• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260 ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN POLYETHYLENE

GLYCOL (PEG) TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) KLON PB 260

ARTIKEL ILMIAH

PUJI RAHAYU

D1A013122

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017

(2)
(3)

1

THE EFFECT OF POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) STIMULANT ON THE RESULTS OF RUBBER PLANT LATEX

(Hevea brasiliensis Muell Arg). KLON PB 260 Puji Rahayu1) Y.G Armando2) Asrul Anwar2)

Fakultas Pertanian Universitas Jambi Rahayup821@gmail.com

1)Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ABSTRACT

Indonesia has the largest rubber plantation area in the world but its productivity is still lower than Thailand. The use of stimulants is one of an alternative to increase production on rubber. One of the potentially stimulant

materials is Polyethylene Glycol (PEG). The purpose of this study was to

determine the effect of stimulation of various concentrations of PEG on latex rubber plant yields and get the best concentration of PEG that can improve the latex result. This research was conducted in Desa Betung Island, Pemayung District, Batanghari for one month from May 2017 until June 2017. This study used non parametric field design consisting of 6 treatments that is without stimulant (k1), concentration of 1.5% PEG (k2), 2% concentration of PEG (k3), 2.5% PEG concentration (k4), concentration 3% PEG (k5) and concentration of 3.5% PEG (k5). Treatments were given to randomly selected rubber plants based on their age and girth. To test the median value of treatment effect, the researcher used H Kruskal Wallis test then continued with Paired T-Test Test. The result showed that PEG stimulation in rubber plant can increase the yield of latex volume, latex weight, weight of rubber material and dry rubber content. PEG stimulant concentration at 2.5% concentration was the best result with mean of latex volume 59,17 ml, weight of latex 69,17 g, weight of 51.67 g and KKK 42,99%.

Keywords: Rubber Plant, Stimulant, Polyethylene Glycol PENDAHULUAN

Karet merupakan tanaman penghasil karet alam yang menjadi komoditi penting Indonesia, baik sebagai sumber devisa, lapangan kerja maupun pendapatan masyarakat. Kementrian Perdagangan (2015) merilis nilai devisa yang di hasilkan Indonesia tahun 2014 sebesar 4,7 miliar dolar AS dengan total produksi 3.1 juta ton. Luas perkebunan karet Indonesia diperkirakan mencapai 3,64 juta hektar pada tahun 2016, luas tersebut telah mengalami peningkatan dari 3,62 juta hektar pada tahun 2015, 3,61 juta hektar pada tahun 2014 (Direktorat Jendral Perkebunan, 2015).

Klon PB 260 merupakan klon anjuran komersial penghasil lateks tahun 2006-2010. Berdasarkan karakter metabolisnya termasuk dalam klon quick startter (QS) (Boerhandhy dan Amypalupy, 2011). Permasalahan yang terjadi

(4)

2

pada tanaman karet klon PB 260 dilahan penelitian diantaranya produksi rendah dan banyak tanaman terkena kering alur sadap (KAS). Hal ini karena kurang terpeliharanya tanaman karet dengan tidak lagi dilakukan pemberian pupuk sebagai nutrisi tanaman, penyadapan yang dilakuakan setiap hari dan tidak sesuai dengan prosedur penyadapan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan produk karet. Penggunaan stimulan menjadi alternatif untuk meningkatkan produksi pada karet yang produksinya menurun dan mengurangi biaya sadapan yang diakibatkan semakin tinggi biaya tenaga kerja (Sinamon et al, 2015). Pada perkebunan besar stimulan yang digunakan menggunakan bahan aktif etefon (2- chloroethylposhonic acid) karena faktanya sangat efektif dalam meningkatkan produksi lateks (Purwaningrum et al, 2016). Salah satu bahan yang berpotensi sebagai stimulan yaitu Polyethylene Glycol (PEG). Menurut hasil penelitian Andriyanto dan Darojat (2016), menunjukkan zat

Polyethylene Glycol terbukti dapat meningkatkan produksi lateks jika

dibandingkan dengan perlakuan etefon (kontrol). Perlakuan PEG selama 9 bulan memiliki rata-rata produksi sebesar 50,88 g/p/s dan kontrol (etefon) sebesar 34,36 g/p/s. Nilai kadar karet kering (KKK) stimulan PEG memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KKK stimulan etefon yaitu sebesar 30,26% dan 28,89%.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian stimulan berbagai konsentrasi PEG dan mendapatkan konsentrasi terbaik terhadap hasil lateks tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) klon PB 260.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Jl. Lintas Jambi-Muara Bulian Desa Pulau Betung, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2017. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman karet klon PB 260 umur 11 tahun, papan nama, aquadest dan Polyethylene Glikol (PEG). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuas, gelas ukur, gelas piala, mangkuk sadap, toples, cawan, timbangan analog, timbangan analitik, meteran, pisau sadap, oven dan alat tulis.

Untuk penelitian ini pengaruh perlakuan yang diuji terhadap hasil produksi lateks tanaman karet (Hevea brasiliensis) klon 260 adalah sebagai berikut:

K1 : tanpa diberi PEG (kontrol)

K2 : konsentrasi 1,5 % PEG

K3: konsentrasi 2 % PEG

K4 : konsentrasi 2,5 % PEG

K5 : konsentrasi 3 % PEG

K6 : konsentrasi 3,5 % PEG

Masing-masing perlakuan diberikan pada 4 tanaman karet sehingga semua sampel yang diuji adalah sebanyak 24. Untuk menguji kesamaan nilai tengah pengaruh perlakuan digunakan uji nonparametrik, yaitu Uji H Kruskal Wallis.

Pelaksanaan Penelitian meliputi persipaan bahan tanaman, penandaan sampel, pengaplikasian stimulan PEG dan penyadapan. Parameter yang diamati yaitu volume lateks (ml) yaitu lateks yang diukur dengan gelas ukur, berat lateks

(5)

3

(gr) yaitu sampel latetks cair yang ditimbang dengan timbangan, berat lateks (gr) yaitu lateks yang membeku ditimbang dengan timbangan, dan kadar karet keering (%) yaitu hasil karet ditimbang sebagai lateks dan lump mangkok. KKK diukur dengan metode gravimetri, berdasarkan perbandingan % bobot kering dan bobot basah lateks sebanyak 5 gram. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter dilakukan uji lanjut dengan Paired T-Tes.

HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Lateks (ml)

Berdasarkan hasil uji H Kruskal-Wallis perlakuan pemberian stimulan polyethylene glycol (PEG) pada tanaman karet klon PB 260 menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap rata-rata volume lateks. Rata-rata volume lateks yang dihasilkan tanaman karet klon PB 260 pada perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Volume Lateks Pada Perlakuan Pemberian Stimulan PEG (ml)

Perlakuan Volume lateks (ml)

Tanpa pemberian PEG (kontrol) 49,44 b c

Konsentrasi 1,5 % PEG 29,72 a

Konsentrasi 2 % PEG 49,72 c

Konsentrasi 2,5 % PEG 59,17 d

Konsentrasi 3% PEG 46,11 b c

Konsentrasi 3,5 PEG 45,42 b

Keterangan : angka – angka pada tabel yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji statistik Paired T-Test pada taraf 5 %.

Perlakuan pemberian stimulan PEG konsentrasi 2,5 % PEG (k4)

memperlihatkan bahwa hasil volume lateks paling tinggi yaitu 59,17 ml. Hal ini diduga karena keseimbangan fisiologi pembentukan lateks didalam tanaman karet dengan pemberian konsentrasi 2,5 %. Lateks mengandung 25 sampai 40% bahan karet mentah dan 60 sampai 77% serum (air dan zat terlarut). Hal ini sesuai dengan pendapat (Sumarmadji at al, 2008 dalam Purwaningrum et al, 2016) bahwa peningkatan produksi lateks karena perlakuan ekspliotasi berhubungan dengan keseimbangan karakter fisiologi sangat kompleks dan spesifik dalam menghasilkan lateks.

Perlakuan tanpa pemberian PEG (kontrol) lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 3 % dan 3,5 %. Hal ini diduga disebabkan oleh kelebihan konsentrasi PEG yang telah diberikan sehingga mengganggu fisiologis pembentukan lateks atau proses ekstraksi lateks secara berlebihan. Dugaan tersebut didukung oleh pernyataan Jacob et al, 1989 dalam Rouf et al¸2015 bahwa Aplikasi etilen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya kerapuhan lutoid. Bila lutoid pecah, maka material di dalam lutoid akan keluar ke sitosol. Tumpahan cairan sitosol ini menyebabkan keasaman sitosol meningkat, sehingga partikel karet akan menggumpal dan menyumbat pembuluh lateks.

(6)

4

Berdasarkan hasil uji H Kruskal-Wallis perlakuan pemberian stimulan polyethylene glycol (PEG) pada tanaman karet klon PB 260 menunjukkan pengaruh nyata terhadap rata-rata berat lateks. Rata-rata berat lateks yang dihasilkan tanaman karet klon PB 260 pada perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Berat Lateks Pada Perlakuan Pemberian Stimulan PEG (g)

Perlakuan Berat lateks (g)

Tanpa pemberian PEG 57,47 c

Konsentrasi 1,5 % PEG 40,69 a

Konsentrasi 2 % PEG 57,22 c

Konsentrasi 2,5 % PEG 69,17 d

Konsentrasi 3% PEG 56,11 b c

Konsentrasi 3,5 PEG 51,86 b

Keterangan : angka – angka pada tabel yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji statistik Paired T-Test pada taraf 5 %.

Perlakuan pemberian stimulan pada konsentrasi 2,5% PEG (k4)

memperlihatkan berat lateks paling tinggi yaitu 69,17 g, sedangkan perlakuan

konsentrasi 1,5 % PEG (k2) menunjukkan berat lateks paling rendah yaitu 40,69 g.

Hal ini diduga karena terjadi peningkatan etilen yang terhidrolisis dalam jaringan tanaman yang menghasilkan gas etilen. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam penelitian Mutharia, 2015 bahwa peningkatan etilen yang terhidrolisis dalam jaringan tanaman yang kemudian menghasilkan gas etilen. Gas etilen inilah yang pada prinsipnya menunda penggumpalan pembuluh lateks sehingga massa aliran lateks lebih lama.

Perlakuan tanpa pemberian PEG (kontrol) yakni 57,47 g lebih tinggi

dibandingkan dengan konsentrasi 2 % (k3) yakni 57,22 g , dan 3 % PEG (k5)

yakni 56,11 g. Hal ini diduga karena karet klon PB 260 memiliki tipe metabolisme quick starter dan konsentrasi yang berlebihan dapat mengganggu proses fisiologis tanaman karet. Herlinawati dan Kuswanhadi (2013), menyatakan bahwa, bahwa tanpa stimulan klon PB 260 menghasilkan produksi yang tinggi dengan kandungan fosfat anorganik yang tinggi dan kandungan sukrosa yang rendah. Namun pada klon PB 260 mengalami hambatan aliran sehingga dimungkinkan pemberian stimulan dengan frekuensi rendah.

Berat Bokar (g)

Berdasarkan hasil uji H Kruskal-Wallis perlakuan pemberian stimulan polyethylene glycol (PEG) pada tanaman karet klon PB 260 menunjukkan pengaruh nyata terhadap rata-rata berat bokar. Rata-rata berat bokar yang dihasilkan tanaman karet klon PB 260 pada perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Berat Bokar Pada Perakuan Pemberian Stimulan PEG (g)

Perlakuan Berat Bokar (g)

Tanpa pemberian PEG 37,64 b

Konsentrasi 1,5 % PEG 20,42 a

Konsentrasi 2 % PEG 38,06 b

Konsentrasi 2,5 % PEG 51,67 c

Konsentrasi 3% PEG 34,17 b

(7)

5

Keterangan : angka – angka pada tabel yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji statistik Paired T-Test pada taraf 5 %.

Pemberian stimulan pada konsentrasi 2,5 % PEG (k4) merupakan berat

bokar paling tinggi yakni 51,67 g. Hal ini diduga karena PEG mampu meningkatkan tekanan turgor. Dugaan tersebut sejalan dengan pernyataan Southorn (1969) dalam Boerhendhy (2013), pemberian stimulan akan menaikkan tekanan turgor pada batang sehingga air yang ada pada jaringan sekitarnya merembes ke dalam pembuluh lateks, sehingga produksi yang diperoleh masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyadapan tanpa menggunakan stimulan sehingga meningkatkan hasil lateks.

Peningkatan konsentrasi PEG mencapai 3,5% (k6) menyebabkan penurunan

hasil bokar dibanding tanpa pemberian PEG (k1) yakni 37,64 g menjadi 34,86 g.

Hal ini dikarenakan dosis yang diberikan lebih tinggi dari dosis yang dibutuhkan untuk menghasilkan laju aliran lateks maksimum sehingga pada kondisi tersebut terjadi konsumsi mewah (luxury consumption) dan dapat merusak tanaman.

Kadar Karet Kering (KKK)

Berdasarkan hasil uji H Kruskal-Wallis perlakuan pemberian stimulan polyethylene glycol (PEG) pada tanaman karet klon PB 260 menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap rata-rata KKK. Rata-rata KKK yang dihasilkan tanaman karet klon PB 260 pada perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata KKK Pada Perlakuan Pemberian Stimulan PEG (%)

Perlakuan KKK (%)

Tanpa pemberian PEG 44,43 b

Konsentrasi 1,5 % PEG 42,95 a b

Konsentrasi 2 % PEG 42,78 a

Konsentrasi 2,5 % PEG 42,99 a b

Konsentrasi 3% PEG 42,70 a

Konsentrasi 3,5 PEG 42,37 a

Keterangan : angka – angka pada tabel yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji statistik Paired T-Test pada taraf 5 %. KKK paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan tanpa pemberian PEG yaitu 44,43 %, sedangkan Pemberian stimulan PEG menurunkan KKK. KKK terendah pada perlakuan 3,5 % yaitu 42,37 %. Keadaan tersebut disebabkan karena stimulan PEG mampu menyerap serum lateks (air dan zat terlarut) sehingga mengurangi kandungan karet murni. Hal ini sejalan dengan pendapat Wulandari (2015) bahwa bahan aktif stimulan yang diberikan mengeluarkan gas etilen yang meresap ke dalam pembuluh lateks. Gas tersebut menyerap air dari sel-sel yang ada disekitarnya. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi aliran lateks yang deras. Hal ini menyebabkan lateks yang keluar mengandung air lebih banyak sehingga kadar karet kering tanaman karet yang diberi stimulan rendah. Penggunaan Stimulan PEG masih tergolong aman karena ambang batas nilai KKK dikatagorikan berbahaya bila dibawah 25% (Sumarmadji dan Tistama, 2004).

(8)

6

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pemberian Stimulan Polyethyene Glycol (PEG) Terhadap Hasil Lateks Tanaman Karet (Hevea

brasiliensis Muell. Arg) Klon PB 260 dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian stimulan PEG mampu menaikkan hasil volume lateks, berat lateks, berat bahan olah karet, dan kadar karet kering .

2. Perlakuan pemberian stimulan PEG konsentrasi 2,5% pada tanaman karet klon PB 260 merupakan hasil terbaik dengan rata-rata volume lateks 59,17 ml, berat lateks 69,17 g, berat bokar 51,67 g dan KKK 42,99 %.

Saran

Disarankan menggunakan stimulan PEG konsentrasi 2,5% pada tanaman karet klon PB 260 dan penelitian lanjutan tentang konsentrasi stimulan PEG dengan metode lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto M dan M R Darojat. 2016. Potensi Polyethylene Glycol (PEG) Sebagai Stimulan Lateks Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg). Balai Penelitian Sungei Putih Medan. Agrovigor, 9 (1) ISSN : 1979 6777

Boerhendhy I dan K Amypalupy. 2011. Optimalisasi Produktivitas Karet Melalui Penggunaan Bahan Tanam, Pemeliharaan, Sistem Ekspliotasi, dan Peremajaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1): 23-30

Boerhendhy I. 2013. Penggunaan Stimulan Sejak Awal Penyadapan Untuk Meningkatkan Produksi Klon IRR 39. Balai Penelitian Sembawa. Jurnal

Penelitian karet, 31(2) : 117 - 126

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Karet Indonesia 2014-2016. Jakarta

Herlinawati E dan Kuswanhadi. 2012. Pengaruh Penggunaan stimulan Gas Terhadap Produksi dan karakter Fisiologis Klon BPM 24. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian karet. Jurnal Penelitian karet. 30(2) : 100-107 Kementrian Perdagangan. 2015. Produk Berbasis Karet Alam Harus Jadi Produk

pendukung Pembangunan Infrastruktur Nasional. Siaran Pers Bersama Muhtaria C, Dedi S dan Muhammad R. 2015. Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan

Intensitas Sadap Pada Produksi Lateks Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Politeknik Negeri Lampung. Jurna AIP.3(1): 59-68

Purwaningrum Y, JA Napitupulu, C Hanum, dan Siregar THS. 2016. Pengaruh Sistem Eksploitasi Terhadap Produksi Karet Pada Klon PB 260. Fakultas

(9)

7

Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara, Medan. Jurnal Pertanian

Topik, 3(1): 62-69 ISSN Online : 2356-4725

Rouf A, M O Nugrahani, A S Pamungkas. 2015. Strategi Peningkatan Produksi Lateks Secara Kontinu Dengan Teknolohi Stimulan Gas Etilen RIGG-9. Balai Penelitian Getas Medan. Warta Perkaretan, 34(1): 31-42

Sinamo H, Charloq, Rosmayati dan Radite. 2015. Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu Aplikasi Pada Beberapa Klon Tanaman karet Terhadap Pemberian Berbagai Sumber Hormon Etilen. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN : 2337-6597 Vol 3(2): 542-551

Siregar T HS. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Konisius; Yogyakarta

Sumarmadji dan R Tistama. 2004. Deskripsi Klon Karet Berdasarkan Karakter Fisiologis lateks Untuk Menetapkan Sistem Ekspliotasi yang Sesuai.

Jurnal Penelitian Karet, 22(1): 27-40

Wulandari T, Sampoerno dan Amrul K. 2105. Pemberian Stimulan Etofon Dengan Teknik Bark Appication Pada Produksi Lateks Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis kapang xerofilik yang terdapat pada kopi instant di daerah Sleman, Yogyakarta adalah Fusarium culmorum , Aspergillus niger , Curvularia lunata , Cladosporium

Tədqiqat işindən əldə edilən nəticəyə görə turizm tələbinə ən çox təsir edən faktor turist gələn ölkənin adam başına düşən milli gəliridir, qiymət

Konteks Diagram diatas dapat dilihat bahwa proses yang terjadi dalam aplikasi Sistem Informasi Kerja Praktek dan Tugas Akhir melibatkan lima sumber atau tujuan data yaitu

Berdasarkan hasil uji beda menjelaskan bahwa hasil uji beda yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak teridentifikasi perbedaan yang signifikan antara bank umum

Reddy, Ramar & Kusuma (Purwatiningtyas, 2014) menjelaskan empat karakteristik anak lamban belajar, ditinjau dari faktor-faktor penyebabnya, yaitu sebagai

Skop kajian ini secara umumnya untuk mengenalpasti sejauhmana penerapan ciri-ciri guru berkesan di kalangan pelajar Sarjana Pendidikan Teknik dan Vokasional (PTV), Universiti Tun

Tujuan awal pelaksanaan Survei Bantuan Hidup Dasar Primer adalah memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang pada penderita henti jantung mendadak dengan melakukan

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi maupun keterangan Terdakwa dan dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan ke persidangan, diperoleh fakta hukum