• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pedaging juga memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang sangat cepat, dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pedaging juga memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang sangat cepat, dengan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging

Ayam pedaging adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki harga terjangkau bila dibandingkan dengan daging sapi atau kambing. Ayam pedaging juga memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang sangat cepat, dengan kurun waktu pemeliharaan selama 5 minggu dan memiliki bobot rata-rata 1,5 kg.

Ayam pedaging memiliki kefisienan yang sangat baik dalam merubah pakan menjadi daging (Astuti, 2015).

Pemeliharaa ayam pedaging memiliki berbagai permasalahan, yaitu salah satunya permasalahan tentang kesehatan. Munculnya penyakit pada ayam menjadi permasalahan utama dikarenakan susah diidentifikasi dan memiliki gejala yang sama. Penyebab penyakit pada ayam pedaging berbagai macam yaitu bakteri, virus, jamur, cacing, protozoa, dan kutu. Resiko terbesar pemeliharaan ayampedaging yaitu wabah flu burung (Wiedosari, 2015).

Ayam pedaging dapat menentukan kebutuhannya akan protein. Dengan memberikan pakan secara bebas, hidup diberbagai kondisi suhu lingkungan ayam pedaging tetap dapat mengoptimalkan efisiensi pada penggunaan protein maupun energi, karena ayam pedaging dapat mengatur kebutuhan protein dan energi dalam tubuhnya sesuai dengan kebutuhannya. (Kompiang, 2001)

Ayam pedaging memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat yaitu selama 5 minggu. Pertumbuhan yang cepat tersebut menyebabkan penimbunan lemak pada ayam pedaging yang sangat tinggi, sehingga dibutuhkan manajemen

(2)

pakan yang baik untuk menekan tingginya timbunana lemak pada ayam pedaging tersebut. Banayk konsumen yang memilih daging rendah lemak sehingga para peternak banyak yang mengupayakan penekenanan perlemakan dengan menggunakan AGP. AGP sudah lama digunakan sebagai meningkatkan produktivitas dan menjaga kesehatan pada ayam pedaging, namun penggunaan AGP tersebut dapat menimbulkan masalah bagi konsumen yaitu residu antibiotik dalam produk ternak (Rochman, 2020).

2.2 Produktivitas Ayam Pedaging

Faktor penting dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu pakan. Pakan memiliki kntribusi yang sangat besar pada pemeliharaan yaitu sekitar 60-70% dari total biaya prduksi. Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pada ayam pedaging yaitu dengan menambahkan feed additive. Feed additive merupakan bahan yang tidak termasuk dalam zat pakan dan hanya diberikan dalam jumlah yang sedikit dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan serta meningkatkan populasi bakteri mengutungkan dalam pencernaan (Nuningtyas, 2014).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kusnadi (2009: 86) menyatakan bahwa peningkatan suhu ruangan dapat menyebabkan perubahan produktivitas pada ayam pedaging. Perubahan tersebut khususnya pada naiknya kandungan MDA hati sebagai indikator tingginya stres oksidatif serta naiknya rasio H/L sebagai indeks tingginya stres panas. Peningkatan suhu ruangan juga menurunkan bobot relatif bursa fabricius. Semakin lama ayam terpapar cekaman panas cenderung

(3)

meningkatkan kandungan MDA hati dan nyata meningkatkan rasio H/L, namun tidak mempengaruhi perubahan bobot relatif bursa fabricius.

Pemeliharaan pedaging dengan menggunakan antibiotik dalam campuran pakan dapat menyebabkan residu dalam daging ayam. Hal tersebut disebabkan antibiotik yang diberikan tidak beraturan dan non organik sehingga dapat menyebabkan residu yang disimapan dalam daging ayam pedaging. Antibiotik yang sering dicampur ke dalam pakan adalah Bacitracin, kuramicin, higromicin, kolistin, kiamisin, spiramisin, tiamulin, virginiamisin, aviamisin ,flavomisin dan tetrasiklin

(Swastike, 2012).

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi factor produktivitas pada ayam pedaging. Penelitian yang dilakukan oleh Qurniawan, (2016: 632) menyatakan bahwa ketinggian lokasi pemeliharaan ayam pedaging dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dan performans produksi. Performans produksi tersebut seperti FCR, pertambahan bobot badan, bobot akhir, serta bobot karkas. Aktivitas metabolisme ayam pedaging dapat mengalami penurunan dikarenakan suhu lingkungan yang tinggi , dengan penurunan konsumsi pakan ayam pedaging.

Penentu untuk menghasilkan ayam-ayam pedaging yang baik adalah dari sistem perkandangan yang digunakan. Sistem perkandangan yang baik dapat dilihat dari pengelolaan kondisi udara yang tepat. Karena ayam memerlukan temperatur ruangan yang berbeda-beda pada setiap masa pertumbuhannya. Umur 0-14 hari (masa brooding), ayam membutuhkan temperatur sekitar 29-34 °C, sedangkan umur 14 sampai panen (kurang lebih 32 hari) ayam memerlukan temperatur udara sekitar 26-27 °C (Sofia, 2015).

(4)

2.3 Pegagan (Centella asiatica)

Tanaman pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Asia Tropik,serta tersebar luas di Asia Tenggara. Tanaman pegagan dapat tumbuh liar di perkebunan, ladang, hutan dan lain sebagainya. Menurut Besung (2009: 62), pegagan biasa dikenal dalam lingkungan masyarakat dengan sebutan daun kaki kuda dan antanan. Tanaman pegagan memiliki klasifikasi ilmiah yaitu sebagai berikut.

Kerajaan : Tanaman Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledone Orda : Umbillales

Famili : Umbilliferae (Apiaceae) Genus : Centella

Spesies : C. asiatica

Tanaman pegagan memiliki kandungan asam amino, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri. Terpenoid khususnya triterpenoid merupakan kandungan utama dalam pegagan, terdiri atas asiatikosida, madekasosida, brahmosida, dan brahminosida (glukosa saponin), asam asiaticentoic, asam centellic, asam centoic, dan asam madekasat dan vitamin khususnya vitamin C (Nurfianti, 2017).

Pegagan merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai tambahan antibiotik alami dalam pakan ternak ayam broiler. Pegagan merupakan tanaman herbal yang dapat mengatasi cekaman panas pada ayam broiler. Penambahan

(5)

pegagan juga dapat dipakai sebagai suplemen dan penambah nafsu makan selama pemeliharaan ayam (Sihaloho, 2018).

Lisiswanti & Fiskasari (2017: 135) menyatakan bahwa ekstrak etanol Centella asiatica dapat menekan neurotoksisitas yang diinduksi oleh β-amyloid

dengan meningkatkan sistem pertahanan antioksidatif pada sel diferensiasi PC12 dan IMR32 serta memberikan dasar yang menguntungkan untuk perkembangan pengobatan terapetik atau profilaksis penyakit alzeimer.

Tanaman pegagan banyak komponen yang berkaitan dengan minyak atsiri yairu seperti menthol, sitronelal, linalool, neral, linalyl asetat. Pegagan juga dapat digunakan sebagai anti infeksi, penurun panas (antipiretik), anti racun, dan peluruh kencing (diuretik). Pegagan juga dapat bersifat narkotil apabila dikonsumsi tidak secara hati-hati. Pemakaian dengan dosis yang tinggi juga dapat menyebabkan kepala menjadi pening (Suhita, 2013).

2.4 Kecernaan Lemak Kasar

Kecernaan lemak kasar merupakan penyusun bahan organik dalam pakan, naiknya nilai kecernaan bahan organik maka akan berbanding lurus dengan kecernaan lemak kasar dalam tubuuh. Proses kecernaan lemak membutuhkan adanya garam-garam empedu utnuk mengemulsikan lemak dalam duodenum.

Lemak dalam bentuk emulsi akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang berasal dari pankreas. Kecernaan lemak juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kandungan lemak dalam pakan, yaitu semakin tinggi kandungan lemak dalam pakan maka akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi lemak pada ternak (Mulyana, 2017).

(6)

Kecernaan lemak kasar dapat dipengaruhi oleh beberapa daktor yaitu seperti jumlah konsumsi pakan, jenis ternak, komposisi pakan, penyediaan pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Kecernaan lemak kasar memiliki keterkaitan dengan metabolisme yang terjadi pada tubuh ternak. Semakin tinggi kecernaan lemak kasar pada ternak maka semakin tinggi pula tingkat metabolisme yang terjadi pada tubuh ternak tersebut (Moningkey, 2019).

Enzim lipase memiliki peran yang sangat penting dalam kecernaan lemak kasar dalam tubuh ternak. Sedangkan garam empedu berperan sebagai membantu dalam proses absorbs lemak, garam empedu dapat dibentuk oleh kolestrol. Semakin tinggi tinkat kecernaan lemak kasar, maka akan semakin banyak garam empedu yang dibutuhkan dan akan menyebabkan semakin turunnya tingkat kadar kolestrol.

Tingginya tingkat kecernaan serat kasar akan menyebabkan lemak yang tercerna keluar bersama dengan ekskreta (Citrawidi, 2012).

2.5 Kecernaan Serat Kasar

Serat kasar terdiri dari banyak macam kandungan yaitu diantaranya hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Pada pencernaan ayam pedaging sebagian besar lignin tidak dapat dicerna dan dapat bersifat sebagai pengganjal. Ransum yang mengandung serat kasar sangat tinggi menyebabkan kurang enak bagi ayam, sehingga menyebabkan konsumsi pakan yang redah. Tingginya kadar serat kasar yang terkandung dalam ransum dapat menyebabkan semakin lamanya pencernaan nutrien dan nilai energi produktifnya semakin rendah. Rensum yang mengandung kadar serat kasar tinggi dapat menyebabkan ayam mudah merasa kenyang, sehingga

(7)

menyebabkan penurunan konsumsi pakan karena serat kasar bersifat voluminous (Prawitasari, 2012).

Penyerapan serat kasar pada tubuh ayam pedaging memiliki faktor yang berpengaruh yaitu bentuk dan jenis serat kasar itu sendiri. Proses pencernaan serat kasar dilakukan dengan pertolongan bakteri, maka didapatkan hasil yang dapat digunakan yaitu asam organik sebagian besar asam asetat, asam organik tersebut kemudian diserap dan dapat digunakan dalam tubuh. Semakin baik pertumbuhan bakteri maka akan menghasilkan semakin banyak enzim selulase yang berguna untuk merombak karbohidrat dan serat kasar menjadi glukosa yang dapat meningkatkan nilai energi metabolis (Wizna, 2014).

Kadar serat kasar yang tinggi dapat mengurangi ketersediaan energi dan zat makanan lainnyan, serta dapat mempengaruhi kecepatan bahan makanan diproses dalam saluran pencernaan dan dapat menurunkan bobot bada ayam pedaging.

Tetapi tingginya kandungan serat kasar yang masih berada dibatas normal ayam pedaging masih mampu untuk mencernanya. Faktor lain yang mempengaruhi kecepata tercernanya serat kasar yaitu jenis ransum yang diberikan, komposisi bahan pakan serta kandungan nutrisi dari bahan pakan tersebut (Sinung, 2016).

2.6 Kecernaan Energi Metabolis

Nurrohman (2015) menyatakan bahwa konsumsi energi dihitung berdasarkan konsumsi ransum dikalikan dengan energi metabolis dalam ransum.

Selain konsumsi, warna ransum perlakuan yang lebih gelap juga mempengaruhi konsumsi ransum ayam pedaging karena ayam pedaging lebih suka terhadap warna yang terang dibanding warna yang gelap. Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat

(8)

pemberian pakan, spesies hewan, defisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan, pengaruh gabungan bahan pakan dan gangguan saluran pencernaan.

Meningkatnya nilai kecernaan energi metabolis dapat diduga karena penggunaan antibiotik tambah pda ransum pakan. Antibiotik tambahan dalam pakan dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri non patogen. Antibiotik dalam pakan dapat meningkatkan kesehatan dan performa pada ayam pedaging (Mario, 2014).

Meningkatnya daya cerna nutrisi-nutrisi seperti protein dan lemak dapat meningkatkan ketersediaan energi metabolis dan produktivitas ayam Kedu. Energi metabolis dipengaruhi oleh konsumsi dan daya cerna ransum sebab semakin tinggi konsumsi ransum didukung daya cerna yang baik dapat meningkatkan energi metabolis pada ayam. Energi metabolis dibutuhkan untuk hidup pokok, produksi telur sehingga dengan meningkatnya energi metabolis diharapkan produksi telur dapat meningkat pula (Prasetyo, 2017).

2.7 Bahan Aktif dan Aspek Fisiologis

Tanaman pegagan mengandung salah satu senyawa metabolik sekunder yang dhasilkan oleh tanaman yaitu tanin. Tannin sendiri merupakan salah satu antinutrisi yang dapat mengikat kandungan protein dalam pakan sehingga mengakibatkan pengendapan protein dalam tubuh ternak. Selain membentuk protein komplek dengan pakan, tanin juga berkaitan dengan protein mukosa, hingga mempengaruhi daya penyerapan nutrien (Wahyuni, 2018).

Kandungan tanin dalam pegagan dapat menyebabkan perubahan warna pada pakan ternak karena tanin memiliki warna yang gelap, sehingga dapat menurunkan

(9)

tingkat palatabilitas pakan dan konsumsi pakan pada ternak. Penurunan palatabilitas pakan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bau, warna yang lebih pekat dan rasa yang tajam. Penurunan tingkat palatabilitas dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan pada ternak (Nurrohman, 2015).

Senyawa asiaticoside merupakan salah satu jenis antibiotik alami dan juga berpotensi sebagai imunomodulator. Senyawa asiaticoside banyak terkumpul di bagian daun pegagan. Asiaticoside yang masuk ke dalam tubuh mengaktifkan makrofag dan granulosit sehingga dapat meningkatkan fagositosis. Aktivitas fagositosis dinamakan sistem imun seluler dan pembentukan Ig adalah sistem imun humoral. Aktivasi makrofag tidak hanya menunjukkan peningkatan fagositosis tapi juga merubah sel sekretori sebagai sel efektor sitotoksis. Hal tersebut sering dapat menstimulasi atau bahkan menekan sistem imun humoral dan selular (Noor, 2018).

Tanaman pegagan mengandung beberapa bahan aktif yaitu seperti minyak atsiri dan flavonoid. Minyak atsiri dapat berfungsi merangsang sekresi getah pankreas yang mengandung enzim protease, amilase dan lipase yang berperan dalam proses kecernaan protein, karbohidrat dan lemak membantu kerja enzim pencernaan sehingga pakan dapat mudah tercerna. Sedangkan flovanoid dapat berfungsi sebagai anti peradangan dan merangsang produksi cairan empedu (Mario, 2014).

Pegagan mengandung berbagai bahan aktif, yaitu: 1) triterpenoid saponin, 2) triterpenoid genin, 3) minyak atsiri, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Kandungan bahan aktif yang terpenting adalah triterpenoid dan saponin, yang meliputi: 1) asiatikosida, 2) sentelosida, 3) madekosida, dan 4) asam asiatik

(10)

serta komponen lain seperti minyak volatil, flavonoid, tanin, fitosterol, asam amino, dan karbohidrat. Semua kandungan bioaktif tanaman pegagan merupakan antioksidan yang bermanfaat. (Sutardi, 2016).

Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Rachmawati, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

menjerap lebih banyak ion merkuri (II) hingga adsorben terisi penuh oleh ion merkuri (II).Terlihat pada setiap volume efluen mengalami perubahan warna, mulai dari

Method return value dengan menggunakan parameter array pada dasarnya sama seperti Method return value dengan menggunakan parameter array pada dasarnya sama seperti method return

Kontribusi Hp untuk terjadinya tukak gastroduodenal pada pemakai OAINS konvensional masih kontroversi.Penelitian pada pasien dengan ukak t gastroduodenal yang

Judul : Pengaruh Asam Stearat Terhadap Termoplastik Elastomer Berpengisi Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Peredam Suara.. Kategori :

[r]

Bappeda telah mengalokasi dana pemberdayaan sebesar Rp 50.000.000 yang telah dimanfaatkan untuk mebeli 20 ekor sapi, Dinas Perikanan mengalokasi kegiatan budidaya ikan air

Berdasarkan hukum Islam mengambil atau merampas hak orang lain adalah bentuk dari kezaliman, hal tersebut termasuk juga dalam merampas tanah dari penjelasan

Hal ini juga telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan membuat terobosan entrepreneur millennial (era 4.0) agar para kaum millennial memiliki pendapatan serta