• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.1. Pengertian Perilaku Komunikasi Interpersonal. antara dua orang atau lebih, yang biasanya akan diatur secara formal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.1. Pengertian Perilaku Komunikasi Interpersonal. antara dua orang atau lebih, yang biasanya akan diatur secara formal."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAU AN PUSTAKA

A. Komunikasi Interpersonal

A.1. Pengertian Perilaku Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya akan diatur secara formal.

Dalam komunikasi interpersonal biasanya yang akan dibahas adalah latar belakang dari masing–masing individu. Komunikasi semacam ini sangat penting bagi semua aspek kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat mengespresikan perasaan, harapan, kasih sayang, dan dapat menilai kesan seseorang. Komunikasi tidak hanya mendorong suatu perkembangan manusia, tetapi komunikasi juga dapat membangun suatu hubungan sosial yang utuh.

Setiap individu yang terlahir dengan latar belakang yang berbeda- beda akan membuat terciptannya suatu interaksi dalam komunikasi yang kompleks. Dengan perbedaan-perbedaan inilah seseorang di tuntut untuk memahami tentang simbol-simbol, yang digunakan dalam komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Dalam hal ini komunikasi interpersonal komunikasi yang melibatkan dua orang, dimana setiap orang dapat menjadi pihak sebagai pemberi dan penerima pesan.

A.2. Model Komunikasi Interpersonal

M odel merupakan representasi dari sesuatu yang dapat bekerja.

M odel komunikasi interpersonal ini sangatlah sederhana dan sangat

(2)

7 singkat jika dijelaskan. Berikut merupakn model dalam komunikasi interpersonal. (Julia, 2013:19)

A.2.1. Model Linier

M odel linier ini merupakan model searah, yaitu proses seseorang ketika bertindak terhadap orang lain. M odel ini model yang berbentuk secara lisan dengan lima pertanya, yaitu : Siapa?

Apa yang dikatakan? Sedang berbicara dimana? Berbicara pada siapa? Apa danpak dari pem bicaraan tersebut?.

Dalam lima pertanyaan tersebut berguna untuk mendeskripsikan urutan tindakan yang menyusun suatu aktivitas manusia. Dalam model ini terdapat kekeliruan yaitu menampilkan proses mendengar sebagai tahap setelah proses berbicara. Padahal kenyataannya berbicara dan mendengar adalah dua proses yang terjadi bersamaan bahkan bisa juga tumpang tindih.

Gambar 2.1

Model Komunikasi Linier Sumber : Julia T. W ood, 2013:19

(3)

8 A.2.2. Model Interaktif

M odel ini menggambarkan bahwa komunikasi sebagai proses dimana pendengar memberikan umpan balik, sebagai respon atas pemberian pesan. M odel ini menyadari bahwa komunikator dapat menciptakan dan menerjemahkan pesan dalam konteks pengalaman pribadi. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki komunikator, maka semakin baik dia memahami orang lain.

M odel ini merupakan pengembangan dari model linier, yang sistemnnya masih memandang komunikan sebagai urutan dimana dia adalah orang yang dapat mengirim pesan. Padahal kenyataannya orang yang terlibat dalam proses kom unikasi bisa bertindak sebagai pengirim dan penerima.

Gambar 2.2

Model Komunikasi Interaktir Sumber : Julia T. W ood, 2013:20

(4)

9 A.2.3. Model Transaksional

M odel Transaksional menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang selama proses interaksi. M odel transaksional menganggap bahwa gangguan muncul di seluruh proses kom unikasi interpersonal.

Pengalam dari setiap komunikator dalam pengalam yang dibagikan akan berubah seiring berjalannya waktu.

Ketika bertemu dengan orang yang baru dan menemukan pengalaman yang memperkaya prespektif, seseorang akan dapat mengubah cara interaksinya. Sebaliknya jika interaksi yang dilakukan dalam waktu yang lama maka hubungan dalam berkomunikasi akan santai dan semakin akrab. (Julia, 2013:20)

Gambar 2.3

Model Komunikasi Transaksional Sumber : (Julia T. W ood, 2013:20)

(5)

10 A.3. Ciri – Ciri Komunikasi Interpersonal

M enurut deskripsi puisi Buber dalam Julia, 2013:23 bahwa setiap individu dapat mengindentifikasikan komunikasi personal sebagai proses transaksi (berkelanjutan) yang selektif, sistematis, dan unik, yang dapat membuat seseorang mampu merefleksikan dan mampu membangun pengetahuan bersama orang lain. Berikut merupakan ciri-ciri komunikasi interpersonal (Julia, 2013:24-29).

A.3.1. Selektif, misalnya ketika seseorang sedang dikunjungi oleh petugas sensus penduduk, seseorang itu akan menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ditanyakan.

A.3.2. Sistematis, komunikasi interpersonal dicirikan dengan sifat sistematis karena ia terjadi dalam sistem yang bervariasi. Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya komunikasi dapat terjadi akibat konteks yang dapat mempengaruhi setiap makna yang melekat pada seseorang. Kemudian sistem itu akan saling terikat mempengaruhi satu sama lain dan keseluruhan sistem itu akan mengalami gangguan.

A.3.3. Unik, pada tingkatan ini kom unikasi interpersonal bisa menjadi sangat unik ketika sedang digunakan dalam interaksi. Seperti dalam menjalin sebuah keakraban seseorang dapat bertindak diluar kebiasaan ketika berinteraksi, tetapi hal ini akan sangat berbeda ketika kita berinteraksi dengan seorang sahabat kita akan menjadi lebih sensitif dan terbuka soal perasaan, seperti yang diungkapkan oleh (Duck, 2006; W ood, 2006a) dalam (Julia, 2016:25).

(6)

11 A.3.4. Processual, komunikasi interpersonal adalah proses yang

berkelanjutan. Hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjalin lebih personal dari masa ke masa. Semua itu dikarenakan komunikasi itu hubungan yang berkelanjutan maka seseorang tidak akan tau kapan komunikasi dimulai dan berakhir.

A.3.5. Transaksion al, komunikasi interpersonal merupakan proses transaksi antara beberapa orang. Ketika seseorang sedang berbicara yang menarik, lawan bicara akan membuat tertawa. Begitu pula ketika sedang berkerja, saat bos memberikan arahan, dan seseorang mengangguk berarti menandakan bahwa dia paham apa yang dikatan oleh bos. Sehingga seseorang ketika sedang berkomunikasi di tuntut untuk berinteraksi dengan sangat jelas. Tetapi transaksi ini tidak berlaku ketika berinteraksi dengan media online, karena seringkali kesalah faham akan muncul ketika berinteraksi dengan menggunakan media online.

A.3.6. Invidual, bagian terdalam sebuah komunikasi interpersonal melibatkan manusia sebagi individu yang unik dan berbeda dengan orang lain. Komunikasi semacam ini hanya bisa terjadi jika seseorang dapat memahami dirinnya sendiri. Ketika seseorang bisa membangun sebuah kepercayaan dalam komunikasi maka seseorang bisa berbagi informasi yang bersifat pribadi kepada orang lain.

A.3.7. Pengetahuan Personal, komunikasi interpersonal memberi perkembangan pengetahuan personal dan wawasan seseorang

(7)

12 terhadap interaksi dengan manusia. Supaya dapat memahami keunikan individu lain, seseorang harus memahami pikiran dan perasaan orang lain secara personal. Jika seseorang dapat memahami perasaan orang lain dengan baik maka seseorang tersebut akan merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan orang lain.

A.3.8. Menciptakan Makna, inti dari komunikasi interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak. Seseorang ketika berkomunikasi tidak hanya bertukar kalimat, tetapi saling berkomunikasi, menciptakan makna untuk memahami setiap tujuan dari perilaku yang ditampilkan (Duck, 1994a, 1999b) dalam (Julia, 2013:27)

A.4. Komunikasi N onverbal

Komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi yang disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Dalam hal ini komunikasi didefinisikan sebagai beberapa model yakni:

a. Environment, lingkungan dapat mempengaruhi penyampaian suatu

pesan misalnya: warna ruangan, temperatur udara, cahaya, dan tata ruang.

b. Interpersonal Distance, merupakan kedekatan fisik atau sentuhan fisik

yang dapat membuat sebuah tindakan.

c. Postu re, merupakan sikap mengkomunikasikan pesan. M isalnnya seorang yang menyampaikan dengan berdiri tegap dianggap bahwa orang itu mempunyai rasa percaya diri.

(8)

13 d. Hand Gesture, merupakan gerakan tangan yang menunjukan sikap

positif yang dimiliki setiap orang ketika sedang berkomunikasi.

e. Faciel Expressions, merupakan penjelasan pesan yang disampaikan

dengan menggunakan ekspresimata, wajah maupun kepala.

f. Voice Quality, merupakan kualitas suara yang sangat penting dalam

sebuah komunikasi, yang dapat membuat seseorang fokus terhadap pesan yang disampaikan.

g. Personal Appearance, merupakan penampilan yang bersifat eksternal

yang memahami peran sangat penting dalam mempengaruhi orang lain.

A.4.1. Jenis Komunikasi Nonverbal

a. Komunikasi Objek, komunikasi yang nampak secara umum adalah penggunaan pakain. Seseorang dapat dinilai dari caranya dia berpakaian, selain pakaian adalah penggunaan seragam.

b. Sentuhan, yang termasuk dalam sentuhan adalah bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus–elus, pukulan dan lain-lain.

c. Kronemik, kronemik yang dimaksud disini adalah penggunaan waktu dalam berkomunikasi, meliputi durasi yang cocok, jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu.

d. Gerakan Tubuh, meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, sikap tubuh dll.

e. Proxemik, merupakan bahasa ruang yang digunakan dalam komunikasi seperti tempat dan lokasi posisi seseorang.

(9)

14 f. Vokalik, merupakan paralanguage atau unsur suatu ucapan

dalam komunikasi. M isalnya nada bicara, nada suara, keras atau lemahnnya suara, kecepatan bicara, kualitas suara, intonasi dan lain-lain.

A.4.2. Fungsi Komunikasi Non verbal a. Fungsi Pertama (Repetisi)

Perilaku nonverbal dapat mengulangi verbal. M isalnya sesorang menggunakan kepalanya dengan mengangguk untuk mengatakan “iya:, atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak”.

b. Fungsi Kedua (Subtitusi)

Perilaku nonverbal dapat menggantikan verbal. M isalnya ketika ada seorang pengamen mmendekati seseorang, tanpa mengucapkan apa-apa seseorang hanya menggoyangkan tangan atau telapak tanggan sebagai pengganti kata “tidak”.

c. Fungsi Ketiga (Kontradiksi)

Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal yang bisa memberikan makna. M isalnya seseorang memuji dengan kata cantik sambil mencibirkan bibir.

d. Fungsi Keempat (Aksentuasi)

Perilaku nonverbal memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal. M isalnya menggunakan gerakan tangan, nada suara yang lambat ketika berpidato.

(10)

15 e. Fungsi Kelim a (Komplemen)

Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.

M isalnya saat kuliah berakhir seseorang melihat jam tangan dua hingga tiga kali sehingga dosen segera menutup perkuliahan.

B. Perilaku Komunikasi

B.1. Pengertian Perilaku Komunikasi

Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Perilaku manusia menurut Thoha dalam jurnal Amanda, mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Perilaku komunikasi yaitu tindakan atau perilaku komunikasi secara verbal atau non verbal yang terdapat pada tingkah laku seseorang. M enurut Kwick dalam Notoatmodjo (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku adalah kebiasaan sesorang untuk melakukan tindakan yang didasari oleh tingkah laku, tujuan tingkah laku dan motivasi dalam tingkah laku. Dalam bertindak ada 3 kom ponen yang mempengaruhinya perilaku seseorang yaitu afektif, kognitif dan konatif (Aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak) (Liliweri, 2011:166).

Sudah sejak lama para ahli meneliti apakah kemampuan berkomunikasi dan tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh aspek biologis. Dengan kata lain apakah sifat itu ditentukan atau oleh faktor genetik, menurut M cCroskey sifat adalah kecenderungan dari tempramen yang berasal dari struktur syaraf biologis yang ditentukan secara genetik,

(11)

16 atau dalam bahasa yang lebih sederhana sifat di tentukan oleh aktifitas yang terjadi pada otak manusia (M orissan, 2010:10-11) .

Komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila ada kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. M enurut Beamer dan Varner, 2008 dalam bukunya intercultural communication menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pandangan, pikiran, perasaan pada individu yang lain, yang di pengaruhi oleh lingkungan sosial dan budayanya.

Jadi pengertian tentang perilaku komunikasi yaitu aktifitas atau tindakan manusia dari proses stimulasi, kemudian organisme merespon, yang dipengaruhi lima unsur komunikasi yakni, (who? Says what? In which channel? To whom? W ith what effect?) ”Siapa mengatakan apa kepada siapa di dalam saluran apa dengan dampak apa” menurut Lasswell dalam (Brent & Lea, 2013:43).

B.2. Bentuk Perilaku Komunikasi

B.2.1. Bentuk Tertutup : Bentuk ini merupakan bagian dari perilaku tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus tertutup, berupa perhatian, pandangan, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi, perilaku semacam ini masih sangat susah untuk diamati oleh orang lain.

B.2.2. Bentuk Terbuka : Bentuk ini merupakan bagian dari perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap stimulus berupa tindakan nyata, berupa tindakan atau praktek (practice), perilaku ini sangat mudah diamati orang lain.

(12)

17 B.2.3. Perilaku seseorang juga merujuk pada komunikasi non verbal,

maka perilaku tersebut juga bisa dilihat dari paralanguage (unsur nonverbal dalam suatu ucapan atau cara berbicara) , wajah, tubuh, gerak isyarat, sentuhan-rabaan, ruang-jarak dan waktu-kronemiks (Brent & Lea, 2013:175-200).

B.3. Faktor yang mempengaruhi Perilaku

M enurut Loawrence Green perilaku dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

a. Berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan, nilai-nilai dan motivasi.

b. Faktor pendukung dilihat dari lingkungan fisik, berupa fasilitas atau sarana kesehatan. misalnya : pusat pelayanan kesehatan.

c. Fakto pendorong, berupa faktor dari lingkungan masyarakat.

(Jurnaluinsby. http://digilib.uinsby.ac.id/768/8/Bab%202) C. Obat – Obat Terlarang

C.1. Sejarah Penggunaan Narkoba

Narkoba dikenal sebagai “NAPZA” (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif) yang mengacu pada zat atau bahan berbahaya, istilah itu di kenalkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Semua yang termasuk dalam golongan NAPZA memiliki efek berupa kecanduan bagi para pemakainya. Pada awalnya narkoba digunakan untuk membius pasien yang inggin dioprasi, tetapi karena narkoba mempunyai efek yang luar biasa narkoba mulai digunakan dengan dosis yang tidak sesuai.

(13)

18 Sejak dulu manusia sudah mengenal tentang bahan pembuat narkoba, dimana bahan-bahan ini tumbuh dan berkembang secara liar di pekarangan rumah atau hutan, bahan-bahan itu seperti ganja, kokain, meriyuana atau tembakau. Pada awalnya Bahan ini hanya digunakan untuk pengobatan, kemudian berkembang menjadi kebiasaan dalam bersosialisasi dan mencari kesenangan (Sembiring, 2006:13).

Seiring berkembangnya ilmu dalam dunia kedokteran, bahan-bahan tersebut mempunyai kandungan zat psikoaktif yang mampu memberikan efek terhadap perubahan perilaku pada seseorang. Perubahan tersebut berupa perubahan kesadaran, pikiran, dan perasaan yang memberikan efek nyaman, bahagia bagi seseorang, bahkan bisa menjadi jembatan untuk memperlancar dalam bersosialisasi (Sembiring, 2006:14).

Sejak dulu zat stimulant yang paling dikenal adalah nikotin dan kafein, yang memberikan perasaan gembira, mengurangi rasa stres, meningkatkan seksualitas, gangguan pola tidur yang kurang normal, penurunan selera makan (tetapi energi meningkat), tremor, gelisah dan peningkatan denyut nadi. Seiring berkembangnya zaman, penggunaan zat tersebut akhirnya menimbulkan niat untuk mendapatkan keuntungan secara besar tanpa memperdulikan efek negatif ketika sering digunakan.

Seperti yang kita ketahui saat ini penggunaan ganja, heroin, mariyuana memberikan dampak yang besar bagi kehidpan kita semua seperti, perekonomian tidak stabil, sosialisasi dengan lingkungan kurang bagus, emosi yang tidak bisa terkontrol, bahkan mulai munculnya

(14)

19 permasalahan global akibat penggunaan obat tersebut (Sembiring, 2006:16).

C.1.1. Narkotika

Narkotika merupakan suatu zat buatan atau obat yang terbentuk dari bahan tanaman atau bukan tanaman, baik itu secara daur ulang maupun secara tidak daur ulang, dimana nantinya akan menyebabkan perubahan kesadaran yang dimiliki seseorang.

Selain itu narkotika juga dapat menyebabkan hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan jika di konsumsi secara terus menerus (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

Berdasarkan undang – undang dalam lampiran 1 narkotika dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu. Tanaman papaver, opium mentah dan masak (candu, jicing, jicingko), morfina, kokaina, ekgonina, ganja, dan damar ganja. Garam dan turunan dari morfina dan kokaina, bahkan zat lain yang mengandung campuran bahan-bahan diatas.

C.1.2. Psikotrop ika

Psikotropika merupakan zat yang tidak termasuk dalam narkotika, psikotropika merupakan zat yang dibuat untuk mendapatkan unsur kim ia. Psikotropika dapat mempengaruhi atau mengubah tingkah laku seseorang. Jenisnya berupa (Ekstasi, Inex atau Metam phetamines), Demerol, Speed, Angel Dust, Sabu-sabu, Sedatif-H ipnotik (Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip,

(15)

20 Dum, Megadon, Nipam. (Wikipedia. 2017.

https://id.wikipedia.org/wiki/ Psikotropika. 10 M ei 2017)

Efek dari psikotropika jika digunakan dapat menurunkan aktivitas otak yang menyebabkan perubahan perilaku, diiringi dengan adannya halusinasi, dan gangguan cara berfikir. Jika digunakan secara terus menerus akan menyebabkan ketergantungan serta memberi efek stimulasi (merangsang), bisa juga menyebabkan kematian bagi penggunannya.

Selain itu terdapat beberapa golongan dalam psikotropika diantarannya:

a. Golongan I : Psikotropika yang digunakan untuk pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat.

b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat untuk terapi yang menyebabkan ketergantungan.

c. Golongan III : Psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang, misalnya kelompok hipnotik sedatif.

d. Golongan IV : Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan.

Zat psikotropika dapat meimbulkan bahaya adiksi (ketergantungan) (Tina Afiatin, 2010:10-11).

a. Jenis candu menurut Hastutingrum, 1997, antara lain menekankan fungsi jantung dan penafsiran, kemunduran fisik dan psikis, merusak generasi, ketergantungan bahkan kematian.

(16)

21 b. Jenis Kokain menyebabkan bertambah aktifnya kerja mental,

berkurangnya kelelahan, halusinasi, insomnia, euphoria, dan ketergantungan.

c. Jenis MDMA (M etilen D ioksi M etaamfetamin), atau yang sering disebut sebagai ekstasi, inex menurut Soewadi, 1996 memberikan bahaya ketergantungan, meningkatnya denyut jantung, perilaku tidak wajar dan kejang.

d. Jenis minuman yang mengandung alkohol menyebabkan gangguan mental organik (GM O), yanitu gangguan dalam fungsi berfikir, perasaan, dan perilaku.

e. Jenis Ganja, menimbulkan munculnya gangguan mental organik (GM O).

C.1.3. Zat Adiktif

Zat Adiktif adalah zat, obat atau bahan aktif jika dikonsum si oleh seseorang akan menyebabkan ketergantungan yang sulit untuk dihentikan, zat ini dapat menimbulkan penggunannya untuk menggunakan secara terus menerus. Apabila seseorang telah berhenti menggunakannya maka, pengguna akan merasakan efek lelah yang luar biasa. Zat ini tidak tergolong dalam narkotika dan psikotropika tetapi zat ini dapat menimbulkan ketagihan antara lain kopi, rokok, minum-minum keras dll. (Wikipedia. 2014.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Zat_adiktif. 27 M aret 2014).

(17)

22 C.2. Tempat Penyebaran Narkoba

Dari berbagai peredaran narkoba, terdapat beberapa tempat yang menjadi peredaran narkoba. Tempat-tempat ini antara lain (Sembiring, 2006:17-19)

C.2.1. Lingkungan Keluarga : Keluarga yang berantakan akan menjadi tempat yang subur tum buhnya berbagai penyimpangan perilaku.

C.2.2. Lingkungan Pendidikan : M isalnya, sekolah, kampus, lembaga pendidikan, asrama, bahkan bisa masuk sekolah keagamaan.

C.2.3. Lingkungan Kerja : M isalnya, pabrik, kantor, tempat-tempat hiburan, apotik, lembaga permasyarakatan, atau bahkan rumah sakit.

C.2.4. Lingkungan Masyarakat : M isalnya, stasiun, hotel, terminal, bandara, halte, dan lain-lain.

C.3. Kelompok Berdasarkan Efek

Berdasarkan efek yang berdampak pada penggunannya, narkoba dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berikut:

C.3.1. Halusinagen, dampak dari narkoba yang menyebabkan seseorang ber-halusinasi dan membayangkan suatu hal yang sebenarnya tidak ada, jika narkoba digunakan dengan dosis yang berlebihan misalnnya kokain.

C.3.2. Stimulan, dampak dari narkoba yang mengakibatkan kerja organ tubuh lebih cepat, sehingga menyebabkan seseorang lebih semangat dan memberikan rasa gembira pada saat itu.

(18)

23 C.3.3. Depresan, dampak dari narkoba yang dapat melum puhkan

susunan sistem saraf dan dapat menurunkan kualitas kekuatan dari tubuh seseorang, sehingga menyebabkan pengguna inggin tertidur pulas bahkan tidak sadar diri misalnya putaw.

C.3.4. Adiktif, dampak dari narkoba yang menimbulkan kecanduan.

Narkoba jenis ini akan menyebabkan putusnya sistem saraf dalam otak misalnya ganja, heroin, dan putaw.

C.4. Problem Narkoba

M enurut beberapa ahli berpendapat bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan narkorba yakni, faktor dari narkoba sendiri, faktor lingkungan, faktor teman dan faktor ndividual (Tina Afiatin, 2010:16-24).

C.4.1. Faktor Narkoba merupakan faktor yang jika digunakan akan menimbulkan dampak atau kenikmatan yang luar biasa bagi para penggunanya. Sehingga membuat para pengguna untuk menggunakan kenikmatan itu secara-terus menerus, karena pada dasarnya narkoba itu bersifat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketagihan.

C.4.2. Faktor Lingkungan, adalah faktor keluarga dan teman sebaya.

Keluarga dapat berperan sebagai faktor resiko (menyebabkan terjadinnya penggunaan narkoba) dan juga faktor protektif (menyebabkan terhambatnya penggunaan narkoba). (Palmer, 1996

& Hawkins, dkk , 1997).

(19)

24 C.4.3. Faktor Teman, menurut Coleman (dalam Scarr, dkk, 1986),

teman merupakan hal utama yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi tempat bertukar keluh kesah. Hali ini disebabkan karena beberapa hal yaitu: Perkembangan fisik yang dimiliki seseorang, teman sebaya yang memberikan dorongan psikologis, teman yang mencoba memberikan identitas baru sebagai pengalaman yang nyata.

C.4.4. Faktor Individual, sedangkan yang dimaksud dalam faktor individual disini menurut hawari, 1991: Aspek arganobiologik, mempunyai peran pada penyalahgunaan zat, aspek kepribadian, aspek kecemasan dan depresi, aspek kondisi keluarga, aspek teman sebaya, aspek mudahnya zat yang diperoleh

C.5. Dampak Penggunaan N arkoba

M enurut Rachim, 2001 ancaman penyalahgunaan narkoba bersifat multi dimensional: Kesehatan, ekonom i, sosial dan pendidikan, keamanan dan penengak hukum (Tina Afiatin, 2010:9).

C.5.1. Dimensi Kesehatan dapat menghancurkan dan merusak kesehatan manusia, baik kesehatan jasmani maupun rohani.

C.5.2. Dimensi ekonom i, memerlukan biaya besar.

C.5.3. Dimensi sosial dan pendidikan, dapat menyebabkan perubahan kearah perilaku asusila dan anti sosial.

C.5.4. Dimensi keamanan dan penegak hukum, dapat mendorong terjadinya tindakan-tindakan yang mengganggu masyarakat dan pelanggaran hukum lainnya.

(20)

25 D. Sosial

D.1. Pengertian Bersosialisasi

Sosial berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama (salim, 2002). Sudarmo dalam (Salim, 2002) menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas).

M asyarakat sendiri merupakan sekelompok orang yang menbentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi merupakan hal yang sangat pokok untuk berhubungan dengan individu-individu yang lain. Kata masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu, “musyarak” yang memiliki arti hubungan antara etnis yang lain.

M ayarakat juga merupakan sebuah komunitas yang independen (saling tergantung satu dengan yang lain).

Jadi maksud dari bersosialisasi sendiri yaitu sekum pulan orang dalam suatu lingkungan yang hidup secara bersama, dengan saling ketergantungan, dimana nantinya mereka akan bertumbuh kembang secara bersama, dalam subuah daerah tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sama, dan diharapkan dapat mengatasi semua permasalah yang timbul secara bersama-sama.

D.2. Permasalahan yang Sering Terjadi Dalam Lingkungan Sosial

Permasalah sosial merupakan permasalahan yang sering muncul dalam lingkungan masyarakat disemua daerah. Permasalah sosial sering

(21)

26 memberikan dampak yang merugikan, karena permasalahan ini sangat mengganggu masyarakat yang lain. Permasalah sosial yang sering terjadi pada saat ini yaitu: Penggunaan Narkoba, Pencurian, Kekerasan, Pelecehan Seksual, Pergaulan Bebas, Aliran Sesat, Anak Jalanan, dll.

D.3. Faktor yang Menimbulkan Permasalahan Sosial

D.3.1. Faktor Ekonomi, biasannya menyangut tentang kemiskinan, penggangguran dll.

D.3.2. Faktor Budaya, ini sering terjadi ketika masuknya budaya asing kedalam budaya setempat, sehingga menimbulkan banyak perubahan pada budaya setempat, yang nantinya akan adanya permasalah sosial seperti pernikan dini, perceraian dll.

D.3.3. Faktor Biologis, untuk faktor biologis sendiri biasanya meliputi kurang gizi, penyakit menular, dll.

D.3.4. Faktor Psikologis, faktor ini muncul ketika psikologis dalam suatu masyarakat sangat lemah. Dimana faktor ini bisa menjadi beban hidup yang dirasakan setiap orang dalam lingkungan masyarakat.

E. Landasan Teori

E.1. Teori Disonan si Kognitif

Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1950an.

(22)

27 Pada umumnya seseorang akan berperilaku konsisten dengan apa yang diketahuinya. Tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa seseorang tidak bisa berperilaku konsisten. Leon Festinger memberikan contoh seorang pemuda yang sedang berkencan, ketika sedang asyik berkencan ia baru menyadari bahwa uang yang dibawannya tidak mencukupi.

Hubungan dengan perilaku dan keadaan uangnya bisa dinamakan disonansi.

Untuk memperjelas teori ini, Festinger menyajikan contoh pengurangan disonansi. Banyak orang percaya bahwa dalam sehari kita harus mengosok gigi sehari 3 kali. Tetapi ada juga orang yang percaya bahwa mengosok gigi tidak perlu sesering itu. Jadi disonansi dalam hal ini terjadi antara kepercayaan dan perilaku.

Dalam hal ini apabila kedua komunikasi itu diterapkan dan digunakan, maka penggunan disonansi bisa teratasi. Tetapi sebaliknya jika ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi orang lain, dengan menyatakan mengosok gigi itu harus lima kali sehari, maka komunikasi dalam persuasi itu tidak akan bisa digunakan untuk mempengaruhi seseorang.

Oleh karena itu jika seseorang dapat menerima komunikasi tersebut, maka disonansi yang dialami seseorang akan meningkat dengan sendirinnya. Hal itu dapat menyebabkan komunikasi persuasif dapat berjalan efektif, tetapi jika seseorang mengurangi disonansi maka komunikasi persuasi tidak dapat berjalan efektif (Efenddy, 2003:262-263).

(23)

28 Teori disonansi beranggapan bahwa dua elemen pengetahuan

“merupakan hubungan yang tidak harmonis apabila, mempertimbangkan dua elemen itu sendiri, pengamatan satu elemen akan mengikuti elemen satunya”. Teori ini berpandangan bahwa disonansi, “secara psikologis tidak nyaman, maka akan memotivasi seseorang untuk berusaha mengurangi disonansi demi mencapai keselarasan” dan “setiap orang pasti berusaha menolak meningkatnya disonansi” (Severin, 2009:165).

Dalam disonansi kognitif elemen-elemen yang dipermasalahkan mungkin adalah (1) tidak relevan satu sama lain, (2) konsisten satu sama lain (dalam istilah Festinger, harmonis) atau (3) tidak konsisten satu sama lain (disonan/tidak harmonis, dalam istilah Festinger). Hubungan tidak selalu dikaitkan secara logis dengan konsisten atau inkosistensi (Severin.

2009:165).

E.2. Teori Interaksi Simbolik

Teori interaksi sim bolik ini diperkenalkan oleh George Herbert M ead yang menyatakan bahwa lambang atau simbol kebudayaan dipelajari melalui interaksi, orang memberi makna terhadap segala hal yang akanmengontrol sikap tindak mereka. Teori ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu (M orissan dkk, 2013:126).

M aka pada penelitian ini, peneliti memandang bahwa pandangan masyarakat terkait perilaku pengguna pil koplo dalam bersosialisasi

(24)

29 terdapat proses interaksi antara lambang dan simbol yang berkaitan erat dengan pemberitaan.

M enurut (Soekanto, 2012:55) mengatakan interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Dalam hal ini maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terkait perilaku komunikasi pengguna pil koplo dalam bersosialisasi. Interaksi dan informasi memiliki hubungan erat dengan teori interaksi simbolik terutama dalam menyampaikan sebuah pesan kepada pengguna pil koplo. Teori interaksi simbolik mendasarkan gagasannya pada tiga tema penting yaitu pentingnyamakna dalam perilaku manusia, pentingnya konsep diri dan hubungan antar individu dengan masyarakat.

ketiga tema tersebut mengahasilkan enam asumsi sebagai berikut:a) M anusia berperilaku berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada dirinya. M akna diciptakan melalui interaksi antarmanusia. b) M akna mengalami modifikasi melalui proses interpretasi. c) M anusia mengembangkan konsep diri melalui interaksinya dengan orang lain. d) Konsep diri menjadi motif penting bagi perilaku. e) M anusia dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial. f) Struktur sosial terbentukmelalui interaksi sosial (M orissan dkk, 2013:127).

Teori interaksi sim bolik memfokuskan perhatiannya pada cara-cara yang digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur

(25)

30 masyarakat melalui sebuah percakapan. M enurut M ead, ada tiga konsep penting dalam teori interaksi simbolik ini, yaitu masyarakat, diri dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda, namun berasal dari proses yang sama (Nurhadi, 2015:47).

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pandangan masyarakat sebelumnya pernah dilakukan oleh Yenny Wahyuni (2015) yang mengangkat judul “Pandangan M asyarakat Terhadap Program Keluarga Berencana Dalam Mewujudkan Keluarga Sejahtera (Studi Kasus Terhadap M asyarakat Desa Sidoharjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purw orejo, Jawa Tengah)”

Yang hasilnya menunjukan bahwa masyarakat Sidoharjo yang tidak mengikuti program keluarga berencana (43,2%) tidak setuju adanya program keluarga berencana, karena program keluarga berencana merupakan program yang bersifat memaksa. Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan masyarakat.

Akan tetapi masyarakat lain (17,9%) mengungkapkan bahwa keluarga berencana merupakan upaya dalam mewujudkan keluarga sejahtera, sedangkan (38,9%) mengatakan bahwa keluarga sejahtera dapat diperoleh dengan adanya kesadaran hak dan tangungjawab masing-masing suami dan isteri. Dengan demikian dasar dari adanya peran dan fungsi itu terletak dan ditentukan pertama oleh pemerintah yang bertanggungjawab atas tugasnya, kedua terletak pada kesadaran besar suami isteri juga perekonomian yang harus lebih memadai.

(26)

31 Selain itu penelitian yang dilakukan oleh M uhammad Nizar Fauzi (2014) dengan judul “ Pandangan M asyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus D i Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat”. Dengan hasil yang menunjukan bahwa pelaksanaan pernikahan di usia dini yang terjadi dalam kehidupan warga Desa Cikurutug Kecamatan Cireunghas oleh beberapa faktor, yakni faktor ketakutakan orangtua atau juga faktor tradisi warga selanjutnya adalah pendidikan, factor ketidak pahaman tentang pentingnya pernikahan usia dini dan yang terakhir adalah faktor ekonomi dll.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Yenny Wahyuni (2015) menggunakan jenis penelitian metode lapangan (field research), sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian yang dilakukan Yenny Wahyuni (2015) juga menggunkan sifat penelitian deskriptif-analitik dan menggunakan pendekatan penelitian normatif. Kemudian Yenny Wahyuni (2015) menggunakan analisis data kualitatif sedangkan peneliti menggunakan analisis data menurut M iles dan Huberman. Persamaan dari penelitian ini adalah penelitian Y unny Wahyuni (2015) dan peneliti sama – sama menggunakan sum ber data primer dan sekunder. Kemudian menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Sedangkan untuk perbedaan penelitian Wahyu Nizar Fauji (2014) tidak ada yang berbeda dengan peneliti. Peneliti tidak menemukan perbedaan ddari metode yang dilihat. Tetapi untuk persamaan peneliti dengan penelitian Wahyu Nizar Fauji (2014) sama – sama menggunakan, jenis penelitian kualitataif dengan Teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dokumentasi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rata-rata persentase keseluruhan komponen CSE-UCLA yaitu sebesar 84,55%, maka hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan program

Di Indonesia usaha mikro dan kecil banyak dioperasikan dari tempat tinggal si pemilik bisnis atau bisnis rumahan (home based business) karena biaya operasionalnya

terdapat hubungan bermakna antara lepas drain dini dengan skala gejala pasien kanker payudara pasca operasi MRM, dimana pasien lepas drain hari I memiliki

Dari penjelasan di atas dapat dipastikan bahwa kedatangan Islam di wilayah Sul-Sel yang dibawa oleh beberapa pedagang dan pembawa agama Islam (da’i) dari Melayu memberikan

Kelompok unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius, yang

115 teripang untuk memanipulasi kelamin udang galah adalah, pemberian hormon steroid (testosteron) dari ekstrak jeroan teripang melalui metode injeksi dan dipping,

Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus II ini menunjukan hasil bahwa dalam penggunaan pende- katan open-ended sudah mencapai