• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN SKEMA PENDANAAN: Penelitian Revitalisasi Visi Institusi (PRVI) Skema Penelitian Reguler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN SKEMA PENDANAAN: Penelitian Revitalisasi Visi Institusi (PRVI) Skema Penelitian Reguler"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN SKEMA PENDANAAN:

Penelitian Revitalisasi Visi Institusi (PRVI) Skema Penelitian Reguler

DEEP LINKING, FRAMING DAN EMBEDDING CONTENT DALAM PERSPEKTIF HUKUM HAK CIPTA INDONESIA

Pengusul :

1. Chrisna Bagus Edhita Praja, S.H.,M.H. NIDN. 0610068903 Fakultas Hukum 2. Heniyatun, S.H.,M.Hum NIDN. 0613035901 Fakultas Hukum Dibiayai oleh Universitas Muhammadiyah Magelang dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Universitas (APBU) tahun akademik 2018/2019

Dokumen ini merupakan bukti kinerja pemenuhan Sistem Penjaminan Mutu Penelitian Universitas Muhammadiyah Magelang

Standar hasil Standar penilaian

Standar isi Standar sarana dan prasarana

√ Standar proses Standar pengelolaan Standar pelaksana Standar pembiayaan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG Tahun 2019

Bidang Prioritas RIP:

RIP-01: Peningkatan Kualitas Hidup Islami Topik penelitian:

01.08: Riset pengembangan model peraturan dan perundangan terhadap korporasi menuju masyarakat yang berkeadilan.

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

RINGKASAN ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Kontribusi penelitian yang diusulkan terhadap visi institusi ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kasus terdahulu tentang Deep Linking, Framing dan Embedding di Beberapa Negara ... 4

2.2. State of the Art Deep Linking, Framing dan Embedding dalam Perspektif Hak Cipta ... 5

2.3. Roadmap Tim Peneliti ... 6

2.4. Kerangka Konsep ... 7

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 8

3.1. Pentahapan Penelitian ... 8

3.2. Jenis Penelitian ... 8

3.3. Pengumpulan Bahan Hukum ... 9

3.4. Analisis Bahan Hukum ... 9

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ... 10

4.1. Jadwal Kegiatan ... 10

4.2. Anggaran Biaya ... 10

REFERENSI ... 11

Lampiran 1. Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas Tim Peneliti ... 12

Lampiran 2. Form Tanggapan Pengusul Hibah Internal PRVI 2018/2019 ... 13

(4)

iv RINGKASAN

Selama dua puluh tahun terakhir, internet menjadi ruang yang interaktif dan berorientasi pada pengguna yang diisi dengan informasi dan konten digital dalam jumlah besar, yang dapat dibagikan dengan mudah. Metode deeplinking, framing, embedding telah memainkan peran sentral dalam membentuk internet sebagai infrastruktur jaringan dan mengubah cara orang menemukan dan berbagi informasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur pelanggaran Hak Cipta dalam metode deeplinking, framing dan embedding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode legal research dengan menelaah UU Hak Cipta, Konvensi Bern, TRIPs dan WIPO Copyright Treaty. Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah publikasi dalam prosiding internasional terindeks scopus (IOP Publishing) melalui Borobudur International Symposium (BIS) yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Magelang

Kata Kunci : Copyright Infringement, Deeplinking, Embedding, Framing

(5)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sejak masuk ke dunia penggunaan publik yang luas, internet telah berulang kali menghadirkan tantangan baru bagi hukum kekayaan intelektual. Salah satu konflik yang sering berulang adalah perlindungan Hak Kekayaan Intelektual oleh pemegang hak terhadap sejumlah entitas yang diduga telah melanggar hak-hak tersebut melalui penggunaan Internet. Ketika Internet terus berkembang, ketegangan ini menjadi lebih kompleks di mana perselisihan awal berkisar seputar berbagi file dan unduhan yang tidak sah atas materi yang dilindungi hak cipta, bentrokan hak cipta saat ini melibatkan masalah seperti pertanggungjawaban dalam penyematan konten (embedded content).

"Embedding" adalah penempatan konten eksternal (biasanya video, tetapi juga berupa gambar atau audio) ke situs web seseorang. Jenis penyematan yang paling umum saat ini dilakukan dengan video YouTube, di mana pengguna akan menampilkan konten video di situs webnya sendiri menggunakan kode yang disediakan oleh YouTube, tetapi video tersebut tidak di-host oleh pemilik situs web. Saat ini, penyematan konten tidak hanya konten video saja tetapi juga konten informasi, gambar bahkan cuitan di twitter.

Model penyematan konten masih menimbulkan perdebatan di beberapa negara.

Kasus Goldman v. Breitbart News Networks LLC, dkk. dimulai dengan Snapchat Story.

Penggugat Justin Goldman mengambil foto quarterback New England Patriots Tom Brady dengan General Manager Boston Celtics Danny Ainge dan yang lainnya di East Hampton, New York, pada Juli 2016, dan mengunggah foto itu ke kisah Snapchat-nya sendiri. Foto itu menjadi "viral" ketika spekulasi muncul bahwa Brady akan membantu merekrut bintang bola basket Kevin Durant ke Celtics, dan dibagikan di Twitter dan platform media sosial lainnya. Berbagai outlet berita daring kemudian “menyematkan”

(atau menampilkan gambar) tweet yang menampilkan foto di dalam artikel tentang Brady dan Ainge di situs web mereka, menggunakan kode HTML untuk mengambil tweet dari server Twitter. Sebagai hasil dari fungsi penyematan, tidak ada situs web yang mengunduh, menyalin, atau menyimpan foto di server mereka sendiri; alih-alih, fungsi tersebut mengarahkan browser internet pengguna yang mengakses situs terdakwa untuk mengambil gambar tweet yang tertanam dari Twitter dan menempatkan gambar di

(6)

2

samping teks artikel. Penggugat menggugat outlet berita karena pelanggaran hak cipta (D’Angelo & Dennis, 2018).

Selain itu, kasus lain juga dialami oleh perusahaan bernama Retriever Sverige AB, layanan berlangganan berbasis Internet yang mengindeks tautan ke artikel yang dapat ditemukan di tempat lain secara online secara gratis. Permasalahan timbul ketika Retriever menerbitkan tautan ke artikel yang diterbitkan di situs web surat kabar yang ditulis oleh wartawan Swedia. Perusahaan merasa bahwa mereka tidak perlu memberikan kompensasi kepada jurnalis karena hanya menautkan ke artikel mereka, mereka juga percaya bahwa menanamkan mereka di dalam situsnya tidak melanggar Hak Cipta.

Para jurnalis, di sisi lain, merasa bahwa dengan menghubungkan ke artikel mereka, Retriever telah "mengomunikasikan" karya mereka kepada publik tanpa izin. Dengan keyakinan mereka harus dibayar, para jurnalis membawa kasus mereka ke Pengadilan Distrik Stockholm. Mereka kehilangan kasus mereka pada tahun 2010 dan memutuskan untuk membawa kasus ini untuk mengajukan banding. Dari sana Pengadilan Banding Svea meminta saran dari Pengadilan UE (Andy, 2014).

Sebagai negara yang meratifikasi Berne Convention of the Protection and Literary and Artistic Works (Konvensi Bern), Indonesia terikat akan aturan yang disepakati dalam Konvensi tersebut. Adapun tujuan diadakannya konvensi ini adalah untuk melindungi seluruh karya sastra, seni maupun ilmu pengetahuan. Kemudian ketentuan-ketentuan Konvensi Bern ini dilengkapi kembali di Paris yaitu pada tanggal 4 Mei 1896 dan diperbaharui lagi di Berlin pada tanggal 13 November 1908 dan kembali dilengkapi di Bern pada tanggal 20 Maret 1914, menyusul kemudian di Roma pada tanggal 2 Juni 1928 dan terakhir di Brussel pada tanggal 26 Juni 1948.

Regulasi yang digunakan di Indonesia terkait perlindungan Hak Cipta diakomodir dalam Undang – Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta 2014).

Terbitnya UU Hak Cipta 2014 menggantikan UU Hak Cipta 2002 yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan karya cipta yang semakin massif seiring dengan perkembangan teknologi. Beberapa perubahan penting dalam UU Hak Cipta 2014 adalah 1) Perlindungan Hak Ekonomi yang semakin berpihak kepada pemegang Hak Cipta 2) Penyelesaian sengketa yang lebih efektif 3) Hak Cipta dapat Menjadi Jaminan Fidusia 4) Eksistensi Lembaga Manajemen Kolektif (Donandi, 2015; Kurnianingrum, 2015).

Meskipun terjadi perubahan UU Hak Cipta, masih terdapat celah terhadap timbulnya

(7)

pelanggaran – pelanggaran terutama terhadap karya digital. Untuk itu, perlu dikaji mengenai metode linking, framing dan penyematan konten dalam perspektif Hukum Hak Cipta Indonesia.

1.2. Tujuan

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mengidentifikasi pelanggaran Hak Cipta dalam metode Deeplinking, Framing dan Embedding content Hak Cipta.

1.3. Kontribusi penelitian yang diusulkan terhadap visi institusi

Gambar 1.1. Kontribusi riset yang diusulkan terhadap ipteks dan visi institusi Kondisi Objektif Penyelesaian Hak

Cipta melalui Mediasi

Usulan Riset

1. Perkembangan teknologi memberikan tantangan bagi Hukum HKI

2. Metode deep linking, framing dan embedding masih menjadi

perdebatan terkait copyright infringement di beberapa negara 3. Perbedaan putusan di beberapa

negara

4. Masih banyak celah pelanggaran dalam UU Hak Cipta Indonesia

Kontribusi Riset Terhadap Skenario RIP :

RIP. 01. Peningkatan Kualitas Hidup Islami

Terhadap IPTEKS

1. Mengembangkan keilmuan dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual khususnya Hak Cipta.

2. Identifikasi pelanggaran Hak Cipta pada metode Deep linking, framing dan embedding

Deep Linking, Framing Dan Embedding Content Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta Indonesia

Identifikasi pelanggaran Hak Cipta pada metode Deep linking, framing dan embedding

Target Capaian

(8)

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kasus terdahulu tentang Deep Linking, Framing dan Embedding di Beberapa Negara

Berdasarkan data dari (Papadaki, 2017), dibawah ini beberapa kasus yang ditangani pengadilan di beberapa negara:

Countries Pre-Svensson Cases Links Communication? Other Torts UK Shetland Times Ltd

v Wills (1996)

Paramount v Sky (2013)

Deep linking

Surface / deep linking

Yes (reproduction

&

communication)*

Arguably not

-

Authorisation (yes)

FR StepStone France v OfiR France (2000) Dijonscope (2010)

Deep linking Deep linking

No*

No

-

- DE Paperboy (2003)

AnyDVD (BGH 2010)

Deep linking Surface linking

No (no circumventio n)

No (freedom of speech)

Unfair competition (no)

- NL PCM v Eureka

Internetdiensten (2000)

GeenStijl v Sanoma (App. 2013)

Deep linking Deep linking

No (no circumventio n)*

No

Database right (no)

Breach of duty of care (yes) BE Google v Copiepresse et

al. (2011) Link to cached copies Yes (reproduction

&

communication) -

CZ Czech Supreme Court (8

Tdo 137/2013) Embedded link Yes -

AT R. v Vorarlberg Online (2001) Oberster Gerichtshof, 21.12.2004

Deep linking Deep linking

Yes*

No

Unfair competition (yes)

-

ES Sharemula (2008) Links to P2P files No Contributory

infringement (no)

IT Sky v Telecom, Trib. Milan 20.4.2010 RTI v Sofri, Trib.

Rome 16.07.2013 Delibera AGCOM 680/13/CONS (2013)

Surface / deep linking Links to live

streaming Links

- - No

Contributor y

infringemen t (yes) Contributor y

infringemen t (yes) Contributory infringement

(9)

Countries Pre-Svensson Cases Links Communication? Other Torts GR Athens F.I. Court

Decision 4042/2010 Magistrate's Court of Kilkis 965/2010

Framing Links

Yes No

-

Criminal offence (no) DK home A/S V. Ofir A-S

(2006) Deep linking No Unfair

marketing practices (no)

NO Napster.no (2005) Linking to MP3 files Most likely not Contributory infringement SE Public Prosecutor

v Olsson (2001) District Court of Hudiksvall (2010)

Linking to MP3 files

Deep linking to streams

Yes (distribution)*

Yes

- -

2.2. State of the Art Deep Linking, Framing dan Embedding dalam Perspektif Hak Cipta

Penelitian yang dilakukan oleh (Little et al., 2016), tindakan penyematan konten bukan merupakan tindakan inkonstitusional dalam arti pelanggaran terhadap Hak Cipta karena tidak ada hukum yang konsisten menjelaskan persoalan ini. Little menyatakan bahwa asalkan dari pencipta atau pemegang Hak Cipta menuangkan secara eksplisit mengenai pembatasan terhadap Kontennya, tindakan penyematan konten merupakan tindakan wajar.

Penelitian oleh (Papadaki, 2017) mengidentifikasi mengenai tindakan penyematan apakah merupakan bagian dari tindakan pengkomunikasian, mengingat pengkomunikasian adalah hak ekonomi dari Pencipta dan Pemegang Hak Cipta saja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan dalam kasus Svensson menjelaskan bahwa konsep komunikasi kepada publik mencakup dua kriteria kumulatif, a) tindakan komunikasi suatu karya dan b) komunikasi karya itu kepada publik. Asumsi awal Pengadilan adalah bahwa penyediaan tautan yang dapat diklik untuk pekerjaan yang dilindungi merupakan 'tindakan komunikasi'. Menurut Mahkamah, tindakan intervensi cukup untuk merupakan tindakan komunikasi; khususnya, cukup bahwa suatu pekerjaan disediakan untuk publik sedemikian rupa sehingga orang-orang yang membentuk publik dapat mengaksesnya. Konsep komunikasi harus ditafsirkan secara luas, mengacu pada transmisi apa pun dari karya yang dilindungi, terlepas dari cara teknis atau proses yang digunakan. Lebih jauh, pekerjaan yang dilindungi harus dikomunikasikan kepada publik. Istilah 'publik' mengacu pada jumlah penerima potensial

(10)

6

yang tidak pasti dan menyiratkan jumlah orang yang cukup besar. Selain itu, menurut Mahkamah, komunikasi diharuskan untuk diarahkan pada 'publik baru' yang merupakan publik tambahan yang tidak dipertimbangkan oleh pemegang hak ketika mereka mengizinkan komunikasi awal, seperti yang sebelumnya telah dipertimbangkan dalam komunikasi lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Klaris et al., 2018), menyatakan bahwa perlindungan terhadap karya cipta yang di hyperlink hanya dilindungi di Amerika Serikat dan tidak berlaku di Negara Uni Eropa. Penelitian (Saw, 2018) menambahkan yurisdiksi sangat berpengaruh dalam penafsiran terhadap konsep “pengkomunikasian” dan publikasi. Saw juga mengemukakan bahwa perlu untuk ditelaah yang pertama, apakah konten yang di tautkan tersebut merupakan konten yang “bermasalah” dalam arti sudah merupakan konten yang melanggar Hak Cipta. Kedua, apakah konten tersebut merupakan konten milik umum.

(Chen, 2017) membedakan antara common link dengan deep linking. Pertama, sifat teknisnya berbeda. Common link adalah laman beranda situs tautan, yang masih merupakan halaman lengkap setelah diklik hyperlink, dan tidak memiliki pemrosesan teknis khusus. Deep linking adalah proses teknis yang mengarahkan pekerjaan situs pihak ketiga dan melakukan upaya untuk merendernya di situs rantai. Kedua, kemampuan untuk mengendalikan manajemen berbeda. Common link hanyalah sebuah tautan langsung, yang tidak memiliki kendali atas nama domain situs yang ditautkan. Deep linking membuat situs web pihak ketiga dapat bekerja secara bebas di bawah nama domain situs webnya, tetapi juga dapat memblokir iklan situs web pihak ketiga, dll., memiliki kemampuan kontrol yang kuat.

2.3. Roadmap Tim Peneliti

Tim peneliti fokus pada topik Hak Kekayaan Intelektual yang disajikan lebih jelas pada gambar 2.2.1 di bawah ini

(11)

2.4. Kerangka Konsep

Kajian Yuridis Peralihan Hak Cipta Sebagai Objek Wakaf

Topik riset

Mediasi Penal sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Hak CIpta

Model Pelaksanaan Wakaf Hak Kekayaan Intelektual untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Investigasi Kriteria Paten sebagai Objek Wakaf dalam Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Buku Wakaf Hak Kekayaan Intelektual

Artikel di Jurnal Nasional Yustisia (terakreditasi)

“Patent Right Transfer Through Waqf: What

Are The Requirements?”

Hak Cipta (Granted)

Capaian (outcome)

Artikel di Jurnal Novelty

“Kajian Yuridis Peralihan Hak

Cipta Sebagai Objek Wakaf”

Intellectual Property to Prosperity

Hak Cipta (Granted) Sustainable Development through Intellectual Property

Kajian perlindungan Hak Moral Pencipta atas Hak Cipta yang diwakafkan menurut Undang – Undang Nomor 41 tahun 2004 Publikasi

internasional

Gambar 2.2.1. Track record dan roadmap penelitian

Gambar 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

TEMA PENELITIAN

Deep Linking, Framing Dan Embedding Content Dalam Perspektif Hukum Hak

Cipta Indonesia

TINGKAT PELANGGARAN HAK CIPTA YANG MENINGKAT

SEIRING KEMAJUAN TEKNOLOGI TUJUAN

Mengidentifikasi pelanggaran Hak Cipta pada metode Deep linking, framing dan

embedding

METODE

Telaah UU Hak Cipta, TRIPs, WCT,

Doktrin Ahli, Berne Convention DATA

Identifikasi unsur copyright infringement pada metode Deeplinking, Framing dan

Embedding OUTPUT

Data hasil Identifikasi unsur copyright infringement pada metode deeplinking, framing dan embedding

OUTCOME Publikasi

Ilmiah

(12)

8

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Pentahapan Penelitian

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Legal Research dengan pendekatan kualitatif.

Metode yang dilakukan melalui menelaah UU Hak Cipta 2014, Konvensi Bern, TRIPs, WIPO Copyright Treaty.

MULAI

Pengumpulan bahan hukum dan Non Hukum yaitu

(Peraturan Perundang- undangan terkait Hak Cipta)

Izin Riset

dan bahan hukum

PERSIAPAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Melakukan telaah bahan hukum dan non hukum terkait Hak Cipta

2. Menarik kesimpulan

dalam bentuk

argumentasi mengenai unsur copyright infringement pada metode deeplinking,

framing dan

embedding PEMBERIAN

PRESKRIPSI

PENYAJIAN HASIL

PENELITIAN Analisis data hasil pembahasan, dan

publikasi.

SELESAI ALUR

PENELITIAN KEGIATAN

PENELITIAN OUTPUT

identifikasi unsur copyright infringement

Publikasi Ilmiah

INDIKATOR CAPAIAN

Diperoleh bahan hukum dan non hukum serta izin

riset

Diperoleh hasil identifikasi unsur copyright

infringement

Data Preskriptif identifikasi unsur copyright

infringement

Gambar 3.1.1 Peta pentahapan Penelitian

(13)

3.3. Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer yaitu Peraturan Perundang – Undangan yang terkait dengan isu hukum yang diteliti yaitu UU Hak Cipta, Konvensi Bern, TRIPs, WIPO Copyright Treaty.

3.4. Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum primer maupun sekunder akan dipilah – pilah sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya akan dianalisis secara yuridis dengan berpedoman pada norma atau aturan hukum yang berlaku agar menjadi suatu deskripsi analitis yang komprehensif

(14)

10

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Jadwal Kegiatan

Tabel 4.1.1 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2

1 Pengumpulan Bahan Hukum

2 Analisis Bahan Hukum

3 Pembuatan Laporan dan manuscript publikasi ilmiah

4 Pelaksanaan Seminar Nasional

4.2. Anggaran Biaya

Tabel 4.2.1 Anggaran Biaya

Kegiatan A: Pengumpulan Bahan Hukum

No Jenis

Pengeluaran Pembelanjaan Jumlah Harga Total

1 Bahan Kuota Data 4 paket 50.000 200.000

Jumlah 1 200.000 Kegiatan B: Analisis

No Jenis

Pengeluaran Pembelanjaan Jumlah Harga Total

1 Bahan Olah Data 1 paket 500.000 500.000

Jumlah 2 500.000 Kegiatan C: Luaran Penelitian

No Jenis

Pengeluaran Pembelanjaan Jumlah Harga Total

1 APC Biaya Publikasi 1 kali 2.500.000 2.500.000

2 Biaya output

penelitian Menulis artikel di Jurnal

Internasional 6 hal 300.000 1.800.000

Jumlah 3 4.300.000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 5.000.000

(15)

REFERENSI

Andy. (2014). Hyperlinking is Not Copyright Infringement, EU Court Rules.

TorrentFeak.

Chen, H. (2017). Analysis of Copyright Infringement in Deep Linking. In 3rd International Conference on Social Science, Management and Economics (pp. 493–

499). https://doi.org/10.12783/dtssehs/ssme2017/13010

D’Angelo, F., & Dennis, E. S. (2018). Goldman v. Breitbart News Network, LLC. Loeb

&Loeb.

Donandi, S. (2015). Perubahan-Perubahan Penting terkait Hak Cipta Pasca Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Problematika Hukum, 1(2), 1–

46. https://doi.org/http://dx.doi.org/110.21043/equilibrium.v3i2.1268

Klaris, E., Partner, M., Bedat, A., Pllc, K. L., York, N., & York, N. (2018). Copyright Liability for Linking And Embedding: An E.U. Versus U.S.Comparison and Guide.

United States.

Kurnianingrum, T. P. (2015). Materi Baru dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Negara Hukum, 6(1), 93–106.

Little, L., London, B. P., Ducoulombier, B., Hadjadj-cazier, N., Haouideg, H., Snoeks, H., … Legale, P. S. (2016). An Overview of International Jurisprudence on

Embedded Linking and Framing. Retrieved from

http://www.fieldfisher.com/media/2372324/Embedded-linking.pdf

Papadaki, E. (2017). Hyperlinking , making available and copyright infringement : lessons from European national courts. European Journal of Law and Technology, 8(1), 1–24.

Saw, C. L. (2018). Linking on the Internet and Copyright Liability: A Clarion Call for Doctrinal Clarity and Legal Certainty. IIC International Review of Intellectual Property and Competition Law, 49(5), 536–564. https://doi.org/10.1007/s40319- 018-0709-z

(16)

12

Lampiran 1. Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas Tim Peneliti No Nama/NIDN/NIM Prodi asal Bidang

Ilmu

Alokasi Waktu Per- minggu

Uraian Tugas

1 Chrisna Bagus Edhita Paja, S.H.,M.H./

0610068903

Ilmu Hukum

HKI, Hukum Perdata

8

jam/minggu

1. Mengkoordinir pelaksanaan riset 2. Membuat

manuscript publikasi 2 Heniyatun,

S.H.,M.Hum./

0613035901

Ilmu Hukum

HKI, Hukum Perdata

4

jam/minggu

1. Mengumpulkan bahan hukum 2. Analisis bahan

hukum

3. Membuat laporan riset

3 Cesar Aulia Fajar Ilmu Hukum

4

jam/minggu

Membantu analisis data

4 Erisa Pitaloka Ilmu Hukum

4

jam/minggu

Membantu analisis data

(17)

Lampiran 2. Form Tanggapan Pengusul Hibah Internal PRVI 2018/2019 Nama Ketua Pengusul : Chrisna Bagus Edhita Praja, S.H.,M.H.

Judul Proposal : Deep Linking, Framing Dan Embedding Content Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta Indonesia

Pertanyaan atau saran reviewer Tanggapan atau perbaikan yang telah dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pelaksanaan program kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Way Kanan

Perlindungan hak ekonomi terhadap pemegang hak cipta video klip menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta harus lebih diperhatikan lagi,

Program komputer merupakan salah satu bentuk hak cipta yang diberikan perlindungan secara hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta....

E0017412 PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA LAGU PADA APLIKASI STREAMING MUSIK SPOTIFY DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.. Tujuan dari

Untuk mengetahui kadar antioksidan pada buah kiwi, dilakukan serangkaian analisis... Analisis kuantitatif berupa penentuan aktivitas antioksidan, kadar flavonoid kadar fenolik

1) Penataran dan pelatihan dengan tujuan memperluaskan wawasan profesi guru dan keilmuan para guru. 2) Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan seminggu

Aku men¬ duga bahwa Okusan ada dalam kesulitan mengenai apakah ia mesti melepaskan putrinya kawin dengan keluarga lain, ataukah sebaiknya merencanakan untuk memungut seorang