• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas merokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas merokok"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Menopause

1.1. Defenisi menopause

1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause 1.3. Tanda dan gejala menopause

1.4. Karakteristik Menopause wanita

2. Merokok

2.1. Defenisi merokok 2.2. Wanita perokok

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas merokok 2.4. Bahaya dan dampak merokok.

(2)

1. Menopause

1.1. Defenisi Menopause

Menopause dialami oleh wanita-wanita yang telah melewati masa subur yang ditandai dengan berhentinya haid secara menetap. Priode berhentinya menstruasi secara definitife ini disebut dengan priode klimakterium (Kartini, 1992).

Klimaterium merupakan suatu masa peralihan dari kehidupan seorang wanita yang berawal sejak fungsi indung telur berkurang hingga beberapa waktu sampai berhentinya haid. Masa klimaterium ini biasa terjadi pada usia 45 – 60 tahun. Kondisi yang demikian jika terjadi pada rentang usia dibawah 45 tahun termasuk pada kondisi menopause dini (Sembiring, 1991).

Menopause adalah kondisi dimana seorang wanita mencapai masa berhentinya haid pada usia lebih dari atau pada 45 tahun. Usia rata-rata untuk mencapainya menopause alami atau berhentinya haid adalah diatas 51 tahun. Bila seorang wanita mencapai menopause pada usia kurang dari atau tepat 45 tahun dapat dikatagorikan sebagai menopause dini (Nirmala, 2003).

Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi, maka ditetapkan menopause sebenarnya. Sebelum menghadapi masa menopause secara alamiah, seseorang akan dihadapkan pada masa premenopause yang terjadi 3-5 tahun sebelum menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan klimaterium mulai berkembang. Selanjutnya diikuti pada tahap menopause sampai akhirnya postmenopause yaitu tahap awal setelah 12 bulan tidak haid. Tahap postmenopause akan dihadapi semua wanita menopause baik yang alamiah maupun menopause dini karena insidensi tertentu. Gabungan premenopause dan

(3)

postmenopause disebut masa perimenopause. Pada masa inilah terjadi keluhan yang memuncak (Kartini, 1992).

1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause

Ada banyak faktor yang terkait dengan kondisi menopause baik secara sengaja diperbuat ataupun tanpa segaja. Berikut faktor – faktor yang terkait dengan timbulnya menopause:

Menopause secara alami terjadi karena penurunan aktivitas ovarium yang diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Ini terjadi secara alamiah. Seorang wanita secara spontan telah memiliki folikel/indung telur dari sejak lahir. Namun, folikel – folikel ini matang dan bekerja untuk menghasilkan sel telur pada saat memasuki usia puberitas yang ditandai dengan proses menstruasi. Seiring dengan hal tersebut, granulose secara otomatis menghasilkan estrogen yang merupakan salah satu hormon reproduksi wanita. Estrogen tadi akan memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya sel telur dari corpus luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan progresteron. Progresteron sendiri menyiapkan tempat pembuahan dengan menebalkan dinding endometrium. Setiap bulannya jika sel telur tidak jadi dibuahi, akan membuat dinding endometrium yang menebal tadi luruh. Luruhnya dinding endomerium dibuktikan dengan keluarnya darah melalui lubang vagina dan inilah yang disebut menstruasi. Ketika ovarium tidak lagi produktif, folikel yang dihasilkan berkurang maka rangsangan produksi hormon estrogen dan progresteronpun berangsur – angsur menurun. Kondisi ini yang semakin lama

(4)

mencapai titik pada masa klimaterium dengan keadaan menopause (Nirmala, 2003).

Menopause karena operasi. Ini terjadi akibat proses pembedahan, diantaranya operasi rahim (histerektomi) dan pengangkatan kedua indung telur (oophorectomy bilateral). Kondisi ini sering disingkat dengan istilah TAHA/BSO. Bila rahim diangkat dan dinding telur tetap dipertahankan maka masa haid berhenti namun gejala menopause tetap berlangsung ketika wanita tersebut mencapai usia menopause alami. Itu artinya wanita tersebut akan tetap mengeluhkan rasa ketidaknyamanan seperti keringat berlebih, panas yang dirasakan ditubuh dan kesulitan tidur pada dirinya saat usianya mencapai masa klimaterium atau pada kisaran usia 40 tahun ke atas (Manuaba, 1999).

Menopause karena kondisi medis. Kemoterapi karena menderita kanker seringkali berakibat pada kondisi menopause dini sementara ataupun permanen. Obat – obatan anti kanker dinilai mempengaruhi produksi hormon yang diproduksi oleh indung telur. Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi obat – obatan anti hipertensi, reumatik dan jantung akan mempercepat datangnya masa menopause. Obat – obatan ini diduga akan memberikan efek penekanan produksi hormon – hormon reproduks i (Nirmala, 2003).

Menopause karena merokok. Walaupu n belum diteliti secara mendalam, diasumsikan merokok dapat mempercepat datangnya masa menopause. Aktivitas merokok dilaporkan membawa pengaruh terhadap menopause dini pada wanita. Diketahui 59% wanita perokok aktif lebih mungkin berisiko terhadap menopause dini (Sukma, 2007). Perbandingannya, wanita

(5)

perokok sembilan kali lebih cepat mendapati masa menopausenya dibanding mereka yang tidak merokok (Takasihaeng, 2000). Ini disinyalir karena kerusakan yang mungkin terjadi pada alat – alat reproduksinya seperti indung telur sehingga produksi hormon estrogen menurun. Penurunan produksi estrogen akibat kerusakan ovarium maupun ovum, secara otomatis akan mematikan siklus reproduksi secara bertahap. Ketika produksi estrogen tidak lagi memadai, maka proses menstruasi akan terhenti dan henti haid atau menopause data lebih awal dari waktu yang semestinya (Elisabet, 2005).

Menopause karena kondisi peran. Dinyatakan bahwa seorang wanita single baik itu janda maupun wanita tidak menikah di usia yang sudah tidak muda lagi lebih cepat mendapati masa menopause. Hal ini diakibatkan karena kondisi peran yang tidak komplit dalam hidupnya. Wanita yang tidak memiliki pasangan memiliki kewajiban lebih besar terhadap keluarganya sehingga memungkinkan untuk mengalami stress atau tekanan dalam hidupnya. Wanita yang berpendidikan kurang mungkin memasuki menopause dalam usia 40 tahunan (Takasiahaeng, 2000).

1.3. Tanda dan Gejala Menopause

Menopause ternyata memberi pengaruh ketidaknyamanan. Berikut dikemukakan beberapa gejala fisik yang sering muncul pada kondisi menopause dini, antara lain:

Hot flashes yaitu perasaan panas, gerah bahkan rasa seperti terbakar pada area wajah, lengan, leher, dan tubuh bagian atas serta muncurnya keringat berlebih khususnya pada malam hari. Kondisi ini adalah kondisi yang paling

(6)

sering dikeluhkan dan menjadi pemberat utama dalam menghadapi masa klimaterium (Caroline, 2001).

Kesulitan tidur sepanjang malam dengan atau tanpa gangguan keringat. Kesulitan tidur ini bisa terjadi karena kegelisahan akibat perubahan faal tubuh atau mungkin keinginan BAK yang datang lebih sering dari biasanya. Kesulitan tidur yang dialami wanita akan berakibat buruk pada status kesehatannya, dimana wanita tersebut akan tampak lemah dan pucat (Elisabet, 2005)

Nafsu makan bertambah, sehingga wanita tersebut kelihatan lebih gemuk ditambah lagi pelebaran pada bagian pinggul, pinggal dan paha. Belum disadari benar mengapa keinginan makan pada wanita perimenopause meningkat. Diduga, lemak tubuh akan diolah untuk terus menghasilkan estrogen sehingga keinginan makan akan bertambah untuk mensuptitusi pemecahan lemak tubuh tadi.

Kerontokan rambut membuat menipisnya rambut di kepala, kemaluan dan seluruh tubuh. Namun bulu – bulu pada area wajah meningkat. Hal ini sejalan dengan berkurangnya produksi kelenjar dan lapisan lemak pada kulit.

Vagina kering akibatnya sakit saat melakukan hubungan seks. Keringnya vagina dapat terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang secar berangsur – angsur meminimalkan pengeluaran cairan vagina. Selain itu otot – otot vagina juga semakin kendur dan daya kontraksinya lebih rendah. Hal ini secara tidak langsung nantinya berdampak pada menurunnya libido.

Inkontenensia yaitu sulitnya menahan BAK terutama dalam kondisi bersin, tertawa, dan terkejut. Ini mengindentifikasikan hilangnya kelenturan otot

(7)

halus. Kondisi seperti ini lebih memberatkan saat malam hari karena mengganggu aktivitas istirahat dan tidur.

Gangguan pada kulit dan ekstremitas adanya gelenyar – gelenyar pada kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12, perubahan kelenturan pembuluh darah dan menipisnya kadar potassium dan kalsium. Juga kondisi kulit kering dan pecah – pecah (Wahyudi Nugroho, 2000).

Selain gejala fisik seperti yang dikemukakan di atas, terdapat pula gejala psikis yang menonjol pada wanita menopause seperti : mudah tersinggung, susah tidur, kecemasan, gangguan daya ingat, streess, depresi, tertekan, gugup dan kesepian. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan suami dan keluarga. Semua tanda dan gejala diatas mulai data pada waktu yang lebih awal yaitu sekitar 3 – 5 tahun sebelum menopause atau sebanding dengan usia 40 – 45 tahun (Kartini, 1992).

1.4. Karakteristik Menopause Wanita 1.4.1. Karakteristik Wanita Menopause

Menopause selain disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang telah dijelaskan di atas, terdapat juga beberapa hal yang mesi dikaji terkait karakteristik wanita tersebut. Kecenderungan bahwa karakteristik tertentu berpengaruh terhadap datangnya masa menopause memang belum diteliti secara mendalam namun dalam beberapa analisa diketahui bahwa faktor – faktor berikut ini berpeluang untuk mempercepat datangnya masa menopause.

(8)

Status perkawinan, wanita yang tidak menikah dinilai lebih berisiko untuk mendapati menopause dalam waktu lebih awal. Begitu juga jika wanita tersebut berstatus sebagai janda. Kondisi ini dimungkinkan berhubungan dengan pengalaman psikis yang terjadi pada seorang wanita yang hidup tanpa atau tidak lagi dengan pasangannya (Wahyudi Nugroho, 2000)

Suku bangsa, ras kulit kuning atau ras pada perempuan yang tinggal di belahan bumi bagian selatan mempunyai resiko mendapatkan menopause dini lebih tinggi dibandingkan perempuan ras putih yang tinggal dibelahan bumi bagian utara. Selain itu, pada negara dengan iklim panas, kejadian menopause dini lebih kerap dibandingkan negara beriklim dingin (Manuaba, 1999).

Pendidikan, wanita yang berpendidikan kurang mungkin memasuki menopause dalam usia 40 tahunan. Disebabkan wanita yang berpendidikan cendrung mampu mengatur koping dan kebutuhan hidupnya ke arah yang lebih sehat ( Takasiahaeng, 2000)

Pekerjaan, riwayat pekerjaan juga menjadi sorotan. Nantinya hal ini terkait dengan kesehatan. Seorang perempuan yang sering terpapar radiasi perlu diwaspadai terhadap kemunculan menopause dini ( Wahyudi Nugroho, 2000)

Sisial ekonomi, pendapatan yang sangat menimal atau kurang memadai kurang mungkin pula untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam keluarga tersebut. Sementara itu kerja faal tubuh harus disuplai energi yang diperoleh melalui metabolisme makanan yang padat gizi (Wahyudi Nugroho, 2000)

Gaya hidup, wanita perokok; pengkonsumsi alkohol dan mereka yang memiliki kebiasaan sebagai vegetarian murni lebih berisiko untuk mencapi masa menopause dalam waktu lebih awal. Namun penumpukan lemak atau obesitas

(9)

juga dapat berdampak pada waktu menopause yang juga hadir lebih awal / dini (Purwanto, 2007)

Riwayat keluarga / genetik, faktor genetik memegang peranan penting. Perempuan dengan riwayat keluarga yang mempunyai menopause dini cenderung mendapat menopause lebih awal dan mengalami kegagalan kemampuan reproduksi. Menarche, masa menstuasi yang datang terlambat pada usia puberitas memberi kecendrungan masa menopause data lebih cepat (Wahyudi Nugroho, 2000)

1.4.2. Usia Menopause

Setiap orang mempunyai waktu menopause yang berbeda – beda. Ada yang datang lebih awal dan ada yang terlambat. Dikatakan awal bila menopause muncul pada usia 20 – 40 tahun. Usia menopause terlambat biasanya terjadi di atas 51 tahun (Sukma, 2007).

Klimaterium merupakan suatu masa peralihan dari kehidupan seorang wanita yang berawal sejak fungsi indung telur berkurang hingga beberapa waktu sampai berhentinya haid. Masa klimaterium ini bisa terjadi pada usia dibawah 45 tahun termasuk pada kondisi menopause dini (Sukma, 2007)

Menopause adalah kondisi dimana seorang wanita mencapai masa berhentinya haid pada usia lebih dari atau pada 45 tahun. Usia rata – rata untuk mencapainya menopause alami atau berhentinya haid adalah diatas 51 tahun (Nirmal, 2003)

(10)

2. Merokok

2.1. Definisi Merokok

Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkannya. Menghisap asap yang dihasilkannya berarti sekurang – kurangnya menghirup 60% gas dan uap yang dihasilkannya. Merokok didefinisikan sebagai suatu aktivitas aktif menghisap/mengkonsumsi sebagi upaya memenuhi keinginan, kebutuhan dan kebiasaannya. Beribu – ribu orang pada dewasa ini menjadi perokok berat bukan hanya karena suatu pilihan melainkan karena mereka tidak punyak jalan keluar. Motivasi merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup seseorang untuk berhenti merokok, namun tidak banyak implus yang dapat merangsang keinginan seseorang agar berhenti merokok (Aiman, 2006).

Dengan menghisap/mengonsumi sebatang rokok berarti menghisap 69 bahan kimia berbeda yang menyebabkan kanker dan ribuan racun lain yang dapat meningkatkan resiko beberapa jenis penyakit berbeda. Dengan kata lain merokok berarti secara sengaja mensuplay tubuh dengan berbagai jenis racun melalui kegiatan aktif menghisap rokok (Aiman, 2006).

Zat yang paling berbahaya adalah tar dan nikotin. Zat tar ini nantinya akan menumpuk pada selaput lendir cabang tenggorok. Tak tidak hanya menimbulkan rangsang atau dampak buruk bagi area tersebut namun juga dapat berdampak pada gangguan vascular. Begitu juga efek nikotin yang tidak hanya menimbulkan minat ketagihan sehingga merokok menjadi sebuah kebutuhan, nikotin juga berdampak pada kerusakan tubuh karena perlu disadari bahwa nikotin merupakan derifat dari

(11)

Pada penelitian di Inggris (2007) dinyatakan 70% perokok ingin berhenti merokok namun mereka terhalang oleh kekuatan nikotin. Hanya satu dari lima orang yang berusaha berhenti merokok berhasil menghentikan kebiasaan merokok mereka (ASH,2007). Pemerintah Inggris menyatakan 106.000 orang telah meninggal dalam setahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok. Karena itu pula pada 1 juli 2007, merokok telah dilarang di tempat – tempat umum tertutup di seluruh Inggris (Rich, 1999)

ASH menyatakan seperempat orang dewasa di Inggris saat ini merokok, 70% diantaranya adalah orang tua tunggal. Diantara 70% itu, 24,9% adalah wanita. Ini merupakan angka yang cukup besar mengingat dampak yang nantinya berpengaruh pada wanita tersebut.

2.2. Wanita Perokok

Wanita perokok adalah wanita yang secara aktif dan dalam intensitas rutin mengkonsumsi rokok. (Rich, 1999). Kegiatan merokok bukan hanya kebiasaan yang lazim dilakukan para lelaki atau pemuda. Tidak jarang ditemui bahwa seorang wanita bahkan remaja putri merokok secara aktif. Komunikasi perokok pada wanita kian lama kian kian meningkat, bahkan dibeberapa tempat mengalami kemajuan yang pesat. Persentasenya hampir sama dengan jumlah perokok pria. ASH mengidentifikasi (data 2006) jumlah perokok wanita dewasa di Inggris saat ini mencapai sepertiga lebih yaitu 37,7%; 55,4% ada pada kalangan laki – laki dewasa dan 0,8% pada kalangan anak – anak/remaja. Aktivitas merokok pada wanita ternyata menunjukkan angka yang besar. Badan statistik kesehatan inggris

(12)

juga memaparkan bahwa 50% lebih penderita kanker paru – paru di Inggris adalah wanita dengan riwayat merokok (Aiman. 2006).

Dengan mempertimbangkan bahaya dan dampak negatif yang mungkin timbul maka sesungguhnya ini merupakan awal masalah pada penurunan status kesehatan masyarakat secara global.

2.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Merokok

Sebenarnya ada banyak hal yang mempengaruhi aktivitas merokok baik secara internal maupun eksternal. Namun fakton internal dan eksternal itu tidak sedemikian rupa dapat dipisah – pisahkan. Adapun faktor yang lazim berpengaruh pada aktivitas merokok antara lain:

Lingkungan dan pergaulan. Kebanyakan perokok pada mulanya tidak secara mutlak ingin merokok karena pikiran mereka sendiri, melainkan karena orang lain. Seorang terpaksa belajar merokok karena terikut pada apa yang dilakukan orang lain (Jones, 2005).

Masalah atau kondisi stress. Mereka yang merasa hidupnya dipenuhi banyak tekanan, merasa merokok dapat membantu meringankan tekanan dan peranana strees itu. Walaupun sebenarnya efek nikotin yang ada pada rokok justru memberikan stimulasi yang antagonis dari yang dipersepsikan (Jones, 2005)

Budaya yang berkembang. Sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang di suatu komunitas tertentu menjadi satu alasan seseorang terpaksa merokok. Mereka menyimpulkan dengan tidak merokok berarti mereka bukan bagian dari komunitas itu. Bagaimanapun merokok menjadi suatu syarat yang dianggap legal untuk dilakukan (Mu’tadin,2002).

(13)

Ketidaknyamanan dan pertambahan usia. Kelihatannya sangat ironis bahwa pertambahan usia menjadi salah satu faktor yang dapat memacu konsumtif dari seorang wanita untuk merokok. Namun hal inilah yang dikemukakan Aiman. Menurutnya pertambahan usia seiring dengan pertambahan beban hidup yang akan dihadapi seorang wanita. Apalagi bagi wanita yang menuju masa menopause, dimana perasaan sensitif, kecemasan, kesulitan tidur, perasaan kesepian kerap hadir dan terasa sangat mengganggu. Beberapa dari mereka mengantisipasi hal ini dengan meningkatkan frekuensi merokok (Aiman, 2006).

2.4. Bahaya Merokok

Merokok banyak membawa dampak buruk bagi kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Data statistik menggambarkan bahwa 90% kematian yang disebabkan karena gangguan pernapasan , 25% kematian yang disebabkan karena penyakit jantung koroner dan 75% kematian yang disebabkan karena penyakit emphysema, kesemuanya itu dipacu oleh kebiasaan merokok (Aiman, 2006).

Beberapa permasalahan yang sering timbul akibat dari merokok antara lain: Ketagihan, efek nikotin membawa keinginan merokok terus ada bagi yang telah mencobanya. Bahkan ini merupakan hambatan yang cukup besar bagi seorang yang ingin berhenti merokok. Aktivitas putus rokok justru sering membuat ketidaknyamanan seperti kesulitan tidur bahkan gangguan pencernaan seperti konstipasi. Dampak ketagihan ini tidak hanya membawa pengaruh buruk bagi kesehatan namun juga pengeluaran financial akibat dari kebutuhan akan rokok yang harus dipenuhi (Stuart, 2006).

(14)

Sakit pada area pernapasan. Paru – paru sebagai sumber pengatur pernapasan merupakan komponen yang sangat vital bagi tubuh manusia. Aktivitas merokok dengan kondisi menghisap asap rokok akan langsung mempengaruhi organ pernapasan. Efek dari tar memberi pengaruh pada penebalan selaput lendir paru. Ini menghilangkan sedikit demi sedikit elastisitas paru, akibatnya kerja paru tidak edekuat. Dinyatakan bahwa seorang perokok membayar 34,6 menit hidupnya untuk sebatang rokok (Jones, 2005).

Kanker, kondisi kronik dari sakit pada area pernapasan akan dilanjutkan pada kondisi kanker. Ini terjadi ketika zat – zat pada rokok telah mengendap dan meracuni sel – sel di tubuh kita. Dampak yang kronik ini tidak hanya dihadapi oleh satu atau dua orang melainkan sebagian besar pengkonsumsi rokok.

Impotensi, ini merupakan kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Bukan hanya pada pria tapi juga pasangannya. Impotensi berarti gangguan yang terjadi pada kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh aktivitas merokok yang membuat kerusakan sel – sel dan mengganggu faal tubuh. Beberapa konsekuensi yang harus dihadapi pada kondisi ini adalah hilangnya keharmonisan rumah tangga, tidak tercapainya kepuasan seksual bagi pria maupun pasangannya. Dan kemungkinan untuk mempunyai keturunanpun tidak akan terwujud (Aiman, 2006).

Gangguan kehamilan dan janin, seorang wanita yang hamil berarti segala sesuatu yang diperbuatnya meliputi dua hal yaitu ibu/dirinya dan janin. Merokok membawa dampak buruk bagi kesehatan secara umum, begitu juga efek yang ditimbulkan pada sang janin. Melalui plasenta zat – zat racun itu diabsobrsi dan mempengaruhi kehidupan sang janin. Alhasil seorang ibu yang aktif merokok

(15)

pada masa kehamilannya, bisa dipastikan 97% bayinya kan lahir dengan kelainan jantung ataupun kecacatan (Nirmala, 2003).

Menopause dini, merokok dapat mempercepat menopause. Ini karena rokok ternyata dapat mempengaruhi produksi hormon estrogen. Nikotin yang terdapat di rokok diasumsikan menghambat produksi hormon estrogen sehingga siklus hormonal pada wanita tersebut tidak berjalan efektif. Seringkali wanita perokok mengeluhkan siklus menstruasinya tidak teratur dan jarak persiklusnya sangat panjang. Kondisi ini memungkinkan terhentinya menstruasi secara permanen akan lebih cepat. Kondisi menopause dini ini nantinya akan mempengaruhi juga pada penyakit osteoporosis yang lebih awal. Hal ini karena berkurangnya produksi hormon estrogen yang mengurangi kemampuan observasi tubuh terhadap kalsium juga berkurang. Diketahui bahwa 20% wanita merokok mengalami masa menopause pada usia dini, hal ini berbanding dengan angka 1,7% saja dari mereka yang tidak merokok (Elisabet, 2005).

Ketidaknyamanan Fisik, ini biasanya diakibatkan dari reaksi ketergantungan rokok. Sehingga sering kali seorang perokok merasa pusing, mual dan lemas jika kebutuhan akan rokoknya terhambat. Kondisi ini pula yang memacu seseorang untuk terus mengkonsumsi rokok setiap hari, tanpa ada kemampuan untuk berhenti walau ada kemauan (Hawari,1990).

Referensi

Dokumen terkait

Belok kiri langsung sedapat mungkin digunakan bila ruang jalan yang tersedia mencukupi untuk belok kiri melewati antrian lalu lintas lurus dari pendekat yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dewi Gandruh Sari adalah yang memberi jalan bagi Raden Mursada dan juga. menunjukkan tirta pulayat bagi yang dicari

Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengawasan, Kompetensi, Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Pegawai Pada

Peran Organisasi Ekstra Kampus (Omek) sebagai kelompok kepentingan menjadi aktor konflik sosial tersebut, dimana Omek satu dengan Omek yang lain memiliki orientasi yang sama

Dari mekanisme penyelesaian konflik yang telah ditempuh oleh Pemerintah Indonesia ditunjukkan bahwa kepentingan utama Indonesia untuk mempertahankan Papua sebagai

Hasil penelitian bibit aren berumur 19 bulan dengan peubah pertumbuhan tanaman menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada perlakuan pemupukan P dan inokulasi FMA