• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA TANJUNG IBUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA TANJUNG IBUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DOHAR P D NAINGGOLAN 130302081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DOHAR P D NAINGGOLAN 130302081

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)
(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dohar P D Nainggolan NIM : 130302081

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya Saya sendiri dan belum ada diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Medan, Desember 2020

Dohar P D Nainggolan NIM. 130302081

(5)

DOHAR P D NAINGGOLAN dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 01 Oktober 1995, dari Bapak Lindon Nainggolan dan Ibu Lasmaida Simbolon. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SD Methodist Pematangsiantar, SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan SMA Negeri 3 Pematangsiantar.

sPenulis lulus dari SMA pada tahun 2013 dan pada tahun yang sama berhasil masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti organisasi sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) dan mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara (UKM KMK USU). Penulis telah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta Utara tahun 2016 dari tanggal 26 Juli sampai dengan 26 Agustus 2016.

Penulis menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dengan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2020 sampai dengan bulan Juli 2020 di Desa Tanjung Ibus Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

(6)

ABSTRAK

DOHAR P D NAINGGOLAN. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan RUSDI LEIDONALD.

Udang vannamei merupakan komoditas perikanan yang saat ini sedang digemari banyak orang yang disebabkan udang vannamei lebih bebas dan tahan terhadap penyakit serta merupakan prospek usaha yang menjanjikan bagi pembudidaya. Usaha budidaya udang di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Secanggang Provinsi Sumatera Utara adalah usaha pembesaran dengan komoditas udang vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan, studi kelayakan usaha, dan tingkat toleransi kenaikan biaya variabel pada usaha budidaya udang vannamei yang dilakukan 3 petani tambak udang vannamei. Hal ini dilakukan untuk mengkaji usaha budidaya tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan. Berdasarkan studi usaha yang dilakukan dapat diketahui bahwa usaha budidaya udang vannamei di Desa Tanjung Ibus menguntungkan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu ; 1) Biaya investasi setiap petani adalah Rp. 57.937.000,-, Rp. 60.393.000,- dan Rp. 64.333.000,-. Total biaya usaha budidaya udang vannamei setiap petani adalah Rp. 47.745.756,-, Rp.

48.720.256,-, dan Rp. 50.651.533,-. Total biaya usaha budidaya udang vannamei yang dihasilkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Total pendapatan usaha budidaya udang vannamei yang diperoleh tiap petani adalah Rp. 9.276.244,-, Rp.7.794.444,-, dan Rp. 11.513.567,-. 2) Studi kelayakan usaha budidaya udang menghasilkan R/C Rasio tiap petani sebesar 1,19, 1,16 dan 1,23, nilai B/C Rasio sebesar 0,19, 0,16 dan 0,23, Break Event Point (BEP) terbagi atas 2, yaitu BEP Volume dan BEP harga. Nilai BEP Produksi/volume tiap petani sebesar 828,20 kg, 824,14 kg dan 920,38 kg, sedangkan BEP harga mendapatkan nilai Rp. 51.065, Rp.

53.657 dan Rp. 49.033 dan payback period (PP) tiap petani diperoleh dalam jangka waktu 6,25 tahun, 7,75 tahun dan 5,59 tahun. NPV yang diperoleh tiap petani sebesar Rp. 30.438.226,40, Rp. 10.635.639,58 dan Rp. 48.410.415,17, persentase IRR tiap petani sebesar 25,79 %, 17,02 % dan 29,36 %. 3) Analisis sensitivitas tiap petani untuk kenaikan biaya variabel yang masih bisa ditoleransi adalah sebesar 20%, 16% dan 25% apabila kenaikan biaya variabel melebihi nilai masing-masing tersebut maka usaha tambak udang di Desa Tanjung Ibus akan mengalami kerugian.

Kata Kunci : Udang Vannamei, Studi Kelayakan Usaha, NPV, IRR, analisis sensitivitas, Desa Tanjung Ibus.

(7)

ABSTRACT

DOHAR P D NAINGGOLAN. Feasibility Analysis of Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) Cultivation Business in Tanjung Ibus Village, Secanggang District, Langkat Regency, North Sumatra. Supervised by SYAMMAUN USMAN and RUSDI LEIDONALD.

Vannamei shrimp is a fishery commodity that is currently being favored by many people because vannamei shrimp is freer and resistant to disease and is a promising business prospect for farmers. Shrimp farming in Tanjung Ibus Village, Secanggang District, Secanggang Regency, North Sumatra Province is an enlargement business with vannamei shrimp commodity. This study aims to determine the amount of costs and income, business feasibility studies, and the level of tolerance for increasing variable costs in vannamei shrimp farming conducted by 3 vannamei shrimp farmers. This is done to assess whether the cultivation business is feasible or not feasible to develop. Based on the business study conducted, it can be seen that the vannamei shrimp farming business in Tanjung Ibus Village is profitable. The research results obtained are; 1) The investment cost for each farmer is Rp. 57,937,000, -, Rp. 60,393,000, - and Rp.

64,333,000, -. The total cost of vannamei shrimp cultivation for each farmer is Rp.

47,745,756, -, Rp. 48,720,256, -, and Rp. 50,651,533, -. The total cost of vannamei shrimp farming is generated from the sum of fixed costs and variable costs. The total income of vannamei shrimp farming that each farmer earns is Rp. 9,276,244, -, Rp. 7,794,444, - and Rp. 11,513,567, -. 2) Feasibility study of shrimp farming obtained R/C ratio for each farmer is 1.19, 1.16 and 1.23, the value of B/C ratio is 0.19, 0.16 and 0.23, Break Event Point (BEP ) is divided into 2, namely BEP Volume and BEP price. The value of BEP Production / volume for each farmer was 828.20 kg, 824.14 kg and 920.38 kg, while the BEP price got a value of Rp. 51,065, Rp. 53,657 and Rp. 49,033 and the payback period (PP) for each farmer were obtained for a period of 6.25 years, 7.75 years and 5.59 years. The NPV obtained by each farmer is Rp. 30,438,226.40, Rp. 10,635,639.58 and Rp. 48,410,415.17, the percentage of IRR for each farmer was 25.79%, 17.02% and 29.36%. 3) Sensitivity analysis of each farmer for an increase in variable costs that can still be tolerated is 20%, 16% and 25% if the increase in variable costs exceeds the respective values, the shrimp pond business in Tanjung Ibus Village will suffer losses

Keywords: Vannamei Shrimp, Business Feasibility Study, NPV, IRR, sensitivity analysis, Tanjung Ibus Village

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara”.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orangtua tercinta, Lindon Nainggolan dan Lasmaida Simbolon, adik-adik penulis tercinta, Lonika Putri Linda Nainggolan, Lonatasya Sevari Nainggolan, Lovenia Gracia Argani Nainggolan, serta seluruh keluarga yang telah memberikan semangat, motivasi dan selalu memberikan kasih sayang, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Syammaun Usman, M.Si dan Bapak Rusdi Leidonald S.P, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan, bimbingan, waktu dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

3. Ibu Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan sebagai Dosen penguji dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi,

(9)

M.Si sebagai Dosen penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

4. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Petani tambak udang di Desa Tanjung Ibus yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan, semangat, dan bantuannya, Wordyanti Siallagan, S.Pi, Erna Nababan, S.Pi, Arif Nuhalin Nasution, S.Pi, Masrian Fauzan, S.Pi, Mei Fiktorman Halawa, Imam Gazali Manik, dan seluruh teman seangkatan stambuk 2013.

Atas bimbingan, pengarahan dan bantuan semua pihak tersebut maka penulis mendoakan semoga amal baik yang telah diberikan itu mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin. Akhir kata semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Desember 2020

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Pemikiran ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 6

Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 7

Analisis Kelayakan Usaha ... 9

Break Even Point (BEP) ... 11

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) ... 12

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 13

Return On Investment (ROI) ... 13

Net Present Value (NPV) ... 14

Internal Rate of Return (IRR) ... 15

Payback Period (PP) ... 15

Analisis Sensitivitas ... 16

Survival Rate (SR) dan Feed Convertion Rate (FCR) ... 17

Kelayakan Usaha Budidaya Udang Supra Intensif Sebagai Standarisasi ... 17

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Jenis dan Sumber Data ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 19

Prosedur Penelitian ... 20

(11)

Analisis Data ... 21 Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 27 Pembahasan ... 39 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 47 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman 1. Kerangka pemikiran ... 5 2. Peta Lokasi Penelitian ... 18

(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Biaya Investasi Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 27

2. Biaya Tetap Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 28

3. Biaya Variabel Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 29

4. Total Biaya Produksi Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 30

5. Biaya Penerimaan Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 31

6. Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 32

7. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei ... 33

8. Nilai NPV dan IRR petani 1 (400 m2) dengan luas total kolam 800 m2 ... 35

9. Nilai NPV dan IRR petani 2 (450 m2) dengan luas total kolam 900 m2 ... 36

10. Nilai NPV dan IRR petani 3 (500 m2) dengan luas total kolam 1000 m2 . 36 11. Studi Sensitivitas Petani 1 (400 m2) dengan luas total kolam 800 m2 ... 37

12. Studi Sensitivitas Petani 2 (450 m2) dengan luas total kolam 900 m2 ... 38

13. Studi Sensitivitas Petani 3 (500 m2) dengan luas total kolam 1000 m2 .... 38

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuisioner Survei Valuasi Ekonomi Tambak ... 52

2. Karakteristik Petani Tambak Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 56

3. Luas Kolam, Kepadatan, Total Panen Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 57

4. Rincian Biaya Investasi Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 58

5. Rincian Biaya Tetap Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 59

6. Rincian Biaya Variabel Usaha Budidaya Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) ... 60

7. Rincian Biaya Penyusutan Petani 1 (400 m2) ... 61

8. Rincian Biaya Penyusutan Petani 2 (450 m2) ... 62

9. Rincian Biaya Penyusutan Petani 3 (500 m2) ... 63

10. Rincian Total Biaya Produksi Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 64

11. Rincian Total Penerimaan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 65

12. Rincian Penerimaan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 66

13. Rincian Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 67

14. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) ... 68

15. Cash Flow Petani 1 (800 m2) ... 69

16. Perhitungan NPV dan IRR Petani 1 (800 m2) ... 72

17. Cash Flow Petani 2 (900 m2) ... 73

18. Perhitungan NPV dan IRR Petani 2 (900 m2) ... 76

19. Cash Flow Petani 3 (1000 m2) ... 77

20. Perhitungan NPV dan IRR Petani 3 (1000 m2) ... 80

(15)

21. Studi Sensitivitas Petani 1 (800 m2) ... 81 22. Studi Sensitivitas Petani 2 (900 m2) ... 83 23. Studi Sensitivitas Petani 3 (1000 m2) ... 85 24. Tingkat Kelangsungan Hidup Usaha Budidaya Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei) ... 87 25. Rasio Konversi Pakan (FCR) Usaha Budidaya Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei) ... 88

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sub sektor dalam sistem perikanan yang berperanan penting dalam penyediaan sumber protein. Bahkan pada saat ini telah mampu memberi andil dalam perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan devisa bagi negara (Wira, 2010).

Pembangunan sektor perikanan dan kelautan sebagai bagian dari pembangunan nasional bertujuan untuk mengusahakan agar setiap kegiatan perikanan dan kelautan dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia, baik berkegiatan produksi, pengolahan maupun pemasaran. Hal tersebut pada hakekatnya merupakan penjabaran operasional dari tujuan jangka panjang yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup nelayan maupun petani ikan, salah satunya melalui kegiatan usaha pembudiyaan udang di kolam tambak (Womor et al, 2017).

Salah satu komoditas yang menyokong produksi perikanan budidaya adalah udang vannamei. Pengembangan industri budidaya udang untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya adalah keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap lingkungan. Sehingga, upaya yang dapat dikerjakan untuk menjaga kontinuitas kegiatan budidaya udang vannamei yaitu dengan menginisiasi budidaya udang pada lahan yang sempit seperti memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan menggunakan media kolam terpal tanpa mengurangi target jumlah produksi yang didapat. Budidaya udang vannamei dianjurkan dikolam terpal karena memiliki beberapa alasan antara lain lebih irit,

(17)

tingkat hidup lebih tinggi dan kualitas udang lebih tinggi. Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya udang adalah pengelolaan kualitas air sebagai media pemeliharan udang, baik pada kolam atau tambak media tanah dan kolam atau tambak dengan media plastik (Mas’ud dan Wahyudi, 2018).

Dewasa ini budidaya udang mempunyai prospek yang sangat baik terutama di saat krisis moneter karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dimana potensi pemasaran hasil budidaya ini tidak hanya domestik tetapi juga internasional. Namun demikian untuk menjamin keberhasilan usaha budidaya udang adalah bagaimana kemampuan petambak atau teknisi mengadaptasikan suatu teknologi di masing-masing petak tambaknya.

Suatu teknologi yang diterapkan tidak selalu memberi hasil yang sama pada setiap lokasi tambak. Daerah potensial untuk usaha budidaya udang vannamei di tambak yaitu Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara (Yuliana et al, 2015).

Analisis kelayakan usaha berfungsi untuk menentukan usaha layak dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan agar suatu usaha yang sedang dirintis atau dikembangkan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam merencanakan suatu usaha akan berakibat pembengkakan investasi. Hal ini juga dapat terjadi apabila pemilik usaha ingin mengembangkan usahanya yang telah berjalan tanpa perhitungan yang matang. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha menjadi penting sekali untuk dilakukan (Karim, 2012).

Sebagian besar masyarakat pembudidaya di Desa Tanjung Ibus masih menjalankan usaha secara semi intensif tanpa ilmu teknis dan kemampuan

(18)

managerial yang baik. Pembudidaya melewatkan aspek finansial sehingga mengakibatkan para pembudidaya tidak mampu mengukur dan mengevaluasi kelayakan kegiatan budidaya yang mereka lakukan (Luthfi et al, 2017).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatera Utara. Dengan dilakukannya penelitian ini dan mengetahui hasilnya, diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan dan bahan pertimbangan bagi pemilik usaha untuk mengembangkan usaha di masa mendatang dan dapat mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.

Perumusan Masalah

Kolam yang berada di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara ini merupakan kolam tambak yang digunakan untuk usaha budidaya udang vannamei yang dilakukan secara semi intensif dimana tanpa perawatan intensif sehingga dapat menimbulkan kemungkinan untuk mengalami kerugian tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk mendapatkan keuntungan. Berdasarkan hal tersebut diperlukannya penelitian dengan perumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa besar biaya investasi, total biaya produksi dan pendapatan usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dilihat dari Break Even Point (BEP), R/C Ratio, B/C

(19)

Ratio, Return On Investment (ROI), Payback Period (PP), Net Present Value

(NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).

3. Berapa besar kenaikan biaya variable pada usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara yang dapat ditorelansi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besar biaya investasi, total biaya produksi dan pendapatan usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

2. Mengetahui studi kelayakan usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatera Utara dilihat dari Break Even Point (BEP), R/C Ratio, B/C Ratio, Return On Investment (ROI), Payback Period (PP), Net Present Value

(NPV), dan Internal Rate of Return (IRR).

3. Mengetahui kenaikan biaya variable pada usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara yang dapat ditorelansi.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat untuk kebijakan pengambilan keputusan atau sumber informasi tentang kelayakan usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

(20)

Kerangka Pemikiran

Usaha budidaya udang adalah salah satu sentra usaha yang ada di desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Usaha ini memerlukan usaha dan modal yang cukup dalam menjalankannya, dan dikarenakan budidaya ini dilakukan secara semi intensif masih diperlukan analisis untuk kelayakan secara finansial usaha budidaya udang di desa tersebut. Analisis usaha secara finansial dihitung dengan menggunakan indeks tanpa diskonto dan berdiskonto. Dimana indeks kelayakan tanpa diskonto (nilai harga tidak dipengaruhi oleh periode waktu) adalah : BEP, R/C Ratio. B/C Ratio, ROI sedangkan indeks kelayakan berdiskonto (nilai harga dipengaruhi

periode waktu) adalah: NPV, IRR, Payback Period dan Sensitivitas. Berdasarkan hasil perhitungan dari keseluruhan indeks dapat ditetapkan layak atau tidak usaha budidaya udang dilaksanakan.

Gambar 1. Kerangka pemikiran Usaha Budidaya Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei)

Analisis Usaha Secara Finansial

Indeks Kelayakan Tanpa Diskonto

1. BEP 3. B/C Ratio 2. R/C Ratio 4. ROI

Indeks Kelayakan Berdiskonto

1. NPV 3. Payback Period 2. IRR 4. Sensitivitas

Layak atau Tidak

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Udang vannamei merupakan produk perikanan yang potensial untuk dikembangkan karena mampu menghasilkan devisa negara. Udang vannamei mempunyai berbagai nama yang umum, seperti pacific white shrimp, camaron blanco, dan langostino. Udang vannamei memiliki ciri-ciri kondisi fisik seperti

kulit yang lebih lunak dan licin dibandin udang windu yang lebih keras dan tebal.

Warna transparan, jika diangkat ke permukaan air, cepat lemah dan mati, respon cahaya, mudah terkejut jika disenter. Menurut Kusumawardany (2007), klasifikasi dari udang Vannamei adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Secara garis besar morfologi udang vannamei terdiri dari dua bagian utama yaitu kepala (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vannamei dibungkus oleh lapisan kitin yang berfungsi sebagai pelindung, terdiri antennula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang juga dilengkapi tiga pasang maxiliped dan lima pasang kaki jalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Sedangkan untuk perut terdiri dari 6 segmen. Setiap segmen tubuh

(22)

memiliki anggota badan yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri yaitu lima pasang kaki renang dan sepasang uropoda (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Ukuran udang vannamei dapat mencapai panjang total 24 cm (betina) dan 20 cm (jantan) dengan warna tubuh putih transparan, berkulit licin dan halus (Nadhif, 2016).

Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).

Tambak biasanya dibangun di daerah pantai, terutama di hutan mangrove, estuaria, dan teluk, karena itu air yang digunakan untuk mengisi tambak merupakan air payau. Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang (Satriana, 2017).

Konstruksi tambak berperan penting dalam menunjang keberhasilan budidaya udang. Konstruksi tambak didesain agar mudah dijangkau, volume air tercukupi, serta memudahkan manipulasi ketinggian air. Konstruksi tambak meliputi pemilihan lokasi, ukuran kolam baik luas maupun kedalaman, elevasi, tata letak (layout), serta atribut kelengkapan tambak lainnya. Ukuran tambak udang bervariasi berdasarkan tingkat manajemen yang diterapkan. Tambak tradisional biasanya memiliki ukuran 1-1,5 ha dengan kedalaman sekitar 0,8 m.

Tambak-tambak intensif memiliki ukuran yang lebih kecil, yaitu 1.000 m2 – 5.000 m2 dengan kedalaman 1,2-2,0 m. Kedalaman air dipengaruhi oleh

(23)

kepadatan penebaran udang, semakin tinggi populasi udang, semakin tinggi level air (Supono, 2017).

Pada kolam budidaya diperlukan probiotik dikarenakan probiotik mengandung konsorsium dari beberapa kelompok bakteri, diantaranya kelompok bakteri perombak bahan organik yang memiliki peran sebagai proteolitik dan aminolitik yang mampu meningkatkan penyerapan nutrisi pakan sehingga pertumbuhan udang lebih cepat, kelompok bakteri nitrifikasi yang dapat memperbaiki ekosistem perairan karena kemampuannya mengubah amoniak yang bersifat racun bagi udang menjadi nitrat yang tidak berbahaya, dan kelompok bakteri asam laktat yang berperan dalam meningkatkan nafsu makan udang, memproduksi antibiotik, dan meningkatkan respon imun terhadap berbagai bakteri patogen. Sehingga dengan pemberian probiotik mampu mengatasi masalah yang timbul akibat budidaya intensif (Nadhif, 2016).

Penebaran benur udang dilakukan dengan terlebih dahulu diaklimatisasi dilakukan sehingga benur beradaptasi terhadap suhu, salinitas dan pH perairan.

Aklimatisasi sangat menentukan tingkat kelulusanhidupan udang terutama jika terjadi perbedaan yang menyolok kualitas air di hatchery dan tambak. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan yang cukup drastis antara kualitas air di tempat pembenihan dan tambak pembesaran (Supono, 2017).

Pemberian pakan dalam budidaya udang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pakan yang digunakan dan meminimalkan limbah pakan dalam tambak.

Langkah yang harus diterapkan antara lain :1) Pakan tidak kadaluarsa dan memenuhi gizi standart nutrisi sesuai dengan SNI. 2) Pakan harus bermutu baik

(24)

dan tidak mengandung penyakit. 3) Mengamati konsumsi setiap pemberian akan dengan ancho (Sa’adah, 2014).

Petambak juga harus memperhatikan pengelolaan kualitas air tambak karena menentukan keberhasilan budidaya udang. Walaupun hal ini juga tergantung pada input produksi lainnya, namun kualitas air merupakan salah satu faktor yang berpengaruh. Kualitas air yang tercemar dapat menimbulkan stress pada udang dan kerentanan terhadap penyakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu, pengetahuan petambak mengenai kondisi kualitas air sangat penting pada pengembangan usaha budidaya udang (Khatimah, 2019).

Pemanenan udang dilakukan pada kisaran umur 90-100 hari, pada umur tersebut diperkirakan akan mencapai ukuran 20 g/ekor. Pemanenan dilakukan dengan cara membuang air media budidaya hingga tersisa ketinggian 20 cm.

Kemudian pemanen turun ke petakan tambak untuk menjala udang. Udang yang telah dijala lalu dimasukkan ke dalam ember dan dibawa ke tempat penyortiran dan pencucian hingga nanti ditimbang. Saat proses pemanenan pemilik tambak memerlukan tenaga kerja tambahan sekitar 5-10 orang (Luthfi et al,2017).

Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan.

Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Shaleh, 2019).

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu proyek

(25)

dapat digunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan perhitungan berdiskonto, yaitu suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang dan yang kedua menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang digunakan pada model perhitungan berdiskonto. Model perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Maulana, 2008).

Biaya investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam – penanam suatu modal oleh perusahaan untuk membeli barang – barang modal dan juga perlengkapan - perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan juga jasa - jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi dalam arti luas adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang”. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha (Lano, 2018).

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna memproduksi output. Menurut Saeri (2018), macam macam biaya produksi sebagai berikut:

1. Total Fixed Cost (TFC) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output atau produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja.

2. Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan.

(26)

Penerimaan merupakan fungsi dari jumlah barang, juga merupakan hasil kali jumlah barang dengan harga barang per unit. Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa penerimaan atau revenue atau total revenue.

Pengertian revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu. setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan maka output tersebut akan dijual pada konsumen, produsen akan memperoleh penerimaan dari setiap output yang dijual. Penerimaan yang diterima oleh produsen sebagian digunakan untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Mafut, 2017).

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC).

Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung (Bastian, 2015).

Dalam teori ilmu ekonomi, pendapatan atau keuntungan adalah hasil berupa uang yang di terima oleh perusahan/perseorangan dari aktifitas usahanya.

pendapatan adalah arus masuk dari manfaat ekonomi yang timbul dari . aktifitas normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi (Mafut, 2017).

Break Even Point (BEP)

Analisis Break Even Point (BEP) atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan atau produksi. Hubungan tersebut juga dikenal dengan analisis CBV (Cost-Profit-Volume) untuk mengetahui tingkat kegiatan

(27)

minimal yang harus dicapai, dimana pada tingkat tersebut perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Pulungan et al, 2015).

Menurut Saeri (2018), manfaat dari analisis Break Even Point (BEP) adalah sebagai berikut:

a. Alat perencanaan untuk memperoleh keuntungan,

b. Alat untuk memberikan informasi tenatang tingkat volume penjualan produk dan hubungannya dengan peluang memperoleh keuntungan berdasarkan tingkat penjualan yang terkait,

c. Mengevaluasi keuntungan secara menyeluruh,

d. Mengganti sistem laporan menjadi lebih praktis dan mudah untuk dimengerti melalui sistem info grafis.

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya untuk melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi (Jamaludin, 2015).

Efisiensi merupakan bentuk perbandingan yang paling baik antara suatu kegiatan usaha dan hasil yang ingin dicapai. Suatu usaha dikatakan efisien tidak hanya ditentukan oleh besar kecilnya hasil diperoleh dari usaha melainkan juga besar kecilnya biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha umumnya ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu perbandingan antara hasil usaha dengan total biaya produksi, maka untuk

(28)

mengukur tingkat efisiensinya digunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio dapat diartikan sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya (Saeri, 2018).

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Adalah ukuran perbandingan antara

pendapatan (Benefit = B) dengan total biaya produksi (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai B/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak (Lano, 2018).

Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio) adalah perbandigan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio) lebih besar dari nol. Semakin besar nilai rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio), maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut (Jamaludin, 2015).

Return On Investment (ROI)

Analisis Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/ komprehensif. Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009).

Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau suatu pusat laba perusahaan biasanya digunakan alat pengukur: kembalian investasi (Return On Investment atau disingkat ROI) atau Residual Income

(29)

(disingkat RI). Kembalian investasi dihitung dengan cara membandingkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan oleh pusat laba tersebut untuk mendapatkan laba tersebut. Dalam hal ini diperlukan informasi pendapatan penuh dan informasi biaya penuh untuk menghitung laba bersih dan informasi aktiva penuh pusat laba tersebut (Rakhmawati, 2009).

Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih

(manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria penilaian untuk net present value (NPV) adalah sebagai berikut. 1) Jika NPV > 0, usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. 2) Jika NPV < 0, usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Jika NPV = 0, usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung (Saebani, 2018).

Analisis NPV dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh suatu kegiatan usahatani terhadap kesejahteraan sosial masyarakat dalam satu cakupan wilayah tertentu dengan melakukan penilaian antara cost dan benefit yang muncul dari akibat keberadaannya. Pada metode analisis NPV terhadap semua data yang akan dianalisis terlebih dahulu dilakukan proses discounting yang merupakan proses pendeflasian pendapatan di masa akan datang sehingga bernilai sama dengan pendapatan saat ini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai pendapatan yang sebanding agar dapat dilakukan perhitungan dan perbandingan antara cost dan benefit. Faktor yang digunakan untuk men-discounting nilai dari cost dan

(30)

benefit pendapatan di masa akan datang disebut dengan discount rate yang dinyatakan dalam bentuk persentase (Saeri, 2018).

Internal Rate of Return (IRR)

Kriteria IRR adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur efiiensi penggunaan modal dengan cara membandingkan nilai IRR dengan discount rate (suku bunga). Apabila IRR lebih besar dari suku bunga yang telah

ditetapkan maka usaha tersebut layak di usahakan, namun bila IRR lebih kecil dari suku bunga maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan; sedangkan apabila IRR sama dengan suku bunga yang ditetapkan maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan (Triyanti dan Hikmah, 2015).

Internal rate of return adalah untuk mencari suatu tingkat bunga yang

akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima (present value of future proceed), dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. IRR didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceed yang diharapkan diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (Saebani, 2018).

Payback Period (PP)

Payback Period (PP) atau masa pembayaran kembali adalah suatu jangka

waktu (periode) kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas (Rohmawati, 2010).

(31)

Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan perusahaan untuk

mengembalikan modal investasinya dari cash flow. Semakin cepat dana investasi dapat diperoleh kembali, semakin kecil risiko yang ditanggung oleh perusahaan.

Selain itu, dana tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan lain. Kelemahan metode payback period, yaitu: a) tidak memperhitungkan nilai waktu uang; b) tidak memperhitungkan aliran kas setelah periode payback (Saebani, 2018).

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitvitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas jika terjadi perubahan pada beberapa variabel komponen cashflow terhadap pendapatan dan manfaat yang didapatkan oleh perusahaan (Lano, 2018).

Untuk memprediksi harga input dan harga produksi dimasa yang akan datang sangatlah sulit. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan cara merubah nilai dari variabel didalam perhitungan NPV (Net Present Value) yang mempengaruhi hasil analisis dari Cost-Benefit pada suatu kegiatan usahatani. Dalam analisis Cost-Benefit dengan menggunakan NPV, variabel yang berpengaruh ialah discount rate. Tingkatan discount rate dapat diubah untuk melihat bagaimana nilai Cost-Benefit mengalami perubahan dalam tingkat discount rate yang lebih tinggi ataupun pada tingkat yang lebih rendah (Saeri, 2018).

(32)

Survival Rate (SR) dan Feed Convertion Rate (FCR)

Derajat kelangsungan hidup (survival rate/ SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. FCR (Food Convertion Ratio) adalah perbandingan antara berat pakan yang sudah diberikan dalam siklus periode dengan berat total (biomass) yang dihasilkan saat dilakukan sampling (Hakim, 2013).

Survival Rate di dikategorikan baik apabila nilai SR > 70%, untuk SR kategori sedang 50-60%, dan pada kategori rendah nilai SR<50%. Semakin kecil nilai FCR semakin baik karena hal ini menandakan semakin kecil biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan sehingga semakin tinggi keuntungan yang diperoleh (Untara et al, 2018).

Kelayakan Usaha Budidaya Udang Supra Intensif Sebagai Standarisasi Analisis Usaha dan Integrasi Pengembangan Usaha Budidaya Udang Supra Intensif Skala Rakyat yang dilakukan oleh Atjo (2018), bertujuan untuk mengetahui biaya investasi, total biaya produksi yang dikeluarkan petani udang dan berapa penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dalam satu siklus periode produksi. Budidaya supra intensif ini menggunakan 4 kolam dengan luas masing masing 50-100 m2 dengan padat tebar tiap kolam 20.000-40.000 ekor/kolam.

Diperoleh hasil biaya investasi sebesar Rp. 100.000.000,-, total biaya produksi sebesar Rp. 39.000.000,-, penerimaan sebesar Rp. 84.000.000,- dan pendapatan bersih sebesar Rp. 46.000.000,- untuk satu siklus periode produksi dengan panen total 1.200 kg udang. Maka dapat diperoleh nilai R/C = 2,15, nilai B/C = 1,18 dan payback periode = 2,17 tahun. Ukuran panen udang pada budidaya supra intensif berkisar antara 12-30 g/ekor, FCR = 1,25 dan tingkat Survival Rate (SR) > 90 %.

(33)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2020 di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian (Desa Tanjung Ibus)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Global Positioning System (GPS), smartphone, alat tulis, masker, sarung tangan, kalkulator dan laptop.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data non spasial seperti data produksi tambak udang vannamei di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung

(34)

dengan pemilik usaha budidaya udang vannamei yang terdapat di desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Data primer seperti harga input dan output, biaya dan jumlah produksi, jumlah penjualan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literature berbagai buku, skripsi, dan internet. Data sekunder berupa jenis dan rumus perhitungan biaya produksi, rumus jumlah penerimaan, rumus perhitungan analisis kelayakan usaha serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data (data kualitatif dan kuantitatif) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Angket/Kuesioner Teknik yang menggunakan angket atau kusioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberi respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini, responden diminta untuk menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan identitas diri, dan pertanyaan yang berkaitan dengan judul penelitian (Lampiran 1).

2. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian (lampiran 2).

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari dan mengambil data dari literature terkait dan sumber-sumber lain yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini seperti jurnal dan skripsi.

(35)

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat arsip atau catatan penting lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menentukan lokasi berlangsungnya penelitian. Lokasi penelitian ini berada di wilayah kawasan Desa Tanjung Ibus yang didalamnya terdapat potensi budidaya tambak udang vannamei. Untuk memperoleh data-data yang diinginkan dalam memenuhi kebutuhan penelitian ini dengan melakukan wawancara kepada pemilik tambak udang vannamei dengan serangkaian pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dan yang berhubungan atau berkaitan dengan penelitian ini. Setelah itu data tersebut dianalisis. Terdapat 3 responden petani tambak udang vannamei yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut :

1. Melakukan produksi pada periode yang sama yaitu bulan april - bulan juli, 2. Teknologi budidaya yang sama yaitu semi intensif,

3. Setiap petani memiliki 2 kolam,

4. Petani 1 = 800 m2,tediri dari kolam 1 = 400 m2 dan kolam 2 = 400 m2, Petani 2 = 900 m2,tediri dari kolam 3 = 450 m2 dan kolam 4 = 450 m2, Petani 3 = 1000 m2,tediri dari kolam 5 = 500 m2 dan kolam 6 = 500 m2, 5. Jumlah tebar benur petani 1 = 50.000 ekor setiap kolam, total 100.000 ekor,

Jumlah tebar benur petani 2 = 50.000 ekor setiap kolam, total 100.000 ekor, Jumlah tebar benur petani 3 = 55.000 ekor setiap kolam, total 110.000 ekor (Lampiran 3).

(36)

𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶

𝑇𝑅 = 𝑃 𝑥 𝑄 Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif, sedangkan analisis data kuantitatif dilakukan pengolahan data menggunakan alat bantu berupa software computer melalui program Microsoft Excel 2010.

Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei 1. Biaya Produksi

Total biaya produksi pada usaha merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna memproduksi output terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Menurut Saeri (2018), total biaya dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

TC (Total Cost) : Total biaya FC (Fixed Cost) : Biaya tetap VC (Variable Cost) : Biaya variabel

2. Penerimaan

Penerimaan merupakan fungsi dari jumlah barang, juga merupakan hasil kali jumlah barang dengan harga barang per unit. Menurut Saeri (2018), Penerimaan dapat dihitung dengan rumus :

(37)

BEP Volume Produksi ∶ Total Biaya Produksi Harga di Tingkat Petani

BEP Harga Produksi ∶Total Biaya Produksi 𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

Keterangan :

TR (Total Revenue) : Penerimaan P (Price) : Harga Jual

Q (Quantity) : Jumlah Produksi

3. Pendapatan

Pendapatan atau keuntungan adalah hasil berupa uang yang di terima oleh perusahan/perseorangan dari aktifitas usahanya setelah diselisihkan dengan total biaya pengeluaran. Menurut Saeri (2018), pendapatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

π (Profit) : Pendapatan TR (Total Revenue) : Penerimaan TC (Total Cost) : Total Biaya

4. Break Even Point

Analisis Break Even Point (BEP) atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan atau produksi. Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume, BEP harga produksi. Menurut Saeri (2018), kedua BEP diatas dirumuskan sebagai berikut:

(38)

𝐵/𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑃𝑊 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝑃𝑊 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑅/𝐶 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎

Keputusan : 1. Usaha layak jika Produksi > BEP Produksi, 2. Usaha layak jika Harga Jual > BEP Harga

5. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Layak atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan berkaitan dengan penggunaan modal, maka digunakan ratio biaya penerimaan (Revenue Cost Ratio atau R/C) yang merupakan perbandingan antara total penerimaan hasil penjualan dengan modal produksi (biaya total) yang dikeluarkan, Menurut Saeri (2018), R/C ratio dirumuskan sebagai berikut:

Keputusan : 1. R/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan.

2. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas.

3. R/C < 1 berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.

6. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Dalam batasan besaran nilai B/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak. Menurut Saeri (2018), dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

PW Benefit (Present Worth Benefit) : Pendapatan PW Cost (Present Worth Cost) : Total Biaya

Keputusan : 1. Jika B/C ratio > 0, usaha layak dilaksanakan 2. Jika B/C ratio < 0, usaha tidak layak atau merugi.

(39)

𝑁𝑃𝑉 = 𝛴 𝑛

𝑖 = 1 𝑁𝐵 1 + 𝑖 𝑛 𝑅𝑂𝐼 = 𝐸𝐴𝑇

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖∗ 100%

7. Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan Rumus perhitungan ROI menurut Syamsuddin (2009), adalah sebagai berikut:

Keterangan :

ROI : Return On Investment

EAT ( Earning After Tax ) : Pendapatan bersih setelah pajak Investasi : Modal yang di investasikan

8. Net Present Value (NPV)

Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan

nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.

Menurut Saeri (2018), NPV dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

Net Benefit (NB) : Benefit - Cost

i : Discount Factor

n : Waktu (umur ekonomis)

Keputusan : 1. Jika NPV > 0 maka usaha layak untuk dilakukan.

2. Jika NPV < 0 maka usaha tidak layak untuk dilakukan.

(40)

𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2+ 𝑖2 − 𝑖1

𝑃𝑃 = 𝐼 𝐴𝑏 9. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Menurut Saebani (2018), berikut ini merupakan rumus IRR :

Keterangan :

i1 : Tingkat bunga pertama i2 : Tingkat bunga kedua

NPV1 : Nilai pada tingkat bunga pertama NPV2 : Nilai pada tingkat bunga kedua Keputusan :

Jika IRR > Tingkat bunga maka usaha layak untuk dijalankan Jika IRR < Tingkat bunga maka usaha tidak layak untuk dijalankan

10. Payback Periode (PP)

Payback Period (PP) adalah suatu jangka waktu (periode) kembalinya

keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas.

Menurut Saebani (2018), secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut :

(41)

Keterangan:

PP : Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi.

I : Biaya Investasi.

Ab : Pendapatan hasil bersih per periode/tahun

11. Analisis Sensitivitas

Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.

Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variable dalam usaha budidaya udang vannamei di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara yang dapat ditolerir dengan cara simulasi menaikan harga biaya variable hingga menemukan batas maksimum kenaikan biaya variable dimana usaha tersebut masih layak untuk dilaksanakan. Oleh karena itu seluruh biaya variable memegang peran yang besar dalam biaya usaha budidaya udang, dengan demikian, yang dianalisis merupakan hal yang signifikan terhadap usaha budidaya udang yaitu kenaikan biaya variabel (Saebani 2018).

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Biaya Investasi Usaha Budidaya Udang Vannamei

Seluruh biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tambak udang di Desa Tanjung Ibus Kecamatan SecanggangKabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dihitung dan dianalisis secara rinci pada Lampiran 4 sehingga mendapat hasil biaya investasi masing-masing petani yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Biaya Investasi Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No Keterangan Petani 1

(800 m2)

Petani 2 (900 m2)

Petani 3 (1000 m2) 1 Kolam Siap Tebar 26.000.000 29.250.000 32.500.000 2 Mesin Pompa Air 3.500.000 3.500.000 3.500.000

3 Bangunan 3.200.000 3.200.000 3.200.000

4 Pondok Atap Mesin 200.000 100.000 100.000

5 Set Mesin Kincir 11.000.000 11.000.000 11.000.000

6 Waring 350.000 350.000 350.000

7 Timbangan 135.000 135.000 135.000

8 Tanggok 40.000 80.000 40.000

9 Terpal 7.488.000 8.294.000 9.048.000

10 Ember 140.000 100.000 140.000

11 Pipa Spiral (Syphon) 224.000 224.000 280.000

12 Gayung 20.000 20.000 20.000

13 Selang Kain 3 Inchi 600.000 600.000 600.000

14 Senter 150.000 300.000 150.000

15 Tali 240.000 120.000 120.000

16 Jaring Angkat (ANCHO) 150.000 120.000 150.000 17 Instalasi Sumur Bor 3.000.000 1.500.000 1.500.000 18 Instalansi Listrik 1.500.000 1.500.000 1.500.000 TOTAL 57.937.000 60.393.000 64.333.000 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

(43)

Pada Tabel 1 dapat dilihat biaya investasi terbesar yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 64.333.000,- oleh petani 3 dengan luas total kolam 1000 m2 diikuti oleh petani 2 dengan luas total kolam 900 m2 sebesar Rp. 60.393.000,- dan yang terakhir oleh petani 1 dengan luas total kolam 900 m2 dengan biaya sebesar Rp.

57.937.000,-.

Biaya investasi yang paling besar dikeluarkan oleh setiap petani adalah untuk membiayai pembangunan kolam siap tebar, pembelian set mesin kincir, pembelian terpal dan biaya paling kecil adalah untuk pembelian gayung dan tanggok setiap petani tambak udang vannamei.

Biaya Tetap Usaha Budidaya Udang Vannamei

Dalam kegiatan budidaya udang vannamei diperlukan sejumlah biaya produksi untuk melakukan kegiatan produksi. Seluruh biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tambak udang di Desa Tanjung Ibus Kecamatan SecanggangKabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dihitung dan dianalisis secara rinci pada Lampiran 5 sehingga mendapat hasil biaya tetap masing-masing petani yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya Tetap Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No Keterangan Petani 1

(800 m2)

Petani 2 (900 m2)

Petani 3 (1000 m2) 1 Upah Tenaga Kerja 4.500.000 4.500.000 4.500.000 2 Upah Pembersihan Kolam 200.000 225.000 250.000

3 Biaya Pemeliharaan 350.000 350.000 350.000

4 Penyusutan 2.406.956 2.770.956 2.900.733

5 Upah Panen 400.000 450.000 500.000

TOTAL 7.856.956 8.295.956 8.500.733 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

(44)

Pada Tabel 2 dapat dilihat total biaya tetap yang paling besar digunakan oleh petani 3 sebesar Rp. 8.500.733,- dan total biaya tetap yang paling kecil digunakan petani 1 sebesar Rp. 7.836.956,-.

Biaya tetap yang paling besar dikeluarkan setiap petani tambak udang vannamei di Desa Tanjung Ibus ini dikeluarkan untuk membiayai upah tenaga kerja dengan biaya sebesar Rp. 4.500.000,- untuk satu periode produksi.

Biaya Variabel Usaha Budidaya Udang Vannamei

Biaya variabel merupakan biaya yang sifatnya tergantung kepada volume produksi yang dihasilkan. Keseluruhan biaya variabel usaha budidaya udang vannamei yang dikeluarkan oleh setiap petani udang di Desa Tanjung Ibus selama satu periode dihitung dan dianalisis secara rinci pada Lampiran 6 sehingga masing-masing petani mendapatkan hasil biaya variabel yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya Variabel Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No Keterangan Petani 1

(800 m2)

Petani 2 (900 m2)

Petani 3 (1000 m2)

1 Benur (PL 20) 4.900.000 4.900.000 5.390.000

3 Pakan 681 PV 936.000 720.000 900.000

4 Pakan 682 PV 3.931.200 4.300.800 4.166.400

5 Pakan 683 PV 9.811.200 10.113.600 10.046.400 6 Pakan 683 SP 11.827.200 11.508.000 13.641.600 7 Fermentasi Buatan 1.259.200 1.102.400 1.366.400

8 Solar 7.020.000 7.605.000 6.435.000

9 Dolomith 20.000 22.500 25.000

11 Listrik 184.000 152.000 180.000

TOTAL 39.888.800 40.424.300 42.150.800 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

(45)

Pada Tabel 3 dapat biaya variabel yang paling besar digunakan oleh petani 3 dengan luas total kolam 1000 meter persegi sebesar Rp. 42.150.800,- kemudian oleh petani 2 dengan luas total kolam 900 meter persegi sebesar Rp. 40.424.300,- dan biaya variabel yang paling kecil digunakan oleh petani 1 dengan luas total kolam 800 meter persegi sebesar Rp. 39.888.800,-.

Biaya variabel yang paling besar dikeluarkan setiap petani tambak udang vannamei di Desa Tanjung Ibus ini dikeluarkan untuk pembelian pakan udang dan biaya variabel paling kecil untuk pembelian dolomith untuk satu periode produksi.

Total Biaya Produksi Usaha Budidaya Udang Vannamei

Biaya produksi diperlukan untuk mengolah input sehingga dapat menghasilkan sejumlah output. Biaya produksi usaha yang dikeluarkan pada usaha budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tanjung Ibus dihitung berdasarkan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang secara rinci dihitung dan dianalisis pada Lampiran 10 sehingga di peroleh hasil total biaya masing-masing petani pada Tabel 4 ini.

Tabel 4. Total Biaya Produksi Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No Keterangan Petani 1

(800 m2)

Petani 2 (900 m2)

Petani 3 (1000 m2)

1 Biaya Tetap 7.856.956 8.295.956 8.500.733

2 Biaya Variabel 39.888.800 40.424.300 42.150.800 Total Biaya 47.745.756 48.720.256 50.651.533 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Pada Tabel 4 dapat dilihat setelah dilakukan penjumlahan sehingga masing-masing petani mempunyai total biaya produksi sebesar Rp. 47.745.756,-, Rp. 48.720.256,- dan Rp. 50.651.533,- dalam satu periode produksi.

(46)

Penerimaan Usaha Budidaya Udang Vannamei

Penerimaan adalah jumlah hasil panen dikali dengan harga jual udang yang berlaku pada saat pemanenan. Analisis usaha budidaya udang vannamei yang dijalankan pada tambak udang di Desa Tanjung Ibus didasarkan pada produksi udang periode bulan april - juli. Pada Lampiran 11 dan 12, dilakukan perhitungan dan analisis perincian jumlah produksi dan harga jual udang vannamei sehingga diperoleh hasil penerimaan masing-masing petani yang dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Biaya Penerimaan Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No. Keterangan

Petani 1 (800 m2) Petani 2 (900 m2) Petani 3 (1000 m2) Jumlah

Panen (Kg)

Penerimaan

Jumlah Panen

(Kg)

Penerimaan

Jumlah Panen

(Kg)

Penerimaan 1 Parsial 1 152 8.009.800 154 8.440.000 143 6.435.000

2 Parsial 2 0 0 107 6.184.600 149 8.374.200

3 Panen Total 783 49.012.200 647 41.890.100 741 47.355.900 TOTAL 935 57.022.000 908 56.514.700 1.033 62.165.100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Pada Tabel 5 dapat dilihat penerimaan petani 1 diperoleh dari panen parsial 1 dan panen total sedangkan untuk petani 2 dan 3 memperoleh penerimaan dari panen parsial 1, panen parsial 2 dan panen total. Jumlah penerimaan terbesar diperoleh petani 3 sebesar Rp. 62.165.100,- untuk satu periode produksi.

Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vannamei

Pendapatan merupakan hasil penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, dengan adanya pendapatan dari usaha budidaya udang vannamei di Desa Tanjung Ibus yang dilakukan ketiga petani

(47)

udang tersebut, menandakan bahwa usaha ini mengalami keuntungan sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Adapun rincian perhitungan pendapatan yang diperoleh setiap petani udang vannamei (Litopenaeus vannamei)dalam satu periode dianalisis pada Lampiran 11 sehingga dapat dilihat hasilnya pada Tabel 6.

Tabel 6. Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No. Keterangan Petani 1

(800 m2)

Petani 2 (900 m2)

Petani 3 (1000 m2) 1 Penerimaan (Rp) 57.022.000 56.514.700 62.165.100 2 Total Biaya (Rp) 47.725.756 48.590.256 50.403.200 Total Pendapatan (Rp) 9.296.244 7.924.444 11.761.900 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Pendapatan yang paling besar berdasarkan Tabel 6, diperoleh petani 3 dengan nilai sebesar Rp. 11.761.900,- dan diikuti oleh petani 1 sebesar Rp.

9.296.244,- dan yang paling sedikit mendapatkan keuntungan adalah petani 2 sebesar Rp. 7.924.444,- dalam satu periode produksi udang vannamei.

Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei

Studi analisis kelayakan usaha budidaya udang vannamei pada penelitian ini didapat hasil nilai untuk dapat menyimpulkan kegitan usaha yang dilakukan ketiga petani udang vannamei di Desa Tanjung Ibus layak atau tidak untuk dijalankan. Perhitungan untuk melakukan studi kelayakan usaha pada ketiga petani udang dianalisis pada Lampiran 14 sehingga diperoleh hasil studi pada Tabel 7.

(48)

Tabel 7. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei.

No Keterangan Petani 1

(800 m2)

Petani 2 (900 m2)

Petani 3 (1000 m2) 1 Penerimaan 57.022.000 56.514.700 62.165.100 2 Biaya Investasi 57.937.000 60.393.000 64.333.000

3 Biaya Tetap 7.856.956 8.295.956 8.500.733

4 Biaya Variabel 39.888.800 40.424.300 42.150.800 5 Total Biaya 47.745.756 48.720.256 50.651.533

6 Pendapatan 9.276.244 7.794.444 11.513.567

7 BEP Volume 828,20 824,14 920,38

8 BEP Harga 51.065 53.657 49.033

9 R/C Ratio 1,19 1,16 1,23

10 B/C Ratio 0,19 0,16 0,23

11 ROI 16,01% 12,91% 17,90%

12 Payback Period 6,25 7,75 5,59

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Break Even Point (BEP) Usaha Budidaya Udang Vannamei

Nilai BEP volume yang diketahui berdasarkan Tabel 7 dan Lampiran 14 diperoleh dari pembagian total biaya dengan rata-rata nilai jual. Dengan demikian hasil studi BEP Volume dapat diketahui bahwa usaha setiap petani akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi udang mencapai 828,20 kg, 824,14 kg dan 920,38 kg udang dalam satu periode.

Nilai BEP Harga diketahui berdasarkan Tabel 7 yang diperoleh dari pembagian total biaya dengan jumlah produksi atau panen udang. Dengan demikian hasil studi BEP Harga dapat diketahui bahwa usaha setiap petani akan mengalami pulang pokok pada saat nilai jual harga udang sebesar Rp. 51.065 /kg, Rp. 53.657 /kg dan Rp. 49.033 /kg udang pada saat pemanenan.

Referensi

Dokumen terkait

Judul “PENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT ( ERC) (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Kimia dan Perusahaan

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian ekstrak brotowali yang dicampur dengan urin sapi terhadap mortalitas dan penurunan aktivitas makan ulat

Jika kita melihat dari beberapa indikator kesejahteraan masyarakat yang telah dijelaskan diatas menunjukkan bahwa keberadaan Usaha mikro, kecil dan menengah kerupuk

Judul :Analisis Pendapatan Petani Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)Secara Tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan uji bakteriologis menunjukkan bahwa udang putih yang dipasarkan di pasar tradisional dan modern dari Surabaya

Maka untuk kebutuhan tersebut digunakan analisis faktor yaitu suatu analisis statistika multivariat yang merupakan metode untuk mengelompokkan atau mereduksi

7 Perhitungan kadar protein terjerap pada elektroda 21 8 Potensial dan arus oksidasi terhadap variasi pH 22 9 Potensial dan arus oksidasi terhadap pengaruh suhu 22 10

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif artinya penelitian yang dilakukan adalah menekankan analisanya pada