• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Dalam bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjelaskan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Dalam bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjelaskan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjelaskan beberapa penelitian serupa untuk membandingkan penelitian yang diambil dengan penelitian yang pernah ada, landasan teori yang membantu dalam pemecahan permasalahan, konsep yang merupakan definisi operasional dari judul yang diambil serta model penelitian.

2.1 Tinjauan Pustaka

Tunjauan pustaka dimaksud adalah berupa studi terhadap makalah, laporan penelitian maupun jurnal yang memiliki relevansi dengan judul penelitian ini. Relevansi tersebut dapat berupa pendekatan yang digunakan maupun objek yang dijadikan fokus studi dalam penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan tentang dampak perkembangan pariwisata yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan kondisi lingkungan baik berupa jurnal dan tesis oleh para peneliti. Penelusuran dilakukan untuk dapat membandingkan dan juga mengetahui posisi dari penelitian yang sudah dilakukan terhadap penelitian ini.

(2)

9

2.1.1 Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjar Terhadap

Perubahan Penggunaan Lahan, Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Merupakan jurnal Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro yang disusun oleh Istiqomah Tya Dewi Pamungkas (2015). Dalam penelitian ini Tya Dewi mengangkat Judul Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjar Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan, Ekonomi, dan Sosial Masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji Pengaruh Keberadaan Desa Wisata KarangbanjarTerhadap Perubahan Penggunaan Lahan, Ekonomi dan Sosial Masyarakat Karangbanjar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan Desa Wisata Karangbanjar terhadap perubahan penggunaan lahan, ekonomi dan sosial masyarakat.

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif dan interpretasi citra. Hasil penelitian ini menunjukkan keberadaan Desa Wisata Karangbanjar mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, pada lahan non terbangun menjadi terbangun yaitu penggunaan lahan tegalan dan hutan menjadi permukiman. Sedangkan untuk perubahan fungsi lahan terjadi pada penggunaan lahan tegalan, hutan dan sawah. Keberadaan desa wisata juga berpengaruh pada ekonomi terutama pada perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.

2.1.2 Pengendalian Alih Fungsi lahan Pertanian Di Kawasan Perkotaan

Mangupura Kabupaten Badung

Merupakan tesis Teknik Arsitektur Universitas Udayana yang disusun oleh I Putu Anom Widiarsa (2017). Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendiskripsikan perkembangan alih fungsi lahan pertanian, faktor-faktor

(3)

10

penyebab, dan strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian di Kawasan Perkotaan Mangupura Kabupaten Badung.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memecahkan permasalahan tersebut, pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Data penelitian dikumpulkan dengan metode observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan terdapat pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang salah satunya adalah kegiatan alih fungsi lahan pertanian di kawasan perkotaan Mangupura Kabupaten Badung, yang semakin meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun.

2.1.3 Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan,

Sosial, dan Ekonomi masyarakat

I Wayan Tagel Sidarta (2002) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi masyarakat mengungkapkan bahwa kegiatan pariwisata menyebabkan terjadinya penggunaan lahan yang mempengaruhi kondisi lingkungan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kawasan Sanur didorong oleh pengadaan sarana dan fasilitas akomodasi wisata yang banyak dibangun di sepanjang sempadan pantai, seperti kios-kios cenderamata, warung/café, bar, rumah makan, konter-konter untuk penyewaan alat-alat kegiatan olahraga air dan sebagainya. Disamping itu, pertumbuhan penduduk semakin meningkat menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman juga mengalami peningkatan. Terbukti bahwa, di Kawasan Sanur telah mengalami perubahan lahan yang sangat pesat. Perubahan yang terjadi dilihat dari tahun 1990-2000. Dari data dapat dilihat

(4)

11

bahwa terjadi penurunan penggunaan lahan yang paling besar, yaitu pada penggunaan lahan sawah menjadi akomodasi wisata. Sedangkan, untuk lahan permukiman mengalami perluasan selama sepuluh tahun terakhir.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiga penelitian tersebut mengambil obyek penelitian berupa alih fungsi lahan. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan menjadi permasalahan yang sering dihadapi di Desa dan Kota. Alih fungsi lahan/ perubahan penggunaan lahan juga merupakan kesamaan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu mengambil topik penelitian. Tetapi penelitian yang dilakukan akan lebih fokus dalam meninjau perubahan penggunaan lahan Di Desa Wisata Sedit. Apabila dikomparasikan penelitian yang akan dilakukan dan dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

(5)

12 T a b el 2 .1 K ed u d u k a n P en el it ia n K in i d a n T er d a h u lu N o P en el it i J u d u l P en el it ia n M et o d e H a si l P en el it ia n K ed u d u k a n P en el it ia n Id e y a n g D a p a t D ia m b il 1 Is ti q o m ah T y a D ew i P am u n g k as (2 0 1 5 ) P en g ar u h K eb er ad aa n D es a W is at a K ar a n g b a n ja r T er h a d a p P er u b ah an P en g g u n aa n L ah an , E k o n o m i d a n S o si al M a sy ar a k at K u al it at if K eb er ad aa n D es a W is at a K ar an g b a n ja r m e m p en g ar u h i p er u b ah a n p en g g u n aa n l ah an , p ad a la h a n n o n te rb a n g u n m en ja d i te rb a n g u n y ai tu p en g g u n aa n l ah an t e g al a n d an h u ta n m en ja d i p er m u k im an . S ed a n g k a n u n tu k p er u b ah an fu n g si la h a n te rj a d i p a d a p en g g u n aa n la h an te g al an , h u ta n d an s aw ah . K e b er ad aa n d es a w is at a ju g a b er p en g ar u h p ad a e k o n o m i te ru ta m a p a d a p er lu a sa n k es e m p at a n k er ja d an p en in g k at an p en d ap at a n . P er sa m a a n : sa m a-sa m a m e n el it i te n ta n g d es a w is at a se rt a p en g ar u h n y a te rh a d ap p er u b ah a n p e n g g u n aa n la h an , e k o n o m i d an so si al m as y ar a k at P er b e d a a n : o b je k y an g d it el it i b er b ed a k ar ek at er is ti k n y a . -M e n g a m at i d an m en g a n al is a te rj a d in y a al ih fu n g si la h an d a n fa k to r p en y e b ab te rj a d in y a al ih f u n g si l ah an -M e n ca ri st ra te g i, re k o m en d a si d an p em ec a h an m a sa la h al ih fu n g si la h an p er ta n ia n se b a g ai la n g k a h a n ti si p as i d an p en g en d al ia n p em a n fa at an r u an g .

(6)

13 2 I P u tu A n o m W id ia rs a (2 0 1 7 ) P en g en d al ia n A li h F u n g si la h an P er ta n ia n D i K aw as an P er k o ta an M a n g u p u ra K ab u p at e n B a d u n g K u al it at if H as il d ar i p e n el it ia n i n i ad al ah d it e m u k a n te rd a p at p el an g g ar an te rh ad ap p em a n fa at an ru an g sa la h sa tu n y a a d al a h k eg ia ta n al ih fu n g si la h an p er ta n ia n d i k aw as a n p er k o ta an M a n g u p u ra K a b u p at en B ad u n g , y a n g se m a k in m en in g k at se ca ra si g n if ik an d ar i ta h u n k e ta h u n .. P er sa m a a n : sa m a-sa m a m e n el it i te n ta n g al ih f u n g si l a h an P er b e d a a n : o b je k y an g d it el it i. 3 I W a y a n T ag e l S id ar ta (2 0 1 1 ) D am p a k P er k e m b a n g an P ar iw is at a T er h a d a p k o n d is i li n g k u n g an , so si al , d a n e k o n o m i m as y a ra k at K u al it at if P er k em b a n g an la h a n d i k aw as a n S an u r d is eb a b k an o le h a d an y a p er k e m b a n g an p ar iw is at a. K e g ia ta n p ar iw is at a d i K a w as a n S a n u r p er k e m b an g a n n y a d id o ro n g o le h p e n g a d aa n sa ra n a d an fa si li ta s a k o m o d as i w is at a y a n g b a n y a k d ib a n g u n d i se p a n ja n g se m p a d a n p a n ta i, P er sa m a a n : S am a-sa m a m e n g an al is is fa k to r y a n g m en y e b ab k a n p er u b ah a n sp as ia l se b a g ai d a m p a k p er k em b an g a n p ar iw is at a. T er d ap at b e b er ap a v ar ia b el y an g sa m a,

(7)

14 se p er ti k io s-k io s ce n d er a m at a, w ar u n g /c af é, b ar , ru m ah m ak a n , k o n te r-k o n te r u n tu k p e n y e w aa n a la t-al at k eg ia ta n o la h ra g a ai r d an se b a g ai n y a. D Is a m p in g it u , te rs ed ia n y a la p a n g an k er ja d an p er tu m b u h an p e n d u d u k ju g a m er u p a k a n fa k to r p en d o ro n g . y ai tu te rs e d ia n y a sa ra n a d a n fa si li ta s a k o m o d a si w is a ta y a n g m er u p a k an b a g ia n d ar i in fr as tr u k tu r, se rt a te rs ed ia n y a p el u a n g k er ja P er b e d a a n : M et o d e an al is is y a n g d ig u n ak a n b er b e d a L o k a si p e n el it ia n b er b e d a.

(8)

15

`

2.2 Kerangka Berfikir dan Konsep

2.2.1 Kerangka Berfikir

Penetapan suatu kawasan menjadi desa wisata tentu membawa dampak pada kawasan itu sendiri. Salah satu dampak yang sering ditimbulkan adalah terjadinya perkembangan ruang yang mengarah pada perubahan penggunaan lahan. Penetapan desa wisata dapat memberikan tekanan terhadap suatu kawasan guna melakukan pembangunan yang dapat mendukung kegiatan wisatanya. Lahan desa pun banyak yang dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan wisata dan mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Dengan menggunakan metode membandingkan kondisi lahan dari tahun2004 sampai tahun 2017 maka dapat diketahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada waktu sebelum dan sesudah Desa Sedit dicanangkan sebagai desa wisata. Setelah mengetahui secara fisik spasial, kemudian dikaji aspek-aspek apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan lahan akibat ditetapkannya desa wisata di Desa Sedit.

Perubahan penggunaan lahan sebagai dampak dari perkembangan desa wisata didorong oleh beberapa faktor. Menurut Lestari (2009) disebutkan empat faktor penting yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan, meliputi:

1. Aspek internal dimana aspek ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pengguna lahan dan partisipasi masyarakat.

(9)

16

`

2. Aspek eksternal merupakan aspek yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan/pedesaan oleh kemajuan teknologi, demografi, maupun ekonomi, dan kecenderungan.

3. Aspek kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan.

Setelah mendapatkan jenis lahan yang dominan mengalami perubahan dan kecenderungannya, selanjutnya diuraikan aspek-aspek yang mendorong terjadinya perubahan fungsi lahan sebagai dampak perkembangan desa wisata. Adapun lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Wisata Sedit. Pemilihan pada lokasi ini dikarenakan di Desa Sedit terlihat terjadinya perubahan penggunan lahan terlihat dikembangkan menjadi kegiatan yang mendukung pariwisata dan diperkuat dengan penetapan Desa Sedit sebagai desa wisata yang tertuang dalam SK Bupati Bangli Nomor 16 Tahun 2014. Untuk lebih jelasnya akan disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut

(10)

17

`

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Gagasan Awal

Aktivitas pariwisata berdampak pada perubahan penggunaan lahan di Desa Sedit

Grand Tour Studi Literatur

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di Desa Wisata Sedit setelah dicanangkan sebagai

Desa Wisata ?

2. Aspek-aspek apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan lahan akibat ditetapkannya

desa wisata di Desa Sedit ?

3. Konsep pengendalian penggunaan lahan di Desa Wisata Sedit?

Studi Literatur Lanjutan:

1. Teori Penggunaan

Lahan

Jenis lahan yang cenderung mengalami perubahan penggunaan lahan Besaran perubahan penggunaan lahan Pengumpulan Data Aspek dominan terpilih

Kesimpulan dan Rekomendasi Analisis dengan

membandingkan peta dari

tahun 2004-2017 Analisis Aspek

Kuesioner Wawancara Aspek dominan terpilih Gap Kajian Teori Analisis Deskriptif

(11)

18

`

2.2.2 Konsep

A. Konsep Penelitian

Lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau daerah yang dijadikan tempat manusia hidup dan dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya (Bintarto, 1977:134). Menurut Jayadinata, 1999 dalam (Wicaksono, 2011:53) mendefinisikan lahan mempunyai sifat keruangan, unsure estetis dan merupakan lokasi aktivitas ekonomi manusia. Lahan juga merupakan sumber daya alam terbatas, dimana dalam penggunaannya memerlukan penataan, penyediaan, dan peruntukannya dirumuskan dalam rencana-rencana dengan maksud demi kesejahteraan masyarakat.

Secara lebih rinci, lahan dapat dipandang sebagai suatu komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan yang akan mempengaruhi kehidupan manusia. Dapat disimpulkan pengertian lahan merupakan permukaan bumi yang terdiri dari lingkungan fisik, biotik beserta segenap karakteristik-karakteristik di dalamnya yang berkaitan dan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Menurut Sugandhy, 1999 dalam ( Wicaksono, 2011:10) terkait dengan kondisi lahan yang terbatas, pemanfaatan lahan harus dilakukan secara terencana, rasional, optimal dan bertanggungjawab serta sesuai dengan kemampuan daya dukungnya. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristiknya akan memberikan dampak buruk, baik secara lingkungan, sosial dan ekonomi.

(12)

19

`

B. Konsep Perubahan Penggunaan Lahan

Rencana tata ruang pada hakekatnya menjadi arahan pemanfaatan ruang yang mengupayakan terwujudnya keserasian dan keselarasan pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan budidaya (UU RI No. 26 tahun 2007) tentang Penataan Ruang yang selanjutnya disebut sebagai pola ruang. Pemanfaatan ruang untuk fungsi kawasan budidaya yang dimaksud adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan budidaya lainnya.

Perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh tiga hal yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu manusis, aktivitas, dan lokasi (Catanesse, 2002). Terdapat tiga unsur utama yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan. Suatu lokasi merupakan suatu wadah yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas dan menampung manusia didalamnya. Manusia melakukan aktivitas tertentu yang akan mempengaruhi fungsi dari lokasi. Aktivitas sendiri memiliki beragam klasifikasi yang dapat memberikan dampak baik secara positif maupun negatif terhadap lokasi dan manusia yang menjalankan aktivitas tersebut. Dampak positif dan negatif yang dimaksud salah satunya adalah perubahan lahan yang terjadi pada suatu lokasi yang secara berkaitan dipengaruhi oleh kehadiran manusia dan adanya aktivitas tertentu di lokasi tersebut.

(13)

20

`

Terjadinya perubahan lahan berarti terjadinya pergeseran dari fungsi ruang yang satu menjadi fungsi ruang yang lain. Dalam tinjauan awal penelitian ini ditemukan suatu fenomena terjadinya pergeseran lahan akibat dari penetapan desa wisata. Perubahan penggunaan lahan terjadi karena didorong oleh aspek-aspek yang berkaitan dengan berkembangnya suatu kawasan menjadi desa wisata.

2.3 Landasan Teori

Dalam menganalisis hal-hal yang sudah dipaparkan dalam rumusan permasalahan di penelitian ini, dipergunakan beberapa teori yang memiliki keterkaitan diantaranya teori mengenai pengaruh desa wisata, dan jenis guna lahan. Teori–teori tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

2.3.1 Pengaruh Desa Wisata Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Perkembangan kegiatan pariwisata tidak hanya dapat diukur sebagai perkembangan ekonomi saja yang dapat diukur secara kuantitatif. Tolak ukur lain adalah perkembangan ruang wilayah seperti perubahan guna lahan, perluasan kawasan terbangun, penyusupan/penetrasi unsur perkotaan ke dalam daerah pedesaan dan sebagainya (Warpani, 2007:140). Menurut Sugandhy (1989) dalam Yusran (2006), yang dimaksud dengan penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien. Sedangkan perubahan penggunaan lahan menurut Martin (1993) dalam As-Syakur (2011) merupakan bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti

(14)

21

`

dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh Keberadaan DesaWisata Sedit Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan, adalah metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan masalah yang dihadapi dan dilakukan secara hati-hati dan sistematis, dan data yang dikumpulkan berupa rangkaian atau kumpulan angka-angka (Nasehudin dan Gozali, 2012).

2.3.2. Teori Penggunaan Lahan

Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat. penting bagi kehidupan manusia. Dikatakan sebagai sumber daya alam yang penting karena lahan tersebut merupakan tempat manusia melakukan segala aktifitasnya.

Pengertian lahan dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya. Sementara ditinjau dari segi ekonomi lahan adalah suatu sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam produksi (Lichrield dan Drabkin, 1980).

Beberapa sifat atau karakteristik lahan yang dikemukakan oleh Sujarto (1986) dan Drabkin (1980) adalah secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan penuruman nilai dan harga, dan tidak terpengaruhi oleh waktu, Lahan juga merupakan aset yang terbatas dan tidak bertambah besar kecuali melalui reklamasi. Perbedaan antara lahan tidak terbangun dan lahan terbangun adalah lahan tidak terbangun tidak

(15)

22

`

akan dipengarahi oleh kemungkinan penurunan nilai, sedangkan lahan terbangun nilainya cenderung turun karena penurunan nilai struktur bangunan yang ada di atasnya. Tetapi penurunan nilai struktur bangunan juga dapat meningkatkan nilai lahannya karena adanya harapan peningkatan fungsi penggunaan lahan tersebut selanjutnya. Lahan tidak dapat dipindahkan tetapi sebagai substitusinya intensitas penggunaan lahan dapat ditingkatkan. Faktor lokasi untuk setiap jenis penggunaan lahan tidak sama. Lahan tidak hanya berfungsi untuk tujuan produksi tetapi juga sebagai investasi jangka panjang (long-ferm investment) atau tabungan. Keterbatasan lahan dan sifatnya yang secara fisik tidak terdepresiasi membuat lahan menguntungkan sebagai tabungan. Selain itu investasi lahan berbeda dengan investasi barang ekonomi yang lain, dimana biaya perawatannya (maintenance cost) hanya meliputi pajak dan interest charges. Biaya ini relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan lahan tersebut.

Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 1989) selain itu penggunaan lahan dapat diartikan pula suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino, 1987). Penggunaan lahan dapat diartikan juga sebagai wujud atau bentuk usaha kegiatan, pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu (Jayadinata, 1992).

Lahan kota terbagi menjadi lahan terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan Terbangun terdiri dari dari perumahan, industri, perdagangan, jasa dan perkantoran. Lahan tak terbangun terbagi menjadi lahan tak terbangun yang

(16)

23

`

digunakan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi, transportasi, ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota (pertanian, perkebunan, area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam). Untuk mengetahui penggunaan lahan di suatu, wilayah, maka perlu diketahui komponen komponen penggunaan lahannya. Berdasarkan jenis pengguna lahan dan aktivitas yang dilakukan di atas lahan tersebut, maka dapat diketahui komponen-komponen pembentuk guna lahan (Chapin dan Kaiser, 1979). Menurut Maurice Yeates, komponen penggunaan lahan suatu wilayah terdiri atas permukiman, Industri, komersial, jalan, tanah publik, dan tanah kosong.

Menurut Hartshorne, komponen penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi (Hartshorne, 1980) Private Uses, Public Uses, dan jalan. Private Uses adalah penggunaan lahan permukiman, komersial, dan industri. Public Uses, adalah penggunaan lahan rekreasi dan pendidikan.

Menurut Lean dan Goodall , 1976, komponen penggunaan lahan dibedakan menjadi Penggunaan lahan yang menguntungkan dan Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan. Penggunaan lahan yang menguntungkan tergantung pada penggunaan lahan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan guna lahan yang tidak menguntungkan tidak dapat bersaing secara bersamaan dengan lahan untuk fungsi yang menguntungkan. Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk pertokoan, perumahan, industri, kantor dan bisnis. Tetapi keberadaan. guna lahan ini tidak lepas dari kelengkapan penggunaan lahan lainnya yang cenderung tidak menguntungkan, yaitu penggunaan lahan untuk sekolah, rumah sakit, taman, tempat pembuangan sampah, dan sarana prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana yang Iengkap

(17)

24

`

merupakan suatu contoh bagaimana guna lahan yang menguntungkan dari suatu lokasi dapat mempengaruhi guna lahan yang lain. Jika lahan digunakan untuk suatu tujuan dengan membangun kelengkapan untuk guna lahan di sekitarnya, maka hal ini dapat meningkatkan nilai keuntungan secara umum, dan meningkatkan nilai lahan. Dengan demikian akan memungkinkan beberapa guna lahan bekerjasama meningkatkan keuntungannya dengan berlokasi dekat pada salah satu guna lahan.

Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan meliputi penggunaan lahan untuk jalan, taman, pendidikan dan kantor pemerintahan. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa guna lahan yang menguntungkan mempunyai keterkaitan yang besar dengan guna lahan yang tidak menguntungkan. Guna lahan utama yang dapat dikaitkan dengan fungsi perumahan adalah guna lahan komersial, guna lahan industri, dan guna lahan publik maupun semi publik (Chajin dan Kaiser,1979). Menurut UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, fungsi lahan merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan lahan di dalam suatu kawasan atau wilayah dilakukan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada rencana peruntukan fungsi lahan. Peruntukan fungsi lahan pada hakekatnya menjadi arahan pemanfaatan lahan yang mengupayakan terwujudnya keserasian dan keselarasan pemanfaatan lahan untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Pemanfaatan lahan yang senantiasa memperhatikan dan mengacu kepada rencana peruntukkan fungsi lahan dengan sendirinya akan dapat mewujudkan kelestarian lingkungan. Dengan demikian rencana peruntukan fungsi lahan juga berfungsi sebagai pengendalian pemanfaatan lahan agar senantiasa mengindahkan aspek-aspek keselarasan dan kelestarian lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2007).

(18)

25

`

Konsep pemanfaatan lahan wilayah menunjukkan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial-budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan keamanan, fungsi lindung, budidaya dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas. Adapun yang menjadi dasar dalam pertimbangan perencanaan pemanfaatan lahan wilayah adalah dinamika perkembangan wilayah, kebijakan pembangunan, potensi unggulan, optimalisasi lahan untuk kegiatan, kapasitas serta daya dukung sumberdaya. Pola pemanfaatan lahan, meliputi arahan pengelolaan kawasan lindung, arahan pengelolaan kawasan budidaya, kawasan perkotaan dan perdesaan serta kawasan prioritas (Rustiadi et al., 2009).

A. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota harus dikelola dalam rangka optimalisasi implementasi rencana. Di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah:

1. Kawasan peruntukan hutan produksi, yang dapat dirinci meliputi: kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan yang dapat dikonversi;

2. Kawasan hutan rakyat;

3. Kawasan peruntukan pertanian, yang dapat dirinci meliputi: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura;

(19)

26

`

4. Kawasan peruntukan perkebunan, yang dapat dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah provinsi;

5. Kawasan peruntukan perikanan, yang dapat dirinci meliputi kawasan: perikanan tangkap, kawasan budi daya perikanan, dan kawasan pengolahan ikan;

6. Kawasan peruntukan pertambangan, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan: mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, dan air tanah di kawasan pertambangan;

7. Kawasan peruntukan industri, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan: industri kecil/rumah tangga, industri agro, industri ringan, industri berat, industri petrokimia, dan industri lainnya; 8. Kawasan peruntukan pariwisata, yang dapat dirinci meliputi kawasan

peruntukan: semua jenis wisata alam, wisata budaya, wisata buatan/taman rekreasi, dan wisata lainnya;

9. Kawasan peruntukan permukiman, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan: permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan; dan

10. Peruntukan kawasan budi daya lainnya, yang antara lain meliputi kawasan peruntukan: instalasi pembangkit energi listrik, instalasi militer, dan instalasi lainnya.

2.3.3 Alih Fungsi Lahan Pertanian

Menurut Utomo, 1992 dalam (Lestari, 2010:3) menjabarkan bahwa alih fungsi lahan pertanian merupakan suatu kegiatan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

(20)

27

`

kawasan lahan pertanian, dari fungsi utamanya semula menjadi fungsi lain yang memberikan dampak negatif, atau masalah terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan pertanian dapat dikategorikan apabila kegiatan yang terjadi di dalam lahan tersebut ridak sesuai, atau tidak berhubungan dengan kegiatan pertanian seperti kegiatan bercocok tanam, peternakan dan perikanan.

A. Teori Desa Wisata

Desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya (Hadiwijoyo, 2012:68). Inskeep (1991) menyatakan desa wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan belajar tenang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat

Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata menurut Hadiwijoyo (2012), yakni akomodasi sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk serta atraksi adalah seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipan aktif seperti kursus tari, bahasa dan lain-lain yang lebih spesifik.

(21)

28

`

2.3.4 Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya (pasal 1 ayat 14). Pola pemanfaatan ruang adalah persebaran kegiatan-kegiatan budidaya dan perlindungan beserta keterkaitannya untuk mewujudkan sasaran pembangunan sosial, ekonomi dan budaya sesuai potensi sumber daya alam, manusia dan buatan (Chamdany,2004 dalam Haryanti, 2008:40). Dalam suatu pola pemanfaatan ruang terdapat hubungan antar berbagai aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi pertahanan keamanan, fungsi lindung budidaya dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang.

Secara umum, perkembangan aktivitas yang mempengaruhi pemanfaatan ruang perkotaan dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam dan kondisi geografis kota (Yunus, 2010). Pada suatu wilayah yang memiliki sumber daya alam yang baik, maka akan cepat berkembang dan terjadi pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut akan berdampak terhadap perkembangan fisik wilayah tersebut yang pada akhirnya akan terjadi pemanfaatan ruang.

Budaya sangat berpengaruh terhadap ruang, ruang-ruang yang terbentuk di suatu wilayah merupakan hasil dari kebudayaan daerah tersebut. Perilaku dan kegiatan yang muncul dalam satu setting dipengaruhi oleh aspek budaya dan konsepsual (Egam, 2011). Aspek-aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport,

(22)

29

`

1977 dalam Anwar, 1998). Ruang dalam hal ini dilihat mempunyai arti dan nilai yang plural dan berbeda, tergantung tingkat apresiasi dan kognisi individu-individu yang menggunakan ruang tersebut.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian merupakan sintesis antara teori yang relevan dengan masalah penelitian. Masalah pokok dari penelitian ini adalah perubahan penggunaan lahan dan aspek dominan yang mendorong penggunaan lahan untuk aktivitas pariwisata. Adanya aktivitas pariwisata di Desa Sedit berdampak pada perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dapat dilihat dari adanya perbedaan pemanfaatan dari sebelumnya. Waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada tahun 2004 dimana kawasan desa wisata secara satu kesatuan dilirik dan ingin dikembangkan berbagai aktivitas pariwisata. Kemunculan ide untuk pengembangan pariwisata di Desa Sedit didukung oleh berbagai program dari Pemerintah Kabupaten Bangli. Perkembangan terus terjadi hingga diresmikan secara hukum sebagai desa wisata. Setelah diresmikan secara hukum dengan Surat Keputusan Bupati, perkembangan aktivitas pariwisata menjadi semakin pesat hingga tahun 2017 sebagai tahun eksisting.

Kawasan ini merupakan kawasan yang sedang berkembang dengan berbagai aktivitas pariwisata. Sebagian besar masyarakat memilih untuk ikut serta mengembangkan usaha sebagai pendukung aktivitas pariwisata di Desa Sedit. Namun kemudian, masyarakat lokal tidak serta merta berpacu untuk mengembangkan usaha pariwisata, melainkan masyarakat lokal memiliki alasan

(23)

30

`

tertentu yang menyebabkan mereka untuk ikut serta mengembangkan usaha pariwisata tersebut.

Dari pemikiran tersebut, dirumuskan dua permasalahan, yaitu Bagaimana penggunaan lahan di Desa Wisata Sedit sebelum dan sesudah dicanangkan sebagai Desa Wisata dan Aspek-aspek apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan lahan akibat ditetapkannya desa wisata di Desa Sedit. Berdasarkan permasalahan tersebut diharapkan dapat memberikan suatu landasan agar pengembangan aktivitas pariwisata selanjutnya lebih memperhatikan keselarasan fungsi lahan sehingga dapat terwujud pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi tatanan spasial yang ada di Desa Sedit, yang ditinjau pada tahun 2004 dan 2017. Identifikasi perubahan fungsi lahan yang terjadi dilakukan dengan teknik membandingkan peta pada tahun amatan yang telah ditentukan. Hasil dari membandingkan peta tersebut dapat diketahui fungsi lahan mana saja yang mengalami perubahan dan berapa besar prosentasenya.

Setelah menemukan perubahan yang terjadi secara spasial, selanjutnya diteliti aspek-aspek yang mempengaruhi terjadinya perubahan lahan yang berdampak pada perubahan penggunaan lahan. Secara lebih jelas, model penelitian ini dapat dituangkan melalui skema pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

(24)

31

`

Gambar 2. 2 Model Penelitian Sumber: Hasil Analisis, 2017

TOPIK

Perubahan Penggunaan Lahan oleh Adanya Aktivitas Pariwisata di Desa Sedit

RUMUSAN MASALAH 1 Bagaimana perubahan penggunaan lahan di Desa Wisata Sedit setelah dicanangkan

sebagai Desa Wisata ?

RUMUSAN MASALAH 2 Aspek-aspek apa yang mempengaruhi terjadinya

perubahan lahan akibat ditetapkannya desa wisata di Desa

Sedit ? Studi Literatur: Fungsi Kawasan Budidaya Metode Pengumpulan Data:

1. Data Primer dengan

observasi lapangan dan wawancara 2. Data Sekunder Analisis dengan membandingkan peta dari tahun 2004-2017 Studi Literatur:

1. Teori Penggunaan Lahan

2. Aspek-aspek pendorong penggunaan lahan:

a. Aspek ekonomi (meningkatnya pendapatan

penduduk, terciptanya lapangan kerja, dan terjadinya alih profesi)

b. Aspek Sosial Budaya

- Infrastruktur (akses yang mudah, kelengkapan

dan banyaknya variasi infrastruktur, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan)

- Regulasi /Kebijakan (penetapan suatu kawasan

pariwisata, dan konsep pengembangan pariwisata)

- Kelembagaan (minat penduduk dan peran

komunitas)

Data Primer dengan Kuesioner Signifikansi Perubahan Penggunaan lahan yang Terjadi Analisis Faktor Kajian Teori

Terdapat Gap Aspek Dominan Terpilih

Kesimpulan dan Rekomendasi

Analisis Deskriptif

Data Primer dengan

Wawancara

RUMUSAN MASALAH 3 Konsep pengendalian penggunaan lahan di Desa

(25)

32

Gambar

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Gagasan Awal
Gambar 2. 2 Model Penelitian  Sumber: Hasil Analisis, 2017

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang dilakukan terdiri dari pembuatan adsorben dari zeolit alam, karakterisasi adsorben, uji coba adsorpsi CO 2 dengan beberapa zeolit termasuk zeolit

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ervilah dan Fachriyah (2015), Bustamam, et al (2010) dan Kartika (2011) menemukan pengaruh antara total

Jika diperhatikan cerita legenda yang dipercaya oleh masyarakat Kutai tersebut yang disampaikan melalui Erau Balik Delapan, hal itu mempunyai benang merah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, tinjauan pustaka dengan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab terdahulu terhadap penelitian ini, maka model penelitian

Program Magister Teknik Sipil akan menjamin, bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung proses bisnis dalam penyediaan jasa layanan di bidang Teknik Sipil tersedia