• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Solanum tuberosum l.) di Kabupaten Magetan. Hasil penelitian ini pendapatan rata rata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Solanum tuberosum l.) di Kabupaten Magetan. Hasil penelitian ini pendapatan rata rata"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan pemasaran yang menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian ini :

Puspitawati dan Wardhani (2016) menganalisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum tuberosum l.) di Kabupaten Magetan. Hasil penelitian ini pendapatan rata rata petani kentang varietas Granola sebesar Rp 73.989.130,00 dan Rp 34.139.950,00 untuk varietas Atlantik dengan perbandingan R/C rasio masing-masing varietas 3,00% dan 1,76%. Ada 3 pola saluran pemasaran kentang, yaitu: (a). Saluran I: Petani - Pedagang Pasar Plaosan - Pedagang Pengecer - Konsumen. (b). Saluran II: Petani - Pedagang Pengumpul Desa -Pedagang Pasar Plaosan - Pedagang Pengecer - Konsumen. (c). Saluran III: Petani - Pedagang Pengumpul Desa - Pedagang Pasar Plaosan - Pedagang Antar Kota - Pedagang Pengecer - Konsumen. Berdasarkan analisa diketahui semakin kecil marjin pemasaran maka semakin efisien kegiatan pemasaran kentang. Analisa data tersebut diperoleh fungsi linier marjin pemasaran adalah M = -5063,378 + 1,079 (Pr).

Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada analisis data hanya menggunakan analisis usaha tani dan marjin pemasaran, dan farmer’s share, sedangkan penelitian ini menganalisis margin pemasaran, farmer’s share, distribusi margin dan efisiensi pemasaran.

Putri et al., (2018) menganalisis Efisiensi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Saluran Pemasaran. Hasil dari analisis menunjukkan terdapat tiga pola saluran pemasaran anggrek potong Vanda Douglas: (1) petani - pedagang pengumpul desa - pedagang besar- konsumen (2) petani - pedagang besar -

(2)

konsumen (3) petani - florist - konsumen. Dilihat dari Efisiensi saluran pemasaran menununjukkan pada saluran dua yaitu petani - pedagang besar - konsumen. Pada saluran ini memiliki margin pemasaran paling rendah 72 persen, farmers share terbesar 28 persen dan rasio keuntungan terhadap biaya terbesar 7,4. Jumlah tujuh faktor yang diduga mempengaruhi pilihan saluran pemasaran anggrek potong Vanda Douglas maka variabel penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel respon adalah umur petani, harga jual anggrek, lama bertani dan luas lahan. Penelitian terdahulu ini di analisis margin pemasaran, farmers share dan efisiensi pemasaran, dan analisis faktor yang memengaruhi pilihan saluran pemasaran sedangkan penelitian ini menganalisis margin pemasaran, farmers share, distribusi margin, efisiensi pemasaran

Tawarniate et al., (2017) menganalisis Pemasaran Kentang Di Kecamatan Bukit Kabupaten Baner Meriah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dapat dinyatakan mempunyai tingkat efisiensi yang bervariasi, yakni tinggi mencapai 45,00%, sedang yaitu 42,27% dan rendah sebesar 37,92%.Lembaga pemasaran kentang di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah yaitu petani, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang besar luar daerah dan pedagang pengecer. Kesemuanya menjalankan fungsi pemasarannya masing-masing, yakni melakukan penjualan, pembelian, sortasi, pengemasan dan pengangkutan hingga sampai ke tangan konsumen. Penelitian terdahulu ini di hanya menganalisis margin pemasaran dan efisiensi pemasaran, sedangkan penelitian di ini menganalisis menganalisis margin pemasaran, farmers share, distribusi margin, efisiensi pemasaran

(3)

Ahmad (2016) menganalisis pemasaran kentang (Solanum tuberosum) di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani, pedagang dan pengecer, yang memasarkan kentang di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Margin pemasaran kentang setiap lembaga di Kecamatan Sinjai Barat berbeda anatra saluran I dan saluran II. Farmer share yang diterima petani pada saluran II lebih tinggi dibandingkan dengan farmer share pada saluran I. Hasil dari kedua saluran tersebut yang efesien adalah saluran pemasaran II (Petani – pedagang pengecer – konsumen). Bentuk saluran pemasaran kentang di Kecamatan Sinjai Barat, yaitu 1) Petani produsen menjaul kentang ke pedagang pengumpul dan kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengecer dan selanjutnya mendistribusikan ke konsumen.. 2) Petani produsen menjual kentang ke pedagang pengecer selanjutnya pedagang pengecer mendistribusikan ke konsumen. Pada penelitian terdahulu ini di hanya menganalisis margin pemasaran dan farmer share dan pendapatan petani, sedangkan penelitian ini menganalisis juga margin pemasaran, distribusi margin, efisiensi harga, efisiensi operasional dan efisiensi pemasaran

Yuprin (2009) menganalisis Pemasaran Karet di Kabupaten Kapuas. Hasil dari penlitian ini adalah Struktur pasar di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten bersifat oligop-soni konsentrasi sedang yang menunjukkan bahwa pedagang memiliki tingkat kekuasa-an yang sedang dalam mempengaruhi pasar. Penampilan pasar ditunjukkan dengan marjin pemasaran yang relatif besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata. Hal ini menunjuk-kan bahwa pemasaran hasil karet tidak efisien, sehingga merugimenunjuk-kan pedagang tingkat bawah dan petani yang berposisi paling bawah. \

(4)

Saluran pemasaran karet di Kabupaten Kapuas terdiri dari 6 (enam) macam. Petani sebagian besar memasarkan karet melalui saluran pemasaran yang dikategorikan sedang, yaitu petani – pedagang desa – pedagang kabupaten – eksportir. Saluran ini terpaksa digunakan, karena petani sudah menggunakan saluran pemasaran karet terbaik, yaitu: petani - pedagang kecamatan – eksportir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil petani yang memiliki aksesibilitas baik terhadap eksportir menjual kepada pedagang lain dan memberikan peluang kepada pedagang lain untuk masuk pasar. Pada penelitian terdahulu ini di hanya menganalisis margin pemasaran dan efisiensi pemasaran, sedangkan penelitian di ini menganalisis juga market share, efisiensi harga, efisiensi operasional dan efisiensi pemasaran

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemasaran Pertanian

Pemasaran adalah aliran produk secara fisik dan ekonomi dari petani melalui pedagang perantara ke lembaga pemasaran. Definisi lain menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut. Kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang/jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran. Penjualan hanyalah

(5)

salah satu dari berbagai fungsi pemasaran. Apabila pemasar melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barangbarang tersebut (Sudiyono, 2004).

2.2.2 Lembaga Pemasaran

Sudiyono (2002) menyatakan lembaga pemasaran yaitu suatu badan usaha yang melakukan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen yang berhubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini terjadi karena keinginan konsumen untuk memperoleh barang yang tepat waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan. Tugas dari lembaga pemasaran ini yaitu, menjalankan fungsi-fungsi pemasaran dan keinginan konsumen secara maksimal.

Swastha (1979) menyatakan bahwa ada dua macam lembaga pemasaran yang ikut dalam kegiatan penyaluran barang yaitu, pedagang dan agen. Pedagang dibagi lagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Produsen : yang memproduksi dan medistribuskan barang ke pasar.

2. Pedagang besar : bagian yang menerima barang dari produsen dan menjualnya ke tingkat lain dibawahnya atau menjual langsung ke konsumen.

3. Pengecer : yang menerima barang dari pedagang besar dan menjualnya ke konsumen akhir.

(6)

2.2.3 Saluran Pemasaran

Komoditi Pertanian yang dihasilkan oleh petani akan memenuhi kebutuhannya, sehingga diperlukan proses distribusi produk, distribusi produk akan menghubungkan petani dengan konsumen proses tersebut terngkai dalam saluran pemasaran. Prasetyo (2008) juga berpendapat pada prinsipnya saluran pemasaran adalah aliran barang dari produsen ke konsumen melalui lembaga – lembaga pemasaran yang bergantung pada sistem pasar yang berlaku dan karakteristik produk yang dipasarkan.

Kotler (2000) saluran pemasaran merupakan sekelompok perusahaan atau individu yang memiliki kepemilikan hak atas produk, atau memindahkan hak pemilikan produk atau jasa saat dipindah tangan dari produsen ke konsumen.

Saluran distribusi dapat dibedakan berdasarkan tingkat penyalur yang digunakan yaitu :

1. Saluran nol tingkat (pemasaran langsung), terdiri dari produsenyang menjual produknya secara langsung ke konsumen.

2. Saluran satu tingkat, yang terdiri atas dua perantara yaitu produsen, pengecer, dan konsumen.

3. Saluran dua tingkat, yang terdiri dari dua perantara yaitu produsen, pedagang besar, pengecer dan konsumen.

4. Saluran tiga tingkat, yang terdiri dari tiga perantara produsen, agen, pedagang besar, pengecer dan konsumen.

(7)

2.2.4 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran menjadi lebih tinggi; kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; ketiga, tersedia fasilitas fisik pemasaran; keempat, adanya kompetisi pasar yang sehat. Saluran pemasaran dikatakan efisien bila mampu mendistribusikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu membagi keuntungan yang adil kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran Mubyarto (1980).

Menurut Soekartawi (1989) selain nilai efisiensi, suatu sistem pemasaran dikatakan sudah efisien apabila memenuhi kriteria efisiensi sebagai berikut: 1. Apabila persentase perbedaan harga yang dibayar konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi 2. Mampu mendistribusikan pembagian keuntungan yang adil diantara para pelaku-pelaku pemasaran 3. Apabila biaya-biaya pemasaran dapat ditekan seminim mungkin 4. Apabila tersedia fasilitas fisik yang memadai yang dapat menjamin kelancaran arus barang 5. Ada kompetisi yang sehat.

Sudiyono (2001) menyatakan, efisiensi artinya bagaimana memasarkan dengan biaya seminimal mungkin dan memperoleh keuntungan yang maksimal. Pemasaran dikatakan efisien apabila mampu menyalurkan hasil produksi ke konsumen dengan harga paling murah dan pembagian yang adil terhadap semua pihak yang terlibat (produksi dan pemasaran). Menurut Soekartawi (2001), semakin kecil atau rendah efisiensi pemasaran maka semakin efisien, dan sebaliknya semakin tinggi efisiensi pemasaran maka pemasaran tidak efisien.

(8)

Efisiensi pasar yaitu persentase perbandingan biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan. Setiap lembaga pemasaran menginginkan adanya efisiensi dari pemasaran yang dilakukan, jadi bisa menekan biaya pemasaran dan meningkatkan keuntungan. Semakin rendah persentase efisiensi, semakin tinggi efisiensinya. Kegiatan pemasaran tidak efisien jika biaya pemasaran besar dan nilai produk yang dipasarkan kecil.

2.2.5 Margin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Menurut Soekartawi (1989) marjin pemasaran dapat diartikan dari dua cara yaitu pertama, marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan konsumen. Kedua, marjin pemasaran yaitu biaya yang timbul dari jasa pemasaran yang dibutuhkan akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Bagian dari marjin pemasaran terdiri dari :

1. Biaya yang diperlukan lembaga pemasaran untuk melakukan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsi-fungsional.

2. Keuntungan (profit) lembaga pemasaran, yaitu pendapatan lembaga pemasaran yang diperoleh dari jasa pemasaran.

Sudiyono (2004) dalam bukunya mengemukakan margin pemasaran dapat di definisikan yaitu :

a. Margin Pemasaran yaitu perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, dapat dirumuskan :

(9)

Keerangan :

M : Margin Pemasaran (Rp)

Pr : Harga kentang di tingkat pengecer(retail) (Rp) Pf : Harga kentang di tingkat petani (Rp)

b. Margin pemasaran terdiri atas biaya-biaya dari lembaga pemasaran untuk fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran yang dapat dirumuskan :

M = Bp + Kp Keteranagn :

M : Margin Pemasaran (Rp/kg) Bp: Biaya Pemasaran (Rp/kg) Kp: Keuntungan Pemasaran (Rp/kg)

Jadi, margin pemasaran dapat diartikan selisih pendapatan yang diterima oleh petani dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Harga yang dibayar oleh konsumen adalah harga di tingkat pengecer. 2.3 Konsumen Produk Pertanian

Pemasaran komoditas hortikultura secara umum terdapat beberapa pihak selain produsen dan konsumen, yaitu lembagalembaga perantara yang menghubungkan sentra produksi dan sentra konsumsi dengan melakukan berbagai aktivitas yang memberikan nilai guna bagi produk yang dipasarkan. Jumlah dan jenis lembaga perantara tersebut secara horizontal dan vertical sangat dipengaruhi oleh jenis komoditas yang dipasarkan, fasilitas pemasaran yang tersedia dan keinginan pasar sasaran (konsumen) yang hendak dicapai. Semakin banyak dan kompleks permintaan konsumen dan semakin banyak perubahan bentuk dari komoditas yang dipasarkan sebelum sampai di tangan konsumen, maka akan semakin banyak pula menuntut kehadiran para lembaga perantara. (Agustian 2008)

(10)

2.4 Kerangka Pemikiran

Suatu proses pemasaran pertanian produk yang dimulai dari petani ke lembaga pemasaran (pengecer) harus melalui berbagai macam proses yang dilakukan lembaga pemasaran yang disebut dengan rantai nilai. Langkah untuk mengetahui pemasaran di Desa Sumber Brantas dilakukan dengan cara mengikuti aliran kentang dari petani sampai ke lembaga pemasaran (pengecer). Proses pendistribusian tersebut melalui pasar lokal maupun luar kota melibatkan lembaga - lembaga pemasaran seperti tengkulak, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul luar kota, pedagang besar dan pedagang pengecer.

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran berperan menyalurkan kentang dari petani ke konsumen yang nantinya akan membentuk saluran pemasaran dan didalamnya juga terdapat kegiatan yang disebut rantai nilai. Skema penelitian ini kentang yang dihasilkan oleh petani kemudian dijual ke konsumen langsung atau ke lembaga pemasaran lainnya seperti pelaku industry untuk mengolah kembali produk kentang kemudian dari beberapa saluran pemasaran nantinya akan di deskripsikan menggunakan analisis pemasaran. Hasil dari analisis tersebut dapat mengetahui saluran pemasaran mana yang paling efisien di Desa Sumberbrantas. Skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat di Gambar 1 sebagai berikut.

(11)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani Kentang Saluran Pemasaran ke 2 Saluran Pemasaran ke 3 Pemasaran Kentang Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran ke 1 Keuntungan Pemasaran Biaya Pemasaran Saluran Pemasaan ke n.. Pemasaran yang efisien Margin Pemasaran MP = Pr – Pf Margin Pemasaran Farmer’s Share Fs = Pf × 100% Pr Market Share Ms = Hp × 100% Efisiensi - Harga - Operasio nal - Indeks Efisiensi Pedagang besar Tengkulak Pengecer

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani Kentang Saluran Pemasaran ke 2  Saluran Pemasaran ke 3 Pemasaran Kentang Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran ke 1 Keuntungan Pemasaran Biaya Pemasaran Saluran Pemasaan ke n.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pelaksanaan penelitian selesai, akan diperoleh data skor tes (pretes dan postes) kemampuan penalaran analogi dan generalisasi matematis, serta data pencapaian

Masalah yang terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis, pasien merasakan cemas karena proses dialisis yang cukup panjang dan lama, sehingga pasien memerlukan

Rasio aktivitas ( activity ratio ) atau yang disebut rasio manajemen aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva

Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang dijadikan bahan penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, maka yang menjadi sumber data utama adalah

Peneliti memilih pasangan yang telah menikah karena jika dalam masa berpacaran hubungan tersebut tidak mendapatkan restu dari salah satu orang tua pasangan maka sangat sulit

Penelitian ini tergolong deskriptif kualitatif. Sumber data adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Menulis Naskah Drama dan Skenario Film. Data penelitian ini

Amin Abdullah dalam membangkitkan keilmun dalam umat Islam dari keterpurukan adalah dengan mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan umum lewat pendekatan

Desa wisata Sidoakur merupakan desa wisata yang terletak di 22 Km kearah selatan Kota Kabupaten Sleman yakni didesa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten