• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA Ahmad Faisal

1

, Yunus Abidin

2

, Hana Yunansah

3

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia

ahmad03faisal@gmail.com yunusabidia@yahoo.co.id

hanayunansah@upi.edu

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA di SD. Pembelajaran masih berpusat pada guru membuat siswa pasif dalam belajar. Selain itu, hasil belajar yang diperoleh siswa dalam hal penguasaan materi IPA masih rendah. Berdasarkan permasalahan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD.

Penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri Ibun 02 dengan jumlah partisipan penelitian sebanyak 29 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain model Elliot sehingga penulis melakukan penelitian sebanyak 3 siklus dengan setiap siklus terdiri dari 3 tindakan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus, setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan perolehan nilai aktivitas dan hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.

Pada aktivitas belajar siswa peningkatan rata-rata nilai dimulai dari siklus I, II dan III secara berurutan yaitu siswa pada aspek bertanya dan mengemukakan pendapat sudah memperoleh kriteria nilai yang bagus. Selanjutnya, aspek bekerja kelompok perolehan nilai yang di dapat siswa sudah masuk dalam kriteria bagus sekali. Sedangkan pada hasil belajar siswa peningkatan rata-rata nilai dimulai dari siklus I, II dan III secara berurutan yaitu, 69; 73,4; dan 77,6 dengan semua siswa mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian penggunaan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu penulis merekomendasikan penggunaan model cooperative learning tipe kancing gemerencing sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran di sekolah dasar.

Kata kunci: Model Cooperative Learning tipe STAD, Aktivitas, Hasil Belajar, dan Pesawat Sederhana

(2)

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru | Tahun 2011

2 penulis penanggung jawab

3 penulis penanggung jawab

APPLICATION OF MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE STAD TO IMPROVE STUDENTS LEARNING ACTIVITIES AND

RESULTS ON THE MATERIAL OF SIMPLE PLANE Ahmad Faisal

1

, Yunus Abidin

2

, Hana Yunansah

3

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia

ahmad03faisal@gmail.com yunusabidia@yahoo.co.id

hanayunansah@upi.edu

Abstract. This research is motivated by the low activity and learning outcomes of students in the process of learning science in elementary school. Learning is still centered on teachers make students passive learning. In addition, students' learning outcomes obtained in terms of mastery of the material science is still low. Based on these problems purpose of this research is to improve the students' learning activities and outcomes in learning the material of simple plane by using a model of cooperative learning type STAD. The study was conducted in class V Elementary School Ibun 02 the number of study participants were 29 students. The method used is a method of classroom action research (PTK) using the model design Elliot so that authors do research as much as 3 cycles with each cycle consisting of three acts. From the research that has been done obtained the acquisition value of the activity and student learning outcomes are always increased in each cycle. On student learning activities increase in the average value of the cycle starts I, II and III in a sequentially namely students on aspects ask and express opinions already gained a great value criteria.

Furthermore, aspects of the working group on the acquisition value can students already included in the criteria nice. While on student learning outcomes increase in the average value of the cycle starts I, II and III respectively are 69; 73,4; and 77,6 with all the students scored above the KKM. Thus the use of button-type model of cooperative learning jingle can enhance the activity and student learning outcomes. To the authors recommend the use of button-type model of cooperative learning clanking as an alternative to increase the activity and learning outcomes in primary schools

Keywords: Model Cooperative Learning Type STAD, Activity Learning, Learning Outcomes, Simple Plane

(3)

1

Pendidikan memiliki salah satu tujuan yaitu memanusiakan manusia. Maksud dari memanusikan manusia adalah membuat mannusia yang tadinya manusia tersebut tidak tahu menjadi tahu, kemudian pendidikan merupakan proses pengubahan sikap serta pendewasaan manusia melalui upaya kegiatan pembelajaran. Pendidikan memiliki fungsi sangat penting bagi setiap manusia (individu), untuk mengembangkan potensi diri yang dimilikinya secara utuh.

Sejalan dengan pandangan tersebut menurut Crow & Crow (dalam Taufik, dkk, 2007, hlm.1.3) mengemukakan bahwa

Fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dia memperoleh kepuasaan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosial.

Sadar akan pentingnya seorang manusia untuk mendapatkan sebuah ilmu melalui proses pendidikan, maka pemerintah turut serta dalam upaya meningkatkan daya hidup masyarakatnya ke arah yang lebih baik dengan mencanangkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Pada hakekatnya program tersebut dicanangkan oleh pemerintah dalam agar masyarakat Indonesia mampu berperan aktif dalam kegiatan pembangunan.

Salah satu mata pelajaran yang memfasilitasi siswa agar dapat membangun pengetahuannya sendiri serta mengaitkan dari kegiatan pembelajaran dengan kehidupan sehari-harinya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Adapun menurut Prihantoro dkk (dalam Trianto, 2012, hlm.137) pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses, aplikasi. Adapun dalam kegiatan pembelajarannya, IPA mencakup hal-hal yang ada di sekitar siswa yang merupakan hasil dari sebuah percobaan atau penemuan, serta di dalamnya terdapat sebuah proses untuk menemukan hal-hal

yang baru dan penerapannya di kehidupan nyata..

Namun pada kenyataannya, berdasarkan pengalaman peneliti pada saat melakukan observasi ke SDN Ibun 02 pada kelas V yang berjumlah 29 siswa, dimana hasil pembelajaran mengenai mata pelajaran IPA dinyatakan hanya 24,14%

atau hanya 7 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan oleh SDN tersebut, dan sisanya 75,86% atau 22 siswa masih belum memenuhi KKM. Setelah proses pembelajaran selesai dan guru memberikan evaluasi, sebagian siswa tidak dapat menjawab soal evaluasi sehingga hasil evaluasi siswa pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu rata-rata nilainya hanya 60, sedangkan jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh guru maka nilainya masih di bawahnya, karena siswa diharapkan memenuhi KKM yang bernilai 70.

Berdasarkan masalah tersebut, perlu dilakukan pembenahan dalam pembelajaran IPA serta dicari solusinya agar tidak mempengaruhi mutu pendidikan yang ada di Indonesia pada umumnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menggunakan model model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi pesawat sederhana.

Model Cooperative Learning tipe STAD ini memiliki keunggulan- keunggulan yang berdampak positif terhadap aktivitas, kerjasama dan hasil belajar siswa. Model ini menekankan agar siswa mencari informasi dari sumber belajar lain dan belajar dari siswa lain, menumbuhkan rasa percaya diri terhadap siswa sehingga siswa aktif dalam mengungkapkan ide atau pendapatnya pada kegiatan pembelajaran. Model ini juga mengajarkan siswa untuk saling menghormati terhadap pendapat siswa lain.

(4)

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru | Tahun 2011

2 penulis penanggung jawab

3 penulis penanggung jawab

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe STAD pada pembelajaran pesawat sederhana di kelas V SDN Ibun 02?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan penerapan model Cooperative Learning tipe STAD pada pembelajaran pesawat sederhana di kelas V SDN Ibun 02?

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya yaitu:,

1. untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada materi Pesawat Sederhana di kelas V SDN Ibun 02 melalui model Cooperative Learning tipe STAD;

2. untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi Pesawat Sederhana di kelas V SDN Ibun 02 melalui model Cooperative Learning tipe STAD.

Tinjauan pustaka yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai hakikat pembelajaran IPA, yang terdiri dari hakikat belajar dan pembelajaran serta pembelajaran IPA di SD. Selain itu, dalam tinjauan pustaka peneliti menuliskan mengenai materi pesawat sederhana, aktivitas dan hasil belajar siswa yang terdiri dari pengertian aktivitas belajar, pengertian hasil belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Kemudian dalam tinjauan pustaka peneliti juga menulis mengenai model cooperative learning tipe STAD, yang terdiri dari pengertian model cooperative learning, dan pengertian model model cooperative learning tipe STAD yang di dalamnya terdapat langkah-langkah, kelebihan serta kekurangan dari model model cooperative learning tipe STAD.

Model cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam model pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa. Model cooperative learning tipe

STAD ini adalah bentuk pengajaran dengan mengelompokkan siswa secara heterogen dengan jumlah perkelompok yaitu 4 sampai 6 siswa. Pada pelaksanaan model ini, siswa dengan kemampuan intelektual tinggi di wajibkan agar ikut membantu memberikan suatu pemahaman terhadap teman sekelompoknya untuk memahami materi pembelajaran.

Adapun langkah-langkah model cooperative learning tipe STAD menurut Slavin (dalam Abidin, 2014, hlm.249) yaitu:,

1. tahap penyajian materi, guru sebelum membagi siswa kedalam beberapa kelompok menyampaikan materi pembelajaran;

2. tahap kegiatan kelompok, setelah guru menyajikan materi siswa diinstruksikan untuk berkelompok kemudian mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru maupun berdiskusi mengenai materi pembelajaran;

3. tahap tes individu/kuis, pada tahap ini siswa diinstruksikan untuk kembali ketempat duduknya masing-masing kemudian diinstruksikan untuk menjawab kuis yang disediakan guru;

4. tahap perhitungan skor individu, pada tahap ini hasil tes individu yang telah dilaksakan kemudian dihitung dan menjadi tolak ukur untuk tahap selanjutnya;

tahap pemberian penghargaan, pada tahap ini siswa diberikan suatu penghargaan oleh guru atas hasil yang diperolehnya setelah menjawab kuis,. Pada tahap ini pula yang menentukan tingkat kerjasama siswa bagus atau tidak.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Penelitian tindakan kelas ini bersifat kualitatif, penelitian ini akan menghasilkan data secara deskriptif dalam bentuk laporan dan uraian.

(5)

1

Sebagai suatu metode penelitian, PTK digunakan untuk merefleksikan

pengajaran yang telah digunakan sehingga akan terlihat kekurangan dan kelebihannya. McNiff (dalam Arikunto dkk, 2009, hlm.102) memandang PTK sebagai suatu proses reflektif terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan masalah yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Partisipan dan tempat penelitian ini adalah kelas V SD Negeri Ibun 02 dengan jumlah siswa 29 siswa. Kajian dalam penelitian ini yakni mata pelajaran IPA dengan materi pesawat sederhana dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar penilaian aktivitas siswa, catatan lapangan, lembar evaluasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, penskoran, evaluasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian yang telah dilakukan penulis memperoleh beberapa temuan yang menjadi kekurangan- kekurangan penulis dalam penelitian. Di antara temuan-temuan tersebut akan diuraikan oleh penulis berikut ini.

Temuan esensial pada aktivitas belajar siswa yaitu, pada siklus I siswa merasa keberatan untuk dibagi secara heterogen, siswa masih ragu-ragu dan enggan untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya, siswa yang enggan dan malas untuk bekerja sama dalam kelompoknya, sulitnya siswa dalam mengerjakan LKS. Pada siklus II hambatan yang dialami oleh penulis yaitu ditemukannya beberapa kelompok yang belum dapat bekerja sama dengan baik, masih sulitnya siswa dalam mengerjakan

LKS, siswa mengobrol dan memainkan alat dan bahan yang diberikan untuk pengamatan. Pada siklus III penulis menemukan siswa kesulitan dalam melakukan percobaan.

Pada aspek penilaian aktivitas belajar siswa ini dari penelitian yang telah dilakukan yaitu sebanyak tiga siklus, setiap indikator aktivitas yang dinilai selalu mengalami peningkatan tiap siklusnya.

Penilaian aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa dari Siklus I –

Siklus III

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perolehan nilai aktivitas belajar siswa dari mulai siklus I sampai siklus III dari ketiga indikator aktivitas belajar siswa yang penulis teliti yaitu mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan bekerja kelompok, semuanya mengalami peningkatan menuju arah yang lebih baik.

Pada aktivitas siswa indikator bertanya mengalami peningkatan sebesar 24,4 disebabkan karena siswa sudah mau mengajukan pertanyaan jika menemukan langkah-langkah pembelajaran dan materi yang belum dipahami. Pada aktivitas siswa indikator mengemukakan pendapat mengalami peningkatan sebesar 24,7,

100 2030 4050 6070 8090 100

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Rekapitulasi Rata-rata Nilai Aktivitas Belajar Siswa Per

Indikator pada Siklus I Sampai Siklus III

Bertanya

Mengemukak an Pendapat Bekerja Kelompok

(6)

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru | Tahun 2011

2 penulis penanggung jawab

3 penulis penanggung jawab

disebabkan karena siswa sudah aktif dalam mengemukakan pendapatnya ketika diskusi kelompok. Pada aktivitas siswa indikator kerja sama dalam kelompok mengalami peningkatan sebesar 29,4 disebabkan karena siswa dapat bekerja sama dalam kelompok dengan baik.

Peningkatan yang paling besar dimulai dari siklus I sampai siklus III pada ketiga indikator aktivitas belajar siswa yang diteliti yaitu pada aktivitas belajar siswa indikator bekerja kelompok. Pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 55,3 kemudian meningkat nilai sersebut sebesarr 11 pada siklus II sehingga rata-rata menjadi 66,3 dan pada siklus III meningkat kembali sebesar 18,4 menjadi 84,7. Total peningkatan penilaian aktivitas siswa pada indikator bekerja kelompok adalah sebesar 29,4. Meningkatnya aktivitas bekerjasama dalam kelompok pada siswa tidak lepas dari kesadaran dari diri siswa yang meningkat untuk mencapai tujuan yang sama serta memiliki rasa ketergantungan positif. Hal tersebut senada dengan pendapat Kagan dan Kagan (dalam Abidin, 2014) bahwa dengan bekerja kelompok siswa pada saat kegiatan pembelajaran guru hanya sebagai motivator serta fasilitataor untuk menunjang serta menciptakan suasana dalam kelompok agar memiliki rasa saling membutuhkan. Rasa saling membutuhkan ini disini adalah saling membutuhkan secara positif atau ketergantungan positif. Dengan demikian penggunaan model ini efektif untuk mengatasi siswa yang enggan dan malas dalam bekerja kelompok karena setiap siswa memiliki kewajiban untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti berupa LKS dapat diselesaikan oleh kelompok.

Peningkatan yang paling rendah yaitu terjadi pada indikator bertanya. Pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 48,3 kemudian meningkat sebesar 11,7 pada siklus II sehingga rata-ratanya menjadi 60 dan pada siklus III meningkat kembali

sebesar 12,7 hingga rata-ratanya menjadi 72,7. Total peningkatan penilaian aktivitas siswa pada indikator mengajukan pertanyaan adalah sebesar 24,4. Melihat peningkatan yang kurang begitu signifikan, hal ini menunjukkan masih kurangnya siswa dalam hal mengajukan pertanyaan disebabkan karena siswa merasa ragu dan takut salah ketika ingin mengajukan pertanyaan. Meskipun demikian penulis berhasi meningkatkan keempat indikator aktivitas belajar siswa yang penulis teliti.

Dengan demikian, penggunaan model coopertive learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini disebabkan karena dalam penerapan model cooperative learning tipe STAD ini siswa juga diberikan kesempatan yang luas untuk bisa saling bekerjasama yang menekankan agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ibrahim, dkk (dalam Majid, 2013) bahwa kelebihan model Cooperative Learning tipe STAD dapat menumbuh kembangkan rasa ketergantungan positif yang ada pada siswa dengan begitu siswa juga dapat saling mengisi kekurangan teman kelompoknya. Pembelajaran cooperative learning tipe STAD juga dapat memfasilitasi siswa pada tingkat perkembangan potensial siswa melalui interaksi siswa dengan teman sebayanya di bawah bimbingan dan arahan dari guru sehingga siswa bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, melainkan siswa juga memperoleh kemampuan bersosialisasi yang baik.

Hambatan-hambatan penulis yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yaitu, Pada siklus I ditemukan beberapa siswa yang menyontek ketika penulis memberikan soal evaluasi kepada siswa.

Pada siklus II ketika melakukan apersepsi penulis menemukan siswa yang tidak memperhatikan penjelasan penulis. Pada siklus III ketika penulis bersama siswa sedang menyimpulkan pembelajaran penulis menemukan beberapa siswa yang

(7)

1

tidak ikut serta untuk menyimpulkan pembelajaran.

Pada hasil belajarnya sendiri penulis menemukan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya selalu mengalami peningkatan. Untuk lebih jelas mengenai peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.3 Grafik Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus I – Siklus III

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sampai siklus III. Pada siklus I rata- rata hasil belajar yang diperoleh siswa tergolong masih rendah di bawah KKM yaitu sebesar 69. Pada siklus II kemudian meningkat sebesar 4,4 menjadi 73,4.

Kemudian pada siklus III meningkat kembali sebesar 4,2 menjadi 77,6 dengan ketentuan hampir semua siswa mendapatkan nilai di atas KKM mata pelajaran IPA yaitu sebesar 70.

Peningkatan rata-rata hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa model cooperative learning tipe STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa hal ini terlihat dari pencapaian rata-rata nilai hasil belajar siswa yang selalu meningkat

pada setiap siklusnya. Penelitian yang telah dilakukan penulis sejalan dengan pendapat Arend (dalam Wisudawati dan Sulistyowati, 2014) bahwa melalui kerjasama yang telah dilalui siswa pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning maka, pencapaian akademik serta sikap sosial siswa pun akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan penulis menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Lebih lanjut model ini pun memiliki kelebihan yaitu siswa bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan melainkan juga mendapatkan kemampuan bersosialisasi dengan baik. Hal ini senada dengan pendapat Halimah (2013) bahwa salah satu kelebihan penerapan model cooperative learning yaitu meningkatnya interaksi positif antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan temannya.

Meskipun penelitian yang dilakukan penulis berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa penulis juga menemukan beberapa kekurangan bagi penelitian yang dilakukan penulis.

Kekurangan tersebut yaitu pada pelaksanaannya pembelajaran dengan model ini sangat sulit untuk memenejemen waktu, karena untuk model ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Ibrahim, dkk (dalam Majid, 2013) bahwa model Cooperative Learning tipe STAD pada pelaksanaannya membutuhkan waktu yang banyak, siswa dengan kelebihan intelektual tinggi merasa tidak nyaman atau tidak mau ketika disatukan dengan teman kelompoknya yang kemampuan intelektualnya kurang dari siswa tersebut.

Adapun dalam kedepannya nanti apabila ada peneliti lain yang akan menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD untuk meneliti pembelejaran dengan materi yang sama maupun berbeda.

Peneliti memberikan masukan agar penelitian tersebut tidak mengalami

69 73.4 77.6

100 2030 4050 6070 8090 100

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Sampai Siklus III

Perolehan Nilai Siswa

(8)

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru | Tahun 2011

2 penulis penanggung jawab

3 penulis penanggung jawab

kelemahan seperti yang dilakukan peneliti.

Masukannya yaitu, pada saat melakukan diskusi kelompok agar tidak kehabisa waktu berilah sebuah batasan sebelum diskusi tersebut dimulai.

KESIMPULAN

Penelitian yang telah dilakukan penulis menggunakan model cooperative learning tipe STAD bertempat di Kelas V SD Negeri Ibun 02 Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dan dibahas sehingga penulis dapat merumuskan beberapa simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat terlihat dengan meningkatnya perolehan rata- rata nilai aktivitas siswa pada setiap siklusnya. Adapun aktivitas belajar siswa tersebut meliputi indikator bertanya, mengemukakan pendapat, dan bekerja kelompok. Adapun perolehan nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I, II, dan III yaitu siswa pada aspek bertanya sudah memperoleh kriteria nilai yang bagus. Siswa pun pada aspek mengemukakan pendapat sudah memperoleh kriteria nilai yang bagus.

Selanjutnya, aspek bekerja kelompok perolehan nilai yang di dapat siswa sudah masuk dalam kriteria bagus sekali. Oleh karena itu, dalam penerapannya model Cooperative Learning tipe STAD sangatlah bagus untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Siswa yang tadinya tidak percaya diri atau malu-malu menjadi berani bertanya, mengungkapkan pendapat, dan mampu untuk bekerja kelompok.

2. Selain penerapan model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, penerapan model Cooperative Learning tipe STAD juga bisa meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini terbukti dengan diperolehnya data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklusnya meningkat. Hal ini dapat terlihat dari perolehan rata-rata hasil belajar siswa secara berurutan dari siklus I, II, dan III yaitu, 69; 73,4; dan 77,6.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung. Refika Aditama

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Halimah, L. (2013). Sikap Profesional Guru dan Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung: Rizqi Press.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2012). Tipe Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Taufik, A, dkk. (2007). Pendidikan Anak

SD. Jakarta: Universitas Terbuka Wisudawati, A.W., & Sulistyowati, E.

(2014). Metodologi pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap

Delay (latency) berdasarkan node juga dapat digambarkan dalam grafik pada Gambar 4.7 berdasarkan node dengan ukuran file yang berbeda.. Kinerja tiap node mendukung

[r]

Prinsip kerja alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini, menggunakan dua besi berbentuk bulat ( flat burr ) yang terdapat gerigi disekelilingnya berukuran lebih kecil

Modul terdiri dari tiga kategori yang dibagi menurut umur anak tersebut, selain itu dilengkapi juga dengan permainan yang terdiri dari tiga level yang dapat melatih ketangkasan

Pendahuluan: Mata adalah salah satu indra yang sangat penting bagi kehidupan manusia namun, frekuensi kecelakaan pada mata masih tinggi yang menyebabkan kebutaan unilateral..

Mendeskripsikan perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) dan media kartu budaya pada materi keragaman suku bangsa dan

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat normatif yaitu penelitian yang mencakup asas-asas hukum, sistematika hukum,