• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PUPUK MAJEMUK LEPAS TERKENDALI

PASIR MAUNG FERTILIZER (PMF)

PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA

TANAH ULTISOL DARI JASINGA

Oleh :

RISSKA AYU SETIAWAN A24101033

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

KEEFEKTIFAN PUPUK MAJEMUK LEPAS TERKENDALI

PASIR MAUNG FERTILIZER (PMF)

PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA

TANAH ULTISOL DARI JASINGA

Oleh :

RISSKA AYU SETIAWAN A24101033

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(3)

ABSTRACT

RISSKA AYU SETIAWAN. The Effectiveness of Control Release Fertilizer Pasir Maung Fertilizer (PMF ) for the Oil Palm Seedlings on Ultisol from Jasinga (Under Guidance of U. M. Wahjudin, Suwarno, and Didiek Hadjar Goenadi)

The main problem in management of oil palm plantation is the high level of fertilization expense, so the effort to increase fertilization efficiency is needed. Improving fertilization efficiency could be done by various alternatives, such as modification the form and nature of fertilizer by transforming fertilizer become tablet or item through process using fixative.

The objectives of this research were to evaluate effectiveness of control release fertilizer Pasir Maung Fertilizer and to determine dosage for the growth of the oil palm nursery on Ultisol from Jasinga. These experiment was carried out from Februari 2005 until Februari 2006.

The result indicated that total N, exchangeable K and Ca, and cation exchange capacity (CEC) were significantly higher with PMF treatment than with NPKMg treatment. However, the content of organic C, available P, and exchangeable Mg were lower by PMF treatment.

The treatments of PMF and NPKMg were significantly increased diameter of stem, dry weight of top, and nutrient absorption, but their effects on height of plant and number of leaves were not significant. Application of PMF until 4 tablets/pot significantly increased height of plant, number of leaves, nutrient absorption, and dry weight of top.

Relative Agronomic Effectiveness (RAE) values of PMF were higher than

(4)

RINGKASAN

RISSKA AYU SETIAWAN. Keefektifan Pupuk Majemuk Lepas Terkendali Pasir Maung Fertilizer (PMF) pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanah Ultisol dari Jasinga (Di Bawah Bimbingan U. M. Wahjudin, Suwarno, dan Didiek Hadjar Goenadi)

Masalah utama yang timbul dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit adalah besarnya biaya pemupukan, sehingga perlu adanya usaha efisiensi pemupukan. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui modifikasi bentuk dan sifat pupuk yang digunakan, misalnya dengan mengubah bentuk pupuk menjadi butiran atau tablet melalui proses yang menggunakan bahan pengikat.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pupuk majemuk lepas terkendali Pasir maung fertilizer (PMF) dan menentukan dosis yang tepat untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah ordo Ultisol dari Jasinga. Penelitian ini berlangsung mulai Februari 2005 - Februari 2006.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar N total, K-dd, Ca-dd, dan KTK pada perlakuan PMF nyata lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg. Akan tetapi, kadar C organik, P tersedia, serta Mg-dd pada perlakuan PMF lebih rendah daripada perlakuan NPKMg.

Pemberian pupuk PMF dan NPKMg berpengaruh nyata meningkatkan lingkar batang, bobot kering tanaman, serta serapan hara tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun.

Pemberian pupuk PMF sampai dosis 4 tablet/pot nyata meningkatkan serapan hara tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, serta bobot kering tanaman.

(5)

Nilai Relative Agronomic Effectiveness (RAE) pupuk PMF lebih tinggi daripada perlakuan pupuk NPKMg.

(6)

KEEFEKTIFAN PUPUK MAJEMUK LEPAS TERKENDALI

PASIR MAUNG FERTILIZER (PMF)

PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA

TANAH ULTISOL DARI JASINGA

Oleh :

RISSKA AYU SETIAWAN A24101033

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

JUDUL

:

KEEFEKTIFAN PUPUK MAJEMUK LEPAS TERKENDALI PASIR MAUNG FERTILIZER (PMF) PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAH ULTISOL DARI JASINGA

NAMA : Risska Ayu Setiawan

NRP : A24101033 Menyetujui , Dosen Pembimbing Pembimbing I Dr. Ir. U. M. Wahjudin, MS NIP. 130 367 079

Pembimbing II Pembimbing III

Dr. Ir Suwarno, MSc. Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, MSc. APU NIP. 131 803 642 NIK. 110 700

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 24 September 1983. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Abas Setiawan dan Enung Supriatin.

Pada tahun 1995 penulis lulus dari SDN Tarikolot I, Citeureup, Bogor. Kemudian pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Cibinong, Bogor. Selanjutnya, penulis lulus dari SMUN 6 Bogor pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Tanah (sekarang Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan), Fakultas Pertanian.

Selama menyelesaikan studi, penulis pernah menjadi asisten praktikum kuliah Kartografi dan Pengindraan Jauh pada tahun ajaran 2004/2005.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini merupakan laporan penelitian mengenai keefektifan pupuk majemuk lepas terkendali pasir maung fertilizer (PMF) pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada tanah Ultisol. Penelitian ini bertuj uan untuk mencari jenis dan dosis yang tepat bagi PMF pada pembibitan kelapa sawit.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. U. M. Wahjudin, MS. dan Dr. Ir Suwarno, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta kesabarannya selama penyusunan usulan penelitian sampai pada penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, MSc. APU selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan saran, bimbingan, serta bantuan dana dalam pelaksanaan penelitian ini.

3. Ayahanda Abas Setiawan, Ibunda Enung Supriatin, adik – adikku Rey Panji dan Risna Cantik, dan tak lupa Citra Candra yang telah memberikan doa, kasih sayang serta dukungan.

4. Sahabat – sahabatku Isthi Yuliana, Nenny Andriyetni, Dwi Kusuma, dan Novianti Bintari yang telah setia menemani dan memberikan dukungan dalam suka dan duka.

5. Staf laboratorium dan perpustakaan.

Terimakasih juga diucapkan kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(10)

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Bogor, Agustus 2006 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Karakteristik Tanah Ultisol ... 3

Botani Kelapa Sawit ... 4

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 5

Serapan Hara N, P, K, dan Mg Serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Kelapa Sawit ... 6

Pupuk Majemuk Lepas Terkendali ... 9

Pembibitan ... 11

BAHAN DAN METODE ... 13

Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat... 13

Metode. ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Sifat Kimia Tanah Awal ... 16

Pengaruh Pemupukan terhadap Sifat Kimia Tanah ... 16

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman... 18

(12)

Efektivitas Pupuk ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

Kesimpulan. ... 26

Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(13)

DAFTAR TABEL

Teks

No. Halaman

1. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Beberapa Sifat Kimia

Tanah ... 18 2. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit

Kelapa Sawit Selama masa Pembibitan... 19 3. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Bobot Kering Bibit

Kelapa Sawit ... 20 4. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Hara Bibit

Kelapa Sawit Umur 6 Bulan ... 22 5. Nilai RAE Bibit Kelapa Sawit setelah Diberi Pupuk PMF dan

NPKMg ... 25 Lampiran

No. Halaman

1. Sifat Kimia Tanah Ultisol dari Jasinga ... 29 2. Kriteria Penilaia n Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian

Tanah, 1983) ... 30 3. Jadwal dan Dosis Pemupukan Kelapa Sawit ... 31 4. Kadar Hara PMLT PMF dan Pupuk Konvensional ... 32 5. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kadar Hara Bibit

Kelapa Sawit Umur 6 Bulan ... 32 6. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Beberapa Sifat Kimia

Tanah Pada Akhir Percobaan... 33 7. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Beberapa Sifat Kimia

Tanah Hasil Inkubasi ... 34 8. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kadar Hara Tanaman ... 35 9. Data Rataan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Lingkar

(14)

10. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Nitrogen (N) Tanah... 38 11. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Fosfor (P) Tanah ... 38 12. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Kalium (K) Tanah ... 38 13. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Kalsium (Ca) Tanah... 38 14. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Magnesium (Mg) Tanah ... 38 15. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap KTK

Tanah ... 39 16. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap pH

Tanah ... 39 17. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

C-organik Tanah ... 39 18. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Serapan Nitrogen (N) Tanaman ... 39 19. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Serapan Fosfor (P) Tanaman ... 39 20 Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Serapan Kalium (K) Tanaman ... 40 21. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Serapan Kalsium (Ca) Tanaman ... 40 22. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Serapan Magnesium (Mg) Tanaman ... 40 23. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Kadar Nitrogen (N) Tanaman ... 40 24. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Kadar Fosfor (P) Tanaman ... 40 25. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

(15)

26. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Kadar Kalsium (Ca) Tanaman ... 41 27. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Kadar Magnesium (Mg) Tanaman... 41 28. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Tinggi Tanaman Bulan ke-1 ... 41 29. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Tinggi Tanaman Bulan ke-2 ... 41 30. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Tinggi Tanaman Bulan ke-3 ... 42 31. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Tinggi Tanaman Bulan ke-4 ... 42 32. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Tinggi Tanaman Bulan ke-5 ... 42 33. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Tinggi Tanaman Bulan ke-6 ... 42 34. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Jumlah Daun Bulan ke-1 ... 42 35. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Jumlah Daun Bulan ke-2 ... 43 36. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Jumlah Daun Bulan ke-3 ... 43 37. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Jumlah Daun Bulan ke-4 ... 43 38. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Jumlah Daun Bulan ke-5 ... 43 39. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Jumlah Daun Bulan ke-6 ... 43 40. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Lingkar Batang Bulan ke-1... 44 41. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

(16)

42. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Lingkar Batang Bulan ke-3... 44 43 Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Lingkar Batang Bulan ke-4... 44 44. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Lingkar Batang Bulan ke-5... 44 45. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Lingkar Batang Bulan ke-6... 45 46. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

Bobot Kering Tanaman Bagia n Atas ... 45 47. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kelapa Sawit Umur 6 Bulan ... 21 2. Diagram Batang Pengaruh Pupuk PMF dan NPKMg terhadap

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Minyak sawit adalah salah satu komoditi eksport non migas, sehingga perkembangan perkebunan kelapa sawit harus mendapat prioritas utama. Pertumbuhannya yang pesat dapat menolong usaha peningkatan ekspor non migas yang dewasa ini dan pada masa akan datang diharapkan menjadi andalan utama penghasil devisa.

Bagi perkebunan yang mengelola tanaman kelapa sawit, masalah utama yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah pemupukan. Biasanya biaya untuk pemupukan tanaman kelapa sawit cukup besar yaitu berkisar 40 % - 60 % dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan. Setiap tahunnya biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit selalu meningkat karena harga pupuk cenderung meningkat setiap tahun dan dosis pupuk kian tahun juga kian bertambah. Biaya pemupukan yang cukup besar ini harus benar-benar disadari oleh para pengelola perkebunan, agar tujuan pemupukan itu tercapai atau dengan kata lain pemupukan itu mencapai efektifitas yang tinggi.

Meningkatnya biaya pemupukan mengharuskan pengelola perkebunan untuk melaksanakan efisiensi. Usaha efisiensi pemupukan dalam praktek dapat ditempuh dengan berbagai cara, di antaranya adalah perbaikan bentuk dan sifat pupuk yang digunakan. Alternatif yang digunakan untuk meningkatkan efisiesi adalah dengan menggunakan pupuk majemuk yang mempunyai sifat lambat larut (slow release) yang umumnya berbentuk tablet sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan hara melalui pencucian, penguapan, dan pengikatan

(19)

menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Dengan demikian, frekuensi aplikasinya dapat dikurangi hingga hanya sekali selama masa pembibitan utama. Pupuk majemuk lepas terkendali memiliki kandungan hara yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan akan dilepaskan ke dalam tanah secara perlahan yang diharapkan dapat segera diserap oleh tanaman. Unsur hara utama yang dikandung dalam PMLT adalah N, P, K, dan Mg dengan komposisi yang beragam. Beberapa jenis PMLT mengandung unsur tambahan seperti Ca, S, dan unsur mikro.

Pasir maung fertilizer (PMF) merupakan pupuk majemuk berbentuk tablet

yang dapat melepaskan unsur hara secara bertahap dalam jangka panjang. Dibanding dengan pupuk majemuk lepas terkendali (PMLT) yang lain, PMF mempunyai masa pelepasan hara yang lebih panjang dan kandungan NPK yang lebih tinggi. Kadar hara pada PMF adalah 15% N, 8% P2O5, 17% K2O, 2% CaO, 2% MgO, 1% unsur mikro dan C-organik.

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan PMLT Pasir maung

fertilizer (PMF) dan menentukan dosis yang tepat untuk pertumbuhan bibit kelapa

sawit pada tanah Ultisol dari Jasinga.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah : Penggunaan PMLT PMF lebih efektif dibandingkan dengan pupuk konvensional.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tanah Ultisol

Menurut Hardjowigeno (1985), tanah yang diklasifikasikan dalam Ultisol pada sistem USDA Soil Taxsonomy (1975), sepadan dengan Podsolik Merah Kuning berdasarkan Dudal-Soepraptohardjo (1961).

Ultisol ditemukan di daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 80C. Ultisol adalah tanah dengan horison argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%. Masalah tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga meracuni tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, sehingga diperlukan tindakan pemupukan dan pengapuran (Hardjowigeno, 1993).

Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua, di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian (Hardjowigeno, 1993).

Ultisol merupakan daerah luas di Indonesia yang masih tersisa untuk dikembangkan sebaga i daerah pertanian. Air umumnya cukup tersedia karena berada pada daerah dengan curah hujan yang tinggi. Banyak di antaranya merupakan daerah perladangan petani primitif. Biasanya tanah Ultisol memberi produksi yang baik pada beberapa tahun pertama, selama unsur- unsur hara dipermukaan tanah terkumpul melalui proses biocycle belum habis (Hardjowigeno, 1993).

(21)

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq.), berasal dari Afrika, dan termasuk ke dalam famili Araceae atau disebut juga Palmae (Ferwerda, 1977). Sebagai tanaman jenis Palmae, kelapa sawit tidak mempunyai akar tunggang maupun akar cabang. Akar yang keluar dari pangkal batang jumlahnya banyak dan terus bertambah (Setyamidjaja,1991). Akar yang pertama kali muncul dari biji yang telah tumbuh adalah radikula yang panjangnya mencapai 15 cm, yang mampu bertahan sampai 6 bulan. Akar ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang keluar dari bagian bawah batang beberapa bulan kemudian. Dari akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dan dari sini tumbuh pula akar tertier dan kwarter. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dibungkus oleh pangkal pelepah daun, dan dapat mencapai ketinggian 15-20 m (Lubis, 1992). Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang (Setyamidjaja,1991).

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri dan bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah helai yang paling panjang (Setyamidjaja,1991).

Bunga kelapa sawit berumah satu. Pada batang terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (Setyamidjaja,1991). Kelapa sawit bersifat monocius. Infloresens baik jantan maupun betina ataupun hermaprodit berbentuk spandix. Salah satu bunga terbentuk pada axil pada tiap ketiak daun setelah mengalami diferensiasi dari stem

(22)

apex (Ferwerda, 1977). Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada

umur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun (Lubis, 1992).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit tumbuh di daerah antara lintang 13o LU dan 12o LS (Hartmann et al., 1981). Jumlah curah hujan yang dibutuhkan kelapa sawit adalah 1500 - 4000 mm tiap tahunnya, dan tanaman tersebut dapat tumbuh secara optimal pada curah hujan 2000 - 3000 mm. Hujan yang merata sepanjang tahun mengakibatkan hasil buah kurang, karena dapat mengakibatkan pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga/buah yang terbentuk menjadi lebih sedikit (Setyamidjaja,1991). Rata-rata temperatur yang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah antara 24oC dan 28oC, dengan kelembaban relatif minimal sebasar 75% (Ferwerda, 1977). Adapun ketinggian optimal adalah 0-500 meter di atas permukaan laut (Setyamidjaja,1991). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, bersolum dalam, struktur yang bagus, serta berdrainase baik, dan mempunyai reaksi tanah masam dengan pH tanah yang bervariasi antara 4,0 dan 6,0, namun pH yang paling optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 5,0-5,5 (Lubis, 1992). Menurut Setyamidjaja (1991), tanah pantai yang sangat berpasir dan tanah gambut yang tebal tidak cocok untuk ditanami kelapa sawit.

(23)

Serapan hara N, P, K, dan Mg Serta Pengaruhnya Terhadap Tanaman Kelapa Sawit

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3– dan NH4+. Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Pada tanaman sayuran dan pada serealia dapat memperbesar butir-butir dan persentase protein. Tanaman yang kekurangan unsur N tumbuh kerdil dan dan sistem perakaran terbatas. Daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cenderung cepat rontok. Jika nitrogen dalam tanah berlebih maka tanaman akan berwarna hijau gelap, lemas, dan tebal berair. Selain itu, dapat memperlambat pematangan, karena N yang berlebih membantu pertumbuhan vegetatif, dan warnanya akan tetap hijau walaupun masa masak sudah waktunya, melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman mudah rebah, menurunkan kualitas tanaman, dan dalam beberapa hal dapat melemahkan tanaman terhadap serangan penyakit dan hama (Soepardi, 1983).

Nitrogen mudah sekali hilang, karena larut dalam air, dalam tanah normal nitrogen akan segera terbawa oleh air yang bergerak masuk ke air tanah dan hilang melalui saluran, sungai ataupun ke lapisan tanah yang lebih dalam (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pada tanaman kelapa sawit nitrogen merupakan unsur utama pembentuk protoplasma, asam amino, protein, amida, alkaloid dan klorofil. Kekurangan nitrogen akan menurunkan aktivitas metabolisme tanaman yang dapat menimbulkan klorosis (warna daun memucat). Pemupukan nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi buah. Penelitian di Sumatera Utara dan Malaysia menunjukkan bahwa pemupukan

(24)

nitrogen meningkatkan perkembangan batang dan memperbesar index area daun sehingga meningkatkan produksi tandan buah (Sastrosayono, 2003).

Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion monofosfat atau fosfat primer (H2PO4-). Mobilitas ion-ion fosfat dalam tanah sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh karena, itu recovery rate dari pupuk fosfor sangat rendah antara 10 % - 30 %, sisanya 70 % - 90 % tertinggal dalam bentuk immobil atau hilang karena erosi (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fosfor sangat mobil ketika berada dalam tanaman dan ketika terjadi kekurangan fosfat maka fosfor akan bergerak dari daun tua ke daun yang lebih muda yang berada di bagian atas tanaman. Gejala defisiensi fosfor pertama-tama terlihat pada daun tua atau daun bagian bawah. Fosfor sangat berguna untuk pertumbuhan pucuk atau tunas dan akar (Foth, 1990). Fungsi fosfor dalam tanaman kelapa sawit yaitu berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fosfor merupakan komponen utama asam nukleat yang berperan dalam pembentukan akar. Fungsi lain unsur fosfor adalah membentuk fosfolipid dalam minyak. Kekurangan unsur ini akan menghambat pertumbuhan, melemahkan jaringan, serta memperlambat proses fisiologis. Kebutuhan unsur fosfor lebih sedikit dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Untuk menambah produksi tandan buah, unsur fosfor tidak dapat bekerja sendiri, tetapi harus dikombinasikan dengan unsur lainnya (Pusat Penelitian Marihat, 1982).

Sumber kalium dalam tanah berasal dari mineral primer yang mengandung kalium seperti biotit, feldspar, muskovit, dan lain sebagainya (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Tanaman mengambil kalium dalam bentuk K+ yang berasal dari larutan tanah. Gejala kekurangan kalium kebanyakan terlihat pada daun tua,

(25)

karena kalium bersifat mobil pada tanaman (Foth,1990). Jika suatu tanaman kekurangan kalium maka daun dari tanaman tersebut akan terlihat kering dan seperti terbakar pada sisinya dan permukaannya memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata. Akibatnya fotosintesis terganggu dan dapat menghentikan pembentukan hidrat arang (Soepardi, 1983). Pemupukan kalium yang berlebihan akan mengakibatkan konsentrasi larutan K dalam tanah menjadi tinggi, sehingga tanaman kemungkinan besar akan menyerap kalium lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan produksi. Pengambilan K berlebih akan mengurangi penyerapan kation lain khususnya magnesium dan kalsium (Foth, 1990). Dengan menurunnya kadar Mg dan Ca dalam tanah maka fotosintesis dapat terganggu (Soepardi, 1983). Kalium pada tanaman kelapa sawit merupakan unsur hara terpenting karena unsur ini paling banyak ditransfer ke tandan buah. Aktivitas penting dalam proses fisiologis seperti fotosintesis dan respirasi banyak dipengaruhi oleh unsur kalium. Unsur kalium juga berperan sebagai katalisator dalam setiap proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses pembentukan minyak. Pada tanaman muda, unsur kalium secara nyata memperbesar perkembangan batang dan mempercepat panen pertama. Pemupukan kalium pada berbagai jenis tanah, terutama tanah yang kandungan pasirnya tinggi atau tanah alluvial dan hidromorfik, bisa meningkatkan produksi tandan kelapa sawit (Pusat Penelitian Marihat, 1982).

Seperti halnya kalium, sumber magnesium dalam tanah juga berasal dari mineral yang melapuk dan tersedia bagi tanaman sebagai kation yang dipertukarkan. Magnesium merupakan unsur pokok klorofil. Kekurangan magnesium akan menyebabkan warna daun memudar. Magnesium bersifat mobil

(26)

pada tanaman, bergerak dari daun tua yang berada pada bagian bawah ke daun muda yang berada di bagian atas tanaman. Jadi gejala kekurangan magnesium akan muncul pertamakali pada daun tua (Foth, 1990). Pada tingkat awal terjadi klorosis di antara tulang daun dan pada tingkat lanjut seluruh daun menjadi kuning, kemudian coklat, dan akhirnya mati (nekrotik) (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Unsur magnesium merupakan unsur utama pembentuk klorofil dan berperan dalam sistem kerja enzim. Magnesium memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman. Sementara itu, pengaruhnya terhadap produksi tandan relatif kecil dan tidak berpengaruh secara langsung (Pusat Penelitian Marihat, 1982).

Pupuk Majemuk Lepas Terkendali

Pupuk adalah bahan organik atau bahan inorganik baik alami ataupun buatan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyuplai satu atau lebih unsur hara essensial (Foth, 1990). Terdapat tiga alasan mengapa perlu dilakukan pemupukan. Pertama untuk menambah unsur hara yang hilang karena panen, kedua untuk mengganti unsur hara yang hilang karena pencucian dan erosi, dan yang terakhir adalah untuk menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang tidak dapat disediakan oleh tanah (Joffe, 1949).

Lepas lambat, lambat bereaksi, pelepasan yang terkontrol, dan pelepasan yang terukur adalah istilah yang digunakan untuk material yang melepaskan unsur haranya ke larutan tanah dalam pola tertentu yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang sedang tumbuh. Pelepasan yang tertunda berarti hanya sedikit atau tidak ada sama sekali unsur pupuk yang tersedia pada periode awal penempatan

(27)

pupuk, yang kemudian diikuti oleh pelepasan secara bertahap atau cepat unsur pupuk yang terkandung di dalamnya. Pelepasan yang terkontrol merupakan istilah umum bagi pupuk baik yang lambat maupun cepat tersedia, sedang pelepasan yang terukur merupakan istilah yang cocok untuk pupuk lepas lambat (Hauck, 1985).

Tuntutan efisiensi dalam pabrikasi pupuk mendorong produk jenis pupuk majemuk lepas terkendali (PMLT) tidak hanya mengandung satu unsur, misalnya N saja, tetapi dilengkapi dengan unsur lain yang diperlukan oleh tanaman (P, K, Ca, Mg, S, dan/atau tanpa unsur mikro). Keuntungan dari pupuk jenis ini adalah bahwa dalam satuan berat pupuk dapat diperoleh lebih dari satu unsur hara, sehingga biaya per satuan hara pupuk dan biaya pemupukan di lapang lebih rendah daripada pupuk tunggal. Kelemahannya adalah kadar tiap unsur tidak selalu tepat dengan kebutuhan tanaman. Pada satu kasus dengan dosis tertentu, unsur hara tertentu berlebih, sedangkan unsur hara lainnya kurang (Goenadi, 2005).

Sesuai dengan umur tanaman, dosis pupuk selama di pembibitan lebih rendah daripada dosis untuk tanaman belum menghasilkan di lapangan. Namun, di samping faktor umur tersebut, faktor ukuran media tumbuh tanaman juga berperan penting. Ukuran media tanam untuk bibit (di dalam polybag) terbatas, sehingga persentase kehilangan unsur pupuk lebih rendah daripada di lubang tanam di lapang. Di samping itu, perbedaan laju reaksi antara pupuk dan partikel medium (tanah) di polybag dan di lubang tanam diduga juga berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan pupuk yang bersangkutan. Data hasil pengujian lapangan

(28)

menunjukkan bahwa untuk tanaman produktif penggunaan PMLT terbukti lebih ekonomis daripada pupuk konvensional (Goenadi, 2005).

Pembibitan Kelapa Sawit

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting (Buana et al.,2000).

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahap pekerjaan tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery). Sistem pembibitan dua tahap (double stage) terdiri dari pembibitan awal (prenursery) selama kurang lebih 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan pembibitan utama (main nursery) dengan

polybag berukuran besar selama 9 bulan (Buana et al., 2000).

Pembibitan sangat diperlukan, sebab benih yang baru berkecambah tidak dapat langsung ditanam di lapang dikarenakan mudah terserang hama dan penyakit. Selain itu, pembibitan diperlukan untuk mempermudah seleksi terhadap bibit yang abnormal. Seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit

(29)

abnormal ke tahap penanaman selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh faktor genetis, kesalahan kultur teknis, atau serangan hama dan penyakit (Hartley, 1970).

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan Darmaga dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2005 – Februari 2006.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit kelapa sawit umur tiga bulan, Pupuk NPKMg konvensional, Pupuk PMLT Pasir maung fertilizer (PMF) produksi PT Pasir Maung Agritech yang berbentuk tablet (10 g/tablet) dengan komposisi menurut spesifikasi produk adalah 15% N, 8% P2O5, 17% K2O, 2% CaO, 2% MgO, 1% C-organik, dan 1% unsur mikro, bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman, serta polybag berukuran 40 cm x 50 cm.

Alat-alat yang digunakan timbangan, cangkul, karung, meteran gulung, sprayer, alat tulis, kertas label, plastik, bahan kimia, serta peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

Metode

Tanah Ultisol dari Jasinga, Bogor diambil pada kedalaman 20-40 cm. Contoh tanah dikering-udarakan, ditumbuk, dan diayak dengan ayakan 5 mm, kemudian ditentukan kadar airnya. Selanjutnya, masing- masing pot diisi tanah setara dengan 10 kg bobot kering mutlak (BKM).

(31)

Percobaan ini terdiri dari 8 perlakuan yang meliputi : 1) kontrol (tanpa pupuk) (P0), 2) 2 tablet PMF (P2), 3) 4 tablet PMF (P4), 4) 6 tablet PMF (P6), 5) Pupuk NPKMg konvensional dengan dosis sesuai anjuran Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat Medan (K1), 6) Pupuk NPKMg konvensional setara 2 tablet PMF (K2), 7) Pup uk NPKMg konvensional setara 4 tablet PMF (K3), dan 8) Pupuk NPKMg konvensional setara 6 tablet PMF (K4). Masing- masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga total satuan percobaan 24 buah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model rancangan:

eij

t i

µ

Yij

=

+

+

i = 1, 2, 3,....8 j = 1, 2, 3 Keterangan :

Yij = nilai pengamatan perlakuan ke- i pada ulangan ke- j µ = nilai rata-rata umum

t i = pengaruh perlakuan pemupukan ke- i ?ij = galat percobaan ke- i, ulangan ke-j

Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati, dilakukan analisis ragam. Perlakuan yang berpengaruh nyata di Uji BNJ pada taraf a = 5 %.

Benih kelapa sawit diperoleh dari Puslitbun Marihat, disemaikan dalam media pasir dan dipelihara sampai berumur tiga bulan (prenursery), kemudian dipindahkan ke dalam pot yang telah disiapkan. Tiap pot berisi satu bibit kelapa sawit. Bibit disiram setiap hari sampai tanah mencapai kadar air kapasitas lapang

(32)

(KAKL). Pupuk PMF diberikan dalam lubang di kanan-kiri bibit pada kedalaman

± 5 cm dengan jarak sekitar 7 cm dari bibit. Pupuk NPKMg diberikan dengan cara ditaburkan pada alur yang dibuat di sekeliling batang, kemudian ditutup dengan tanah. Pupuk NPKMg diberikan setiap bulan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, sedangkan untuk PMF diberikan seluruhnya secara langsung pada awal penanaman. Jadwal dan dosis pemupukan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Setiap bulan tanaman diamati tinggi, lingkar batang serta jumlah daunnya. Pada umur enam bulan setelah tanam, tanaman dipanen, kemudian ditimbang bobot basahnya, dioven selama tiga hari dengan suhu 60 OC, kemudian ditimbang bobot keringnya. Setelah itu, tanaman digiling untuk analisis unsur N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn.

Untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk terhadap keadaan tanah, dilakukan percobaan inkubasi tanah. Tanah yang telah diambil dari lapang dikeringudarakan, diayak, dan ditimbang setara 5 kg BKM per pot, kemudian diberi pupuk yang sesuai dengan dosis percobaan pot. Pupuk PMF diberikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah sekitar 5 cm dari permukaan tanah, sedangkan untuk pupuk NPKMg, pupuk diaduk dengan tanah. Pot-pot tersebut kemudian diinkubasi selama 2 bulan. Setiap hari dilakukan penyiraman dengan menggunakan air bebas ion sampai kadar air kapasitas lapang (KAKL).

Pengambilan contoh tanah untuk analisis di laboratorium dilakukan setelah masa inkubasi selesai.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia Ta nah Awal

Data hasil analisis pendahuluan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983), Ultisol dari Jasinga yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai tanah masam, C-organik dan N-total rendah, dan P tersedia sangat rendah. Basa-basa yang dapat dipertukarkan sebagai berikut : kalium (K) dan kalsium (Ca) rendah, dan magnesium (Mg) sedang. Kapasitas tukar kation termasuk kategori tinggi yaitu sebesar 34,82 me/100 g.

Berdasarkan sifat-sifat di atas maka secara umum tanah Ultisol dari Jasinga mempunyai tingkat kesuburan yang relatif rendah.

Pengaruh Pemupukan terhadap Sifat Kimia Tanah

Data hasil analisis pengaruh dosis dan jenis pupuk terhadap sifat kimia tanah terdapat pada Tabel 1. Kadar C organik yang paling tinggi terdapat pada perlakuan PMF 6 dan NPKMg 4. Kadar C organik pada perlakuan PMF 4 lebih rendah daripada NPKMg 4, tetapi pada kadar C organik pada perlakuan PMF 6 lebih tinggi daripada NPKMg 6, dan pada PMF 2 sedikit lebih rendah daripada NPKMg 2.

Kadar N total pada perlakuan PMF 6 lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Kadar N total pada perlakuan PMF 2 lebih tinggi daripada NPKMg 2, begitu pula pada perlakuan PMF 6 dengan NPKMg 6. Namun, kadar N total pada perlakuan PMF 4 sedikit lebih rendah daripada NPKMg 4.

(34)

Kadar P tersedia pada perlakuan NPKMg konvensional anjuran dari Marihat nyata lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Kadar P tersedia pada perlakuan PMF 2 lebih tinggi daripada NPKMg 2, begitu pula pada perlakuan

PMF 4 dengan NPKMg 4. Akan tetapi, kadar P tersedia pada perlakuan PMF 6

sedikit lebih rendah daripada NPKMg 6.

Kadar K-dd pada perlakuan NPKMg konvensional anjuran dari Marihat nyata lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Secara umum kadar K-dd PMF 2 nyata lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg. Kadar kalium pada semua perlakuan ini tergolong sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pada tanah masam kalium yang terfiksasi relatif sedikit sehingga kalium yang tersedia dalam tanah menjadi tinggi.

Secara umum kadar Ca-dd tanah yang diberi pupuk PMF nyata lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg. Kadar Ca-dd pada perlakuan NPKMg konvensional anjuran dari Marihat sedikit lebih tinggi daripada perlakuan PMF 4 dan PMF 6, dan nyata lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg 2, NPKMg 4, NPKMg 5, dan PMF 2.

Berbeda dengan kadar Ca-dd, kadar Mg-dd pada perlakuan PMF nyata lebih rendah daripada perlakuan NPKMg. Kadar Mg-dd pada perlakuan PMF 2 nyata lebih rendah daripada NPKMg 2, begitu juga pada perlakuan PMF 4 dengan NPKMg 4, dan perlakuan PMF 6 dengan NPKMg 6. Kadar Mg-dd yang lebih rendah pada perlakuan PMF dikarenakan kadar MgO pada PMF hanya 2% sedangkan kadar MgO pada pupuk NPKMg sebesar 29%.

Nilai KTK pada perlakuan PMF 2 sedikit lebih rendah daripada NPKMg 2. Nilai KTK PMF 4 nyata lebih tinggi daripada NPKMg 4, dan KTK pada

(35)

perlakuan PMF 6 sedikit lebih tinggi daripada NPKMg 6. Jika dilihat dari hasil analisis tanah awal pada Tabel Lampiran 1, nilai KTK tanah ini memang tergolong kategori tinggi yaitu sebesar 34.82 me/100 g. Nilai KTK tanah yang diberi perlakuan pupuk secara umum meningkat jika dibandingkan dengan hasil analisis tanah awal. Nilai KTK yang tinggi bisa disebabkan oleh kadar C organik tanah yang meningkat. Nilai KTK dipengaruhi oleh kadar liat serta bahan organik (Soepardi, 1983).

Tabel 1. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah

Perlakuan p H C-org N P K Ca M g KTK

...%... ppm ...me/100g... me/100g

PMF 2 3,8b*) 1,67 c 0,15c 2,86d 1,54 f 1,88bc 1,03e 31,31d PMF 4 **) 3,9b 2,00bc 0,16bc 3,03cd 4,00 b 2,6ab 1,48d 38,86a

PMF 6 4,0ab 2,39 a 0,25a 3,20bcd 3,40 c 2,88a 1,61cd 37,05ab NPKMg

Konvensional 4,2a 2,06ab 0,19 b 3,88a 4,56 a 3,18a 1,94 bc 36,31b NPKMg 2 3,9ab 1,95bc 0,10d 3,36bc 1,91 e 1,35c 1,57cd 32,62d NPKMg 4 ***) 3,9b 2,38 a 0,17bc 3,45b 2,51 d 1,54c 2,02b 32,96cd NPKMg 6 3,9 ab 1,94bc 0,16bc 3,53ab 3,82 b 1,63c 2,50a 35,08bc

Keterangan :

*) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji BNJ pada taraf a 0,05

**) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah tablet PMLT PMF/pot

***) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah kadar hara yang setara dengan hara yang dikandung dalam jumlah tablet PMLT PMF

Pengaruh Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan adalah suatu perkembangan progresif dari organisme (Nyakpa et al., 1988). Menurut Harjadi (1979), pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertumbuhan ukuran dan berat tanaman tersebut dan tidak dapat balik.

(36)

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik dipengaruhi oleh sifat dan varietas tanaman, sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah temperatur, kelembaban, radiasi, mutu atmosfir, kandungan hara tanah, pH, dan

supply unsur hara.

Tabel 2. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Selama masa Pembibitan

Perlakuan Tinggi Tanaman *) (cm) Jumlah Daun *) (helai) Lingkar Batang *) (cm) Kontrol 46,37 b 9,33 b 7,27 b PMF 2 60,43 ab 12,00 ab 10,90 a PMF 4 **) 66,70 a 13,33 a 10,73 a PMF 6 65,10 a 12,00 ab 10,83 a NPKMg Konvensional 55,03 ab 11,33 ab 10,23 a NPKMg 2 62,33 ab 11,67 ab 10,43 a NPKMg 4 ***) 64,47 ab 10,67 ab 10,47 a NPKMg 6 64,03 ab 12,00 ab 9,97 a Keterangan :

*) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji BNJ pada taraf a 0,05

**) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah tablet PMLT PMF/pot

***) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah kadar hara yang setara dengan hara yang dikandung dala m jumlah tablet PMLT PMF

Berdasarkan data rataan pertumbuhan tanaman pada Tabel 2, perlakuan

PMF dan NPKMg tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, kecuali pada PMF 4 dan PMF 6. Tinggi tanaman pada PMF sedikit lebih tinggi daripada

NPKMg. Jumlah daun pada perlakuan PMF dan NPKMg sedikit lebih banyak daripada kontrol. Pada PMF 4 jumlah daun nyata lebih banyak daripada kontrol. Lingkar batang pada perlakuan PMF dan NPKMg nyata lebih tinggi daripada kontrol. Selanjutnya, lingkar batang pada perlakua n PMF sedikit lebih tinggi

(37)

daripada NPKMg. Keadaan ini disebabkan karena bagian akar tanaman masih dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan sehingga belum berfungsi secara optimal, sehingga proses translokasi hara belum berlangsung dengan baik.

Hasil yang diperoleh pada bobot kering tanaman (Tabel 3) sama dengan hasil yang diperoleh pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan lingkar batang, yaitu bobot kering tanaman perlakuan PMF sedikit lebih tinggi daripada NPKMg. Namun, kedua perlakuan tersebut nyata meningkatkan bobot kering tanaman dibanding kontrol.

Tabel 3. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Bobot Kering Bibit Kelapa Sawit Selama masa Pembibitan

Perlakuan Bagian Atas*) Akar*)

... gram/pot... Kontrol 8,79 b*) 6,30 b PMF 2 38,78 a 12,64 a PMF 4 **) 39,94 a 12,97 a PMF 6 39,08 a 11,87 a NPKMg Konvensional 34,67 a 11,19 a NPKMg 2 33,86 a 11,16 a NPKMg 4 ***) 32,06 a 11,62 a NPKMg 6 32,66 a 9,81 ab Keterangan :

*) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji BNJ pada taraf a 0,05

**) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah tablet PMLT PMF/pot

***) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah kadar hara yang setara dengan hara yang dikandung dalam jumlah tablet PMLT PMF

Secara umum pertumbuhan dan bobot kering tanaman meningkat dengan bertambahnya dosis PMF dari 2 ke 4 tablet/pot, tetapi menurun kembali pada perlakuan PMF 6. Hal ini diduga karena jumlah unsur hara pada PMF 6 terlalu tinggi dan menimbulkan ketidakseimbangan hara. Diduga tingginya konsentrasi

(38)

garam-garam terlarut yang berasal dari pupuk menyebabkan tekanan osmotik menjadi tinggi, sehingga serapan hara tanaman oleh akar menjadi terganggu.

P0 P2 P4 P6 K1 K2 K3 K4

Gambar 1. Kelapa Sawit Umur 6 Bulan

Pengaruh Pemupukan terhadap Serapan Hara Tanaman

Unsur hara merupakan keperluan utama bagi pertumbuhan tanaman. Keperluan tanaman terhadap unsur hara banyak ditentukan oleh umur tanaman. Unsur makro N, P, dan K digunakan untuk membangun bagian tanaman. Pergerakan hara ke akar tanaman dapat terjadi melalui intersepsi, difusi, dan aliran massa (Tisdale et al., 1985). Menurut Brady (1974), serapan unsur hara tidak hanya tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam tanah, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan kecepatan serapan hara oleh permukaan akar tanaman.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan PMF dan NPKMg nyata meningkatkan serapan hara N. Selanjutnya, serapan pada perlakuan PMF sedikit lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg. Serapan N tertinggi dicapai pada

(39)

perlakuan NPKMg konvensional anjuran dari Marihat, kemudian menurun pada perlakuan PMF 4 dan 6, PMF 2, NPKMg 2, NPKMg 6, dan NPKMg 4.

Tabel 4. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Hara Bibit Kelapa Sawit Umur 6 Bulan

Perlakuan Serapan Unsur*) N P K Ca Mg ...gram/pot... Kontrol 0,12 b 0,02 c 0,17 b 0,04 c 0,03 c PMF 2 0,64 a 0,10 ab 0,65 a 0,16 ab 0,17 a PMF 4 **) 0,65 a 0,11 ab 0,81 a 0,18 a 0,17 a PMF 6 0,65 a 0,12 a 0,73 a 0,16 ab 0,15 a NPKMg Konvensional 0,70 a 0,07 b 0,65 a 0,15 ab 0,16 a NPKMg 2 0,63 a 0,08 ab 0,63 a 0,10 bc 0,13 ab NPKMg 4 ***) 0,57 a 0,09 ab 0,55 a 0,12 ab 0,11 ab NPKMg 6 0,61 a 0,10 ab 0,60 a 0,13 ab 0,09 b Keterangan :

*) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji BNJ pada taraf a 0,05

**) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah tablet PMLT PMF/pot

***) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah kadar hara yang setara dengan hara yang dikandung dalam jumlah tablet PMLT PMF

Perlakuan PMF dan NPKMg nyata meningkatkan serapan hara P. Selanjutnya, serapan P pada perlakuan PMF sedikit lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg. Serapan P pada perlakuan PMF 6 nyata lebih tinggi daripada NPKMg konvensional anjuran dari Marihat.

Berdasarkan data rataan pada Tabel Lampiran 6, perlakuan pemupukan

PMF dan NPKMg sedikit lebih tinggi daripada kontrol. Selanjutnya, perlakuan PMF 6 sedikit lebih tinggi daripada NPKMg konvensional anjuran dari Marihat.

Jika dilihat pada Tabel 2, perlakuan PMF dan NPKMg nyata meningkatkan serapan hara K tanaman. Selanjutnya, serapan K pada perlakuan

(40)

Perlakuan PMF dan NPKMg nyata meningkatkan serapan hara Ca. Selanjutnya, serapan Ca pada perlakuan PMF sedikit lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg.

Serapan hara Mg perlakuan PMF dan NPKMg nyata lebih tinggi daripada kontrol. Akan tetapi, serapan Mg pada perlakuan PMF dengan NPKMg konvensional, PMF 2 dengan NPKMg 2, PMF 4 dengan NPKMg 4, dan PMF 6 dengan NPKMg 6 tidak berbeda nyata.

Hasil yang diperoleh pada serapan hara tanaman sejalan dengan pertumbuhan tanaman. Serapan hara tanaman meningkat sejalan dengan bertambahnya dosis PMF dari 2 ke 4 tablet/pot dan menurun kembali pada dosis

PMF 6 tablet/pot. Serapan Hara 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 N P K Ca Mg gram/pot P0 P2 P4 P6 K1 K2 K3 K4

Gambar 2. Diagram Batang Pengaruh Pupuk PMF dan NPKMg Serapan Hara Tanaman

Hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk PMF pada beberapa pengamatan tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPKMg dengan kadar hara yang sama, sehingga pupuk NPKMg dengan kadar

(41)

hara yang sama dengan pupuk PMF bisa diberikan sebagai rekomendasi pupuk untuk bibit kelapa sawit. Berdasarkan hal ini, dapat dinyatakan bahwa dosis anjuran dari Marihat terlalu tinggi, karena dosis NPKMg setara PMF saja sudah bisa mencukupi kebutuhan hara tanaman.

Dilihat dari harga pupuk, pupuk NPKMg lebih murah jika dibadingkan dengan pupuk PMF. Akan tetapi, jika dilihat dari aplikasi pupuk PMF lebih efisien daripada pupuk NPKMg. Pupuk PMF diberikan hanya satu kali pada awal tanam, sedangkan pupuk NPKMg harus diberikan setiap bulan, sehingga penggunaan pupuk PMF dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja.

Efektivitas Pupuk

Untuk menilai efektivitas pupuk baru, beberapa peneliti menggunakan

Relative Agronomic Effectiveness (RAE) sebagai dasar penelitiannya (Moersidi et. al., 1983; Hardjono, 1987). Pada dasarnya RAE tesebut adalah perbandingan

pengaruh pupuk yang diuji terhadap pengaruh pupuk standar yang biasa digunakan oleh petani.

Respon terhadap PMF – kontrol RAE = x 100% Respon terhadap NPKMg - kontrol

Dalam hal ini pupuk standar yang digunakan adalah pupuk NPKMg yang biasa digunakan di Marihat, sedangkan pupuk yang diuji efektivitasnya adalah pupuk PMF. Hal ini dikarenakan pupuk NPKMg standar Marihat biasa digunakan oleh hampir seluruh perkebunan sawit yang ada di Indonesia. Variabel

(42)

pertumbuhan yang digunakan untuk menghitung nilai RAE adalah bobot kering tanaman bagian atas.

Tabel 5. Nilai RAE Bibit Kelapa Sawit setelah Diberi Pupuk PMF dan NPKMg

Perlakuan RAE % PMF 2 118,1 PMF 4 *) 131,9 PMF 6 112,0 NPKMg Konvensional 100,0 NPKMg 2 93,2 NPKMg 4 **) 102,1 NPKMg 6 97,5 Keterangan :

*) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah tablet PMLT PMF/pot

**) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah kadar hara yang setara dengan hara yang dikandung dalam jumlah tablet PMLT PMF

Rata - rata nilai RAE PMF lebih tinggi daripada NPKMg. Perlakuan PMF memiliki nilai RAE lebih dari 100%, sedangkan untuk NPKMg dengan kadar hara yang sesuai dengan PMF memiliki nilai RAE kurang dari 100%. Semakin tinggi persentase RAE maka pupuk tersebut akan semakin efektif. Perlakuan pupuk yang efektivitasnya paling tinggi adalah perlakuan PMF 4.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kadar N total, K-dd, Ca-dd, dan KTK pada perlakuan PMF nyata lebih tinggi daripada perlakuan NPKMg. Akan tetapi, kadar C organik, P tersedia, serta Mg-dd pada perlakuan PMF lebih rendah daripada perlakuan NPKMg.

Pemberian pupuk PMF dan NPKMg berpengaruh nyata meningkatkan lingkar batang, bobot kering tanaman, serta serapan hara tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun.

Pemberian pupuk PMF sampai dosis 4 tablet/pot nyata meningkatkan serapan hara tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, serta bobot kering tanaman.

Nilai Relative Agronomic Effectiveness (RAE) perlakuan pupuk PMF lebih tinggi daripada perlakuan pupuk NPKMg.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama untuk melihat bagaimana efektivitas pupuk PMF dalam jangka waktu yang lebih lama.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh pupuk PMF secara langsung di lapangan pada tanaman perkebunan, baik pada tanaman kelapa sawit maupun tanaman perkebunan lainnya untuk melihat efektivitasnya.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra. 2000. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Ferwerda, J.D. 1977. Oil Palm. pp. 351-380. In: Ecophysiology of Tropical Crops. P. T. Alvim and T. T. Kozlowski. Academic press, New York.

Foth, H. D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8th Ed. John Wiley and Son Inc., New York.

Goenadi, D. H. 2005. Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT). Teknologi Pemupukan Era Pasar Bebas di Abad 21. Laporan Intern Puslitbun Bogor. Tidak dipublikasi.

Hardjono, A. 1987. Nilai agronomi fosfat alam untuk tanaman Calopogonium

cearuleum. Menara Perkebunan 55 (4): 69-74.

Hardjowigeno, S. 1985. Klasifikasi Tanah, Survai Tanah, dan Evaluasi Kemampuan Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Hartley, C. W. S. 1970. The Oil Palm. Longman Group Limited, London.

Hartmann, H. T., W. J. Flocker, and A. M. Kofranek. 1981. Plant Science: Growth, Development, and Utilization of Cultivated Plants. Prientice Hall Inc., London.

Hauck, R. D. 1985. Slow-Release and Bioinhibitor-Amended Nitrogen Fertilizers. pp.293-322. In O. P. Engelstad, ed. Fertilizer Technology and Use. 3rd Ed. Soil Sci. Soc. Am., Inc., Madison.

(45)

Joffe, J. S. 1949. The ABC of Soil. Pedology Publications, New Jersey.

Leiwakabessy, F. M., dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar.

Moersidi, S., J. Prawirasumantri, I P. G. Widjaja-Adhi, dan M. Sudjadi.1983. Pengaruh pup uk fosfat alam dan TSP terhadap hasil padi sawah di Jawa. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 2: 30-34

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Badan Penerbit Universitas Lampung, Lampung.

Pusat Penelitian Marihat. 1982. Pemupukan Bibit Kelapa Sawit. Pedoman teknis, No 06/PT/PPm/82.

Sastrosayono, M. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Gramedia, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Deparemen Ilmu - Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tisdale, S. L., W. L. Nelson, and J. D. Beaton.1985. Soil Fertility and Fertilizer. 4th Ed. The Macmillan Co, New York.

(46)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah Ultisol dari Jasinga

Sifat Kimia Metode Ekstraksi Satuan Nilai

pH H2O H2O 4,70

pH KCl KCl 3,90

C-Organik Walkley & Black % 1,98

N-Total Kjeldahl % 0,17 P Bray 1 ppm 4,00 P HCl 25% ppm 79,60 Basa-basa Ca N NH4OAc pH 7,0 me/100g 2,76 Mg N NH4OAc pH 7,0 me/100g 1,51 K N NH4OAc pH 7,0 me/100g 0,26 Na N NH4OAc pH 7,0 me/100g 0,53 KTK N NH4OAc pH 7,0 me/100g 34,82 KB % 14,53 Al N KCl me/100g 15,55 H N KCl me/100g 0,42 Fe 0,05 N HCl ppm 8,36 Cu 0,05 N HCl ppm 0,36 Zn 0,05 N HCl ppm 50,28 Mn 0,05 N HCl ppm 24,80 Tekstur Pasir % 5,47 Debu % 24,15 Liat % 70,38

(47)

Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)

Sifat Tanah

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 – 3,00 3,01 – 5,00 > 5,00 N (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 – 0,50 0,51 – 0,75 > 0,75 C/N < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25 P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60 P2O5 Bray 1 (ppm) < 10 10 - 15 15 - 25 16 - 35 > 35 P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 45 - 60 > 60 K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60 KTK (me/100g) < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40 Susunan Kation: K (me/100g) < 0,1 0,1 – 0,2 0,3 – 0,5 0,6 – 1,0 > 1,0 Na (me/100g) < 0,1 0,1 – 0,3 0,4 – 0,7 0,8 – 1,0 > 1,0 Mg (me/100g) < 0,4 0,4 – 1,0 1,1 – 2,0 2,1 – 8,0 > 8,0 Ca (me/100g) < 2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 > 20 Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70 Kejenuhan Al (%) < 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 > 60 Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkali s pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6-8,5 > 8,5

(48)

Lampiran 3. Jadwal dan Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Dosis Pupuk Konvensional

Perlakuan Urea (g/bibit) TSP (g/bibit) MOP (g/bibit) Kieserit (g/bibit) NPKMg Konvensional 34,57 34,57 24,84 29,04 NPKMg 2 6,52 3,48 5,67 1,38 NPKMg 4 ***) 13,04 6,96 11,33 2,76 NPKMg 6 19,57 10,43 17,00 4,14

Jadwal dan Dosis Pemupukan NPKMg Konvensional

Umur (bulan)

Jenis dan dosis pupuk Urea (g/bibit) TSP (g/bibit) MOP (g/bibit) Kieserit (g/bibit) Pembibitan awal : 4 – 12 minggu 2 g/liter air/100 bibit - - - Pembibitan utama : 1 3,26 3,26 1,00 1,38 2 6,52 6,52 2,00 2,76 3 6,52 6,52 2,00 2,76 4 5,22 5,22 5,67 6,38 5 5,22 5,22 5,67 6,38 6 7,83 7,83 8,50 9,57

(49)

Lampiran 4. Jumlah Unsur Hara yang Diberikan dari Pupuk PMF dan Pupuk Konvensional. Perlakuan N (g) P2O5 (g) K2O (g) MgO (g) PMF 2 3,00 1,60 3,40 0,40 PMF 4 **) 6,00 3,20 6,80 0,80 PMF 6 9,00 4,80 10,20 1,20 NPKMg Konvensional 12,30 12,30 9,80 5,65 NPKMg 2 3,00 1,60 3,40 0,40 NPKMg 4 ***) 6,00 3,20 6,80 0,80 NPKMg 6 9,00 4,80 10,20 1,20

Lampiran 5. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kadar Hara Bibit Kelapa Sawit Umur 6 Bulan

Perlakuan Kadar Unsur N P K Ca Mg ... %... Kontrol 1,38 d 0,21ab 1,93 a 0,43 a 0,37 a PMF 2 1,81 ab 0,25 ab 1,67 a 0,42 a 0,38 a PMF 4 **) 1,97 a 0,27ab 2,02 a 0,46 a 0,42 a PMF 6 1,81 ab 0,30 a 1,90 a 0,40 a 0,40 a NPKMg Konvensional 1,86 a 0,19 b 1,88 a 0,44 a 0,45 a NPKMg 2 1,64 bc 0,25 ab 1,83 a 0,40 a 0,40 a NPKMg 4 ***) 1,60 c 0,27 ab 1,70 a 0,38 a 0,36 a NPKMg 6 1,7 bc 0,29 a 1,84 a 0,28 a 0,28 a

(50)

Lampiran 6. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Pada Akhir Percobaan

Perlakuan Ulangan pH C-org N -Total P K Ca Mg KTK Fe Cu Zn

% % ppm me/100g ppm Kontrol 1 4,20 2,21 0,16 1,90 0,59 0,77 0,76 39,27 7,30 0,55 38,90 2 4,27 2,16 0,15 1,90 0,56 0,91 0,82 38,20 7,17 0,50 48,23 3 4,25 2,06 0,14 2,07 0,74 0,90 0,86 36,60 8,28 0,50 47,81 PMF 2 1 4,07 2,11 0,15 2,93 0,95 0,87 0,56 37,40 7,18 1,20 48,72 2 4,07 2,11 0,15 3,00 1,12 1,45 0,82 37,54 7,16 1,15 49,99 3 4,21 2,17 0,14 3,10 1,11 1,02 0,70 35,87 7,62 1,00 48,50 PMF 4 **) 1 3,99 2,10 0,12 3,62 1,52 1,29 0,56 38,19 8,28 1,30 47,36 2 3,86 2,22 0,14 3,79 1,53 1,34 0,66 37,10 8,35 1,25 47,60 3 4,01 2,07 0,13 3,62 1,29 1,55 0,68 37,97 8,04 1,30 48,80 PMF 6 1 3,75 1,99 0,14 3,10 1,87 1,80 0,68 35,19 8,29 1,45 42,65 2 3,92 2,38 0,27 3,28 1,93 1,96 0,66 36,91 8,50 1,40 46,40 3 3,94 2,30 0,15 2,76 1,75 1,71 0,93 35,26 8,18 1,50 47,87 NPKMg Konvensional 1 3,83 2,04 0,18 3,10 1,70 1,41 1,69 38,61 8,76 0,50 39,43 2 3,79 2,18 0,20 2,93 1,49 1,66 1,57 38,96 8,76 0,45 39,38 3 3,78 2,14 0,18 2,93 1,63 1,77 1,52 37,81 8,36 0,45 43,11 NPKMg 2 1 3,68 1,97 0,16 1,38 0,78 0,64 0,45 36,03 8,63 0,55 45,25 2 3,71 2,38 0,15 1,28 0,78 0,54 0,47 36,60 8,27 0,55 44,62 3 3,79 1,88 0,15 1,38 0,90 0,93 0,51 34,62 8,64 0,55 48,91 NPKMg 4 ***) 1 3,60 1,84 0,17 1,59 1,10 0,70 0,54 37,58 8,04 0,50 46,57 2 3,68 2,08 0,17 1,72 1,12 0,75 0,70 37,02 7,86 0,50 43,21 3 3,81 2,00 0,14 1,57 0,92 0,76 0,72 35,80 7,61 0,60 47,22 NPKMg 6 1 3,60 2,13 0,16 1,72 1,67 1,32 0,80 34,47 7,74 0,50 41,53 2 3,78 2,12 0,16 1,55 1,80 1,35 0,84 35,99 8,07 0,50 44,47 3 3,78 2,24 0,17 1,90 1,65 1,33 0,76 33,51 7,71 0,30 45,21

(51)

Lampiran 7. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Hasil Inkubasi

Perlakuan Ulangan pH C-org N -Total P K Ca Mg KTK Fe Cu Zn % % ppm ...me/100g... ...p p m... PMF 2 1 3,84 1,71 0,16 3,12 1,48 2,09 0,99 31,42 9,05 0,45 48,13 2 3,92 1,63 0,14 2,60 1,48 1,67 1,07 32,13 9,61 0,50 48,93 3 3,86 1,67 0,15 2,86 1,67 1,88 1,03 30,37 9,33 0,45 48,61 PMF 4 **) 1 3,74 2,00 0,18 2,94 4,02 2,25 1,55 38,28 7,82 0,49 48,61 2 4,09 2,00 0,14 3,12 3,91 2,98 1,42 39,63 8,21 0,44 50,08 3 3,88 2,00 0,16 3,03 4,06 2,61 1,48 38,67 8,02 0,46 49,21 PMF 6 1 3,81 2,65 0,26 3,12 3,35 2,23 1,36 37,32 6,28 0,45 48,26 2 4,20 2,12 0,24 3,28 3,33 3,13 1,86 37,15 6,23 0,49 46,97 3 4,15 2,39 0,25 3,19 3,53 3,28 1,61 36,68 8,24 0,47 48,39 NPKMg Konvensional 1 4,27 2,22 0,20 3,97 4,43 2,89 2,02 36,44 6,37 0,49 46,61 2 4,19 1,89 0,18 3,79 4,62 3,47 1,83 36,55 5,19 0,44 46,78 3 4,21 2,06 0,19 3,88 4,62 3,18 1,96 35,93 5,78 0,47 49,03 NPKMg 2 1 3,89 1,95 0,10 3,28 1,84 1,19 1,42 31,89 9,76 0,47 43,62 2 3,97 1,95 0,09 3,45 1,86 1,52 1,73 32,22 9,64 0,49 43,97 3 3,93 1,95 0,10 3,36 2,04 1,35 1,57 33,74 10,39 0,48 44,25 NPKMg 4 ***) 1 3,92 2,26 0,18 3,62 2,51 1,06 1,87 32,17 10,54 0,60 47,43 2 3,89 2,49 0,16 3,28 2,60 2,02 2,16 32,80 10,44 0,49 48,17 3 3,90 2,38 0,17 3,45 2,42 1,54 2,02 33,90 10,49 0,54 51,20 NPKMg 6 1 3,92 2,05 0,17 3,45 3,65 1,62 2,49 34,97 10,70 0,57 48,39 2 4,06 1,84 0,16 3,62 3,95 1,64 2,53 34,08 10,54 0,55 47,83 3 3,98 1,94 0,16 3,53 3,85 1,63 2,47 36,20 10,62 0,56 49,24

(52)

Lampiran 8. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kadar Hara Tanaman Perlakuan N P K Ca M g Fe Cu Zn ...%... ...ppm... P0U1(1) 1,43 0,27 2,01 0,45 0,36 200,00 2,50 32,50 P0U1(2) 1,43 0,24 2,04 0,45 0,46 252,50 0,00 25,00 P0U2(1) 1,30 0,15 1,88 0,45 0,42 247,50 2,50 35,00 P0U2(2) 1,40 0,09 1,88 0,44 0,35 285,00 2,50 22,50 P0U3(1) 1,40 0,25 2,01 0,44 0,37 272,50 0,00 15,00 P0U3(2) 1,41 0,25 1,75 0,37 0,33 360,00 0,00 15,00 P2U1(1) 1,57 0,25 1,69 0,43 0,44 157,50 0,00 40,00 P2U1(2) 1,67 0,25 1,69 0,35 0,44 160,00 0,00 42,50 P2U2(1) 1,68 0,24 1,62 0,41 0,42 180,00 0,00 45,00 P2U2(2) 1,65 0,21 1,69 0,48 0,42 180,00 0,00 45,00 P2U3(1) 1,67 0,25 1,94 0,37 0,44 192,50 7,50 37,50 P2U3(2) 1,66 0,28 1,37 0,46 0,47 172,50 5,00 50,00 P4U1(1) 1,78 0,24 2,26 0,55 0,46 162,50 5,00 47,50 P4U1(2) 1,68 0,25 1,69 0,50 0,47 167,50 5,00 50,00 P4U2(1) 1,33 0,27 1,85 0,44 0,42 170,00 5,00 47,50 P4U2(2) 1,74 0,26 2,42 0,45 0,37 147,50 2,50 40,00 P4U3(1) 1,63 0,27 1,94 0,41 0,37 157,50 0,00 40,00 P4U3(2) 1,57 0,30 1,94 0,40 0,40 162,50 0,00 37,50 P6U1(1) 1,56 0,28 1,66 0,43 0,42 60,00 0,00 35,00 P6U1(2) 1,68 0,33 1,53 0,54 0,40 47,50 0,00 30,00 P6U2(1) 1,76 0,29 2,07 0,45 0,43 90,00 0,00 40,00 P6U2(2) 1,70 0,29 2,04 0,30 0,47 82,50 0,00 37,50 P6U3(1) 1,71 0,29 2,07 0,33 0,33 67,50 2,50 35,00 P6U3(2) 1,70 0,30 2,07 0,38 0,36 80,00 0,00 32,50 K1U1(1) 1,91 0,19 1,88 0,49 0,47 90,00 0,00 30,00 K1U1(2) 2,04 0,26 1,88 0,45 0,42 95,00 0,00 37,50 K1U2(1) 1,96 0,17 1,88 0,45 0,43 50,00 0,00 32,50 K1U2(2) 2,06 0,30 1,88 0,43 0,40 72,50 0,00 42,50 K1U3(1) 2,05 0,13 1,88 0,44 0,49 95,00 0,00 35,00 K1U3(2) 2,10 0,12 1,88 0,41 0,49 92,50 2,50 45,00 K2U1(1) 1,61 0,22 2,01 0,29 0,41 85,00 0,00 37,50 K2U1(2) 1,93 0,25 2,04 0,27 0,32 90,00 0,00 40,00 K2U2(1) 1,89 0,28 2,04 0,28 0,44 80,00 0,00 40,00 K2U2(2) 1,77 0,21 1,36 0,28 0,43 72,50 2,50 37,50 K2U3(1) 1,94 0,26 1,59 0,29 0,40 95,00 0,00 32,50 K2U3(2) 1,98 0,27 1,97 0,29 0,39 92,50 0,00 32,50 K3U1(1) 1,72 0,25 1,11 0,38 0,38 90,00 0,00 27,50 K3U1(2) 1,91 0,13 1,88 0,36 0,33 95,00 2,50 32,50 K3U2(1) 1,80 0,28 1,75 0,38 0,37 90,00 2,50 25,00 K3U2(2) 1,77 0,34 1,78 0,35 0,33 95,00 0,00 30,00 K3U3(1) 1,77 0,31 1,88 0,31 0,28 87,50 0,00 25,00 K3U3(2) 1,74 0,33 1,78 0,48 0,47 85,00 5,00 27,50 K4U1(1) 1,87 0,33 1,88 0,39 0,26 100,00 2,50 25,00 K4U1(2) 1,98 0,29 2,04 0,36 0,28 97,50 0,00 27,50 K4U2(1) 1,68 0,29 1,72 0,46 0,30 102,50 0,00 37,50 K4U2(2) 1,77 0,24 1,75 0,41 0,28 95,00 0,00 40,00 K4U3(1) 1,92 0,30 1,81 0,37 0,28 100,00 0,00 30,00 K4U3(2) 1,96 0,30 1,81 0,39 0,29 105,00 0,00 35,00

(53)

Lampiran 9. Data Rataan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Lingkar Batang Tinggi Tanaman Perlakuan Bulan *) 1 2 3 4 5 6 Kontrol 9,00 a 15,23 a 18,10 a 35,20 a 39,53 a 46,37 b PMF 2 8,47 a 16,10 a 33,10 a 41,57 a 50,73 a 60,43 ab PMF 4 **) 10,60 a 18,30 a 34,83 a 44,03 a 53,17 a 66,70 a PMF 6 9,33 a 16,07 a 29,47 a 42,47 a 52,70 a 65,10 a NPKMg Konvensional 11,33 a 15,43 a 22,07 a 36,97 a 45,80 a 55,03 ab NPKMg 2 7,10 a 13,63 a 28,73 a 39,60 a 47,20 a 62,33 ab NPKMg 4 ***) 8,50 a 17,20 a 25,03 a 41,17 a 52,03 a 64,47 ab NPKMg 6 8,53 a 12,97 a 23,90 a 40,60 a 49,47 a 64,03 ab Jumlah Daun Perlakuan Bulan *) 1 2 3 4 5 6 Kontrol 2,67 a 4,00 a 5,33 a 6,33 b 8,00 c 9,33 b PMF 2 3,00 a 4,33 a 6,00 a 8,00 ab 10,00 ab 12,00 ab PMF 4 **) 3,33 a 4,67 a 7,00 a 9,00 a 11,00 a 13,33 a PMF 6 2,67 a 4,33 a 6,00 a 8,33 a 10,67 ab 12,00 ab NPKMg Konvensional 3,00 a 4,33 a 5,67 a 7,33 ab 9,00 bc 11,33 ab NPKMg 2 3,00 a 4,00 a 5,67 a 7,33 ab 9,67 abc 11,67 ab NPKMg 4 ***) 3,00 a 4,00 a 6,00 a 7,67 ab 9,33 abc 10,67 ab NPKMg 6 2,33 b 4,33 a 5,67 a 7,33 ab 9,67 abc 12,00 ab

(54)

Lingkar Batang Perlakuan Bulan *) 1 2 3 4 5 6 Kontrol 1,47 a 1,97 a 2,77 a 4,77 a 5,90 b 7,27 b PMF 2 1,70 a 2,36 a 3,50 a 6,13 a 7,97 a 10,90 a PMF 4 **) 1,76 a 2,40 a 3,47 a 6,43 a 8,00 a 10,73 a PMF 6 1,76 a 2,23 a 3,50 a 6,33 a 8,47 a 10,83 a NPKMg Konvensional 1,76 a 2,17 a 3,00 a 5,83 a 7,23 ab 10,23 a NPKMg 2 1,56 a 2,03 a 3,13 a 5,67 a 7,30 ab 10,43 a NPKMg 4 ***) 1,63 a 2,03 a 3,20 a 5,70 a 7,40 ab 10,47 a NPKMg 6 1,50 a 1,97 a 2,80 a 5,13 a 7,27 ab 9,97 a Keterangan :

*) Angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji BNJ (P< 0,05)

**) 2,4, dan 6 menunjukkan jumlah tablet PMLT PMF /pot

(55)

Lampiran 10. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Nitrogen (N) Total Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 0,0381 0,0064 51,32**)

Galat 14 0,0017 0,0001

Total 20 0,0399

Lampiran 11. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Fosfor (P) Tersedia Tanah

Sumb er Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 2,06 0,34 18,02**)

Galat 14 0,27 0,02

Total 20 2,33

Lampiran 12. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kalium (K) Dapat Dipertukarkan Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 23,13 3,86 314,54**)

Galat 14 0,17 0,01

Total 20 23,30

Lampiran 13. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kalsium (Ca) Dapat Dipertukarkan Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 9,48 1,58 13,13**)

Galat 14 1,68 0,12

Total 20 11,16

Lampiran 14. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Magnesium (Mg) Dapat Dipertukarkan Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 3,91 0,65 36,83**)

Galat 14 0,25 0,02

(56)

Lampiran 15. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap KTK Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 132,65 22,11 35,50**)

Galat 14 8,72 0,62

Total 20 141,37

Lampiran 16. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Ph Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 0,27 0,05 3,66**)

Galat 14 0,17 0,01

Total 20 0,44

Lampiran 17. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap C-organik Tanah

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 6 1,16 0,19 11,02**)

Galat 14 0,25 0,02

Total 20 1,41

Lampiran 18. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Nitrogen (N) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 1,45 0,21 11,92**)

Galat 40 0,69 0,02

Total 47 2,14

Lampiran 19. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Fosfor (P) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 0,04 0,01 9,62**)

Galat 40 0,02 0,0006

(57)

Lampiran 20. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Kalium (K) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 1,54 0,22 10,51**)

Galat 40 0,84 0,02

Total 47 2,37

Lampiran 21. Analisis Ra gam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Kalsium (Ca) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 0,09 0,01 9,85**)

Galat 40 0,05 0,0013

Total 47 0,14

Lampiran 22. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Magnesium (Mg) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 0,09 0,01 14,37**)

Galat 40 0,04 0,0009

Total 47 0,13

Lampiran 23. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kadar Nitrogen (N) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 1,51 0,22 22,44**)

Galat 40 0,39 0,01

Total 47 1,90

Lampiran 24. Analisis Ragam Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Kadar Fosfor (P) Tanaman

Sumber Keragaman db JK KT F-hitung Antar Perlakuan 7 0,0563 0,0080 3,35**)

Galat 40 0,0959 0,0024

Gambar

Gambar 1. Kelapa Sawit Umur 6 Bulan
Tabel 4. Pengaruh Dosis dan Jenis Pupuk terhadap Serapan Hara Bibit Kelapa  Sawit Umur 6 Bulan
Gambar 2. Diagram Batang Pengaruh Pupuk  PMF  dan NPKMg Serapan Hara  Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

%ada perdarahan ringan dan kehamilan J*0 minggu4 dapat dilakukan  pengeluaran hasil konsepsi yang ter&amp;epit pada seriks dengan &amp;ari atau ;or3eps 3in3in Bila

Setelah penulis mengidentifikasi permasalahan perkawinan lintas agama yang sangat luas tersebut, agar diperoleh pembahasan yang lebih spesifik mengenai objek penelitian, maka

[r]

berbantuan kahoot terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran simulasi digital kelas XI TKJ di SMK Bajang NW Ajan tahun ajaran 2019/2020”. Berdasarkan hasil analisis data

Gambar 4.7 Swimlane Diagram Perencanaan Proyek Usulan.. Owner membuat SPK untuk perusahaan pemenang tender setelah terjadi kesepakatan kerja sama antara owner dan

Komunitas burung di Kabungolor dan Kabalob, dimana tipe hutannya merupakan hutan primer dan sekunder tua, memiliki jumlah jenis dan indeks keanekaragaman yang tinggi

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah ada hubungan yang positif dan signifikan baik secara sendiri – sendiri maupun.. bersama – sama

keagungan-Mu dari dibenamkan kedalam bumi&#34;. Ahmad dalam kitab Al Musnad, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan merupakan hadits shahih menurut riwayat