• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAERAH PANTAI TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAERAH PANTAI TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAERAH PANTAI

TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH

FAIRUZ ZAHIRA 150501081

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAERAH PANTAI TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah minimum kabupaten/kota dan tingkat pendidikan pada produktivitas tenaga kerja di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara pada periode 2010-2017.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data dari 12 kabupaten/kota di Pantai Timur Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, dengan metode analisis yang digunakan adalah melalui Pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model) atau Pendekatan efek random (Random Effect Model).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel UMK dan tingkat pendidikan keduanya mempengaruhi produktivitas tenaga kerja baik secara simultan maupun secara parsial.

Kata Kunci: Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Minimum Kota, Tingkat Pendidikan.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECT LABOR PRODUCTIVITY IN THE EAST COAST REGION OF NORTH SUMATRA

This research aims to determine the effect of minimum wages and education level on labor productivity in the East Coast Region of North Sumatra in the period 2010-2017.

The type of research used is descriptive research with a quantitative approach. This study uses data from 12 districts/cities on the East Coast Region of North Sumatra. This study uses secondary data from the North Sumatra Central Bureau of Statistics (BPS), the analytical method used is the Fixed Effect Approach or Random Effect Model.

The results of this research indicate that minimum wage and level of education both affect labor productivity simultaneously and partially.

Keywords: Labor Productivity, Minimum Wage, Education Level.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Darah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua orangtua yang tersayang Ayahanda Riza Iskandar dan Ibunda Nurlaili yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, nasehat serta saran dalam menghadapi masa perkuliahan peneliti selama perkuliahan.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nst, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah membantu peneliti melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku Dosen Penguji II yang membantu peneliti melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

(8)

8. Kedua adik tersayang, Ray Muhammad Shidqi dan Raisa Fahira sebagai keluarga yang tidak pernah hentinya memberikan dukungan doa untuk peneliti.

9. Kedua wali, Uwak Mus dan Uwak Lily yang senantiasa memberikan dukungan dan membimbing peneliti selama berkuliah di Medan.

10. Saudara persepupuan di Karikatur yaitu Kak Lala, Aak, Lupi, Oweng, dan Dini. Terima kasih telah membuat suasana di rumah selalu menyenangkan.

11. Syafina Fathlia Yasmin dan Amos Ave Siagian yang senantiasa menemani peneliti dalam keadaan senang maupun sedih sedari semester 1 (satu) di perkuliahan.

12. Shabrina Puspita Dewi, Bagas Adhikaputera, dan Yustinus Bima Mustika yang selalu ada untuk peneliti sejak 2012.

13. Teman-teman Colourful Pegasus:3, Atam, Jopi, Nadya, Nisa, dan Tasya yang terus menyemangati, mendoakan dan menemani penulis sejak tahun 2015.

14. Teman-teman Mestakung 2.0, Cahya, Falah, Fanny, Khafi, Sabilla, dan Shidqi yang telah menemani peneliti sejak kelas 9 di Sekolah Menengah Pertama.

15. Teman-teman KB, Amy, Abdul, Hafiza, Nami, Nadya, Tambak, Sabda, Faisal, dan Fadel yang menjadi teman pertama peneliti dalam perkuliahan.

16. Teman-teman angkatan 2015, Dennis, Astuti, Intan, Ika, Dila, Sinta, Dita, Bella, Razif, Audina, Karin, Qodri, Vira, dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya.

17. Cat, Ellie, Xan, dan CK yang senantiasa mendengarkan keluh kesah peneliti dalam proses pengerjaan skripsi walaupun kita semua berada di negara yang berbeda.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, 21 Juni 2019 Peneliti

Fairuz Zahira NIM 150501081

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis ... 10

2.1.1 Upah ... 10

2.1.1.1 Pengertian Upah ... 10

2.1.1.2 Fungsi Upah ... 11

2.1.1.3 Jenis-Jenis Upah ... 12

2.1.1.4 Prinsip dan Tujuan Upah... 13

2.1.2 Upah Minimum ... 14

2.1.2.1 Pengertian Upah Minimum ... 14

2.1.2.2 Kebijakan Penetapan Upah Minimum ... 15

2.1.3 Pendidikan ... 18

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan... 18

2.1.3.2 Ruang Lingkup Pendidikan ... 19

2.1.2.3 Jenjang Pendidikan ... 20

2.1.4 Ketenagakerjaan ... 22

2.1.4.1 Produktivitas Tenaga Kerja ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 26

2.4 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 29

3.3 Jenis Variabel Penelitian ... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Definisi Operasional ... 30

3.5.1 Variabel Dependen ... 30

3.5.2 Variabel Independen ... 31

(10)

3.6.1 Pemilihan Model Estimasi Uji Hausman ... 32

3.6.2 Pemilihan Model Data Panel ... 32

1. Fixed Effect Model ... 32

2. Random Effect Model ... 32

3.6.3 Model Regresi Data ... 33

3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 34

3.6.4.1 Uji F ... 34

3.6.4.2 Uji T ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 36

4.2 Hasil Uji Hausman... 38

4.3 Hasil Estimasi Regresi Data Panel ... 39

4.4 Pengujian Hipotesis ... 41

4.4.1 Hasil Uji T ... 42

4.4.2 Hasil Uji F ... 43

4.5 Analisis Pembahasan ... 44

4.5.1 Pengaruh UMK Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja ... 44

4.5.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1 Produktivitas Tenaga Kerja di Daerah Pantai Timur Sumatera

Utara ... . 3

1.2 UMK di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara ... 5

1.3 Tingkat Pendidikan di Derah Pantai Timur Sumatera Utara 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 24

4.1 Hasil Uji Hausman ... 38

4.2 Koefisien Variabel ... 39

4.3 Hasil Uji T ... 42

4.4 Hasil Uji F ... 43

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Pemilahan Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja ... 23 2.2 Kerangka Konseptual ... 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Data Regresi Model Data Panel 2 Data Produktivitas Tenaga Kerja 3 Jumlah Tenaga Kereja Yang Bekerja 4 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 5 Hasil Uji Hausman Model Regresi 6 Hasil Regresi Model Data Panel

(14)

dapat dipisahkan. Hampir semua negara menginginkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Indonesia diharapkan dapat mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya yang ditandai dengan adanya peningkatan PDB dan produktivitas. Kenyataannya perkembangan pertumbuhan dan peningkatan produktivitas di Indonesia berfluktuasi.

Pertumbuhan ekonomi itu sendiri merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output agregat (keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan perekonomian) atau Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan nilai total seluruh output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian, baik yang dilakukan oleh warga lokal maupun warga asing yang bermukim di negara bersangkutan. Sehingga, ukuran umum yang sering digunakan untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan PDB untuk skala nasional atau persentase perubahan PDRB untuk skala Provinsi atau Kabupaten/Kota.

Sukirno (2010) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan nasional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara Kuznets (1954) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara

(15)

2

dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan, prasarana, dan sarana), sumber daya alam, sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri, serta budaya kerja (Todaro, 2008).

Menurut paham neoklasik pertumbuhan ekonomi yang baik salah satunya adalah ditandai dengan tingginya produktivitas tenaga kerja di mana pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi), dan penyempurnaan teknologi (Todaro dan Smith, 2008). Dalam menunjang ekonomi nasional, aspek produktivitas merupakan aspek penting untuk mempercepat tercapainya sasaran pembangunan tersebut.

Produktivitas tenaga kerja sendiri merupakan suatu ukuran sampai sejauh mana manusia atau angkatan kerja dipergunakan dengan baik dalam suatu proses produksi untuk memperoleh output yang diinginkan. Maka, peningkatan produktivitas produksi memegang kunci penting dalam meningkatkan mutu hidup manusia.

Anoraga (2009) menyatakan bahwa produktivitas adalah menghasilkan lebih banyak, dan berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian, produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan. Sementara produktivitas kerja menurut Hasibuan (2007) dalam Hakim (2011:177) adalah perbandingan antara output dengan input, di mana outputnya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaan yang lebih baik.

(16)

Tabel 1.1

Tingkat Produktivitas Tenaga kerja di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara (Rupiah)

Kabupaten/Kota Tahun

2015 2016 2017

Langkat 5.819.874 6.109.940 5.707.184

Medan 14.189.402 14.941.519 14.371.485

Tanjung Balai 3.783.123 3.999.578 3.585.691

Asahan 7.545.109 8.051.576 7.927.424

Labuhan Batu 11.682.909 12.273.774 12.586.733 Labuhan Batu Utara 9.994.169 10.514.531 11.164.734 Labuhan Batu Selatan 11.609.086 12.211.695 12.723.376

Deli Serdang 7.243.057 7.628.688 10.220.051

Serdang Bedagai 6.442.760 6.570.453 7.123.657

Tebing Tinggi 5.135.315 5.397.828 5.408.827

Batu Bara 13.910.596 14.531.739 12.669.024

Binjai 5.832.722 6.156.072 6.358.376

Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa produktivitas tenaga kerja pada setiap kabupaten/kota periode tahun 2015-2016 mengalami peningkatan. Sementara pada periode 2016-2017 terdapat beberapa kabupaten/kota yang mengalami penurunan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja Kabupaten Langkat tahun 2017 mengalami penurunan sebesar Rp. 402.757, Kota Medan mengalami penurunan sebesar Rp. 570.034, sementara Kota Tanjung Balai mengalami penurunan sebesar Rp. 413.887, Kabupaten Asahan mengalami pnurunan sebesar Rp. 124.152 dan Kabupaten Batu Bara memiliki penurunan terbesar yaitu Rp. 1.862.715.

Kota Medan memiliki penurunan produktivitas tenaga kerja terbesar pada tahun 2017, namun di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara, Kota Medan tetap memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi selama tiga tahun berturut-turut yaitu Rp 14.189.402 pada tahun 2015, Rp. 14.941.519 pada tahun 2016, dan Rp.

14.371.485 pada tahun 2017. Sementara produktivitas tenaga kerja terendah

(17)

4

berada pada Kota Tanjung Balai sebesar Rp. 3.783.123 pada tahun 2015, Rp.

3.999.578 pada tahun 2016, dan Rp. 3.585.691 pada tahun 2017.

Untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dibutuhkan penghargaan serta pengakuan keberadaan para tenaga kerja tersebut. Penghargaan dan pengakuan keberadaan yang dimaksud dapat berupa uang atau upah. Sukirno (2003) dalam Sulaeman (2014) menyebutkan bahwa upah dalam teori ekonomi diartikan sebagai pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Maka upah dapat diartikan sebagai balas jasa yang diterima tenaga kerja setelah melakukan suatu pekerjaan. Menurut Pandapotan (2013) upah berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Artinya semakin tinggi upah yang diberikan maka akan semakin tinggi pula produktivitas tenaga kerjanya. Maka upah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produksi tenaga kerja.

Upah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pekerja, maka upah merupakan masalah yang menarik dan penting bagi perusahaan. Upah merupakan salah satu komponen biaya produksi yang dilihat dapat mengurangi tingkat laba yang dihasilkan, perusahaan berusaaha untuk menekan upah tersebut sampai pada tingkat yang paling minimum, sehingga laba perusahaan dapat ditingkatkan. Di sisi lain, pekerja menganggap upah sebagai balas jasa terhadap pekerjaan yang telah ia lakukan, sehingga pekerja menuntut untuk mendapat upah yang lebih tinggi dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan mereka beserta keluarganya.

Perbedaan kepentingan antara perusahaan dan pekerja tersebut sering menimbulkan konflik seperti aksi unjuk rasa dan mogok kerja. Dari fenomena ini

(18)

dapat dilihat bahwa persoalan upah merupakan masalah yang serius dan harus segera diselesaikan agar tidak terjadi terus menerus dan akan berdampak buruk pada perekonomian Indonesia. Upaya untuk menghindari perbedaan tersebut, pemerintah harus ikut campur tangan mengatur masalah ini dengan menetapkan kebijakan upah minimum.

Kebijakan upah minimum ini dapat menjadi alat proteksi bagi kedua belah pihak. Bagi pekerja, upah minimum merupakan alat proteksi untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun sehingga para pekerja tetap mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara bagi perusahaan, upah minimum merupakan alat proteksi yang dapat mempertahankan produktivitas para pekerja (Panorama dan Lemiyana, 2017). Maka upah minimum merupakan kebijakan yang penting untuk diterapkan bagi setiap perusahaan.

Tabel 1.2

Upah Minimum di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara (Rupiah)

Kabupaten/Kota Tahun

2015 2016 2017

Langkat 1.762.500 1.965.200 2.127.375

Medan 2.037.000 2.271.255 2.528.815

Tanjung Balai 1.835.000 2.046.025 2.214.822

Asahan 1.830.000 2.040.450 2.208.787

Labuhan Batu 1.870.000 2.085.050 2.272.000

Labuhan Batu Utara 1.865.000 2.080.000 2.251.600 Labuhan Batu Selatan 1.870.000 1.085.050 2.300.000

Deli Serdang 2.015.000 2.246.725 2.491.618

Serdang Bedagai 1.865.000 2.080.000 2.251.600

Tebing Tinggi 1.650.000 1.839.750 1.991.529

Batu Bara 2.075.000 2.313.625 2.504.499

Binjai 1.700.000 1.895.500 2.051.879

Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa Upah Minimum di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Kota

(19)

6

pada tahun 2015, Rp. 271.255 pada tahun 2016, dan Rp. 2.528.815 pada tahun 2017. Sementara upah minimum terendah berada pada Kota Tebing Tinggi tahun 2015 sebesar Rp. 1.650.000, Rp. 1.839.750 pada tahun 2016, dan Rp. 1.991.529 pada tahun 2017.

Dalam teori upah efisiensi, penetapan upah minimum memungkinkan tenaga kerja meningkatkan nutrisinya, sehingga dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitasnya. Upah yang dibayarkan menurut teori ini jauh di atas upah keseimbangan, sehingga produksi tenaga kerja meningkat, dan jumlah output yang diproduksi akan meningkat. Jumlah tingkat output yang diproduksi ini yaitu PDRB.

Selain upah minimum, sektor pendidikan juga merupakan salah satu investasi yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Aspek pendidikan memiliki dampak yang besar dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, seperti tingkat efisiesi manajemen perusahaan yang semakin tinggi dan tingkat penguasaan teknologi yang baik. Maka pendidikan merupakan salah satu kunci dalam memajukan perekonomian suatu negara.

Investasi pendidikan adalah kegiatan yang melihat manusia dalam perspektif value/nilai yang melekat pada diri tenaga kerja. Tenaga kerja yang mengikuti jenjang pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki nilai berbeda dari mereka yang tidak mengikuti pendidikan. Nilai yang dimaksud adalah kondisi yang dapat membuat obyek yang mengemban pendidikan menjadi memiliki penghasilan individu berbeda, terjadinya peningkatan produktivitas kerja, dan

(20)

peningkatan pada nilai rasional (social benefit) dibanding kondisi sebelum mengeyam pendidikan (Fatihin, 2016).

Purba (2017) menyatakan bahwa manusia yang memiliki waktu mengenyam pendidikan lebih lama akan memiliki pekerjaan sekaligus upah yang lebih baik dibanding mereka yang tidak lama dalam mengenyam pendidikan. Dapat dikatakan bahwa upah mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak manusia yang memiliki pendidikan tinggi akan semakin tinggi produktivitasnya dan pada hasil akhirnya ekonomi akan bertumbuh lebih tinggi. Melalui pendidikan, tenaga kerja dapat memiliki keterampilan sehingga tenaga kerja mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik.

Tabel 1.3

Tingkat Pendidikan di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara (Tahun)

Kabupaten/Kota Tahun

2015 2016 2017

Langkat 7,92 8,18 8,51

Medan 11 11,18 11,25

Tanjung Balai 9,12 9,13 9,14

Asahan 8,32 8,33 8,46

Labuhan Batu 8,75 8,78 9,01

Labuhan Batu Utara 8,31 8,33 8,34

Labuhan Batu Selatan 8,68 8,69 8,7

Deli Serdang 9,48 9,68 9,7

Serdang Bedagai 8,08 8,34 8,35

Tebing Tinggi 10,06 10,07 10,08

Batu Bara 7,74 7,75 7,83

Binjai 10,28 10,28 10,58

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya tingkat pendidikan di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara terus mengalami peningkatan.

Kota Medan memiliki tingkat pendidikan tertinggi selama tiga tahun berturut- turut. Sementara pada tahun 2015 Kabupaten Batu Bara memiliki tingkat

(21)

8

pendidikan terendah sebesar 7,74 tahun, diikuti tahun 2016 sebesar 7,75 tahun, dan sebesar 7,83 tahun pada tahun 2017.

Menurut Hidayat (1990) bahwa suatu daerah tidak akan sanggup membangun daerahnya jika tidak mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya serta tidak dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal. Pendidikan diasumsikan sebagai bentuk investasi yang membantu meningkatkan kapasitas produksi yang menyebabkan kualitas kerja meningkat. Pendidikan juga menjadi landasan pengembangan diri bagi tenaga kerja untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan proposal skripsi ini. Maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah :

1. Apakah upah minimum kabupaten/kota berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara?

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap produktivitas tenaga kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

2. Sebagai masukan dan bahan kajian bagi pemerintah dalam pembuatan kebijakan dalam mengatasi masalah produktivitas ketenagakerjaan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Upah

2.1.1.1 Pengertian Upah

Sukirno (2005) mengemukakan dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai alat pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja atau buruh atas jasa- jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu. Menurut Sukirno (2014), terdapat perbedaan di antara dua pengertian upah :

1. Upah nominal (upah uang) adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental dan fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.

2. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhah sehari-hari para pekerja.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberi definisi upah sebagai berikut :

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

(24)

Dapat disimpulkan bahwa upah adalah pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja atau buruh atas jasa-jasa fisik dan mental sebagai imbalan dari para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

2.1.1.2 Fungsi Upah

Menurut Sirait (2006:181), upah berfungsi sebagai keberlangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang, dan dibayarkan atas suatu dasar perjanjian kerja antara pemimpin perusahaan dengan tenaga kerja.

Fungsi upah secara umum, antara lain :

1. Untuk mengalokasikan secara efisien kerja manusia, menggunakan sumber daya tenaga manusia secara efisien, untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk mengalokasikan secara efisien sumber daya manusia. Sistem pengupahan adalah menarik dan menggerakkan tenaga kerja ke arah produktif, mendorong tenaga kerja melakukan pekerjaan produktif ke pekerjaan yang lebih produktif.

3. Untuk menggunakan sumber tenaga manusia secara efisien.

Pembayaran upah yang relatif tinggi adalah mendorong manajemen memanfaatkan tenaga kerja secara ekonomis dan efisien. Dengan cara demikian pengusaha dapat memperoleh keuntungan dari pemakaian

(25)

12

tenaga kerja dan tenaga kerja mendapat upah sesuai dengan keperluan hidupnya.

4. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Akibat alokasi pemakaian tenaga kerja secara efisien, sistem pengupahan diharapkan dapat merangsang, mempertahankan stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Upah

Jenis-jenis upah dalam berbagai kepustakaan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja menurut Asyhadie (2007:70) adalah sebagai berikut :

1. Upah Nominal

Upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada pekerja atau buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja.

2. Upah Nyata

Upah nyata adalah uang nyata, yang benar-benar harus diterima seorang pekerja/buruh yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang tergantung dari :

a) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;

b) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.

3. Upah Hidup

Upah hidup adalah upah yang diterima pekerja/buruh relatif cukup untuk membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang bukan hanya

(26)

kebutuhan pokoknya saja, melainkan juga keutuhan sosial keluarganya, seperti pendidikan, asuransi, rekreasi, dan lain-lain.

4. Upah Minimum

Upah minimum yaitu upah terendah yang dijadikan standar oleh perusahaan untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh yang bekerja di perusahaannya. Upah minimum ini umumnya ditentukan oleh pemerintah dan setiap tahunnya berubah sesuai dengan tujuan ditetapkannya upah minimum.

5. Upah Wajar

Upah wajar adalah upah yang relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa-jasanya pada perusahaan. Upah wajar ini sangan bervariasi dan selalu berubah-ubah antara upah minimum dan upah hidup sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Kondisi perekonomian negara.

b) Nilai upah rata-rata di daerah tempat perusahaan itu berada.

c) Peraturan perpajakan.

d) Standar hidup para pekerja/buruh itu sendiri.

e) Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian negara.

2.1.1.4 Prinsip dan Tujuan Upah

Simanjuntak (1998:129) menyatakan sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan diterapkan. Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya berdasarkan pada tiga fungsi upah yaitu:

(27)

14

1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya.

2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja sekarang.

3. Menyediakan insentif untuk mendorong meningkatkan produktivitas kerja.

Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2010: 762-763), fungsi pemberian upah adalah :

1. Ikatan kerjasama.

2. Kepuasan kerja.

3. Pengadaan efektif.

4. Motivasi.

5. Stabilitas karyawan.

6. Disiplin.

7. Pengaruh serikat kerja.

8. Pengaruh asosiasi usaha sejenis.

9. Pengaruh pemerintah.

2.1.2 Upah Minimum

2.1.2.1 Pengertian Upah Minimum

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikakan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Menurut Hardijan Rusli (2011: 92), upah minimum terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

(28)

b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.

PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 tentang peraturan upah minimum :

a. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

b. Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kebupaten/kota di satu provinsi.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

2.1.2.2 Kebijakan Penetapan Upah Minimum

Hotchkins dan Kaufmann (2002) menyatakan tujuan utama ditetapkannya kebijakan upah minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Menurut Sumarsono (2003), kebijakan upah minimum adalah untuk (a) menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat tertentu, (b) meningkatkan produktivitas pekerja, (c) mengembangkan dan meningkatkan perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien.

(29)

16

Sementara Herlina (2005: 159) mengemukakan bahwa tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum, yaitu :

1. Sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot.

2. Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan.

3. Meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah.

Sedangkan secara makro, penetapan upah minimum tujuannya sebagai berikut :

1. Peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja.

2. Pemerataan pendapatan.

3. Perubahan struktur biaya sektoral.

4. Peningkatan produktivitas kerja nasional dan peningkatan etos dan disiplin kerja.

5. Memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan bipartite.

Adapun kententuan dalam penetapan Upah Minimum Kota (UMK) adalah sebagai berikut :

1. Upah Minimum Kota harus sama atau lebih besar dari Upah Minimum Provinsi.

2. Peninjauan Upah Minimum Kota dilakukan paling sedikit satu tahun sekali.

(30)

3. Upah Minimum Kota ditetapkan paling lambat 40 hari sebelum tanggal diberlakukannya upah minimum.

4. Usulan Upah Minimum Kota dirumuskan oleh Dewan Pengupahan Kota yang merupakan hasil pembahasan dengan pemerintah, serikat pekerja, dan APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia).

5. Usulan Upah Minimum Kota disampaikan kepada Walikota, yang selanjutnya Walikota menerbitkan Surat Rekomendasi Walikota perihal Upah Minimum Kota.

6. Rekomendasi Walikota merupakan dasar dari Gubernur untuk menetapkan Upah Minimum Kota dan sudah harus diterima oleh Dewan Pengupahan Provinsi untuk diberikan rekomendasi kepada Gubernur dalam penetapan Upah Minimum Kota.

7. Keterlambatan dalam penyerahan rekomendasi oleh Walikota, memberikan kewenangan kepada Gubernur untuk menetapkan sendiri Upah Minimum Kota setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi.

8. Pertimbangan yang dilakukan dalam penetapan upah minimum adalah Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Indeks Harga Konsumen (IHK), kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan. Tingkat upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah, kondisi pasar, tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita.

(31)

18

9. Dimungkinkan Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) harus lebih besar 5% dari Upah Minimum Kota (UMK).

Terhadap perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketetapan Upah Minimum, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 juga mengaturnya di dalam Pasal 19 ayat (2) yang menentukan Permohonan Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum diajukan kepada Gubernur melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja/Instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan di Provinsi.

Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Bila penangguhan tersebut berakhir, maka perusahaan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku saat itu, tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku saat waktu diberikan penangguhan.

2.1.3 Pendidikan

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

(32)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Kneller dalam Helmawati (2014: 23) pendidikan memiliki arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. Sementara dalam arti sempit, pendidikan merupakan suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga lainnya.

Sementara menurut Samsudin (2006: 110) pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Pendidikan yang merupakan obyek dan subyek dari pembangunan ini perlu diperhatikan karena pendidikan merupakan penggerak utama dari pembangunan.

Dalam Dictionary of Education, pendidikan adalah suatu proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat ia hidup, proses sosial seseorang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah, sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan individu yang optimal ( Hadikusumo, 2001).

2.1.3.2 Ruang Lingkup Pendidikan

Pendidikan adalah proses yang berlangsung selama seumur hidup dan dapat dilakukan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian

(33)

20

maka pendidikan merupakan suatu proses kehidupan masa kini dan sekaligus proses untuk persiapan bagi kehidupan yang akan datang. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu :

1. Pendidikan Persekolahan

Pendidikan ini mencakup berbagai jenjang pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

2. Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah terbagi dua yaitu :

a. Pendidikan nonformal yang mencakup lembaga pendidikan di luar sekolah, misalnya kursus, seminar, atau kejar paket A.

b. Pendidikan informal yaitu pendidikan yang berasal dari keluarga, masyarakat, dan program-program sekolah, misalnya ceramah di televisi atau radio dan informasi mendidik dalam majalah atau surat kabar.

2.1.3.3 Jenjang Pendidikan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan angka perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan ini sendiri terdiri dari :

(34)

1. Pendidikan Dasar

Jenjang pendidikan awal 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar ini memberikan memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagaimana kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat.

2. Pendidikan Menengah

Jenjang menengah ini merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah yang lamanya 3 (tiga) tahun sesudah pendidikan dasar diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi maupun memasuki lapangan kerja.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, dan pendidikan keagamaan.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan

(35)

22

tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

2.1.4 Ketenagakerjaan

Konsep ketenagakerjaan secara garis besar dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja, yang tergolong tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di atas batas usia kerja. Batasan usia kerja yang ditetapkan antar negara berbeda-beda. Indonesia menetapkan batas usia kerja yaitu 10 tahun dan tanpa batas maksimum. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk Indonesia berumur muda sudah bekerja atau mencari pekerjaan.

Tetapi Indonesia tidak menganut batas umur maksimal karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional (Simanjuntak, 2001:76).

Menurut Munasef (1986) melalui Andayani (2007), tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi baik pada instansi pemerintah maupun pada perusahan, atau pada suatu usaha-usaha sosial dengan mana ia memperoleh suatu balas jasa tertentu. Menurut Dumairy (1997:74), tenaga kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Angkatan kerja, yaitu penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun sementara tidak berkerja dan mencari pekerjaan.

(36)

2. Bukan angkatan kerja, yaitu penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja dan tidak sedang mencari pekerjaan sepeti pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pensiunan, atau penderita cacat dependen.

Penduduk yang bukan angkatan kerja dapat dibedakan menjadi tiga subkelompok, yaitu :

1. Penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah.

2. Mengurus rumah tangga.

3. Penerima pendapatan lain.

Gambar 2.1

Pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja

Sumber : Dumairy (1997)

2.1.4.1 Produktivitas Tenaga Kerja

Kimsean (2011:319) menyatakan bahwa produktivitas merupakan sikap dan perilaku tenaga kerja dalam perusahaan terhadap peraturan-peraturan dan standar-standar yang telah ditentukan oleh perusahaan yang telah diwujudkan baik dalam bentuk tingkah laku maupun perbuatan. Menurut Singodimedjo dalam

Penduduk

Tenaga kerja (berusia ≥ 10 tahun) 1. Angkatan kerja

 Bekerja

 Pengangguran 2. Bukan angkatan kerja

 Pelajar dan mahasiswa

 Pengurus rumah tangga

 Penerima pendapatan lain

Bukan tenaga kerja (berusia < 10 tahun)

(37)

24

1. Aspek kemampuan manajemen tenaga kerja.

2. Aspek efisiensi tenaga kerja.

3. Aspek kondisi lingkungan pekerjaan.

Sinungan dalam Kimsean (2011:319) menyatakan bahwa yang dimaksud oleh produktivitas adalah ukuran efisiensi produksi yaitu suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan masukan. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik dalam bentuk nilai.

Menurut Terry dalam Sumarsono (2003:62) produktivitas adalah perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan apa yang dimasukkan. Sedangkan Sumarsono (2003:63) menyatakan bahwa produktivitas adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari suatu tenaga kerja, mesin, atau faktor-faktor produksi lainnya yang dihitung berdasarkan waktu rata-rata dari tenaga kerja tersebut dalam proses produksi.

Berdasarkan pengertian-pengertian produktivitas di atas, maka dapat disimpulkan pengertian produktivitas yaitu rasio antara produksi yang dapat dihasilkan dengan keseluruhan kepuasan yang dapat diperoleh dengan pengorbanan yang diberikan.

2.2

Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti

dan Tahun Judul Variabel Hasil

Penelitian 1. Dewi Andayani

(2007)

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Tenaga Kerja di Sumatera Utara

Variabel Dependen:

Produktivitas Tenaga kerja Variabel Independen:

Dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

upah dan

inverstasi berpengaruh

(38)

Investasi produktivitas tenaga kerja di Sumatera Utara.

2. Teddy Adhadika (2013)

Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi Produktivitas

Tenaga Kerja Industri Pengolahan di Kota Semarang

Variabel Dependen:

Produktivitas Tenaga Kerja Variabel Independen:

Pendidikan, Upah, Insentif, Jaminan Sosial, dan Pengalaman Kerja.

Penelitian ini menunjukkan hanya

pendidikan, upah, insentif, dan

pengalaman kerja saja yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja Industri

Pengolahan Kota Semarang.

3. Nadya Wiandita Pardede (2018)

Pengaruh Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan, dan Tigkat Kesehatan Terhadap

Produktivitas

Tenaga Kerja di Kota Medan

Variabel Dependen:

Produktivitas Tenaga Kerja Variabel Independen:

Tingkat Upah, Tingkat Pendidikan, dan Tingkat Kesehatan

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa tingkat

upah dan

tingkat kesehatan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

Sementara tingkat pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap

produktivitas tenaga kerja di Kota Medan.

4. Vellina Tambunan (2012)

Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah, Insentif, Jaminan

Sosial dan

Pengalaman Kerja Terhadap

Produktivitas

Tenaga Kerja di Kota Semarang

Variabel Dependen:

Produktivitas Tenaga Kerja Variabel Independen:

Pendidikan, Upah, Insentif,

Hasil penelitian ini menunjukkan hanya upah, insentif, dan pengalaman kerja saja yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas

(39)

26

Sosial, dan Pengalaman Kerja

Kota Semarang.

5. Nadia Nasir (2008)

Analisa Pengaruh Tingkat Upah, Masa

Kerja, Usia

Terhadap Produktivitas

Tenaga Kerja (Studi Kasus Pada Tenaga Kerja Perusahaan Rokok “Djagung Padi” Malang)

Variabel Dependen:

Produktvitas Tenaga Kerja Variabel Independen:

Tingkat Upah, Masa Kerja, dan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat upah, masa kerja, dan usia

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja Perusahaan Rokok Djagung Padi Malang.

Sumber: Data Hasil Olahan Penulis

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Adapun kerangka pikir penelitian dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sumber: Data Hasil Olahan Penulis Tingkat Upah Minimum

Kab/Kota (X1) Produktivitas

Tenaga Kerja Tingkat (Y)

Pendidikan (X2)

(40)

Dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dibutuhkan penghargaan serta pengakuan keberadaan tenaga kerja tersebut yang dapat berbentuk uang atau upah. Tingkat upah yang diberikan perusahaan terhadap para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Pandapotan (2013) mengatakan bahwa upah berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja yang artinya semakin tinggi upah yang diberikan maka akan semakin tinggi pula produktivitas tenaga kerjanya. Maka upah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produksi tenaga kerja. Sementara kebijakan upah minium sendiri dapat menjadi alat proteksi bagi para pekerja maupun perusahaan.

Simanjuntak (2001) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut. Manusia yang memiliki waktu mengenyam pendidikan lebih lama akan memiliki pekerjaan sekaligus upah yang lebih baik dibanding yang tidak mengenyam pendidikan. Menurut Kurniawan (2010) tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif. Dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.

(41)

28

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Upah Minimum berpengaruh positif terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.

2. Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.

(42)

kuantitatif. Sugiyono (2012: 13), mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Sementara penelitian kuantitaif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono. 2012: 8)

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Upah Minimum Kabupaten/Kota, Tingkat Pendidikan, dan Produktivitas Tenaga Kerja di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010 sampai 2017. Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara terdiri dari Kota Medan, Kabupaten Langkat, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Batu Bara, dan Kota Binjai. (Sumber: BPS Sumatera Utara)

3.3 Jenis Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan 2 (dua) jenis variabel yaitu Variabel Dependen dan Variabel Independen.

(43)

30

1. Variabel Dependen/Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Produktivitas Tenaga Kerja.

2. Variabel Independen/Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Upah Minimum Kota (X1) dan Tingkat Pendidikan (X2).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Panel (Pooled Data) yang merupakan data gabungan antara data cross section dan data time series. Dalam penelitian ini dilakukan metode dokumentasi dalam pengumpulan datanya yaitu dengan menggunakan buku-buku dari Badan Pusat Statistik seperti Sumatera Utara Dalam Angka. Metode ini digunakan untuk memperoleh data UMK, PDRB, jumlah tenaga kerja dan tingkat pendidikan di Daerah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dengan rentang tahun 2010-2017.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan konsep dari masing-masing variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu Variabel Dependen (Y) dan Variabel (X).

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel Dependen dinyatakan dalam bentuk Y. Dalam penelitian ini Variabel Dependen (Y) yang digunakan adalah Produktivitas Tenaga Kerja. Produktivitas Tenaga Kerja merupakan hasil dari perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja dilihat dari perbandingan anatara PDRB harga konstan dengan jumlah tenaga

(44)

kerja dalam satuan Rupiah. Rumus perhitungan produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :

3.5.2 Variabel Independen

Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel Independen dinyatakan dalan bentuk X. Pada penelitian ini digunakan 2 (dua) variabel independen yaitu :

1. Upah Minimum Kota (X1) merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikakan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Upah Minimum Kota dinyatakan dalam satuan Rupiah.

2. Tingkat Pendidikan (X2) berasal dari angka Rata-rata Lama Sekolah, yaitu jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas diseluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani. Tingkat Pendidikan dinyatakan dalam satuan tahun.

3.6 Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis regresi data panel. Metode yang digunakan dalam mengestimasi model regresi data panel yaitu melalui Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model) dan Pendekatan Efek Random (Random Effect Model). Dalam mengolah data pada penelitian ini digunakan program komputerisasi E-views.

(45)

32

3.6.1 Pemilihan Model Estimasi Menggunakan Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih model terbaik antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Uji ini membandingkan P-Value dengan nilai α

= 5%. H0 diterima jika P-Value < α = 5% maka diterima H0 dan sebaliknya.

Hipotesis yang digunakan sebagai berikut :

H0 = Menggunakan Random Effect Model H1 = Menggunakan Fixed Effect Model 3.6.2 Pemilihan Model Data Panel

1. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Fixed Effect Model merupakan model dengan intercept yang berbeda- beda untuk setiap subjek dan slope yang sama antar subjek.

Untuk membedakan variabel satu dan lainnya dapat menggunakan variabel dummy. Model persamaan ini yaitu :

Dimana D = (d1, d2, …, dn) adalah variabel dummy untuk unit ke-i.

Fixed Effect Model disebut juga Least Squre Dummy Variables (LSDV)

2. Pendekatan Efek Random (Random Effect Model)

Random Effect Model ini digunakan untuk mengestimasi data panel yang variabel residualnya diduga memiliki hubungan antar waktu dan subjek. Model ini digunakan juga untuk mengatasi kelemahan Fixed Effect Model yang menggunakan variabel dummy. Random

(46)

Effect Model sering disebut juga Error Components Model (ECM).

Model yang digunakan dalam persamaan ini yaitu :

Dimana :

= Error term

= Cross section (random) error component

= Combined error component 3.6.3 Model Regresi Data Panel

Metode analisis data panel adalah kombinasi antar deret waktu (time series data) dan deret hitung (cross section data) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh UMK dan tingkat pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Dalam penelitian ini digunakan analisis data panel karena hasil yang diperoleh lebih akurat dan juga menampilkan hasil dari setiap daerah, tidak hanya secara keseluruhan. Persamaan analisis data panel yang digunakan adalah :

dimana N merupakan banyaknya data cross section.

Sedangkan persamaan time series dapat ditulis dengan : dimana N merupakan banyaknya time series.

Data panel merupakan data gabungan antara time series dengan cross section, maka model persamaannya adalah :

(47)

34

Dimana

Y : produktivitas tenaga kerja b : bilangan konstan

b1 : koefisien regresi UMK

b2 : koefisien regresi tingkat pendidikan X1 : UMK

X2 : tingkat pendidikan t : menunjukkan waktu i : menunjukkan objek e : residu

Analisis data menggunakan regresi data panel memiliki beberapa keuntungan yaitu :

1. Data panel merupakan gabungan dari data time series dan cross section yang mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

2. Menggabungkan informasi data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika muncul masalah penghilangan variabel. (Widarjono, 2009:229)

3.6.4 Pengujian Hipotesis 3.6.4.1. Uji F

Uji F disebut uji kelayakan model yang digunakan untuk mengidentifikasi model yang diasumsi layak atau tidak. Layak ini berarti bahwa model yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-

(48)

variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila probabilitas F hitung <

tingkat signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak.

3.6.4.2. Uji T

Uji T ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan meliputi :

1. Jika probabilitas t hitung < α (0,05), maka H0 ditolak.

2. Jika probabilitas t hitung > α (0,05), maka H0 diterima.

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deksripsi Objek Penelitian

Provinsi Sumatera Utara terletak pada pesisir geografis antara 1°-4° LU dan 98°-100° BT. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada sebelah Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2, yang sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Timur, Pantai Barat, dan Dataran Tinggi. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli. Sementara kawasan

(50)

Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar.

Dalam penelitian ini, objek yang digunakan adalah kabupaten/kota yang berada di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara. Daerah Pantai Timur Sumatera Utara memiliki panjang pantai 545 km yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Sementara luas Daerah Pantai Timur Sumatera Utara yaitu sebesar 43.133,44 km2. Daerah Selat Malaka memiliki iklim muson. Angin muson timur laut membawa hujan yang terjadi dari bulan Desember sampai bulan Februari.

Sementara angin muson barat daya memberikan suasana kering yang terjadi pada bulan Juni sampai bulan Agustus. Pada masa peralihan yaitu bulan Maret sampai bulan Mei dan bulan September sampai bulan November kondisi cuaca tidak stabil.

Pada tahun 2017 terdapat 8.906.002 penduduk di Daerah Pantai Timur Sumatera Utara, angka ini melebihi setengah dari penduduk Sumatera Utara yaitu 14.262.147 jiwa. Kota Medan memiliki penduduk terbanyak sejumlah 2.247.425 jiwa, sedangkan Kota Binjai memiliki penduduk yang paling sedikit yaitu 270.926 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi dimiliki oleh Kota Medan yaitu 8.478jiwa/km2, sementara kepadatan penduduk terendah dimiliki oleh Kabupaten Labuhan Batu Utara yaitu 100,88jiwa/km2.

Daerah Pantai Timur Sumatera Utara memiliki sumber daya alam yang sangat beragam dan potensial. Secara garis besar sumber daya alam yang terdapat di daerah ini dapat digolongkan menjadi sumber daya perikanan dan sumber daya

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No.  Nama  Peneliti
Gambar 2.2  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

diketahui bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan uji F sebesar 0.000 &lt; 0.05, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan

(3) Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS hanya 1 (satu), calon terpilih

Berdasarkan data pada Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa hasil observasi terfokus pada pelaksanaan pembelajaran Sains secara Inkuiri yang dilakukan terhadap 20 orang guru SD tampak

Hasil penelitian tentang gambaran personal hygiene klien kusta di Puskesmas Padas Ngawi menunjukkan sebagian besar memiliki perawatan yang cukup yaitu sebanyak 17

- Menentukan jumlah sampel yang diluar batas kendali pada setiap faktor mutu sesuai dengan nilai rata-rata dan range dari data syarat mutu CPO yaitu kadar asam lemak bebas,

Pada Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 menyatakan bahwa : 1) Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. 2) Pengertian beralih dan dialihkan

(F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 &lt; 0,05), maka H 0 ditolak dan Hα diterima yaitu secara bersama-sama terdapat pengaruh hubungan yang positif

Maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima, berarti variabel pengalaman organisasi (X1), variabel dummy beasiswa BI (D=1) beasiswa Bidikmisi (D=0) dan