• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di belahan bumi manapun terdapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di belahan bumi manapun terdapat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

3 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di belahan bumi manapun terdapat masyarakat dan di sana pula terdapat pendidikan. Manusia diwajibkan belajar untuk selalu menerima dan menyerap informasi yang selalu up to date dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang seiring dengan perubahan jaman.Fenomena pendidikan di Indonesia sekarang cenderung hanya menuntaskan materi kurikulum dan siswa cenderung hanya mengejar nilai dan ijazah saja. Sedangkan sekolah kurang mementingkan kuantitas, sehingga mutu dan pendidikan menjauh dari apa yang diharapkan. Sudah saatnya sekarang memikirkan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar tujuan pendidikan semakin cepat teraih (Soetopo, 2005: 14).

Tugas pendidikan saat ini adalah mempersiapkan orang untuk menghadapi tantangan hidup dengan penuh semangat juang. Paradigma lama dalam dunia pendidikan mengenai proses pembelajaran bersumber pada teori (asumsi) tabula rasa oleh John Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan gurunya Djamarah (2006: 2). Paradigma lama ini sudah tidak sesuai lagi apabila diterapkan pada kegiatan pembelajaran saat ini. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran yakni pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, siswa membangun pengetahuan secara aktif, dan pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, serta pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Dajmarah, 2006:6).

Pokok pemikiran yang dikemukakan tersebut tidak dapat terwujud dalam kegiatan pembelajaran apabila masih menempatkan siswa sebagai objek belajar. Siswa sebagai objek belajar membuat kegiatan pembelajaran menjadi kegiatan yang membosankan karena pembelajaran berlangsung searah yaitu dari guru kepada siswa. Kegiatan belajar mengajar yang menempatkan siswa sebagai objek belajar harus diubah dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Siswa sebagai subjek belajar harus diaplikasikan pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, termasuk dalam pembelajaran PKn. Sanjaya dan Sagala, (2007: 36).

Kegiatan pendidikan berupa proses pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya masih menggunakan model teacher centre (berpusat pada guru), bukan student centre (berpusat pada siswa). Menurut Nana Sudjana (2011:7), pembelajaran model teacher centre ini, siswa atau anak didik dianggap sebagai objek, bukan sebagai subjek. Siswa hanya menerima (pasif) apa yang diberikan oleh guru, sebaliknya peranan guru sangat dominan. Jika berpusat pada guru, gurulah yang menguasai dan mendominasi proses pembelajaran. Biasanya pembelajaran model ini dipakai metode ceramah. Dalam hal ini umumnya siswa pasif dan hanya sebagai pendengar.

(4)

4

Faktor lainnya yang merupakan masalah dalam proses pembelajaran PKn adalah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih terikat pada buku paket, penggunaan media pembelajaran yang belum optimal, belum maksimalnya lingkungan sekolah digunakan sebagai sumber sarana pembelajaran dan kurangnya pengusaaan serta pemahaman metodologi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Winataputra (2005:48), bahwa Pengajaran PKn di sekolah cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan,proses pembelajaran yang terpusat pada guru, terjadinya banyak miskonsepsi, situasi kesal yang membosankan siswa, ketidaklebihunggulan guru dari sumber yang lain, ketidakmutahiran sumber belajar yang ada, sistem ujian yang sentralistik, pencapaian tujuan kognitif yang membawa dampak rendahnya rasa percaya diri siswa, sebagai dari amat lunaknya isi pelajaran, kontradiksi materi dengan kenyataan, dominannya latihan berpikir taraf rendah, guru yang tidak tangguh, persepsi negatif dan prasangka buruk dari masyarakat terhadap kedudukan dan peran ilmu sosial dalam pembangunan masyarakat.

Dari penjelasan di atas, menyadarkan kita bahwa kondisi-kondisi tersebutlah yang merupakan penyebab kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara-negara lain termasuk oleh negara-negara tetangga. Akhirnya dampak kurang baik yang sering kita saksikan dan alami adalah rendahnya aktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa yang berakibat pada rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa, dalam hal ini terutama dalam pelajaran PKn yang lebih banyak materinya berupa hapalan.Winataputra, (2005:29).

Dengan demikian salah satu tantangan mendasar dalam proses pembelajaran dewasa ini adalah mencari strategi atau model pembelajaran yang inovatif, kreatif dan realistis yang memungkinkan bagi peningkatan kreatifitas siswa dan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi peningkatan hasil belajar siswa. Agar proses pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dewasa ini sedang dan terus dikembangkan berbagai jenis model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan pelajaran. Model pembelajaran sangat berguna bagi guru dalam menentukan apa yang harus dilakukannya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pendidik dan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Ada banyak metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa lainnya dan antara siswa dengan guru.Trianto, (2007:68).

Pendidikan sekolah dasar merupakan pendidikan dasar yang mempersiapkan manusia menjadi manusia. Di SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo adalah salah satu sekolah yang juga mengalami kendala mengenai pamahaman dan hasil belajar. Dalam kenyataan yang ada di SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo proses belajar mengajar yang berlangsung sekian lama bergulir. Paradigma lama yang

(5)

5

menganggap pikiran anak polos dan siap menerima coretan-coretan guru yang berisi ilmu pengetahuan. Dari sinilah muncul kegiatan belajar mengajar yang memposisikan siswa secara pasif. Kadangkala setiap siswa siap menerima ilmu pengetahuan dari guru yang monoton menggunakan metode ceramah menghasilkan Duduk, Dengar, Diam, Catat dan Hafal. Proses belajar mengajar ini hanya sekedar memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, sehingga siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang diperoleh pada hasil belajar tahun pelajaran 2012/2013 di kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo peneliti mengumpulkan nilai mata pelajaran PKn mencapai rata-rata kurang dari 75%, kemungkinan hasil belajar ini tidak optimal, karena kurangnya pemahaman siswa dalam proses pembelajaran, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran masih terpusat pada guru.

Menurut peneliti model pembelajaran ini dirangkaikan dengan adanya interaksi siswa di dalam kelompoknya dan juga interaksi serta keaktifan siswa dengan guru. Dalam pembelajaran Tanya Jawab ini, siswa saling membantu pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Di dalam kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang berkemampuan sedang atau rendah. Dalam pembelajaran Tanya Jawab, siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka sebelumnya, kesukaan, kebiasaan. Adanya kelompok dengan berbagai kemampuan heterogen inilah yang membuat interaksi aktif dalam setiap kelompok dapat berjalan baik.

Pembelajaran Tanya Jawab sangat tepat digunakan dalam pembelajaran PKn di kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo terutama pada materi masalah sosial, karena kelas tersebut mempunyai kemampuan yang heterogen. Materi yang disajikan secara bersama dalam kelompok yang kecil dimana dalam satu kelompok dibentuk seorang team ahli, dalam kelompok kecil ini siswa akan mencoba memecahkan masalah yang diberikan oleh seorang guru dalam kelompok tersebut apabila dalam kelompok tersebut tidak bisa memecahkan masalah tersebut dapat berdiskusi dengan kelompok lain. Dalam pembelajaran metode tanya jawab ini siswa benar- benar dituntut untuk mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh seorang guru. Dengan pemilihan pembelajaran metode tanya jawab diharapakan siswa akan mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sehingga implikasinya dapat meningkatkan pemahaman belajar yang optimal.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan memformulakan judul: “Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa pada Mata Peelajaran PKn melalui Metode Tanya Jawab di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo”.

(6)

6 Identifikasi Maslah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka berbagai permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran monoton hanya ceramah yang menghasilkan Duduk, Dengar, Diam, Catat dan Hafal, merupakan metode yang kurang efektif.

2. kurangnya pemahaman siswa dalam proses pembelajaran,

3. kurangnya inovasi guru dalam pemanfaatan metode-metode pembelajaran secara optimal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah dapat dirumuskan Apakah dengan menggunakan Motode Tanya jawab dapat Meningkatkan hasil belajar Siswa pada mata Pelajaran PKn di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo?

Pemecahan Masalah

Untuk mengantisipasi masalah di atas, untuk Meningkatkan hasil belajar Siswa pada mata Pelajaran PKn di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo maka diterapkan suatu metode yaitu metode tanya jawab diharapkan dengan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar Siswa dengan baik.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran PKn Kelas VI melalui Metode Tanya Jawab di SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo”.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, penulis maupun sekolah:

1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya motode tanya jawab dalam Pelajaran PKn diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, minat, motivasi, perhatian dan tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

Memberikan informasi serta gambaran tentang penerapan metode simulasi dalam Pelajaran PKn sehingga guru yang lain dapat melaksanakan metode pembelajaran serupa untuk materi kajian yang lain.

(7)

7

Menjadikan pengalaman bagi penulis ketika melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi sehingga dapat mengkaji masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teoritis

Pengertian Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Slameto, 2011:16). Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 2). Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Hasil Belajar merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai oleh siswa dari sebuah proses pembelajaran yang telah dijalaninya, yang biasanya dinyatakan dengan prestasi belajar, jika prestasi belajarnya baik berarti hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau sebaliknya.

Menurut Djamarah (2006: 120) suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila :

Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan akhir semester (sumatif). Disamping itu hasil belajar tidak hanya dilihat dari nilai berupa angka-angka yang diperoleh siswa, tetapi lebih luas dilihat dari perubahan pada diri individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan minimal satu indikator atau tujuan pembelajaran .

(8)

8

Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Trianto (2007: 47) adalah sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley pada tahun 1998 membagi 3 macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut (Sudjana, 2011: 22).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Metode Tanya Jawab

Pengertian Metode Tanya Jawab

Kegiatan belajar, memang peranan yang penting. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa dalam kegiatan belajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola pikir dan belajar aktif siswa sebab berpikir itu sendiri sebenarnya adalah pertanyaan; menuntun proses belajar siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa dapat menentukan jawaban yang baik, memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Menurut Dra. Roestiyah N.K, metode Tanya Jawab adalah suatu cara mengajar di mana guru dan siswa aktif bersama, guru bertanya siswa

(9)

9

memberikan jawaban, siswa mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini guru bertujuan. Roestiyah, ( 2008: 70) Menurut Drs. Soetomo metode Tanya Jawab adalah suatu metode di mana guru menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau sebaliknya siswa bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan siswa. Soetomo, (2006:38). Metode Tanya Jawab, menurut Syaiful B. Djamarah adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama oleh dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Syaiful, B. Djamarh, 2007: 107.

Menurut Armai Arief, metode Tanya Jawab adalah suatu teknik penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang materi yang ingin diperoleh40

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang pengertian metode Tanya Jawab ialah suatu metode mengajar yang dijadikan adanya komunikasi langsung di mana guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab tentang materi yang diperolehnya atau sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab sehingga siswa termotivasi.

Pengertian itu menunjukkan bahwa metode Tanya Jawab itu diperlukanadanya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga tidak hanya terjadi komunikasi satu arah saja. Namun dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa, bahkan siswa dan siswa. Karena ketika siswa memberikan jawaban yang tepat dapat mendorong siswa yang lainnya untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan.

Dengan demikian metode Tanya Jawab merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang kenai respon yang akan diberikan dapat berupa pengetahuan sampai pada hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulasi efektif yang mendorong kemampuan berpikir.

Metode Tanya Jawab di sini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian siswa dengan berbagai cara-cara (sebagai appersepsi, selingan dan evaluasi). Disamping itu, mtode ini yang paling tua selain ceramah, namun efektifitasnya lebih besar daripada metode yang lain.41 Karena metode ini, pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih mantap.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan Pada Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.

Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo selama 2 bulan, sejak dikeluarkan SK Penelitian dari bulan Mei sampai September 2013.

(10)

10 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Kelas VI SDN 21 Paguyaman sebanyak 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang perempuan dan 12 orang laki-laki.

Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel penelitian ini adalah

a) Variabel In-put, meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VI.

b) Variabel Proses, yakni penerapan model pembelajaran Tanya Jawab. c) Variabel out-put, Peningkatan Hasil belajar siswa dalam proses belajar

mengajar pada mata pelajaran PKn di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.

Teknik Pengumpulan Data.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan untuk memperoleh data yang valid, data dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

Observasi

Teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti melalui lembar pengamatan.

Wawancara

Teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk mengetahui respon siswa secara langsung dalam berbicara dengan menggunakan model pembelajaran Tanya Jawab. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang menonjol karena kelebihan atau kekurangannya. Pelaksanaan wawancara dilakukan di luar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pedoman wawancara.

Hasil Tes

Digunakan untuk mendapatkan data dan mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan butir soal.

Prosedur Penelitian Tahap awal

a) Menghubungi kepala sekolah guna memperoleh izin untuk melaksanakan kegiatan penelitian

b) Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama guru pengamat.

c) Melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian d) Pengkajian masalah

(11)

11 Tahap Pelaksanaan Tindakan

1). Siklus I

Langkah langkah yang dilakukan adalah

a) Merumuskan tujuan tanya jawab secara jelas dalam bentuk yang khusus dan berpusat pada perubahan tingkah laku siswa.

b) Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang harus diberikan kepada siswa.

c) Mengemukakan alasan mengapa kita menggunakan metode tanya jawab. d) Membuat garis besar jawaban dari pertanyaan yang diberikan sehingga

mudah mengetahui mana jawaban siswa yang benar dan salah. e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

f) Evaluasi tindakan I

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi berlangsung dalam setiap siklus yang dilaksanakan, dimana hasilnya dibahas pada tahap analisis dan refleksi adalah:

a) Semua aspek yang menjadi indikator dari peningkatan prestasi belajar siswa.

b) Proses pembelajaran yang menerapkan metode tanya jawab.

c) Alat pengumpul data yang dipersiapkan meliputi : lembar observasi tentang kegiatan aktivitas pembelajaran, lembar uji kemampuan siswa dan bukti fisik pelaksanaan kegiatan.

Tahap Analisis dan Refleksi 1. Analisis

Setelah melakukan tindakan, dilakukan analisis dan uraian terhadap hasil pembelajaran sehingga dapat diketahui perbedaan pelaksanaan awal dan pelaksanaan tindakan berikutnya.

2. Refleksi

Refleksi yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah melakukan proses pembelajaran setiap tindakan kelas dengan melibatkan semua unsur yakni kepala sekolah, guru pengamat. Tahap ini adalah untuk menilai hasil tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi akan keberhasilan suatu tindakan. Tahap Akhir

Tahap ini merupakan kegiatan analisis data yang diperoleh selama proses kegiatan, mendeskripsikan, membahas dan menyimpulkan.

(12)

12 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan

Perencanaan

Pada pembelajaran siklus I petemuan pertama mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada siklus I ini dilakukan pembelajaran melalui metode tanya jawab.

Pelaksanaan Tindakan

Pada pembelajaran dilaksanakan, dimana guru mitra selaku pengamat akan melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran PKn di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo melalui penggunaan metode tanya jawab telah menunjukkan hasil yang memuaskan.

Pemantauan dan Evaluasi

Setelah dilakukan analisis terhadap data hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan II diperoleh data sebagai berikut.

1. Siswa yang memperoleh nilai di atas 75 sebanyak 7 orang dengan presentase sebesar 35% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang.

2. Hasil balik pengamatan guru mitra dalam kegiatan belajar mengajar mencapai kriteria baik hanya 67%.

3. Daya serap siswa 64,55%.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 65% dari jumlah siswa, hal ini menunjukkan bahwa persentase capaian belum memenuhi target berdasarkan indikator kinerja sebesar 85% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang yang mencapai nilai KKM sebesar 75 dengan skala penilaian 100.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti telah menempuh langkah-langkah berikut ini.

1. Peneliti memvariasikan materi yang ditampilkan melalui metode tanya jawab.

2. Peneliti lebih memfokuskan pada jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa untuk diperbaiki pada pelajaran PKn yang belum tepat.

3. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, peneliti berusaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif.

4. Mengoptimalkan proses belajar mengajar dengan memperhatikan komponen-komponen kegiatan belajar mengajar yang masih memerlikan perbaikan.

Langkah-langkah ini diupayakan semaksimal mungkin agar dapat mengatasi kendala atau kelemahan-kelemahan pada siklus berikutnya. Pada siklus II hasil dari penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya perubahan, baik dari informasi balikan yang dipantau oleh guru pengamat dalam pengajaran serta hasil belajar siswa yang diuji melalui tes unjuk kerja. Hal ini terlihat pada data berikut ini.

(13)

13 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 PROSENTASE JUMLAH SISWA

CAPAIAN SIKLUS 1 CAPAIAN SIKLUS 2 SISWA YANG TIDAK MENCAPAI TARGET SISWA YANG MENCAPAI TARGET TARGET YANG HARUS DICAPAI

1. Siswa yang memperoleh nilai di atas 75 sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 90% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang.

2. Siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 sebanyak 2 orang.

3. Hasil balik pengamatan guru mitra dalam kegiatan belajar mengajar mencapai kriteria baik hanya 91,67%.

4. Daya serap siswa 75%.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar pada siklus I pertemuan II 65% pada siklus menjadi 90% pada siklus II pertemuan I, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai target sebesar 10%. Hasil belajar siswa tersebut melebihi target capaian indikator kinerja sebesar 85% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang dengan rata-rata KKM di atas 75.

Refleksi

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pada siklus I pertemuan IIdan siklus II pertemuan I baik pengamatan kegiatan pembelajaran maupun hasil belajar siswa sebagaimana telah diuraikan pada tahap pemantauan dan evaluasi, ternyata mengalami peningkatan. Dari setiap indikator mengalami penngktan keberhasilan berupa peningkatan hasil belajar siswa menunjukkan hasil yang baik. Presentase capaian jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan minimal 75 ke atas meningkat dari 65% menjadi 90% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang.

Melihat data tentang hasil belajar siswa siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa jumlah siswa yang telah memiliki pemahaman hanya mencapai 35%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, jumlah siswa yang memiliki pemahaman meningkat 90%. Dengan pengertian siklus I ke siklus II mencapai peningkatan 25%. Dengan demikian hipotesis penelitian tindakan kelas ini terbukti dan dapat diterima.

Peningkatan prosentasi hasil capaian setiap siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini.

(14)

14 PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn di Kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang harus dicapai berupa peningkatan hasil belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75.Hasil belajar Aspek Kognitif pada Siklus I pertemuan I tersebut belum menunjukkan hasil yang maksimaldimana hanya 4 siswa atau 20% yang sudah baik nilainya, sedangkan 16 siswa atau 80% yang nilainya masih rendah bahkan nilainya di bawah rata-rata dalam belajar, sehingga target yang perlu dicapai masih besar. Pada pada siklus II pertemuan I Hasil belajar siswa yang dilihat dari aspek psikomotor menunjukkan kategori “cukup terampil” berjumlah 15%, sementara pada kategori “terampil” dan sekitar 85%, Berdasarkan Hasil belajar siswa yang didapatkan pada aspek afektif yang memilki nilai baik yaitu 80% dan nilai masih rendah ada 20%

Pada pelaksanaan siklus II pertemuan I sudah menunjukkan aspek kognitif yang baik dengan capaian jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan minimal 75 ke atas meningkat dari 65% menjadi 90% dari jumlah siswa sebanyak 20 orang hal ini telah menunjukkan hasil yang baik.

Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran PKn sebagai berikut:

1. Bagi Guru, merupakan nilai tambah dalam meningkatkan pembelajaran PKn di kelas VI Sekolah Dasar.

2. Bagi Siswa, merupakan masukan untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran PKn.

3. Bagi Sekolah, setelah peneliti ini dilaksanakan maka diharapkan peningkatan hasil belajar khususnya pada pembelajaran PKn dapat meningkat sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri serta memberikan sumbangan pikiran perbaikan pengajaran di Sekolah Dasar.

4. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan peneliti sebagai calon guru, agar memiliki pengalaman bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa.

(15)

15 DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi, et. al., 2005. Stratege Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka setia Azis Wahab. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Suatu Pengantar. Jakarta:

PPLPTK.

Blom (Uzer). 2006. Interaksi Belajar Mengajar. Tarsito. Bandung

Djamarah S.B d. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hendayat, Soetopo, 2005. Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: UMM Press, Mujiono. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Proyek Pendidikan Guru Sekolah

Dasar

Roestiyah, N.K, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara, Sanjaya dan Sagala. (2007). Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Dasar dan

Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito Soetomo, 2006. Pengajaran Efektif vol 2. Malang: Ulul Albab

Slameto. 2011. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian proses hasil belajar mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya

Suherman, dkk. 2000. Model pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suryana (Apep Jafar). 2011. http://apepjafar.blogspot.com/2011/02/ekspor-impor.html (diakses 2 April 2011)

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka

Winarno, Surakhmad, 2008. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung: Tarsito.

Winataputra, S. Udin. 2005. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: UT Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi pihak manajemen perusahaan Cipaganti Travel, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna agar manajemen Cipaganti Travel dapat lebih

Seluruh Staf Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu sehingga penyusunan Skripsi ini dapat

Kelemahan dari alat ini dapat diatasi dengan diusulkan desain alat tangkap yang baru yang mempunyai spesifikasi: (1) ukuran senar No. Prototipe alat pancing tonda

Melalui pelatihan cara berkomunikasi ini pula siswa terlihat dapat menghargai dengan siapa dia berkomunikasi sehingga dapat melatih kesopanan.Guna kejelasan

Nuryawan et al.(2005) menyatakan bahwa papan partikel adalah suatu lembaran papan tiruan yang terbuat dari potongan-potongan kecil kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya

Kinerja terbaik dari proses produksi usaha tambak bandeng dalam mengubah 6 variabel input menjadi output bandeng maksimum yang dapat dihasilkan dengan menggunakan teknologi

Dana tahapan per masa masuk sekolah yang diberikan perusahaan pada peserta asuransi sistem syariah merupakan persentase dari jumlah premi yang dibayar oleh peserta,