatan, model, dan teknik pembelajaran (Komulasari, 2010: 57)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, model, dan teknik pembelajaran (Komulasari, 2010: 57).

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancanakan pembelajaran di kelas tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono, menjelaskan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono, 2009: 46).

Sementara itu menurut Bell dalam Tatag, menjelaskan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu perumusan proses pembelajaran yang dapat digunakan untuk topik-topik berbeda dalam bermacam-macam materi pokok. Setiap model diarahkan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Joice dan Weil mengemukakan lima unsur penting dalam yang menggambarkan suatu model pelajaran, yaitu: (1) Sintaks, yakni suatu urutan pembelajaran yang biasa disebut

(2)

fase; (2) Sistem sosial, yaitu peran siswa dan guru, serta norma yang diperlukan; (3) Prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru tentang cara memandang dan merespon apa yang dilakukan siswa; (4) Sistem pendukung, yaitu kondisi atau syarat yang diperlukan untuk terleksananya suatu model, seperti setting kelas, sistem instrukional; dan (5) dampak instuksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapakan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat tercapainya suasana belajar yang dialami langsung oleh para pelajar tanpa arahan langsung dari guru (Tatang, 2008: 58).

Arends dalam Ahmadi, menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar yaitu; presentasi, pembelajaran langsung, pembelajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat, bahwa tidak ada suatu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu. Dari beberapa model pembelajaran yang ada, perlu kiranya diselesaikan model pembelajaran mana yang sesuai untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Pendidik melalui model pembelajaran Make A Match dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi

(3)

para peracang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2009: 46).

Jadi model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang disajikan secara kas oleh pendidik guna menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para peracang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2. Model Pembelajaran Make A Match

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan peserta didik dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan, merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Model Make A Match merupakan model yang meminta peserta didik untuk mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Suprijono, 2009: 1).

Model Make A Match adalah strategi yang menyenangkan yang digunakan untuk mengulangi materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan peserta didik diberikan tugas pembelajari topik yang akan dipelajari lebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan dan model ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temanya (Zaini, 2008: 67).

Pembelajaran Make A Match artinya model pembelajaran mencari pasangan model belajar dengan mencari pasangan (Make A Match) yang di

(4)

kembangkan oleh Loma Curran. Salah satunya keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Lie (2005: 55), Make A Match merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan (Kumalasari, 2010: 85).

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan dan kartu lainya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan setelah setiap siswa mendapatkan kartu sebagai berikut.

a. Seluruh perserta didik diminta untuk menemukan pasangan mereka. Setelah menemukan pasangan, seluruh peserta ddik duduk dengan pasangan masing - masing secara berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

b. Setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal-soal yang di peroleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.

c. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. Make A Match (mencari pasangan) sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu di dalam suasana yang menyenangkan. Model Make A Match ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat kelas (Huda, 2011: 135).

Menurut Shoimin (2014: 99), model Make A Match memiliki keunggulan, yakni sebagai berikut.

(5)

b. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.

c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseruh siswa.

Di samping keunggulan, model Make A Match memiliki kelemahan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut.

a. Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.

b. Jika kelas termasuk kelas besar (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-hatilah. Namun, jika anda kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi akan mengganggu ketenangan belajar kelas. Untuk gedung kelas yang tidak kedap suara, maka perlu adanya antisipasi dengan cara melakukan kontrak perjanjian dengan para siswa sebelum memulai pelajaran.

c. Guru wajib meluangkan waktu untuk mempersiapkan kartu-kartu tersebut sebelum masuk ke kelas. Oleh karena itu, guru harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan keperluan dan kartu yang digunakan untuk model Make A Match sebelum guru memulai pembelajaran di kelas dan menjaga agar siswa tidak bermain sendiri ketika belajar di kelas dengan menggunakan model Make A Match, sehingga siswa dapat mudah memahami materi pelajaran.

Suatu model pembelajaran disekolah dasar, model pembelajaran Make A Match memiliki langkah-langkah seperti yang dipaparkan oleh Shoimin (2014: 98) sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran dan guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan

(6)

b. Guru membagi kartu pada masing-masing siswa dan siswa mencocokkan kartu sesuai arahan guru

c. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara berkelompok, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, guru memeriksa hasil menulis karangan narasi kelompok..

3. Pembelajaran Menulis Narasi

Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2011: 62), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 membahas Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada pasal 1 ayat 20. Pasal 1 ayat 20 berbunyi “Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1-3), menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai sebagai alat atau medianya. Selanjutnya, Tarigan (2005: 21) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang

(7)

sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.

Menurut Slamet (2007: 103), narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya suatu hal.

Dari beberapa pendapat di atas tentang pengertian pembelajaran, pengertian menulis, dan pengertian narasi, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis narasi adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai sebagai alat atau media ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.

4. Pengertian Menulis Karangan Narasi

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Menurut Suparno dan Yunus (2008: 1-3), menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan mengunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya. Selain itu, menurut Tarigan (2008: 3), keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.

Karangan narasi (berasal dari naration berasal dari bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan

(8)

tindak tunduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Finoza, 2008: 202). Narasi bertujun mencapai gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama (Widyamartaya, 1992: 9-10). Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusi dari waktu ke waktu. Selanjutnya, Keraf (2007: 136) bahwa karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatau kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain. Narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis karangan narasi merupakan Keterampilan menulis narasi adalah kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya. Dengan demikian, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi, (1) Berbentuk cerita atau kisahan, (2) Menonjolkan pelaku, (3) Menurut perkembangan dari waktu ke waktu, (4) Disusun secara sistematis.

Keterampilan menulis karangan narasi dapat dilatih kepada siswa dengan cara memberikan tugas untuk menulis karangan narasi dengan tema tertentu. Keterampilan tersebut dapat pula ditingkatkan dengan media kartu yang terdapat

(9)

dalam ciri-ciri karangan narasi. Menurut Keraf (2007: 136) ciri-ciri karangan narasi, sebagai berikut:

a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. b. Dirangkai dalam urutan waktu.

c. Berusaha menjawab pernyataan, apa yang terjadi? d. Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.

Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, narasi dibangun oleh konflik dan susunan kronologis. Ciri-ciri narasi lebih lengkap bagi diungkapkan oleh Semi (2003: 31) sebagai berikut.

a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.

b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

c. Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik. d. Memiliki nilai estetika.

e. Menekankan susunan secara kronologis.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan narasi itu berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu, dan memiliki konflik. Hal inilah yang membedakan antara karangan narasi dan jenis karangan lainnya, seperti deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi.

Langkah-langkah mengembangkan karangan narasi menurut Dalman (2015: 110), adalah sebagai berikut:

a. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. b. Tetapkan sasaran pembaca.

(10)

c. Rancangan peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

d. Bagi peristiwa-peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

e. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

5. Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar

Keterampilan menulis merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka masih sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Kemampuan menulis siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Syafi’e dalam Slamet (2008: 141) keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupan di sekolah. Menulis narasi merupakan bagian dari keterampilan menulis.

Pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi diajarkan pada siswa kelas tinggi yaitu siswa kelas IV, V, dan VI. Pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi terdapat pada silabus kelas IV SD dengan kompetensi dasar yaitu menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain). Pembelajaran keterampilan menulis di SD harus dilaksanakan dalam kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian serta minat siswa. Menurut Abbas (2006: 127-137), upaya yang dapat dilakukanguru agar siswa senang menulis adalah

(11)

dengan memberi kebebasan kepada siswa untuk menulis apa yang disenanginya sesuai dengan tema pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menulis cerita dalam bentuk karangan narasi misalnya dapat dilaksanakan dengan menggunakan bantuan media berupa gambar seri.

Dalam pembelajaran keterampilan menulisini guru harus menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif. Di samping itu guru juga harus melakukan penilaian proses yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa, kesulitan yang dialami dan pola strategi belajar yang tepat.

6. Penerapan Model Make A Match pada Ketrampilan Menulis Karangan Narasi

Untuk meningkatkan parsipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model Make A Match. Model Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model Make A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Curran.

Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi maka akan disajikan aktifitas-aktifitas pembelajaran yang sesuai pendekatan kooperatif dengan menggunakan model Make A Match atau mencari pasangan, yakni sebagai berikut:

a. Buat potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan kertas tersebut dibagi dua kelompok.

(12)

b. Wajib meluangkan waktu untuk mempersiapkan kartu-kartu tersebut sebelum masuk ke kelas.

Jadi, guru harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan keperluan dan kartu yang di gunakan untuk model Make A Match. Sebelum guru memulai pembelajaran di kelas maka guru harus menjaga siswa agar tidak bermain sendiri ketika melakukan belajar di kelas dengan menggunakan model Make A Match, sehingga siswa dapat mudah memahami materi pelajaran.

7. Pelaksanaan Model Make A Match pada Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Pada proses pembelajaran ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan. Ketiga komponen tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut akan dijelaskan masing-masing komponen.

a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan pengajaran yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi unsur-unsur: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi.

Keberhasilan dari suatu kegiatan sangat ditentukan oleh perencanaannya. Apabila perencanaan suatu kegiatan dirancang dengan baik, maka kegiatan akan lebih mudah dilaksanakan, terarah serta terkendali. Demikian pula halnya dalam

(13)

proses belajar mengajar, agar pelaksanaan pembelajaran terlaksana dengan baik maka diperlukan perencanaan pembelajaran yang baik.

Perencanaan pembelajaran berperan sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efektif dan efisien. Dengan perkataan lain perencanaan pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan pemberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respon siswa dalam proses pembelajaran sesungguhnya. Berdasarkan PP 19 tahun 2005 pasal 20 dinyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar”.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah di jabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kopetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

b. Pelaksanaan

Secara umum tahapan pembelajaran menjadi tiga tahapan sebagai berikut tahapan kegiatan prapembelajaran atau kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran. Setiap tahapan tersebut ditempuh secara sistematis, efektif dan efisien. Proses pembelajaran merupakan salah satu tahapan penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu

(14)

ditempuh melalui prosedur yang sistematis dan sistemik. Prosedur pembelajaran tersebut merupakan proses yang berurutan dalam membentuk kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasialan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dalam prosesnya pengelolaan tersebut harus diarahkan hingga menjadi suatu proses bermakna dan kondusif dalam pembentukan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kegiatan belajar selain dikembangkan secara sistematis, efektif dan efisien juga perlu variasi kegiatan sebagai alternatif untuk menumbuh kembangkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar.

Seperti dikemukakan di atas bahwa dalam proses pembelajaran ada tiga tahapan prosedur yang perlu ditempuh yaitu prapembelajaran atau sering juga disebut sebagai awal pembelajaran, inti pembelajaran dan akhir atau penutup pembelajaran.

1) Kegiatan Pra dan Awal Pembelajaran a) Menciptakan Kondisi Awal Pembelajaran

b) Melaksanakan Kegiatan Apersepsi dan Melaksanakan Tes Awal.

c) Memberitahukan tujuan atau garis besar materi dan kemampuan yang akan dipelajari.

2) Kegiatan inti dalam Pembelajaran

a) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa. b) Membahas materi/menyajikan bahan pelajaran

3) Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran a) Melaksanakan penilaian akhir

(15)

c) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran

d) Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang

e) Menutup kegiatan pembelajaran

c. Evaluasi

Menurut Jutmini, dkk (2007: 5) bahwa evaluasi pembelajaran terdiri dari evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan pada saat pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil pembelajaran berkaitan dengan hasil belajar siswa seperti melalui tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Akan tetapi peneliti tetap menjaga keoriginalitasan dalam penelitian. Beberapa penelitian tersebut yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Komsiatin (2013) dengan judul “Penerapan Model Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung”. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Gita Rahmawati (2014) dengan Judul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap nilai kejasama dan hasil belajar kognitif kimia siswa kelas X SMAN I Bambanglipuro Bantul”.

Penelitian yang dilakukan oleh Komsiatin (2013) dengan judul “Penerapan Model Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung”. Pada penelitian ini,

(16)

menggambarkan bahwa guru harus mengetahui hasil belajar pada pembelajaran bahasa arab agar guru mengetahui penguasaan serta pemahaman terhadap materi yang diajakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik mulai pre test, post test siklus I sampai post test siklus II.

Persamaan penelitian yaitu, sama-sama melakukan penelitian tentang model Make A Match. Akan tetapi, terdapat perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh komsiatin lebih memfokuskan kepada hasil belajar siswa dan pemberian metode pengajaran bahasa arab untuk siswa kelas IV pada jenjang MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. Sedangakan penelitian ini lebih berfokus pada ketrampilan menulis narasi dengan menggunakan model Make A Match pada pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang sekolah dasar di SDN Kebotohan Pasuruan.

Penelitian juga telah dilakukan oleh Gita Rahmawati (2014) dengan Judul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap nilai kejasama dan hasil belajar kognitif kimia siswa kelas X SMAN I Bambanglipuro Bantul”. Pada penelitian ini, menggambarkan bahwa guru harus mengetahui pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Make A Match terhadap nilai pembelajaran. hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Make A Match terhadap nilai kerjasama siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai sig.(2-tailed) dari juit > 0,05 yaitu sebesar 0,282.

Persamaan penelitian yaitu, sama-sama melakukan penelitian tentang model Make A Match. Akan tetapi, terdapat perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gita Rahmawati lebih memfokuskan kepada nilai kerjasama siswa

(17)

dan hasil belajar kognitif kimia untuk siswa kelas X pada jenjang SMAN I Bambanglipuro Bantul. Sedangakan penelitian ini lebih berfokus pada ketrampilan menulis narasi dengan menggunakan model Make A Match pada pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang sekolah dasar di SDN Kebotohan Pasuruan.

C. Kerangka Pikir

Peneliti akan melakukan penelitian terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ruang lingkupnya mencakup tentang aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Penelitian yang dilakukan yaitu mengamati ketrampilan menulis narasi menggunakan model pembelajaran Make A Match. Setelah itu, peneliti meneleti beberapa hal dalam ketrampilan menulis karangan Narasi yaitu Perencanaan model Make A Match, Pelaksanaan model Make A Match, Evaluasi model Make A Match di SDN Kebotohan Pasuruan. Adapun diagram kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(18)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Mata pelajaran Bahasa Indonesia

Menyimak

Menggunakan model pembelajaran Make A Match Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia

Pelaksanaan Model Make A Match pada pembelajaran Ketrampilan Menulis karangan Narasi dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Kebotohan Pasuruan. Perencanaan model Make A Match Pembelajaran ketrampilan menulis

Berbicara Membaca Menulis

Pelaksanaan model Make A Match evaluasi model Make A Match

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pendukung/Laporan Pelaksana • Staf Pemeliharaan Bangunan Pangambilan Air Baku/ Staf yang terkait • Staf Pemeliharaan Instrumentasi • Staf Pemeliharaan Mekanikal •

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

Dengan demikian, hihpotesis pertama yang menyatakan bahwa Citra merek berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian SIM card Telkomsel di

Laboratorium merupakan suatu tempat dimana suatu percobaan dan penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meneliti sesuatu yang baru atau penelitian untuk membuktikan

Pada pendidikan pola lama sistem pendidikan lebih cenderung pada teacher center dimana guru lebih mendominasi proses pendidikan. Dalam pola lama ini siswa hanyalah bagaikan sebuah

DESKRIPSI SINGKAT Kuliah ini membahas secara komprehensif komoditas sayuran utama dan sayuran eksotis yang diusahakan di Indonesia, dan di dunia diakitkan dengan aspek

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat interaksi antara persentase substrat apkir jamur kayu dan macam brangkasan sumber nitrogen yang digunakan terhadap

Komisi Yudisial juga dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode