• Tidak ada hasil yang ditemukan

(2) Ketua DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN diusulkan oleh sekurangkurangnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(2) Ketua DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN diusulkan oleh sekurangkurangnya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

MASYARAKAT PROFESI KESELAMATAN KEBAKARAN INDONESIA (INDONESIAN FIRE SAFETY COUNCIL)

HAKEKAT MPK2I

Masyarakat Profesi KESELAMATAN KEBAKARAN Indonesia (MPK2I) adalah wadah untuk menghimpun dan membina para annota MPK2I dalam usaha ikut mengisi pembangunan bangsa dan Negara, dalam menghadapi era Globalisasi.

BAB I KEANGGOTAAN

Pasal 1

DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN

Keanggotaan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN (board of ethic) berdasarkan : (1) Kriteria untuk menjadi anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN adalah

sebagai berikut :

(a).

WNI minimal 40 tahun, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(b).

Anggota Biasa, minimal memiliki pengalaman dibidang keselamatan kebakaran 15 tahun dan atau mengajar di bidang Keselamatan Kebakaran selama minimal 15 tahun.

(c).

Berdedikasi tinggi dalam profesi MPK2I

(d).

Tidak kehilangan status keanggotaan MPK2I maupun sedang mendapat sanksi organisasi dalam bentuk apapun atau tersangka perkara pidana

(e).

Tidak merangkap sebagai pengurus MPK2I baik di Pusat maupun di Daerah serta pengurus asosiasi lainnya

(2)

Ketua DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN diusulkan oleh sekurang- kurangnya 50%+1 dari anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN ditambah 1 (satu)

(3)

Masa Jabatan anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN adalah 3 (tiga) tahun yang pengangkatannya bersamaan waktu dengan Pengurus Pusat

(4)

Jumlah anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN ditetapkan sekurang- kurangnya 5 orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.

(5)

Anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) masa jabatan, baik berturut-turut maupun tidak.

(6)

Anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dipilih oleh Musyawarah Nasional sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

(7)

Keanggotaan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN berakhir apabila yang bersangkutan :

(a).

Minta berhenti secara tertulis

(b).

Meningggal dunia

(c).

Diberhentikan oleh Musyawarah Nasional

(d).

Dicabut izinnya oleh pemerintah apabila yang bersangkutan assosiasi berizin

(e).

Tidak bekerja lagi sebagai assosiasi atau tidak berdomisili di Indonesia

(8)

Apabila dalam masa jabatan, keanggotaan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN terdapat kekosongan sebagai akibat terjadinya hal-hal sebagaimana tersebut pada ayat 8 (a,b,d atau e) maka pengisiannya dilakukan berdasarkan pengangkatan oleh rapat DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN

Pasal 2 KEANGGOTAAN MPK2I

(2)

Persyaratan menjadi anggota MPK2I terdiri dari persyaratan umum dan persyaratan khusus (1) Persyaratan Umum terdiri dari :

(a) Mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Daerah, kecuali untuk provinsi yang belum mempunyai Pengurus Daerah, permohonan ditujukan kepada Pengurus Pusat

(b) Didukung / direkomendasikan oleh sekurang - kurangnya 5 (lima) anggota MPK2I (c) Wajib mematuhi segala peraturan dan ketentuan MPK2I

(d) Membayar uang iuran wajib anggota untuk periode 1 (satu) tahun dimuka (2) Persyaratan Khusus untuk :

(a) Anggota Perusahaan terdiri dari :

i. Surat keterangan bidang usaha perusahaan yang berkaitan dengan KESELAMATAN KEBAKARAN

ii. Surat tugas dari perusahaan dari tempat kerja untuk batas waktu tertentu (b) Anggota Pelajar/Mahasiswa terdiri dari :

i. Memiliki Identitas sebagai pelajar/mahasiswa

ii. Terlibat langsung dalam penelitian dan pengembangan bidang keselamatan kebakaran

Pasal 3 ANGGOTA ISTIMEWA

Syarat-syarat untuk dapat diterima sebagai anggota Istimewa adalah

(a).

Warga Negara Asing anggota Assosiasi di negaranya, berkarya dan berdomisili di Indonesia

(b).

Berijasah serendah-rendahnya Sl atau setara

(c).

Berpengalaman di bidang assosiasian sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

(d).

Lulus Ujian Kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP yang direkomendasikan oleh MPK2I

(e).

Mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Pusat

(f).

Wajib mematuhi segala peraturan dan ketentuan MPK2I

(g).

Wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tenaga kerja asing

(h).

Membayar uang iuran anggota untuk periode 1 (satu) tahun dimuka

Pasal 4

Prosedur Penerimaan Anggota

(1) Permintaan untuk menjadi anggota MPK2I harus disampaikan dengan mengisi formulir kepada Pengurus Daerah tingkat provinsi

(2) Untuk Provinsi yang belum ada Pengurus Daerah MPK2I permohonan menjadi anggota diajukan kepada Pengurus Pusat

(3) a. Surat permohonan menjadi anggota harus diputuskan oleh Pengurus Daerah dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak permohonan itu diterima di sekretariat Pengurus Daerah

b. Apabila permohonan menjadi anggota dalam waktu 60 (enam puluh) hari belum ada keputusan, maka yang bersangkutan berhak mengajukan permasalahannya kepada Pengurus Pusat

(4) Apabila permohonan untuk menjadi anggota ditolak oleh Pengurus Daerah, keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan dengan mengemukakan alasan-alasan penolakan itu dan kepadanya diberitahukan bahwa ia berhak mengajukan banding kepada Pengurus Pusat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat penolakan tersebut

(5) Salinan surat keputusan penolakan menjadi anggota harus disampaikan Pengurus Daerah kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak penolakan permohonan tersebut

(6) Pengurus Pusat selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari harus sudah

(3)

memberikan keputusan yang sifatnya final atas permohonan banding tersebut yang disampaikan kepada Pengurus Daerah untuk diteruskan kepada yang bersangkutan (7) Setiap anggota wajib memenuhi pembayaran uang iuran anggota dan harus tunduk

kepada :

(a).

Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga MPK2I dan semua keputusan Musyawarah Nasional / Musyawarah Daerah

(b).

Kode Etik MPK2I.

(c).

Standar Profesi Bidang KESELAMATAN KEBAKARAN

Pasal 5 Perpindahan Anggota

(1) Setiap anggota hanya diperbolehkan menjadi anggota dan 1 (satu) Daerah

(2) Setiap perpindahan anggota dari satu Daerah ke Daerah lain harus diberitahukan kepada Pengurus Daerah untuk memperoleh surat keterangan pindah

(3) Pengurus Daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan wajib diberitahukan kepada Pengurus Pusat setiap perpindahan anggotanya

Pasal 6

Prosedur Berakhirnya Keanggotaan

(1) Berakhirnya status keanggotaan atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan secara tertulis kepada Pengurus Daerah sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya, dengan syarat kewajiban yang belum dipenuhi tetap harus diselesaikan

(2) Berakhirnya status keanggotaan karena :

a. meninggal dunia atau karena perwalian dilakukan setelah Pengurus Daerah menerima pemberitahuan tertulis atau mengetahui secara pasti mengenai hal tersebut dan apabila status perwalian dari anggota tersebut telah dicabut dan

diberitahukan secara tertulis, maka status keanggotaannya dapat dipulihkan b. Tidak membayar iuran anggota selambat-lambatnya 3 bulan dari masa berakhirnya

status keanggotaan

(3) Pengurus Daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan wajib memberitahukan kepada Pengurus Pusat tentang hal-hal tersebut dalam pasal 6 ayat 1, dan 2 di atas

(4) Apabila yang bersangkutan terbukti melakukan pelanggaran serupa dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diberi peringatan tertulis dan atau sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam kurun waktu lebih dari 3 (tiga) bulan, maka anggota tersebut secara otomatis akan dikenakan Pemberhentian Sementara

(5) Anggota yang mendapatkan sanksi Pemberhentian Sementara akan kehilangan seluruh haknya sebagai anggota MPK2I kecuali untuk memperoleh pembelaan yang bertanggungjawab dan seluruh kewajiban sebagai anggota MPK2I tetap berlaku (6) Selama 6 (enam) bulan sesudah Pemberhentian Sementara anggota yang

bersangkutan, DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dapat merehabilitasi atau mengukuhkan Pemberhentian keanggotaannya secara tetap

BAB II PENGURUS PUSAT

Pasal 7 (1) Status

(a).

Pengurus Pusat adalah badan di organisasi MPK2I yang mengelola dan berkewajiban melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua keputusan Musyawarah Nasional

(b).

Masa jabatan Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun

(c).

Ketua Umum Pengurus Pusat dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional

(d).

Susunan Pengurus Pusat terdiri atas :

­ Seorang Ketua Umum

(4)

­ Beberapa Ketua Bidang dan Ketua Kompartemen

­ Seorang Sekretaris Jenderal

­ Beberapa Sekretaris yang disesuaikan dengan kebutuhan

­ Seorang Bendahara Umum

­ Beberapa Bendahara yang disesuaikan dengan kebutuhan

(e).

Pengurus Pusat tidak diperkenankan merangkap jabatan apapun di Pengurus Pusat / Pengurus Daerah serta pengurus asosiasi assosiasi lainnya

(f).

Pengurus Pusat akan mendapatkan imbalan jasa tahunan berdasarkan kondisi keuangan organisasi dan akan diatur dalam rapat kerja tahunan

(2) Yang dapat menjadi Pengurus Pusat adalah

Anggota Perorangan dan atau Perusahaan yang memiliki integritas tinggi dan mematuhi ketentuan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua Keputusan Musyawarah Nasional

(3)

Wewenang dan Kewajiban

(a).

Pengurus Pusat atau yang ditunjuk mewakili MPK2I di dalam maupun di luar Pengadilan

(b).

Dalam hal khusus Pengurus Pusat dapat memberikan kuasa secara tertulis kepada seseorang atau beberapa orang anggota Pengurus atau kepada pihak lain untuk mewakili MPK2I di dalam maupun di luar Pengadilan

(c).

Pengurus Pusat bertugas untuk membentuk kelengkapan organisasi lainnya yang bermanfaatdalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan organisasi yang digariskan dalam Musyawarah Nasional

(d).

Pengurus Pusat dapat mengangkat seorang Ketua Bidang dan Ketua Kompartemen untuk melaksanakan tugas operasional sehari-hari

(e).

Pengurus Pusat melaksanakan keputusan Musyawarah Nasional dan mengambil keputusan dalam Rapat Pengurus mengenai hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga

(f).

Pengurus Pusat wajib memberikan laporan tentang kegiatan organisasinya termasuk laporan keuangan dalam Musyawarah Nasional

(4)

Tata Cara

(a).

Ketua Umum Pengurus Pusat dipilih oleh Musyawarah Nasional

(b).

Serah terima Pengurus lama kepada Pengurus baru dilakukan segera setelah Ketua Umum terpilih disahkan oleh Musyawarah Nasional

(c).

Ketua Umum terpilih diwajibkan mengumumkan sekurang-kurangnya seorang Sekretaris Jenderal dan seorang Bendahara Umum dalam Musyawarah Nasional yang sedang berlangsung

(d).

Ketua Umum terpilih berwenang mengangkat dan melengkapi anggota Pengurus lainnya untuk melengkapi struktur organisasi Pengurus Pusat

(e).

Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah terpilih, Ketua Umum terpilih harus sudah dapat menetapkan anggota Pengurus lainnya

(f).

Susunan Pengurus Pusat harus diumumkan kepada Daerah untuk diteruskan ke anggota

(g).

Apabila Ketua Umum terpilih karena sesuatu hal sebelum lewat masa jabatannya harus meletakkan jabatannya atau tidak dapat menyelesaikan masa jabatannya, maka salah seorang anggota Pengurus diangkat oleh Rapat Pengurus Pusat untuk menjalankan jabatan Ketua Umum sampai pemilihan Ketua Umum berikutnya

(h).

Untuk melaksanakan tugasnya Pengurus Pusat harus menyelenggarakan Rapat Pengurus Pusat dan Rapat Kerja Nasional

(5)

Masa jabatan anggota Pengurus berakhir apabila :

(a).

Meninggal dunia

(b).

Mengundurkan diri

(c).

Diberhentikan karena dinilai melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketentuan organisasi

(d).

Terdapat keputusan Pengurus tentang reorganisasi dan pergantian antar waktu

Pasal 8 Ketua Umum (1) Status

(5)

(a).

Ketua Umum adalah jabatan eksekutif tertinggi dalam organisasi MPK2I yang dipilih dan disahkan oleh Musyawarah Nasional

(b).

Masa jabatan Ketua Umum adalah 3 (tiga) tahun

(c).

Ketua Umum dapat dipilih kembali untuk kedudukan yang sama hanya untuk 1 (satu) masa bakti saja, baik berurutan maupun tidak

(2) Tugas dan Tanggungjawab

(a).

Memimpin Musyawarah Nasional, Rapat Pengurus Pusat dan Rapat Kerja Nasional

(b).

Mengkoordinir pelaksanaan tugas antara Ketua Bidang, Ketua Kompartemen, Sekretaris, Bendahara dan anggota Pengurus lainnya.

(c).

Mengambil dan menjalankan keputusan-keputusan untuk masalah intern dan ekstern MPK2I

(d).

Mewakili MPK2I dalam rapat - rapat, pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan ekstern MPK2I

(e).

Memimpin semua Rapat Pengurus Pusat / Musyawarah Nasional dan apabila berhalangan rapat dipimpin oleh anggota Pengurus yang ditunjuk oleh Ketua Umum dan bila penunjukan belum ada maka pimpinan rapat ditetapkan oleh Rapat Pengurus/ Musyawarah Nasional

(f).

Surat keluar ditandatangani Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal, jika Ketua Umum berhalangan oleh Ketua Bidang / Ketua Kompartemen dan Sekretaris Jenderal serta apabila Sekretaris Jenderal berhalangan maka digantikan oleh Sekretaris

(g).

Bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional (3) Tata Cara

(a). Cara pemilihan Ketua Umum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga pasal 17

(b).

Ketua Umum mempertanggungjawabkan realisasi program kerja, termasuk

keuangan selama masa jabatannya kepada Musyawarah Nasional

Pasal 9

Ketua Bidang dan Ketua Kompartemen (1) Status

(a).

Ketua Bidang dan Ketua Kompartemen merupakan kelengkapan Pengurus Pusat yang dipilih dan diangkat oleh Ketua Umum

(b).

Masa bakti Ketua Bidang dan Ketua Kompartemen sama dengan masa bakti Pengurus Pusat

(c).

Jumlah Ketua Bidang maksimal 3 (tiga) orang dan Ketua Kompartemen disesuaikan dengan kebutuhan

(2) Tugas dan Wewenang

(a).

Sesuai penunjukan mewakili Ketua Umum jika berhalangan

(b).

Melakukan tugas khusus yang ditentukan Ketua Umum

(c).

Membuat rencana kerja di bidang / kompartemennya

(d).

Mengkoordinir pelaksanaan tugas di bidang / kompartemennya (3) Tata Kerja

(a).

Tata kerja Ketua Bidang / Ketua Kompartemen diatur dalam ketentuan terpisah oleh Pengurus Pusat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(b).

Ketua Bidang / Ketua Kompartemen sebagai Pengurus Pusat mempertanggung- jawabkan hasil kerja selama masa jabatannya kepada Ketua Umum

Pasal 10 Sekretaris Jenderal (1) Status

(a).

Sekretaris Jenderal merupakan kelengkapan Pengurus Pusat yang dipilih dan diangkat oleh Ketua Umum

(b).

Masa bakti Sekretaris Jenderal sama dengan masa bakti Pengurus Pusat

(c).

Sekretaris Jenderal dapat dibantu oleh beberapa Sekretaris

(6)

(2) Tugas dan Wewenang

(a).

Memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan sekretariat

(b).

Bersama-sama Ketua Umum / Ketua Bidang / Ketua Kompartemen menanda- tangani surat-surat keluar

(c).

Melakukan pengawasan di bidang administrasi

(d).

Melakukan pencatatan data-data anggota

(e).

Mempersiapkan rapat-rapat dan membuat risalahnya

(f).

Sesuai penunjukan mewakili Ketua Umum bila berhalangan

(3)

Tata Kerja

(a).

Tata kerja Sekretaris Jenderal diatur dalam ketentuan terpisah oleh Pengurus Pusat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(b).

Sekretaris Jenderal sebagai Pengurus Pusat mempertanggung jawabkan hasil kerja selama masa jabatannya kepada Ketua Umum

Pasal 11 Bendahara Umum (1) Status

(a).

Bendahara Umum merupakan kelengkapan Pengurus Pusat yang dipilih dan diangkat oleh Ketua Umum

(b).

Masa bakti bendahara umum sama dengan masa bakti Pengurus Pusat

(c).

Bendahara Umum dapat dibantu oleh beberapa Bendahara

(2) Tugas dan Wewenang

(a).

Melakukan pengelolaan dan pengurusan atas kekayaan MPK2I

(b).

Membuat rencana anggaran tahunan

(c).

Melakukan penarikan uang pangkal, uang iuran dan sumbangan

(d).

Menyelenggarakan administrasi keuangan dan bertanggungjawab atas masuk keluarnya uang serta kekayaan MPK2I

(e).

Mengupayakan pemasukan dana secara sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(f).

Melaporkan neraca keuangan pada akhir tahun pembukuan

(g).

Sesuai penunjukkan mewakili Ketua Umum bila berhalangan (3) Tata Kerja

(a).

Tata kerja Bendahara Umum diatur dalam ketentuan terpisah oleh Pengurus Pusat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(b).

Bendahara Umum sebagai Pengurus Pusat mempertanggung jawabkan hasil kerja selama masa jabatannya kepada Ketua Umum

Pasal 12 Direktur Pelaksana (1) Status

(a).

Direktur Pelaksana adalah kelengkapan organisasi yang melaksanakan fungsi operasional sehari-hari Pengurus Pusat dalam mengemban tugas dan mencapai tujuan organisasi

(b).

Direktur Pelaksana diangkatdan diberhentikan oleh Pengurus Pusat

(c).

Direktur Pelaksana diangkat untuk masa jabatan yang diatur dalam perjanjian kerja

(d).

Direktur Pelaksana mendapatkan gaji dari Pengurus Pusat sesuai dengan kontrak pekerjaannya

(e).

Direktur Pelaksana tidak diperkenankan merangkap jabatan apapun di Pengurus Pusat/ Pengurus Daerah serta pengurus asosiasi assosiasi lainnya

(f).

Direktur Pelaksana mendapatkan imbalan jasa atau kompensasi dari kegiatan pengelolaan asosiasi MPK2I

(7)

(2) Wewenang

(a).

Dengan persetujuan Pengurus Pusat membentuk kelengkapan internal organisasinya untuk melaksanakan tugas pokok yang telah ditentukan

(b).

Melaksanakan kegiatan administratif dan operasional secara keseluruhan untuk Pengurus Pusat

(3) Tata Kerja

(a).

Direktur Pelaksana diangkat oleh Pengurus Pusat melalui proses seleksi internal kepegawaian yang ketat, yang kemudian dituangkan dalam suatu kontrak pekerjaan untuk jangka waktu tertentu

(b).

Pada setiap periode kepengurusannya, Pengurus Pusat harus memutuskan untuk mengukuhkan kembali jabatan Direktur Pelaksana atau menggantikannya

(c).

Setiap akhir tahun takwin, Direktur Pelaksana harus menyusun laporan

administratif, operasional dan keuangan secara menyeluruh dan disampaikan kepada Pengurus Pusat

(d).

Setiap akhir tahun takwim dan akhir periode kepengurusan organisasi selama masa jabatannya, Direktur Pelaksana bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat dengan dikoordinir oleh Sekretaris Jenderal

BAB III PENGURUS DAERAH

Pasal 13 (1) Status

(a).

Pengurus Daerah adalah kelengkapan organisasi dari Pengurus Pusat dalam menjalankan kegiatan dan fungsi organisasi di Daerah

(b).

Pembentukan Daerah diusulkan oleh anggota untuk disahkan oleh Pengurus Pusat

(c).

Pembentukan Daerah hanya dilakukan di Wilayah Provinsi dan diperlukan sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) orang anggota MPK2I

(d).

Nama Daerah mengikuti nama Provinsi yang bersangkutan

(e).

Pengurus Daerah adalah badan di tingkat Daerah yang bersangkutan

(f).

Masa jabatan Pengurus Daerah adalah 3 (tiga) tahun

(g).

Pengurus Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara

(h).

Susunan Pengurus Daerah terdiri atas :

­ Seorang Ketua

­ Beberapa wakil Ketua yang disesuaikan dengan kebutuhan

­ Seorang Sekretaris

­ Beberapa Wakil Sekretaris yang disesuaikan dengan kebutuhan

­ Seorang Bendahara

­ Beberapa Wakil Bendahara yang disesuaikan dengan kebutuhan

(i) Pengurus Daerah tidak diperkenankan merangkap jabatan apapun di Pengurus Pusat / Pengurus Daerah serta pengurus asosiasi assosiasi lainnya

(j) Pengurus Daerah akan mendapatkan imbalan jasa tahunan berdasarkan kondisi keuangan organisasi dan akan diatur dalam rapat kerja tahunan

(2) Wewenang dan Tanggung jawab

(a).

Pengurus Daerah bertugas untuk membentuk badan-badan kelengkapan organisasi lainnya yang bermanfaat da lam melaksanakan usaha-usaha untuk mencapai tujuan organisasi di Daerah

(b).

Pengurus Daerah memantau dan membantu mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan dari Pengurus Pusat di Daerahnya

(c).

Pengurus Daerah wajib membuat laporan kegiatan dan keadaan daerah termasuk keuangan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun dan menyampaikannya kepada Pengurus Pusat

(d).

Pengurus Daerah bertanggungjawab kepada Musyawarah Daerah (3) Tata Kerja

(8)

(a).

Ketua dipilih oleh Musyawarah Daerah

(b).

Serah terima Pengurus lama kepada Pengurus baru dilakukan segera setelah Ketua terpilih disahkan oleh Musyawarah Daerah

(c).

Ketua terpilih diwajibkan mengumumkan sekurang-kurangnya seorang Sekretaris dan seorang Bendahara dalam Musyawarah Daerah yang sedang berlangsung

(d).

Ketua terpilih berwenang mengangkat anggota Pengurus lainnya untuk melengkapi

struktur organisasi Daerah

(e).

Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah terpilih, Ketua harus sudah dapat menetapkan anggota Pengurus lainnya untuk mendapatkan pengesahan oleh Pengurus Pusat

(f).

Susunan Pengurus Daerah harus diumumkan kepada seluruh anggota

(g).

Apabila Ketua terpilih karena suatu hal sebelum lewat masa jabatannya harus meletakkan jabatannya atau tidak dapat menyelesaikan masa jabatannya, maka salah seorang anggota Pengurus Daerah diangkat oleh Rapat Pengurus Daerah untuk menjalankan jabatan Ketua sampai pemilihan Ketua berikutnya

(h).

Untuk melaksanakan'tugasnya, Pengurus Daerah wajib menghadiri Musyawarah Nasional, Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah

BAB IV RAPAT - RAPAT

Pasal 14 Musyawarah Nasional (1) Status

(a).

Musyawarah Nasional merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi MPK2I

(b).

Yang berhak menghadiri Musyawarah Nasional adalah Anggota MPK2I,

pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN serta 20 % (dua puluh persen) dari jumlah anggota di daerah yang belum terbentuk kepengurusannya berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh Pengurus Pusat

(c).

Musyawarah Nasional diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti kepengurusan

(d).

Musyawarah Nasional/ Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan apabila ada permintaan tertulis dari sekurang- kurangnya setengah dari jumlah peserta ditambah 1 (satu)

(2) Wewenang

(a).

Musyawarah Nasional menetapkan dan mensahkan acara dan tata tertib Musyawarah Nasional pada awal persidangan

(b).

Musyawarah Nasional menetapkan dan mensahkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga MPK2I dan atau Peraturan Khusus

(c).

Musyawarah Nasional berhak menerima atau menolak pertanggungjawaban Pengurus Pusat atau DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dan dalam hal pelaksanaan pertanggungjawaban tidakatau belum diterima baik sebagian maupun keseluruhan, Pengurus Pusat lama atau DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN lama tetap berkewajiban menyelesaikan tanggung jawabnya kepada Panitia Khusus yang dibentukoleh Musyawarah Nasional serta pemilihan Ketua Umum dan pembentukan Pengurus Pusat /DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN baru tetap berlangsung

(d).

Musyawarah Nasional memilih dan mengangkat Ketua Umum Pengurus Pusat

(e).

Musyawarah Nasional mengangkat anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN

KEBAKARAN

(f).

Musyawarah Nasional menentukan kebijakan-kebijakan urnum sebagai landasan kerja Pengurus Pusat dan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN

(3) Tata Cara

(a).

Pengurus Pusat dapat membentuk Panitia Pelaksana Musyawarah Nasional yang bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat

(b).

Panitia Musyawarah Nasional memberikan undangan kepada peserta untuk menghadiri Musyawarah Nasional selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tanggal Musyawarah Nasional atau diumumkan dalam media massa dengan sirkulasi nasional sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sebelum tanggal Musyawarah Nasional

(9)

(c).

Musyawarah Nasional sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah jumlah peserta yang mempunyai hak suara ditambah 1 (satu)

(d).

Peserta yang akan menghadiri Musyawarah Nasional diwajibkan mendaftarkan diri kepada Panitia Musyawarah Nasional selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Nasional

(e).

Apabila sebulan menjelang Musyawarah Nasional sesudah undangan / pengumuman pertama jumlah peserta yang mendaftar tidak memenuhi ketentuan di atas, Panitia Musyawarah Nasional mengirimkan undangan/pengumuman ke dua dan setelah pengiriman undangan ke dua tersebut, Musyawarah Nasional adalah sah dengan tidak terikat lagi pada ketentuan korum

(f).

Sidang-sidang pada Musyawarah Nasional dipimpin oleh Ketua Umum atau anggota Pengurus Pusat yang ditunjuk oleh Ketua Umum

(g).

Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu bila diusulkan oleh sekurang-kurangnya lebih dari setengah jumlah peserta secara tertulis kepada Pengurus Pusat dengan disertai alasan yang cukup kuat dan Musyawarah Nasional Luar Biasa harus mencantumkan tujuan penyelenggaraannya dengan jelas

(h). Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan bila ada kebutuhan dan hal-hal yang tidak dapat ditunda sampai Musyawarah Nasional diselenggarakan, antara lain seperti :

(i).

Terjadi penyimpangan dan pelanggaran oleh Pengurus Pusat dan Daerah

(j).

Jika Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Musyawarah Nasional setelah

3 (tiga) bulan berakhirnya masa bakti Pengurus Pusat dan Daerah (4) Keputusan

(a).

Semua keputusan yang diambil dalam Musyawarah Nasional dilakukan secara musyawarah dan mufakat

(b).

Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil, maka keputusan diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak

(c).

Pemungutan suara dapat dilakukan secara tertulis dan atau lisan

(d).

Apabila pada pemungutan suara ternyata jumlah suara yang setuju sama dengan suara yang tidak setuju, maka Ketua Sidang pada Musyawarah Nasional

mempunyai hak untuk memutuskan

(e).

Apabila pada pemungutan suara untuk memilih Ketua Umum dan atau anggota DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN tidak tercapai menurut ketentuan ayat (b) di atas, maka dilakukan pemungutan suara ke dua dengan pencalonan baru

(f).

Apabila pada pemungutan suara ke dua tidak juga dicapai keputusan, maka diadakan pemungutan suara ke tiga mengenai diri calon-calon tersebut dan apabila hasil pemungutan suara menghasilkan jumlah suara yang sama, maka Ketua Sidang dalam Musyawarah Nasional mempunyai hak untuk memutuskan biaya penyelenggaraan Musyawarah Nasioal/ Musyawarah Nasional Luar Biasa menjadi beban Pengurus Pusat

(g).

Biaya transportasi, akomodasi dan lan-lain menjadi beban Pengurus Daerah, DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dan peserta

Pasal 15 Musyawarah Daerah (1) Status

(a).

Musyawarah Daerah merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi ditingkat Daerah

(b).

Yang berhak menghadiri Musyawarah Daerah adalah semua anggota MPK2I didaerah yang bersangkutan

(c).

Musyawarah Daerah diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti kepengurusan

(d).

Musyawarah Daerah/ Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan apabila ada permintaan tertulis dari sekurang-kurangnya setengah dari jumlah anggota ditambah 1 (satu)

(e).

Kriteria Musyawarah Daerah Luar biasa (2) Wewenang

(a).

Musyawarah Daerah menetapkan dan mensahkan acara dan tata tertib pada awal Musyawarah Daerah

(10)

(b).

Musyawarah Daerah menetapkan kebijakan-kebijakan khusus sebagai landasan kerja Pengurus Daerah

(c).

Musyawarah Daerah berhak menerima atau menolak pertanggungjawaban Pengurus Daerah dan dalam hal pelaksanaan pertanggungjawabantidakatau belum diterima baiksebagian maupun keseluruhan, pengurus lama tetap berkewajiban menyelesaikan tanggungjawabnya kepada Panitia Khusus yang dibentuk oleh Musyawarah Daerah serta pemilihan Ketua dan pembentukan Pengurus Daerah baru tetap berlangsung

(d).

Musyawarah Daerah memilih dan mengangkat Ketua

(3)

Tata Kerja

(a).

Pengurus Daerah dapat membentuk Panitia Pelaksana Musyawarah Daerah yang bertanggungjawab kepada Pengurus Daerah untuk keperluan Musyawarah Daerah

(b).

Panitia Pelaksana Musyawarah Daerah memberikan undangan kepada anggota untuk menghadiri Musyawarah Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tanggal Musyawarah Daerah atau diumumkan dalam media massa sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Daerah

(c).

Musyawarah Daerah sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dan

jumlah anggota yang mempunyai hak suara ditambah 1 (satu) dan apabila korum tidak tercapai, maka Musyawarah Daerah diundur sekurang-kurangnya 1 jam, Musyawarah Daerah kemudian dibuka kembali dan dinyatakan sah dengan tidak terikat lagi oleh ketentuan korum

(d).

Setiap anggota yang terdaftar di Daerah yang bersangkutan secara sah mempunyai l(satu ) hak suara

(e).

Musyawarah Daerah dipimpin oleh Ketua , atau salah seorang anggota Pengurus Daerah yang ditunjuk oleh Ketua

(4)

Keputusan

(a).

Semua keputusan yang diambil dalam Musyawarah Daerah dilakukan secara musyawarah dan mufakat.

(b).

Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil, maka keputusan diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak

(c).

Pemungutan suara dapat dilakukan secara tertulis dan atau lisan.

(d).

Apabila pada pemungutan suara ternyata jumlah suara yang setuju sama dengan suara yang tidak setuju, maka Ketua Musyawarah Daerah mempunyai hak untuk memutuskan

(e).

Apabila pada pemungutan suara untuk memilih Ketua Daerah tidak tercapai hasil menurut ketentuan ayat b, maka dilakukan pemungutan suara ke dua dengan pencalonan baru

(f).

Apabila pada pemungutan suara ke dua tidak juga dicapai keputusan, maka diadakan pemungutan suara ketiga mengenai diri calon-calon tersebut dan apabila pemungutan suara menghasilkan jumlah suara yang sama maka Ketua Sidang dalam Musyawarah Daerah mempunyai hak untuk memutuskan

(5)

Biaya

(a).

Biaya penyelenggaraan Musyawarah Daerah/ Musyawarah Daerah luar Biasa menjadi beban Pengurus Daerah

(b).

Biaya transportasi, akomodasi dan lan-lain menjadi beban peserta

Pasal 16 Rapat Kerja Nasional (1) Status

(a).

Rapat Kerja Nasional adalah rapat tingkat Nasional

(b).

Yang berhak menghadiri Rapat Kerja Nasional adalah Pengurus Pusat, Pengurus Daerah dan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN serta undangan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat

(c).

Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti kepengurusan

(d).

Tempat, waktu dan acara rapat kerja nasional adalah ditentukan oleh Pengurus Pusat

(2) Wewenang

(a).

Rapat Kerja Nasional membahas rencana dan hasil-hasil kerja baik Pengurus

(11)

Pusat maupun Pengurus Daerah.

(b).

Rapat Kerja Nasional menetapkan kebijakan-kebijakan khusus sebagai landasan kerja Pengurus Pusat dan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN

(3)

Tata Kerja

(a).

Pengurus Pusat memberikan undangan kepada Pengurus Daerah dan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN untuk menghadiri Rapat Kerja Nasional selambat- lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya

(b).

Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh Ketua Umum atau salah seorang anggota Pengurus Pusat yang ditunjukoleh Ketua Umum

(4)

Keputusan

(a).

Semua keputusan yang diambil dalam Rapat Kerja Nasional dilakukan secara musyawarah dan mufakat.

(b).

Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil, maka keputusan diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak dari yang hadir.

(c).

Pemungutan suara dapat dilakukan secara tertulis dan atau lisan.

(d).

Apabila pada pemungutan suara ternyata jumlah suara yang setuju sama dengan suara yang tidak setuju, maka Ketua Sidang dalam Rapat Kerja Nasional mempunyai hak untuk memutuskan hasil Rapat Kerja Nasional.

(5)

Biaya

(a).

Biaya penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional menjadi beban Pengurus Pusat

(b).

Biaya transportasi, akomodasi dan lain-lain menjadi beban Pengurus Daerah dan

DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN masing-masing Pasal 17

Rapat Kerja Daerah (1) Status

(a).

Rapat Kerja Daerah adalah rapat tingkat Daerah / Provinsi

(b).

Yang berhak menghadiri Rapat Kerja Daerah adalah Ketua Umum Pengurus Pusat atau yang ditunjuk, Pengurus Daerah dan Anggota MPK2I serta undangan

yang ditetapkan oleh Pengurus Daerah

(c).

Rapat Kerja Daerah diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti kepengurusan

(d).

Tempat, waktu dan acara Rapat Kerja Daerah ditentukan oleh Pengurus Daerah (2) Wewenang

(a).

Rapat Kerja Daerah membahas rencana dan hasil-hasil kerja Pengurus Daerah

(b).

Rapat Kerja Daerah menetapkan kebijakan-kebijakan khusus sebagai landasan

kerja Pengurus Daerah

(3)

Tata Kerja

(a).

Pengurus Daerah memberikan undangan kepada peserta untuk menghadiri Rapat Kerja Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya

(b).

Rapat Kerja Daerah dipimpin oleh Ketua atau salah seorang anggota Pengurus Daerah yang ditunjuk oleh Ketua

(4)

Keputusan

(a).

Semua keputusan yang diambil dalam Rapat Kerja Daerah dilakukan secara musyawarah dan mufakat

(b).

Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil, maka keputusan diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak dari yang hadir

(c).

Ketua Sidang dalam Rapat Kerja Daerah mempunyai hak untuk memutuskan hasil Rapat Kerja Daerah.

(5)

Biaya

(a).

Biaya penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah menjadi beban Pengurus Daerah

(b).

Biaya transportasi, akomodasi dan lain-lain menjadi beban Anggota

BAB V

PEMILIHAN PENGURUS Pasal 18

(12)

(1) Pengurus Pusat / Pengurus Daerah dipilih melalui pemilihan formatur tunggal yang sekaligus akan menjabat sebagai Ketua Umum / Ketua

(2) Pemilihan tahap pertama adalah pemilihan calon formatur yang jumlahnya ditentukan oleh Musyawarah Nasional / Musyawarah Daerah

(3) Pemilihan tahap kedua adalah pemilihan 3 (tiga) orang formatur yang mendapat suara terbanyak

(4) Pemilihan tahap ketiga adalah pemilihan formatur tunggal yang akan mendapat mandat dari Musyawarah Nasional / Musyawarah Daerah untuk menyusun Pengurus Pusat / Pengurus Daerah dengan ketentuan bahwa formatur tersebut akan menjabat sebagai Ketua Umum / Ketua

(5) Apabila ternyata hanya ada satu orang calon formatur maka secara aklamasi orang tersebut menjadi formatur terpilih

(6) Ketua Umum disahkan dan dilantik oleh Musyawarah Nasional, sedangkan Ketua oleh Musyawarah Daerah dan dilantik oleh Pengurus Pusat

Pasal 19 Tugas dan Wewenang

(1) Tugas Pengawasan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN adalah :

(a).

Mengawasi ketaatan profesi dan kegiatan anggota MPK2I terhadap Kode Etik MPK2I, Standar Profesi Bidang Keselamatan Kebakaran Indonesia dan ketentuan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan profesi.

(b).

Menangani dan menyelesaikan kasus aduan anggota MPK2I, pengguna jasa assosiasi dan masyarakat yang berkepentingan.

(c).

Melakukan evaluasi terhadap perilaku anggota MPK2I dalam melaksanakan profesinya

(2) Tugas Perlindungan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN adalah :

(a).

Memberikan perlindungan kepada angota MPK2I terhadap gugatan dari pihak lain dengan cara menjadi saksi ahli di pengadilan

(b).

Memberikan pertimbangan bila terjadi perselisihan antara Pengurus Pusat /

Daerah dengan anggota

(3)

Melakukan tugas arbitrasi atas perselisihan antar dua pihak, baik antar anggota maupun dengan pihak luar

(4)

DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN memiliki wewenang :

(a).

Menjatuhkan sanksi kepada anggota MPK2I atas pelanggaran Kode Etik MPK2I, Standar Profesi Bidang Keselamatan Kebakaran Indonesia dan ketentuan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanan profesi, sanksi tersebut berupa :

­

Peringatan tertulis (berlaku selama 3 bulan)

­

Pemberhentian sementara (berlaku selama 1 bulan)

­

Pemberhentian Tetap

(b).

Sejak dijatuhkan sanksi berupa pemberhentian sementara, anggota yang bersangkutan tidak diperbolehkan melakukan praktek assosiasi sampai sanksi tersebut dicabut kembali.

(c).

Pengenaan sanksi dilakukan oleh DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dengan memperhatikan berat ringannya kesalahan anggota dan tidak harus diterapkan secara berurutan.

(d).

Sebelum sanksi tersebut di atas dilaksanakan, anggota yang bersangkutan harus diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dan dapat didampingi oleh penasihat sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang Anggota Perorangan dan Perusahaan MPK2I.

(e).

Sanksi berupa peringatan tertulis dapat disertai penyataan tentang kondisi bersyarat, yang menyatakan apabila anggota yang bersangkutan terbukti melakukan pelanggaran serupa dalam jangka waktu tertentu, maka anggota tersebut secara otomatis akan dikenakan sanksi pemberhentian sementara.

(f).

Dalam hal sanksi berupa pemberhentian sementara, maka tindakan ini diumumkan kepada seluruh anggota MPK2I oleh DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN, sedangkan tindakan berupa pemberhentian diumumkan kepada masyarakat.

(g).

DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN wajib melaporkan kepada Menteri Keuangan apabila ada anggota MPK2I yang memiliki Izin Praktek yang mendapatkan sanksi berupa Pemberhentian Sementara atau Pemberhentian.

(h).

DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN wajib membuat tata cara dan

(13)

klasifikasi pengenaan sanksi.

(5)

DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN memiliki tata kerja :

(a) DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN diatur dalam ketentuan terpisah oleh DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN sendiri dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(b) DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN mempertanggungjawabkan hasil kerja selama masa bakti kepada Musyawarah Nasional

Pasal 20

Rapat, Komisi, Sekretariat dan Keuangan

(1) DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN mengadakan rapat rutin secara periodik sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali atau setiap kali ada aduan terhadap kepatuhan profesi dan praktek asosiasi Anggota MPK2I.

(2) Rapat DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dianggap sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari jumlah anggotanya.

(3) Mengingat fungsinya maka keputusan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN diambil dengan suara terbanyak dari anggota yang hadir dengan jumlah 50+1 dan tidak dibenarkan memberikan surat kuasa

(4) DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN dapat mengundang ahli-ahli sesuai dengan kebutuhan dalam menjalankan tugasnya

(5) Kebutuhan dana operasional yang diperlukan DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN diajukan kepada Pengurus Pusat.

BAB VI KEUANGAN

Pasal 21 Sumber Keuangan

(1) Besar iuran anggota perorangan, anggota perusahaan dan anggota istimewa ditetapkan

melalui Rapat Kerja (RAKER) dan iuran anggota harus dibayar sekaligus 1 (satu) tahun di muka.

(2) Untuk kepentingan pembiayaan kegiatan-kegiatan tertentu, Pengurus Pusat dapat menetapkan pungutan tambahan dari para anggota dengan persetujuan Rapat Pengurus Pusat

(3) Sumber keuangan lain berupa sumbangan yang tidak mengikat dan sumber lainnya yang diperoleh secara sah

(4) Iuran anggota ditetapkan sebagai berikut :

(a) Pembagian Dana Iuran Anggota Pusat dan Daerah akan diatur pada Rapat Kerja.

(b) Penambahan anggaran pengurus daerah berdasarkan rencana kerja yang disetujui oleh pengurus pusat pada saat Rapat Kerja

Pasal 22 Pengelolaan Keuangan

(1) Pengurus Pusat maupun Pengurus Daerah wajib melakukan pengelolaan atas seluruh harta kekayaan MPK2I selama masa kepengurusannya

(2) Laporan keuangan MPK2I secara keseluruhan harus disusun setiap tahun sejak masa bakti pengurus yang bersangkutan dan diperiksa oleh Tim Auditor Keuangan Independen yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional, untuk dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah Nasional

(3) Laporan keuangan Pengurus Daerah harus disusun setiap tahun sejak masa bakti kepengurusan yang bersangkutan dan dilaporkan kepada Pengurus Pusat pada waktu Rapat Kerja dan dipertangungjawabkan dalam Musyawarah Daerah.

(4) Tim Auditor Keuangan Independen yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan tidak terdiri atas anggota Pengurus Pusat, Pengurus Daerah maupun DEWAN ETIK KESELAMATAN KEBAKARAN.

BAB VII

LOGO DAN ATRIBUT ASOSIASI Pasal 23

(14)

(1) Logo asosiasi berbentuk :

(2) Atribut Asosiasi terdiri dari : a. PIN b. Jaket c. Bendera d. Topi e. Kaos f. Kemeja g. Dll

(3) Penggunaan logo dan atribut asosiasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan asosiasi

(4) Apabila ada pihak lain yang menggunakan logo dan atribut asosiasi tanpa sepengetahuan dan izin pengurus pusat dan daerah akan diberikan peringatan dan dilanjutkan melalui jalur hukum bila tidak ada penyelesaian.

BAB VIII

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 24

Syarat Perubahan

(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga MPK2I hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Nasional yang khusus diadakan untuk itu

(2) Usul untuk perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diajukan tertulis oleh

sekurang-kurangnya 50+1 jumlah peserta paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Musyawarah Nasional tersebut

(3) Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 50+1 jumlah peserta yang hadir dan mempunyai hak suara dalam Musyawarah Nasional

Pasal 25 Pengesahan Perubahan

(1) Anggaran Rumah Tangga MPK2I disahkan untuk pertama kalinya dalam Rapat Anggota di Jakarta pada tanggal 9 April 2020.

BAB IX ATURAN PENUTUP

Pasal 26

(1) Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran Rumah Tangga, harus diselesaikan Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tanggal ditetapkannya perubahan Angaran Rumah Tangga MPK2I

(2) Perumusan dan penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga MPK2I dipersiapkan oleh Tim Perumus dan Tim Penyelaras dengan jumlah sebanyak-banyaknya 20 orang.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil dan pembahasan dari percobaan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa jenis pupuk lengkap Gandasil (NPK 20-15-15) dan Hyponex (NPK

Dijelaskan oleh Mikke Susanto (2011: 427), visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka),

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibangun suatu sistem informasi aging tunggakan untuk mengamati pergerakan DPD (Due Payment Date) angsuran nasabah sebagai

Berdasarkan data yang telah diproleh dalam mengetahui peran customer service dalam proses transaksi pembukaan rekening tabungan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Pada perlakuan sebelum aplikasi pemupukan dilakukan pencampuran selama 30 menit dan disimpan selama 15 jam kemudian diaplikasi dengan cara disebar selama 120 menit

Kedisiplinan anak dalam penelitian ini meliputi indikator datang tepat waktu, dapat menyelesaikan tugas sampai tuntas, menggunakan benda sesuai dengan fungsinya,

Pada sub bab terakhir akan membahas mengenai ancaman ISIS terhadap kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah, yang kemudian menjadi salah satu tolak ukur bagi Barak

Berangkat dari persoalan pendidikan Islam yang dianggap “telah gagal” dalam mencapai tujuan pendidikan, maka perlu dilakukan reformulasi pendidikan Islam melalui pola pengasuhan