• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN. Linawati. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN. Linawati. Abstrak"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Linawati

Abstrak

Bahasa daerah merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang digunakan manusia dalam kegiatan yang bersifat kedaerahan sesuai dengan kebudayaan pemakainya. Salah satu bahasa daerah yang ada di Minangkabau adalah Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Sebagai bahasa daerah bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang berbeda dengan bahasa Minangkabau umum. Salah satu perbedaannya itu terletak sistem bunyi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk sistem bunyi Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang.

Penelitian ini mengunakan teori fonologi yang dikemukakan oleh Muslich dan Arifin. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang dikemukakan oleh Sudaryanto yaitu metode simak dan metode cakap (Sudaryanto, 1993: 132). Dari hasil penelitian di Kanagarian Gasan Gadang ditemukan Sembilan fonem vokal, dua puluh satu fonem konsonan, dua fonem semivokal, dan delapan bunyi diftong. Di samping itu, juga ditemukan tujuh deret vokal dan sepuluh deret konsonan.

Kata kunci: manusia, bahasa, dan sistem bunyi.

Pengantar

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinterasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008: 24). Dari pengertian bahasa ini, ada dua hal pokok yang penting diberi catatan. Pertama, bahasa adalah sistem lambang bunyi. Bahasa itu terdiri atas bunyi-bunyi yang arbitrer dan membentuk suatu kaidah. Kedua, bahasa juga mempunyai fungsi sosial.

Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, di Indonesia terdapat pula bahasa-bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan bahasa-bahasa pertama atau bahasa-bahasa ibu yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat kedaerahan sesuai dengan kebudayaan daerah masyarakat pemakainnya (Samsuri, 1991: 56). Lebih lanjut dijelaskan Samsuri bahwa bahasa daerah merupakan cerminan fikiran masyarakat. Setiap tindak-tanduk dan ide dilahirkan

(2)

dengan bahasa, sesuai dengan konsep fikiran mereka. Oleh karena itu, bahasa daerah telah menjadi darah daging kebudayaan daerah.

Begitu juga halnya dengan Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Pada umumnya merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang digunakan masyarakat Gasan Gadang dalam berkomunikasi. Bahasa tersebut merupakan pendukung kebudayaan masyarakat Gasan Gadang yang harus dijaga dan dipelihara.

Sejalan dengan perkembangan zaman, Bahasa Minangakabau di Kanagarian Gasan Gadang dari waktu ke waktu terus berubah. Hal ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan dan intekrasi budaya lokal yang saling mempengaruhi. Para pedatang dari daerah lain berkomunikasi dengan masyarakat di daeah ini dengan menggunakan bahasa Minangkabau umum dan bahasa Indonesia. Menurut Ayub, dkk. (1993: 18) bahasa Minangkabau umum adalah bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa Minangkabau yang berasal dari berbagai daerah dan di dalamnya tidak ditemukan atau dikenali lagi spesifikasi dari dialek tertentu. Keadaan ini sangat dikhawatirkan bisa membuat Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang secara berangsur-angsur berubah dan hilang. Pada saat ini bahasa Minangkabau di daerah ini sudah banyak mengalami perubahan, bahkan anak-anak di daerah ini dalam berkomunikasi sudah banyak yang menggunakan bahasa Minangkabau umum dan bahasa Indonesia.

Bahasa Minangkabau di Kanagari Gasan Gadang ini berbeda dengan bahasa Minangkabau di daerah lain. Pertama, perbedaan itu terdapat pada bunyi tunggal. Contoh, bunyi [r] pada [bareh] ‘beras’, [r] pada [uraη] ‘orang’. Bunyi ini pada umumnya diucapkan sebagai bunyi [R] di Gasan Gadang. Kedua, perbedaan itu juga terdapat pada diftong [ia], bunyi ini diucapkan sebagai bunyi [ie] di nagari Gasan Gadang. Contohnya diftong [kambie] ‘kelapa’, [aie] ‘air’. Ketiga, bahasa di nagari ini unik dan memiliki perbedaan khusus. Perbedaan itu misalnya terlihat pada contoh berikut misalnya pada kata [cako] ‘tadi’, [gabaa] ‘rabu’, [akaik] ‘minggu’, [sakin] ‘pisau’. Perbedaan inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut bahasa Minangkabau di nagari Gasan Gadang ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adala bunyi yang terdapat dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Selanjutnya penulis juga membahas fonem segmental Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Sesuai dengan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengklasifikasikan sistem bunyi

(3)

bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang. Selanjutnya mengklasifikasikan fonem segmental bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang.

Teori dan Metode Penelitian

Menurut Muslich (2008: 1) fonologi adalah cabang linguistik yang mengkaji bunyi ujar. Selanjutnya fonologi dibedakan atas dua macam, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang fonologi yang memandang bunyi bahasa sebagai fenomena alam. Bunyi bahasa dianggap sebagai substansi yang otonom dan universal tanpa melihat fungsinya sebagai pembeda makna atau bukan. Menurut proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi tiga macam yaitu fonetik fisiologis atau artikulatoris, fonetik akustis, dan fonetik auditoris atau fonetik persepsi.

Kridalaksana (dalam Arifin, 1991: 4) menyatakan bahwa fonemik adalah ilmu yang mempelajari sistem fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Dengan kata lain fonemik merupakan cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan melihat apakah bunyi tersebut berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonem diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem segmental dibedakan atas vokal dan konsonan sedangkan fonem suprasegmental dibedakan atas tekanan, nada, panjang, dan jeda.

Penelitian ini menggunakan metode yang dikemukakan oleh Sudaryanto yaitu metode cakap dan metode simak. Pada tahap ini Sudaryanto (1993: 5) membagi penelitian atas tiga tahapan strategis yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan penyajian hasil analis. a). Metode Penyediaan Data

Metode yang digunakan pada tahap ini adalah metode cakap (percakapan) dan metode simak (penyimakan). Metode cakap adalah sebuah cara untuk mendapatkan data dengan benar-benar melakukan percakapan langsung dengan informan. Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik pancing. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan keinginan peneliti, peneliti memancing pembicaraan dengan seseorang atau beberapa orang.

Dalam memancing pembicaraan, peneliti melakukan percakapan langsung. Percakapan berlangsung sesuai dengan daftar tanyaan yang telah disediakan oleh peneliti dan diarahkan sesuai kepentigan penelitian. Hal ini berguna untuk memperoleh data yang lengkap sebanyak data yang diharapkan. Informan dalam hal ini hanya ditanya dadagkan yang mencatat adalah peneliti. Hal ini bertujuan agar data yang didapat dan ditulis sesuai dengan simbol liguistik seperti yang diharapka penulis. Teknik ini disebut oleh Sudaryanto Teknik Cakap Semuka atau CS (Sudaryanto, 1993: 37). Selain menggunakan teknik pancing dan

(4)

teknik cakap semuka, peneliti juga menggunakan teknik rekam dengan menggunakan alat perekam suara. Selanjutnya sambil mewawancarai dan merekam dilakukan pencatatan terhadap data yang sedang ditanya. Teknik ini disebut oleh Sudaryanto (1993: 139) dengan teknik catat. Ketiga teknik ini, yaitu teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat merupakan teknik lanjutan dalam metode cakap.

Dalam usaha untuk mendapatkan data yang akurat peneliti juga menggunakan metode simak. Metode simak adalah menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini, peneliti menyimak penggunaan bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang yang dihasilkan oleh penutur daerah ini. Metode ini diwujudkan dengan penyadapan. Melalui metode ini, peneliti mendapatkan data dengan menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang. Teknik ini disebut oleh Sudaryanto (1993: 133) dengan teknik sadap. Teknik ini merupakan teknik dasar dalam metode simak. Dalam usaha penyediaan data, peneliti tidak terlibat langsung dalam menyadap pembicaraan, peneliti hanya sebagai pemerhati. Teknik ini disebut oleh Sudaryanto (1993: 135) dengan Teknik Simak Bebas Libat Cakap atau SLBC. Teknik ini merupakan teknik lanjutan dalam metode simak.

b). Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan referensial, metode padan artikulatoris, dan metode padan translasional. Menurut Sudaryanto (1993: 13), metode padan referensial alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk bahasa (referent) itu sendiri. Metode padan artikulatoris alat penentunya adalah organ pembentuk bahasa itu sendiri atau organ wicara. Selanjutnya, metode padan translasional alat penentunya adalah bahasa lain.

c). Metode Penyajian Hasil Analisis

Data yang telah dianalisis akan disajikan kepada pembaca dengan menggunakan metode formal dan informal. Metode formal, yaitu menyajikan hasil analisis dengan menggunakan tanda dan lambang. Tanda yang digunakan untuk metode ini diantaranya: tanda tambah (+), dan tanda kurang ( ̶ ) sedangkan lambang yang digunakan adalah kurung biasa (( )), garis miring dua (/ /), dan kurung siku ([ ]). Metode informal yaitu menyajikan hasil analisis dengan megguanakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).

Pembahasan

Bunyi-bunyi babasa yang terdapat dalam bahasa Minanangkabau di Kanagarian Gasan Gadang antara lain bunyi vokoid, bunyi kontoid, bunyi semivokoid, dan bunyi diftong.

(5)

1. Bunyi Vokoid

Menurut (Muslich 2008: 46) bunyi vokoid adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Senada dengan pendapat ini, Ayub, dkk. (1993: 21) juga mengatakan bahwa bunyi vokoid adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukkan vokal itu.

Tabel 1. Peta Vokoid Menurut Ayub, dkk. (1993: 23)

Depan Tengah Belakang

Tinggi i u

Sedang e o

Rendah a

Dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang bunyi vokoid dapat dilihat dalam bentuk contoh seperti di bawah ini:

[a] [amaɁ] ‘ibu’

[i] [ikue] ‘ulat’

[U] [dawUn] ‘daun’

[e] [sate] ‘sate’

[ε] [etεɁ] ‘panggilan untuk bibi’

[o] [ajo] ‘abang’

[I] [tumIɁ] ‘tumit’

[ɔ] [asɔɁ] ‘asok]

1.1 Distribusi Bunyi Vokoid

Distribusi bunyi vokoid adalah kemungkinan posisi yang dapat ditempati oleh sebuah vokoid dalam kata dasar. Distribusi vokoid dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Bunyi Vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman

Vokoid Posisi

Awal Tengah Akhir

[a] [anaw] ‘anau’

[amIh] ‘amis’

[bahu] ‘bahu’ [lidah] ‘lidah’

[banta] ‘bantal’ [meja] ‘meja’

[i] [iyaɁ] ‘nenek’

[ikue] ‘ekor’

[liRie] ‘leher’ [katiyaɁ] ‘ketiak’

[nasi] ‘nasi’ [kurisi] ‘kursi’

(6)

[u] [utaɁ] ‘otak’ [ula] ‘ular’ [payuaɁ] ‘periuk’ [kulIɁ] ’kulit’ [kuku] ‘kuku’ [bulu] ‘bulu’

[U] [dawUn] ‘daun’

[ambUn] ‘embun’

[e] [etεɁ] ‘bibi’

[embe] ‘ember’ [jenjaŋ] ‘tangga] [cegaɁ] ‘sembuh’ [aie] ‘air’ [kambie] ‘kelapa’ [ε] [capεɁ] ‘cepat’ [dakεɁ] ‘dekat’

[o] [oto] ‘ mobil’

[onda] ‘motor’

[paho] ‘paha’ [dado] ‘dada’

[I] [laŋIɁ] ‘langit’

[kulIɁ] ‘kulit’

[ɔ] [elɔɁ] ‘baik’

[asɔɁ] ‘asap’

Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa bunyi vokoid [a], [i], [u], [e] berdistribusi lengkap karena dapat menempati semua posisi pada kata dasar, sedangkan bunyi vokoid [U], [ε], [o], [I], [ɔ] berdistribusi tidak lengkap karena tidak dapat menempati semua posisi pada kata dasar.

Bunyi vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman dapat diklasifikasikan atas tiga macam sesuai dengan pengklasifikasian yang dikemukakan oleh Muslich (2009: 56-58). Pertama yaitu pengklasifikasian bunyi vokoid berdasarkan tinggi rendahnya lidah, dibagi atas : bunyi tinggi, bunyi agak tinggi, bunyi tengah, bunyi agak rendah dan bunyi rendah. Kedua, pengklasifikasian berdasarkan maju mundurnya lidah, dibagi atas: bunyi depan, bunyi pusat dan bunyi belakang. Ketiga, pengklasifikasian berdasarkan bentuk bibir yang dibagi atas dua bagian yaitu bunyi bulat dan bunyi tidak bulat.

a). Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah

Muslich (2008: 56) menegelompokkan bunyi vokoid menjadi lima kelompok berdasarkan tinggi rendahnya lidah.

1. Bunyi Tinggi

Bunyi tinggi adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi mendekati langit-langit keras (Muslich, 2008: 56). Bunyi vokoid tinggi dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilihat pada contoh berikut:

(7)

[i] [inyo] ‘dia’

[u] [cucu] ‘cucu’

[U] [bawUn] ‘bau’

[I] [laŋIɁ] ‘langik’

2. Bunyi Agak Tinggi

Bunyi agak tinggi adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi, sehingga agak mendekati langit-langit keras (Muslich, 2008: 56). Bunyi ini Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah sebagai berikut:

[e] [jenjaŋ] ‘tangga’

3. Bunyi Tengah

Bunyi tengah adalah bunyi dihasilkan dengan cara posisi lidah di tengah (Muslich, 2008: 56). Bunyi tengah Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah seperti contoh berikut:

[o] [apo] ‘apa’

4. Bunyi Agak Rendah

Bunyi agak rendah yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah, sehingga agak menjauhi langit-langit keras (Muslich, 2008: 57). Bunyi agak rendah ini dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilihat pada contoh berikut ini:

[ε] [lapεɁ] ‘lepat’

[ɔ] [orɔɁ] ‘rok’

5. Bunyi Rendah

Bunyi rendah yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah sehingga lidah menjauh dari langit-langit keras (Muslich, 2008: 57). Bunyi yang tergolong pada bunyi rendah Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah sebagai berikut:

[a] [aka] ‘akar’

b). Berdasarkan Maju Mundurnya Lidah

Berdasarkan maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu bunyi depan, bunyi pusat dan bunyi belakang (Muslich, 2008: 57). Berdasarkan bagian lidah yang terlibat dalam mengucapkan bunyi

(8)

vokoid ini ada juga peneliti menyebutnya dengan anjur lidah. Menurut Arifin (1991: 60) anjur lidah merupakan bagian lidah yang bertindak sebagai penghasil bunyi vokoid. Bunyi vokoid berdasarkan maju mundurnya lidah dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilihat pada contoh berikut ini:

1. Bunyi Depan

Bunyi depan yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan (Muslich, 2008:57). Bunyi depan Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang anatara lain sebagai berikut:

[i] [isɔɁ] ‘hisap’

[I] [pacIɁ] ‘pegang’

[e] [ameh] ‘emas’

[ε] [lamεh] ‘lemas’

2. Bunyi Pusat

Bunyi pusat yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara lidah merata, tidak ada bagian lidah yang dinaikkan (Muslich, 2008: 57). Bunyi pusat Bahasa Minangkabau di Kanagrian Gasan Gadang adalah sebagai berikut:

[a] [anaw] ‘ijuk’

3. Bunyi Belakang

Bunyi belakang yaitu bunyi yang dihasilakan dengan cara bagian belakang lidah dinaikan (Muslich, 2008: 58). Bunyi belakang Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang antara lain sebagai berikut:

[o] [oto] ‘mobil’

[ɔ] [orɔɁ] ‘rok’

[u] [uŋku] ‘kakek’

[U] [aRUn] ‘harum’

c). Berdasarkan Bentuk Bibir

Berdasarkan bentuk bibir (Muslich, 2008: 58) mengelompokkan bunyi vokoid mnjadi dua kelompok yaitu bunyi bulat dan bunyi tak bulat. Bunyi vokoid berdasarkan bentuk bibir dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah sebagai berikut:

1. Bunyi Bulat

Bunyi bulat yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat (Muslich, 2008: 58). Bunyi bulat dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang ada empat. Bunyi ini dapat dilihat pada di bawah ini:

(9)

[ɔ] [elɔɁ] ‘baik’

[u] [lisuiɁ] ‘kempes’

[U] [ambUn] ‘embun

2. Bunyi Tak Bulat

Bunyi tak bulat yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau tidak bulat (Muslich, 2008: 58). Bunyi ini dapat dilihat pemakaiannya pada contoh Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang sebagai berikut:

[i] [piRiaŋ] ‘piring’

[I] [pacIɁ] ‘pegang’

[e] [embe] ‘ember’

[ε] [baRεɁ] ‘berat’

[a] [pokat] ‘alvokat’

Dari uraian bunyi vokoid di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bunyi vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3. Bunyi Vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang

Tinggi Lidah Posisi Lidah

Depan Pusat Belakang

TB B TB B TB B Tinggi i I u U Agak Tinggi e Tengah o BunyiAgak Rendah ε ɔ Bunyi Rendah a 2. Bunyi Kontoid

Menurut Muslich (2009: 48) bunyi kontoid adalah bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Penyempitan atau penutupan yang dimaksud adalah adanya hambatan yang terjadi pada alat artikulasi. Oleh sebab itu, bunyi kontoid juga bisa didefenisikan sebagai bunyi yang dalam pengucapannya arus udara mendapat halangan pada alat ucap. Menurut Ayub, dkk. ( 1993: 22) bunyi kontoid bahasa Minangkabau 17 konsonan yaitu [b], [p], [m], [w], [t], [d], [r], [s], [l], [c], [j], [n], [k], [g], [ɲ], [q], dan [h].

(10)

Tabel 4. Kontoid Bahasa Minangkabau Menurut (Ayub, dkk, 1993: 28) Daerah

Artikulasi Cara

Artikulasi

Bilabial Labiodental Dental/Alveolar Palatal Velar Glotal

Hambat TB p b t d c j k g q Frkatif TB s z h Nasal B m n n ŋ Getar B r Lateral B l Semivokal B w y

Bunyi kontoid yang terdapat pada Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah sebagai berikut:

[b] [batIh] ‘betis’ [c] [cincin] ‘cincin’ [d] [dado] ‘dada’ [g] [galaŋ] ‘gelang’ [h] [lintah] ‘lintah’ [j] [jaRami] ‘jerami’ [k] [kompor] ‘kompor’ [l] [luluaɁ] ‘lumpur’ [m] [matoaRi] ‘matahari’ [n] [namo] ‘nama’

[p] [pataŋ aRi] ‘sore’

[r] [ramo-ramo] ‘kupu-kupu’ [s] [sisiaɁ] ‘sisik’ [t] [timah] ‘timah’ [R] [Rotan] ‘rotan’ [ɲ] [bataɲo] ‘bertanya’ [ŋ] [daŋa] ‘dengar’ [z] [zakaiɁ] ‘zakat’ [Ɂ] [utaɁ] ‘otak’

(11)

2.1 Distribusi Bunyi Kontoid

Distribusi bunyi kontoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi Bunyi Vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang

Kontoid Posisi

Awal Tengah Akhir

[b] [bibie] ‘bibir’ [batIh] ‘betis’ [kabεɁ] ‘ikat’ [lobaɁ] ‘lobak’ [c] [capεɁ] ‘cepat’ [caciaŋ] ‘cacing’ [loncεk] ‘katak’ [cecaɁ] ‘cecak’ [d] [dakεɁ] ‘dekat’ [dawUn] ‘daun’ [anduaɁ] ‘handuk’ [aden] ‘saya’ [g] [gadIh] ‘gadis’ [gimbo] ‘hutan’ [sagu] ‘sagu’ [daguaɁ] ‘dagu’ [h] [bahu] ‘bahu’ [dahan] ‘dahan’’ [tanah] ‘tanah’ [sawah] ‘sawah’ [j] [jalan] ‘jalan’ [jaRi] ‘jari’ [anjiaŋ] ‘anjing’ [ujan] ‘hujan’ [k] [kabaw] ‘kerbau’ [kaRaɁ] ‘kerak’ [ikal] ‘ikal’ [muko] ‘muka’ [l] [liRie] ‘leher’ [lutuaŋ] ‘lutut’ [kilaki] ‘laki-laki’ [ampulay] ‘marapulai’ [wartel] ‘wortel’ [ikal] ‘ikal’ [m] [muncuaŋ] ‘mulut’ [mintuwo] ‘mertua’ [kumih] ‘kumis’ [lamaŋ] ‘lemang’ [jam] ‘jam’ [damam] ‘demam’ [n] [nasi] ‘nasi’ [namo] ‘nama’ [anaw] ‘ijuk’ [panaw] ‘panu’ [aden] ‘saya’ [makan] ‘makan’ [p] [pai] ‘pergi’ [paanɔɁ] ‘pendiam’ [salapan] ‘delapan’ [capεɁ] ‘cepat’ [sup] ‘sup’ [lap] ‘pembersih’ [r] [radio] ‘radio’ [roti] ‘roti’ [lamari] ‘lemari’ [kurisi] ‘kursi’ [kompor] ‘kompor’ [doter] ‘dokter’ [s] [sendoɁ] ‘sendok’ [sapu] ‘sapu’ [asɔɁ] ‘asap’ [asoi] ‘kantoŋ’ [t] [tapay] ‘tape’ [taih] ‘tas’ [atoɁ] ‘atap’ [etεɁ] ‘bibi’ [coklat] ‘coklat’ [tomat] ‘tomat’ [R] [RaŋIɁ] ‘nyamuɁ’ [RumpuyɁ]‘rumput’ [leReaŋ] ‘lereng’ [baReh] ‘beras’ [ɲ] [ɲiRu] ‘nyiru’ [ɲinie] ‘nynyir’ [anie] ‘nyinyir [banaɁ] ‘banyak’ [ŋ] [daŋa] ‘dengar’ [paŋsan] ‘pingsan’ [piRiaŋ] ‘piriang’ [lasuaŋ] ‘lesung’

[z] [zakaiɁ] ‘zakat’ [razaki] ‘rezki’

[azauɁ] ‘azab’

[Ɂ] [tunjuaɁ] ‘tunjuk’

(12)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa bunyi kontoid [b], [c], [d], [g],[ h], [j], [k], [s], [R], [ɲ], [ŋ], [z] dan [Ɂ] tidak dapat menempati semua posisi dalam kata dasar sehingga bunyi ini dikatakan tidak berdistribusi lengkap. Bunyi kontoid [l], [m], [n], [r] dan [t] dapat menempati posisi dalam kata dasar sehingga bunyi ini dikatakan bunyi yang berdistribusi lengkap.

3. Bunyi Semivokoid

Semivokoid adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi apabila diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Menurut Arifin (1991: 82) semivokoid merupakan bunyi bahasa yang mempunyai ciri vokal maupun cirri konsonan. Bunyi semivokoid yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah bunyi [w] dan [y].

[w] [laweh] ‘kerbau’

[y] [sayue] ‘sayur’

3.1 Distribusi Bunyi Semivokoid

Distribusi bunyi semivokoid adalah kemungkinan posisi yang ditempati oleh sebuah semivokoid dalam sebuah kata dasar. Distribusi bunyi semivokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah seperti tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi Bunyi Semivokoid Bahasa Minangkabau Di Kanagarian Gasan Gadang

Semivokoid Posisi

Awal Tengah Akhir

[w] [wartel] ‘wortel’

[wol] ‘wol’

[laweh] ‘luas’ [mambawo] ‘membawa’

[kabaw] ‘kerbau’

[y] [yakin] ‘percaya’ [payuaɁ] ‘periuk’

[iyaɁ] ‘nenek’

[patay] ‘petai’ [gulay] ‘gulai’ Berdasarkan uraian di atas, distribusi bunyi semivokoid dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang memiliki distribunyi bunyi yang lengkap. Hal ini disebabkan karena semua bunyi semivokoid ini bisa menempati semua posisi dalam kata dasar. Selanjutnya dari uraian ini, dapat dibuat tabel bunyi kontoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang berdasarkan tempat artikulasi dan cara artikulasi seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

(13)

Tabel 7. Denah Kontoid Bahasa Minangkabau Di Kanagarian Gasan Gadang Tempat

Artikulasi

Cara Artikulasi

Bilabial Dental/alveolar Palatal Velar Uvular Glotal

Nasal B m n n ŋ O R A L Hamba t TB p t c k Ɂ B b d j g Frikatif TB s z h Lateral B l Getar B R Semivo kal w y 4. Bunyi Diftong

Bunyi diftong adalah kejadian meninngi dan menurunnya sonoritas (Muslich,2008: 69). Dengan arti lain diftong adalah bunyi bahasa yang pada pengucapannya posisi lidah yang satu dengan yang lain saling berbeda. Berdasarkan menaik dan menurunnya bunyi sonoritasnya diftong dibagi menjadidua macam yaitu diftong menaik dan diftong menurun.

1. Diftong Menaik (Rising Diphthong)

Diftong naik adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid pertama kurang atau menurut sonoritasnya dan mengarah ke bunyi nonvokoid, sedangkan vokoid kedua menguat sonoritasnya (Muslich, 2008: 70). Diftong naik Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang antara lain sebagai berikut:

[au] [kabau] ‘kerbau’

[oi] [asoi] ‘kantong’

[ai] [patai] ‘petai’

[ui] [lauiɁ] ‘laut’

(14)

Diftong turun adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan, vokoid pertama bersonoritas, sedangkan vokoid kedua kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi non vokoid (Muslich, 2008: 69). Bunyi diftong turun Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang antara lain sebagai berikut:

[ia] [caciaŋ] ‘cacing’

[ua] [baRuaɁ] ‘monyet’

[ue] [paŋgue] ‘pantat’

[ie] [kambie] ‘kelapa’

4.1 Distribusi Bunyi Diftong

Berikut ini dapat dilihat distribusi bunyi diftong Bahasa Minangkabau di Kangarian Gasan Gadang.

Tabel 8. Distribusi Bunyi Diftong Bahasa MinangkabauDi Kanagarian Gasan Gadang

Diftong Posisi

Awal Tengah Akhir

[au] [kabau] ‘kerbau’

[oi] [asoi] ‘kantong’

[ai] [patai] ‘petai’

[ia] [tabiaŋ] ‘tebing’

[dagiaŋ] ‘daging’

[ui] [lauiɁ] ‘laut’

[paRuiɁ] ‘perut’

[ua] [lauaɁ] ‘ikan’

[buluah] ‘bambu

[ie] [liRie] ‘leher

[ue] [sayue] ‘sayur’

Sesuai dengan uraian di atas, dapat dilihat bahwa semua diftong baik diftong naik maupun berdistribusi tidak lengkap karena tidak dapat menempati semua posisi dalam kata dasar dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang.

5. Fonem Segmental Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang

Menurut Samsuri (1985: 125) fonem adalah ilmu yang berfungsi untuk membedakan makna. Fonem segmental adalah fonem yang dapat disegmen-segmenkan atau dipisah-pisahkan. Fonem dalam bahasa akan membentuk tuturan. Fonem segmental dalam Bahasa

(15)

Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fonem vokal dan fonem konsonan.

Menurut Amril dan Ermanto (2007: 101) variasi bunyi dibedakan atas tiga bagian yaitu fon, fonem dan alofon. Fon adalah bunyi-bunyi bahasa yang membentuk tuturan yang dipergunakan untuk berkomunikasi antar penutur. Misalnya [e] dan bunyi [ε] merupakan fon yang berbeda. Di samping fon ada lagi bunyi yang berfungsi sebagai pembeda makna yaitu fonem. Variasi atau anggota dari sebuah fonem disebut alofon.

5.1 Pasangan Minimal

Untuk menemukan fonem segmental bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilakukan dengan cara mencari pasangan minimal. Menurut Samsuri (1985: 131) untuk mempermudah menemukan fonem-fonem dan sistem fonem dapat dilakukan dengan premis-premis dan hipotesis kerja. Premis-premis tersebut antara lain:

1. Bunyi bahasa mempunyai kecenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya. 2. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.

Kedua premis di atas dipakai dalam menentukan fonem-fonem dan sistem fonem Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang. Di samping kedua premis diatas juga dipakai dua hipotesis kerja. Hipotesis kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi atau fonem-fonem yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama atau yang mirip.

2. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer, harus di masukkan kelas-kelas bunyi yang sama.

Fonem-fonem Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilihat pada pasangan minimal fonem vokal dan fonem konsonan di bawah ini:

a). Fonem Vokal

[i]-[u] [ikue] ‘ekor’ [ukue] ‘ukur’

[ilaŋ] ‘hilang’ [ulaŋ] ‘ulang’

[lidah] ‘lidah’ [ludah] ‘air liur’

[gilo] ‘gila’ [gulo] ‘gula’

[a] - [i] [anjaɁ] ‘pindahkan’ [injaɁ] ‘pijak’

[alaŋ] ‘elang’ [ilaŋ] ‘hilang’

(16)

[lataɁ] ‘letak’ [litaɁ] ‘lapar’

[lapeɁ ‘lepat’ [lipeɁ] ‘lipat’

[a] – [e] [lamah] ‘lemah’ [lameh] ‘lemas’

[maja] ‘tidak tajam’ [meja] ‘meja’

[daRah] ‘darah’ [daReh] ‘deras’

[o] – [i] [mato] ‘mata’ [mati] meninggal’

[gilo] ‘gila’ [gili] ‘gelitik’

b). Fonem Konsonan

[b] – [p] [baku] ‘beku’ [paku] ‘paku’

[balaŋ] ‘belang’ [palaŋ] ‘palang’

[baRuiɁ] ‘parut’ [paRuiɁ] ‘perut’

[c] - [j] [caRi] ‘cari’ [jaRi] ‘jari’

[cecaɁ] ‘cecak’ [jejaɁ] ‘jejak’

[t] - [d] [tulaŋ] ‘tulang’ [dulaŋ] ‘dulang’

[talaŋ] ‘talang’ [dalaŋ] ‘gila’

[tuwo] ‘tua’ [duwo] ‘dua’

[k] - [g] [kaRam] ‘tenggelam’ [gaRam] ‘garam’

[kali] ‘gali’ [gali] ‘geli’ [kandaŋ] ‘kandang’ [gandaŋ]‘gendang’

[m] - [n] [amaɁ] ‘ibu’ [anaɁ] ‘anak’

[ameh] ‘emas’ [aneh] ‘aneh

[ɲ] - [ŋ] [laɲau] ‘giling’ [laŋau] ‘lalat’

[baɲaɁ] ‘banyak’ [baŋaɁ] ‘mengganggu’

[l] – [R] [talaŋ] ‘talang’ [taRaŋ] ‘terang’

[ulaŋ] ‘ulang’ [uRaŋ] ‘orang’

[Ɂ] - [h] [bunciɁ] ‘hamil’ [buncih] ‘buncis’

[paiɁ] ‘pahit’ [paih] ‘nama sambal’

5.2 Distribusi Komplementer

Distribusi komplementer adalah situasi dua varian dalam lingkungan tertentu saling melengkapi. Dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang ditemukan beberapa

(17)

fonem yang berdistribusi komplementer. Fonem-fonem itu saling melengkapi karena lingkungan yang dimasukinya berbeda-beda diantara fonem-fonem tersebut. Fonem-fonem tersebut antara lain sebagai berikut:

a). Fonem /i/

Fonem /i/ merupakan fonem vokal tinggi depan tak bulat. Fonem ini berdistribusi lengkap dengan [I]. Fonem /i/ mempunyai alofon [i] dan [I]. Alofon [i] muncul pada posisi awal, tengah dan akhir pada kata dasar, kecuali pada suku kata tertutup yang diikuti oleh bunyi [Ɂ] muncul alofon [I].

Contoh:

[i] Awal [iduaŋ] ‘hidung’

Tengah [bibie] ‘bibir’

Akhir [dahi] ‘dahi’

[I] Tengah [kulIɁ] ‘kulit’

b). Fonem /e/

Fonem /e/ Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang berdistribusi komplementer dengan [ε]. Fonem [e] ini merupakan fonem vokal agak rendah depan tak bulat. Fonem /e/ mempunyai alofon [e] dan [ε]. Alofon [e] muncul pada posisi awal dan akhir sedangkan alofon [ε] muncul pada posisi tengah pada suku kata tertutup bila diakhiri oleh bunyi [Ɂ] dan [h].

Contoh:

[e] Awal [embe] ‘ember’

Akhir [dapue] ‘dapur’

[ε] Tengah [etεɁ] ‘bibi’

c). Fonem /o/

Fonem /o/ merupakan fonem vokal tengah belakang bulat. Pemakaian fonem ini pada Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang berdistribusi komplementer dengan [ɔ]. Fonem /o/ mempunyai alofon [o] dan [ɔ]. Alofon [o] muncul pada posisi awal dan akhir sedangkan alofon [ɔ] muncul pada posisi tengah apabila diikuti oleh bunyi [Ɂ].

Contoh:

[o] Awal [onda] ‘mobil’

(18)

[ɔ] Akhir [sendɔɁ] ‘sendok’ d). Fonem /k/

Fonem /k/ adalah konsonan hambat velar tak bersuara. Pemakaian konsonan ini dalam lingkungan Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang berdistribusi komplementer dengan [Ɂ]. Oleh sebab itu, bunyi [Ɂ] merupakan alofon dari fonem /k/. Alofon [k] muncuk pada awal dan tengah,suku kata sedangkan alofon [Ɂ] muncul pada posisi akhir pada kata dasar.

Contoh:

[k] Awal [kutu] ‘kutu’

Tengah [muko] ‘muka’

[Ɂ] Akhir [utaɁ] ‘otak’

5.3 Deskripsi dan Distribusi Deret Vokal

Deret vokal adalah urutan dua buah vokal yang berjejeran, tetapi masing-masingnya diucapkan dengan dibatasi oleh jeda. Deret vokal yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang semuanya memiliki distribusi yang tidak lengkap karena tidak dapat menempati semua posisi dalam kata dasar. Adapun deret vokal yang terdapat dalam Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 9. Deret Vokal Bahasa MinangkabauDi Kanagarian Gasan Gadang

Deret Vokal Contŋoh Pemakaiannya

/a.a/ /o.e/ /i.e/ /a.e/ /o.a/ /i.a/ /u.o/ /wa.aŋ/ /ba.a.ca.Ro.e/ /ci.eɁ/ /ma.e.lo.an/ /ma.to.a.Ri/ /si.a/ /du.o/ ‘kamu laki-laki’ ‘bagaimana caranya’ ‘satu’ ‘menarik’ ‘matahari’ ‘siapa’ ‘dua’

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa deret vokal /a.a/, /i.e/, /a.e/ dan /o.a/ dapat berdistribusi pasa posisi tengah. Deret vokal /o.e/, /i.a/ dan /u.o/ dapat berdistribusi pada posisi awal.

5.4 Deskripsi Deret Konsonan

Deret konsonan adalah urutan dua konsonan atau lebih yang diucapkan dengan dibatasi satu jeda. Menurut Arifin (1991: 105) deret konsonan merupakan urutan beberapa kontoid yang terdapat di dalam sebuah kata. Deret kontoid memiliki ciri utama yaitu terdapat pada dua suku kata. Deret vokal yang terdapat di Kanagarian Gasan Gadang hanya dapat menempati posisi tengah seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.

(19)

Tabel 10. Deret Konsonan Bahasa Minangkabaudi Kanagarian Gasan Gadang

Deret Konsonan Contoh Pemakaian

/ŋ.g/ /ŋ.k/ /n.c/ /n.d/ /n.j/ /n.t/ /m.b/ /m.p/ /k.l/ /r.p/ /jaŋ.guyɁ/ /uŋ.ku/ /mun.cuaŋ/ /sen.doɁ/ /tun.juaɁ/ /jan.tuaŋ/ /Ram.buiɁ/ /am.pu.lay/ /cok.lat/ /kar.pu/ ‘jenggot’ ‘kakek’ ‘mulut’ ‘sendok’ ‘ibu jaRi’ ‘jantung’ ‘rambut’ ‘marapulai’ ‘coklat’ ‘garpu’ Penutup

Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang memiliki 30 fonem yang meliputi 21 fonem konsonan dan 9 fonem vokal. Fonem konsonan Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah [b]. [c], [d], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [ɲ], [ŋ], [p], [r], [R], [s], [t], [w], [y], [z], dan [Ɂ], sedangkan fonem vokal bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang adalah [i]. [I], [u], [U], [e], [ε], [o], [ɔ], dan [a].

Secara fonetis fonem konsonan Bahasa Minangkabau Kanagarian Gasan Gadang atau disingkat BMKG dapat dikelompokkan berdasarkan tempat artikulai dan cara artikulasi. Berdasarkan tempat artikulasi BMKG dibedakan atas enam tempat artikulasi yaitu bilabial, dental/alveolar, palatal, velar, uvular dan glotal, sedangkan dari segi cara artikulasinya dibedakan atas enam kelompok yaitu hambat, frikatif, nasal, getar, lateral, dan semivokal. Di samping bunyi konsonan bunyi vokal BMKG juga dikelompkkan atas beberapa bagian. Pertama, berdasarkan tinggi rendahnya lidah. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah bunyi vokal BMKG dibedakan atas bunyi tinggi, bunyi agak tinggi, bunyi tengah, bunyi agak rendah dan bunyi rendah. Kedua, berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal BMKG dibedakan atas tiga kelompok yaitu bunyi depan, bunyi pusat dan bunyi belakang. Ketiga, berdasarkan bentuk bibir dibedakan atas dua macam yaitu bunyi bulat dan bunyi tak bulat.

Dari segi bergetar atau tidaknya pita suara ketika mengucapkan bunyi konsonan BMKG dibedakan atas bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Di samping itu jga ditemukan 8 bunyi diftong yaitu 4 diftong naik dan 4 diftong turun. Bunyi BMKG ada yang berdistribusi komplementer dan saling melengkapi. Dalam BMKG terdapat delapan bunyi yang bedistribusi komplementer yaitu [i] dengan [I], [u] dengan [U], [o] dengan [ɔ], dan [k] dengan [Ɂ].

(20)

Daftar Pustaka

Amril dan Hermanto. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press. Arifin, Syamsir. 1991. Fonologi. Padang: Fakultas Pendidikan Bahasa dab Sastra.

Ayub, Asni. Dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lass, Roger.1988. Fonologi Sebuah Pengantar Untuk Konsep-Konsep Dasar (diindonesiakan oleh Warsono, dkk). Semarang: Cambridge University Press.

SMuslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Pastika, I Wayan. 2005. Fonologi Bahasa Bali. Bali: Pustaka Larasan.

Samsuri. 1991. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Saydam, Gouzali. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Bunyi Vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang  Kabupaten Padang Pariaman
Tabel 3. Bunyi Vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang
Tabel 4. Kontoid Bahasa Minangkabau Menurut (Ayub, dkk, 1993: 28)  Daerah
Tabel 5. Distribusi Bunyi Vokoid Bahasa Minangkabau di Kanagarian Gasan Gadang
+5

Referensi

Dokumen terkait

1 Meskipun pemilu tahun 2004 selanjutnya telah memberikan peluang untuk meningkatkan partisipasi maupun representasi perempuan dalam aktifitas politik, hal ini setidaknya

Kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif antara lain: aktivitas guru berupa kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik,

Perubahan yang terdapat pada terjadi pada tata laksana registrasi obat tahun 2011 dari tahun 2003 antara lain adalah penjelasan mengenai pendaftar registrasi yang

Titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh frekuensi dari data yang kita selidiki ke dalam 10 bagian yang sama besar, yang masing-masing sebesar 1/10 N

Alasan penulis mengambil tema ini adalah untuk mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif anak autis melalui bermain dan melalui visual learner karena anak autis lebih cepat belajar

Bukan tidak mungkin nasabah pindah ke lain bank karena pelayanan yang kurang, sehingga diperlukan hubungan yang baik antara bank dengan nasabah agar nasabah

Otista Raya sisi Barat depan Gereja Antonius pintu masuk.. Otista Raya sisi Timur depan GT Radial Ban

Mengenai sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pengelolaan limbah Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi temasuk ke dalam pelanggaran kerusakan lingkungan hidup