1
PERSEPSI WISATAWAN TENTANG DAYA TARIK WISATA DI KAWASAN WISATA PANTAI TRIKORA KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN
BINTAN KEPULAUAN RIAU
Rasidah1, Dasrizal2,Farida2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Rasidahardi96@gmail.com
ABSTRACT
Purpose of this research in to get information about tourists’ perception toward attraction, accessibilities, facilities, and support service at Trikora Beach, Gunung Kijang district of Bintan, Riau island. Type of this research is qualitative. The primary informen are the head of department of tourism and culture Bintan. BPS of Riau Island and management of tourism object of Trikora Beach. The informen was chosen by using incidental sampling technique. As the result, it found that 1) tourists’ perception of attraction at Trikora Beach is quite statisfied but it is rarely done, 2) tourists’ perception of accessibility to go to Trkora beach is reachable and good enough although there is still roads which are ruined, 3) tourists’ perception of facilities that exist at Trikora beach is quite statisfied, 4)tourists’ perception of support service at Trikora beach such as bank and hospital is not exist there but for communication network, it is good although there is a distance to the downtown.
Keyword : Perception About Tourism Fascination of Trikora Beach Gunung Kijang District of Bintan, Riau Island
PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa “Objek wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”. Objek wisata memberikan gambaran
mengenai keunikan daerahnya yang
menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sedangkan, Pendit (1994)
dalam buku ilmu Pariwisata
mendifinisikan bahwa “Daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat”.
Menurut Cooper dkk (1995:
81)”Daya tarik wisata harus mempunyai empat komponen yaitu; Attraction
(Atraksi), Accessibilities (Aksebilitas)
Amenities (fasilitas), dan Anillary servies (jasa pendukung pariwiwsata)”. Objek wisata harus memiliki daya tarik yang ditawarkan pemerintah dan masyarakat dalam memberikan rasa puas dan kagum kepada para wisatawan. Sesuai dengan
konsep kegiatan wisatawan untuk
berwisata ke objek wisata yaitu untuk menikmati objek wisata tersebut. Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to
see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1982:164).
2
Provinsi Kepulauan Riau memiliki 5 Kabupaten dan 2 Kota diantaranya Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Anambas, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kota Batam dan Kota
Tanjung Pinang. Masing-masing
kabupaten/kota memiliki keunikan daya tarik wisata tersendiri. Kabupaten Bintan merupakan kabupaten yang memiliki kunjungan wisatawan terbesar kedua di Provinsi Kepri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Ke Provinsi Kepulauan Riau 2015 Dan 2016
(Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepri)
Kabupaten ini merupakan daerah
yang memiliki banyak potensi
kepariwisataan salah satunya adalah Pantai Trikora. Objek wisata ini terletak di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dengan luas 25 Km. Jarak tempuh ke Pantai Trikora sekitar 45 km dari Kota Tanjungpinang. Pantai ini merupakan salah satu objek wisata kebanggaan pemerintah Kabupaten Bintan yang sudah dikelola sejak tahun 2014. Pemerintah
Kabupaten Bintan bertekad terus
meningkatkan kunjungan wisatawan
dengan menjadikan kawasan wisata
berkelas Internasional.
Pantai Trikora merupakan salah satu wisata yang populer di Kabupaten Bintan. Setiap akhir pekan pantai ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan. Pantai Trikora menjadi objek wisata yang menyuguhkan panorama alam dengan pasir putih yang terbentang luas, airnya yang jernih dan dangkal. Kawasan pantai tersebut terdapat tempat penginapan atau sering disebut
Resort. Pantai ini juga menyediakan
fasilitas dan sarana penunjang seperti penyewaan pelampung, banana boat, kamar bilas, pondok/silter, kantin, aula, dan musolla. (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan 2017).
Berdasarkan observasi awal pada tanggal 6 Februari 2017 di Pantai Trikora
ternyata masih ditemukan beberapa
masalah mengenai daya tarik objek wisata
Pantai Trikora. Antara lain jarang
diadakannya atraksi hiburan maupun budaya. Ketersedian jumlah fasilitas yang kurang memadai sehingga pengunjung
merasa kurang nyaman, ataupun
No Pintu Masuk 2015 2016 1 Batam 1.545.81 8 1.273.195 2 Tanjungpinan g 91.179 76.224 3 Bintan 304.010 272.584 4 Karimun 96.666 80.327 Jumlah 2.037.67 3 1.702.330
3
ketersediaan fasilitas yang telah ada tetapi perlu adanya sedikit renovasi.
Pentingnya penelitian ini penulis angkat untuk melihat penilaian daya tarik Pantai Trikora guna perbaikan bagi
pengelola dan pemerintah sehingga
wisatawan mau berwisata ke objek wisata ini. Karena jika dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung masih ramai, sementara peneliti masih menemukan beberapa masalah dilokasi objek wisata Pantai Trikora. Oleh sebab itu penulis
memiliki pemikiran untuk melihat
bagaimana persepsi wisatawan terhadap daya tarik objek wisata Pantai Trikora.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang ”Persepsi Wisatawan Tentang Daya Tarik Wisata di Kawasan Wisata Pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau”.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori maka jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian Kualitatif.
Menurut Maleong (2017; 186),
mendefenisikan bahwa metdode Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian yang bermaksud memahami, misalnya, Persepsi Wisatawan Tentang Daya Tarik Objek Wisata Pantai Trikora Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan
Kepulauan Riau, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Informan penelitian utama adalah wisatawan yang berada di objek wisata Pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan, dan informan
pendukung adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan, BPS Kepri dan Pengelola Objek Wisata Pantai Trikora.
Penarikan sampel dilakukan dengan
cara Insidental Sampling. Menurut
Sugiyono (2009:96) bahwa “ Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
PEMBAHASAN
Pertama, Persepsi wisatawan
tentang Atraksi (Attraction) hasil
wawancara dengan beberapa informan di lapangan ditemukan bahwa objek wisata Pantai Trikora merupakan salah satu objek wisata yang dipilih oleh wisatawan lokal untuk berlibur karena objek wisata Pantai Trikora ini memiliki keindahan alam seperti pantainya yang bersih, udaranya
4
segar, pasirnya putih dan mempunyai
gelombang yang tidak terlalu kuat
sehingga bisa buat anak-anak bermain. Atraksi hiburan dan budaya yang pernah dilaksanakan dipantai Trikora yaitu Tour de Bintan, Bintan Maraton dan Lomba Jong. Wisatawan yang ada di Pantai Trikora sudah puas dengan atraksi yang diadakan di Pantai Trikora tetapi atraksi ini jarang dilakukan.
Hal ini sesusai dengan teori Prof. Marioti Tourism resources dalam Yoeti
(1996: 174) disebut dengan istilah
“attractive spontanee”, yaitu segala sesuatu yan terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berknjung kesuatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya ialah: 1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat
dialam semesta, yaitu: iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, fauna dan flora, pusat0puat kesehatan seperti sumber air mineral.
2) Hasil ciptaan manusia seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan dan
keagamaan misalnya monumen
bersejarah, museum, acara tradisional (pameran, festival, upacara kerkawinan) rumah-rumah beribadah (masjil, kuil atau candi).
3) Tata cara hidup masyarakat (the way life). Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat merupakan salah satu sumber yang amat penting untuk
ditawarkan kepada para wisatawan. Bagaimana kebiasaan hidupnya, adat-istiadatnya, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan.
Kedua, Persepsi wisatawan tentang
Aksebilitas (Accessibilities) berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan dilapangan ditemukan bahwa Aksebilitas (Accessibilities) objek wisata Pantai Trikora dapat di simpulkan bahwa aksebilitas untuk menuju ke objek wisata Pantai Trikora sudah cukup bagus akses jalannya sudah diaspal walaupun masih terdapat beberapa jalan yang rusak namun wisatawan berpendapat bahwa untuk menuju ke objek wisata Pantai Trikora cukup mudah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gamal, 1997 dalam Hasanah 2014 mengatakan aksesibilitas yang baik akan menentukan mudah atau tidaknya lokasi untuk dijangkau. Selain itu jaringan jalan
juga merupakan salah satu yang
berpengaruh terhadap kelancaran
pelayanan umum yang sangat penting
Ketiga, Persepsi wisatawan tentang
fasilitas (amenities) berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa
informan dilapangan dapat diambil
kesimpulan bahwa Fasilitas (Amenities) objek wisata Pantai Trikora dapat di simpulkan bahwa hampir seluruhnya wisatawan cukup puas dengan fasilitas yang atersedia di Pantai Trikora. Tetapi di
5
objek wisata Pantai Trikora masih terdapat beberapa kekurangan fasilitas seperti tidak ada tempat parkir khusus untuk wisatawan, musholanya yang disediakan hanya satu, tong sampah yang masih sedikit sehingga menyebabkan wisatawan membuat sampah sembarangan, dan kurangya fasilitas buat bermain.
Hal ini sesuai dengan teori Yoeti dalam Bakarudin (2009: 90) yaitu sarana perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
hidup serta kehidupannya banyak
tergantung pada kedatangan wisatawan. Dimana sarana dan prasarana masih
terdapat banyak kekurangan akan
membuat layanan pada pengunjung akan merasa kurang nyaman.
Keempat, Persepsi wisatawan
tentang Jasa pendukung (Ancillary
servicer) berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan beberapa informan
dilapangan ditemukan bahwa fasilitas yang tersedia di Pantai Trikora jasa pendukung seperti Bank dan Rumah sakit tidak disediakan diobjek wisata Pantai Trikora ini tetapi untuk jaringan telekomunikasi sudah bagus walau jauh dari pusat kota.
Hal ini bertentangan dengan teori Wahab salah dalam Yoeti (1996: 194), secara umum yang dimaksudkan dengan
sarana kepariwisataan adalah semua
bentuk perusahaan yang dapat memberikan
pelayanan kepada wisatawan, tetapi hidup
dan kehidupannya tidak selamanya
tergantung pada wisatawan.
Dari uraian diatas maka yang
termasuk kelompok prasaran
kepariwisataan adalah
1) Prasarana perhubungan, seperti
jaringan jalan raya dan kereta api, pelabuhan udara, pelabuhan laut, terminal dan stasiun.
2) Instalasi pembangkit tenaga listrik dan instalasi penjernihan air bersih.
3) Instalasi penyulingan bahan bakar minyak
4) Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan perkebunan
5) Sistem perBANK-an dan moneter
6) Sistem telekomunikasi, seperti
telepon, pos dan telegrap, teleks 7) Pelayanan kesehatan, keamanan dan
pendidikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan observasi dan
wawancara serta pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya tentang Objek Wisata Pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persepsi wisatawan tentang Atraksi (Attraction) di kawasan objek wisata
6
Pantai Trikora bahwa pantai ini
memiliki keindahan alam seperti
pantainya yang bersih, udaranya segar,
pasirnya putih dan mempunyai
gelombang yang tidak terlalu kuat sehingga bisa buat anak-anak bermain. Atraksi hiburan dan budaya yang pernah dilaksanakan di Pantai Trikora yaitu Tour de Bintan, Bintan Maraton dan Lomba Jong. Wisatawan yang ada di Pantai Trikora sudah cukup puas dengan atraksi yang diadakan di Pantai
Trikora tetapi atraksi ini jarang
dilakukan.
2. Persepsi wisatawan tentang Aksebilitas (Accessibilities) untuk menuju ke objek wisata Pantai Trikora sudah cukup bagus akses jalannya sudah
diaspal walaupun masih terdapat
beberapa jalan yang rusak namun wisatawan berpendapat bahwa untuk menuju ke objek wisata Pantai Trikora cukup mudah.
3. Persepsi wisatawan tentang fasilitas (amenities) dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruhnya wisatawan cukup puas dengan fasilitas yang tersedia seperti sudah adanya rumah makan, pondok untuk bersantai, kamar bilas, mushola, Ban untuk berenang dan Banana Boat.
4. Persepsi wisatawan tentang Jasa
pendukung (Ancillary servicer) ) yang
tersedia di Pantai Trikora jasa
pendukung seperti Bank dan Rumah sakit tidak disediakan diobjek wisata Pantai Trikora ini tetapi untuk jaringan telekomunikasi sudah bagus walau jauh dari pusat kota.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kepri, 2017,
Pedoman Pendataan Jumlah
Wisatawan Yang Berkunjung Ke Provinsi Kepulauan Riau: Badan
Pusat Statistik
Cooper, John Fketcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. (1995). Tourism, Principles and Prantice. London. Logman.
Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan
Kabupaten Bintan, 2017, Fasilitas
Yang Tersedia Di Kawasan Obyek
Wisata Pantai Trikora: Dinas
Pariwisata Dan Kebudayaan
Hasanah susilawati. 2014. “Persepsi
Masyarakat Tentang Aksesibilitas Di
Korong Salisikan Kenagarian
Sungai Buluh Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman”.
Program Studi Penddikan
Geografi.STKIP PGRI Sumbar. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pendit, Nyoman S. (2002). Ilmu
Pariwisata. Jakarta: Pradya Paramita
Putra (2015), “Analisis Pengembangan
Fasilitas Kawasan Pantai Trikora Kabupaten Bintan Kepulauan Riau”.
Diambil dari: www. Jurnal/jurnal.pdf (12 Januari 2017)
Riskawati. 2015. “Persepsi Wisatawan
7
Pugung Raharjo Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2015 “
Skripsi. FKIP, Pend. Geografi, Universitas Lampung.
Syahril. 2015. “Strategi Pengembangan
Obyek Wisata Pantai Trikora di Kabupaten Bintan”. . FIS, Program
Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Undang-undang Republik Indonesia No.
10 Tahun 2009 Tentang
Kepaiwisataan
Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar Ilmu