PERAN PENYULUH DAN MAHASISWA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI
(Studi Kasus Pelaksanaan Program Upsus Pajale Di Kabupaten Grobogan) Abdul Rohman
Artita Devi Maharani
(Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta)
Abstrak
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pertanian Republik Indonesia dalam upaya program swasembada pangan mengadakan program khusus untuk meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai yang dinamakan Upsus Pajale (Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung dan Kedelai). Program ini merupakan program sinergi yang dilakukan dengan melibatkan peran penyuluh pertanian, mahasiswa, dosen dan tentara dalam mendorong dan memotivasi petani untuk memproduksi Padi Jagung dan Kedelai. Tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui peran Penyuluh dan Mahasiswa dalam upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai serta evaluasi pelaksanaan Upsus Pajale di Kabupaten Grobogan. Metode Penelitian menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif dengan pendekatan Penelitian Evaluatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam kepada penyuluh dan mahasiswa yang terlibat dalam program Upsus Pajale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran penyuluh dan mahasiswa diperlukan untuk mendorong petani dalam memproduksi padi, jagung dan kedelai. Evaluasi terhadap pelaksanaan program Upsus Pajale sangat baik dan perlu ditingkatkan lagi dalam mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.
Kata Kunci : Peran, Penyuluh, Mahasiswa, Upsus Pajale
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Berbagai macam tanaman maupun tumbuhan bisa hidup subur di wilayah negara Republik Indonesia. Posisi Indonesia yang berada di daerah tropis juga mendukung tumbuh suburnya tanaman pangan terutama padi, jagung dan kedelai.
Tanaman pangan merupakan tanaman penting dalam menghasilkan pangan pokok masyarakat. Terutama di Indonesia yang hampir sebagian masyarakatnya
mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu dibutuhkan stok beras yang cukup memadai untuk minimal memenuhi kebutuhan pokok pangan tersebut. Terlebih jika negara menginginkan swasembada pangan, maka harus diimbangi dengan produksi secara besar-besaran tanaman-tanaman pangan tersebut.
Indonesia telah memiliki catatan
yang sangat berharga ketika berhasil
menjadi salah satu negara yang
berswasembada pangan dunia, dimana saat
itu produksi dalam negeri melebihi kebutuhan akan pangan pokok tersebut, sehingga kelebihan tersebut dapat di eksport ke luar negeri. Program revolusi hijau digadang-gadang menjadi salah satu program tersukses yang dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara swasembada. Program tersebut menitikberatkan pada penambahan input produksi pertanian yaitu pupuk terutama penggunaan pupuk kimia secara maksimal.
Penggunaan pupuk kimia secara berlebih secara terus menerus ternyata tidak sebanding dengan hasil produksi yang lebih besar dan kontinyu tapi justru semakin lama semakin berkurang baik secara kuantitas maupun kualitas produksinya. Pertambahan jumlah produksi yang tidak lagi sebanding dengan jumlah pertambahan penduduk menjadikan negara Indonesia sampai sekarang tidak lagi menjadi negara berswasembada pangan. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional, negara harus mengimport bahan pangan pokok dari luar negeri.
Kedaulatan pangan menjadi sesuatu yang harus dilakukan oleh negara Indonesia, mengingat potensi yang dimiliki negara Indonesia yang dapat menjadi negara besar yang mampu berswasembada pangan. Oleh karena itu Indonesia melalui Kementrian Pertanian Negara Republik
Indonesia melaksanakan program khusus untuk peningkatan produksi padi jagung dan kedelai atau yang disebut dengan Upsus Pajale.
Pada kegiatan Upsus Pajale, segala strategi dan upaya dilakukan untuk meningkatkan luas areal pertanaman dan produktivitas di daerah-daerah sentra produksi pangan. Operasionalisasi pencapaian target di lapangan benar-benar dilaksanakan secara all in untuk mensukseskan program yaitu dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga, perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersediaan benih unggul yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu, harga), bantuan traktor dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan, panen dan pascapanen termasuk kepastian pemasarannya (Kurniawan, 2015).
RUMUSAN MASALAH
Pendampingan /pengawalan Upsus
merupakan faktor penting dalam
pencapaian target produksi yaitu dengan
mengerahkan sumber daya yang tersedia di
Kementrian Pertanian. Setiap eselon 2 di
Kementrian mendapat tugas untuk
mengawal pelaksanaan Upsus di 4-5
Kabupaten sentra produksi pajale. Balai
Besar Biogen bertanggungjawab untuk
mendampingi 5 Kabupaten di Jawa Tengah : Grobogan, Sragen, Karanganyar, Boyolali dan Blora. Tugas pengawalan mulai dari persiapan pertanaman yaitu mengumpulkan data dari setiap kabupaten antara lain pengumpulan data saluran Irigasi, luas tanam dan produksi, pengawalan ketersediaan pupuk, benih, dan sarana pertanian (Kurniawan, 2015).
Kabupaten Grobogan merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam pelaksanaan Upsus Pajale tahun 2015.
Tentunya dalam pelaksanaan program Upsus Pajale ada tujuan-tujuan dan target- target tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam menunjang program swasembada pangan. Sebagai salah satu bentuk penilaian keberhasilan dari program Upsus tersebut adalah dengan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara perancanaan kegiatan atau tujuan kegiatan dengan hasil yang dicapai. Sehingga dari evaluasi tersebut dapat diambil kebijakan terhadap program yang telah dilaksanakan.
METODE PENELITIAN
Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif analitis.
Tujuan penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Analitis berarti data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu secara sengaja yang berdasarkan alasan-alasan tertentu, alasan pemilihan dikarenakan Kabupaten Grobogan merupakan peringkat pertama dalam pelaksanaan program Upsus Pajale pada tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan penerapan metode
evaluatif. Penelitian evaluasi merupakan
bagian dari evaluasi dan juga merupakan
bagian dari penelitian. Sebagai bagian dari
evaluasi, penelitian evaluasi juga berfungsi
sebagai evaluasi, yaitu proses untuk
mengetahui seberapa jauh peencanaan
dapat dilaksanakan dan seberapa jauh
tujuan program tercapai (Sugiyono, 2013)
Kerangka berpikir masalah dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara geografi Kabupaten Grobogan terletak diantara 110
032’ – 111
015’ Bujur Timur dan 6
055’ – 7
016’ Lintang Selatan. Berada di wilayah Jawa Tengah dan berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Demak di sebelah barat, sebelah utara berbatasan dengan Kudus, Pati dan Blora, sebelah timur berbatasan dengan Blora dan sebelah selatan berbatasan dengan Ngawi (Jawa Timur), Sragen, boyolali dan Kabupaten Semarang.
Kabupaten Grobogan memiliki luas wilayah 197.586 hektar yang terdiri dari : lahan pertanian sawah 66.184 hektar, lahan pertanian bukan sawa 99.674 hektar dan lahan bukan pertanian 31.728 hektar (BPS Grobogan, 2015).
Kabupaten Grobogan sendiri menjadi salah satu daerah yang menjadi sentra produksi padi, jagung dan kedelai di Jawa Tengah dan menjadi daerah yang melaksanakan program Upsus Pajale.
Upsus Pajale dilaksanakan serentak di beberapa provinsi di Indonesia selama kurang lebih 6 bulan, di Kabupaten Grobogan dilaksanakan antara bulan Mei 2015 sampai dengan Oktober 2015 yang melibatkan institusi, dosen, mahasiswa, penyuluh serta tentara. Masing-masing elemen mempunyai fungsi dan tugas tersendiri dalam progam Upsus ini.
Tujuan program Upsus secara spesifik adalah meningkatkan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian di sentra-sentra
Perencanaan dan tujuan program
Pelaksanaan program Upsus Pajale
Hasil yang dicapai
Pengumpulan data
Perbandingan antara hasil dengan perencanaan dan
tujuan
Evaluasi/informasi keberhasilan/kegagalan
program
Saran/rekomendasi
produksi pertanian khususnya komoditas padi, jagung dan kedelai melalui peningkatan intensitas pengawalan di lapangan dengan melibatkan mahasiswa.
Secara khusus tugas para penyuluh pertanian adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengawalan dan pendampingan pelaksanaan program RJIT, GP-PTT, PAT.
b. Meningkatkan kemampuan kelembagaan petani, termasuk Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan P3A (GP3A).
c. Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan para pelaku usaha.
Sedangkan tugas mahasiswa sebagai pelaksana adalah sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kerja pendampingan.
b. Membantu penyuluh pertaian/THL- TBPP dalam kegiatan upaya khusus (Upsus) di tingkat kecamatan/desa.
c. Bermitra dengan penyuluh pertanian dalam pendampingan (perencanaan dan pelaksanaan usaha tani, introduksi teknologi dan kelembagaan petani) kepada petani.
d. Bersama Dosen/Penyuluh dalam melaksanakan pengujian teknologi.
e. Melakukan identifikasi potensi wilayah dan pendataan udaha tani serta menyampaikannya melalui sms center.
f. Membuat laporan tingkat wilayah pendampingan.
Implikasi
Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program Upsus pajale di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Kegiatan-kegiatan Upsus Pajale
No. Kegiatan Tujuan Deskripsi Kegiatan Realisasi