• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja tahun ajaran 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja tahun ajaran 2016/2017."

Copied!
325
0
0

Teks penuh

(1)

Maria Januaria Bay, 2017. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Proses Pembelajaran dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja yang berjumlah 24 orang. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, penyebaran kuesioner dan tes tertulis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi dengan menggunakan pendapat dari para ahli.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh, penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik dengan keterlaksanaan RPP sebesar . Motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong sangat tinggi dengan perolehan motivasinya sebesar 80,25. Sedangkan bila ditinjau dari hasil belajar siswa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih belum cukup baik pada siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa dan perlu untuk dievaluasi serta diperbaiki agar menjadi lebih baik.

(2)

Maria Januaria Bay. 2017. Students Motivation and Learning Outcomes in the Learning Process with Implementing STAD Cooperative Learning on The Topic Integer Arithmetic Operations of 7th Grade in Santo Hubertus Yohanes Laja Junior High School, in Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of this research is to know about the implementation of learning by implementing STAD cooperative learning, and to know about students’ motivation and learning result after implementation of STAD cooperative learning.

This research is a descriptive quantitative and qualitative research. The subjects of this research are the 24 students of 7th grade of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High School. The observed object are motivation and students’ learning result. Data collection techniques used observation, distributed questionnaires and written test. The research instrument used in this research using the opinion of experts judgement.

Based on the analysis results obtained, the implementation of STAD cooperative learning has run well average percentage of Lesson Plan is about 89,21%. Students motivation after applying cooperative learning STAD is very high with the acquisition of 80,25. Meanwhile, when the viewed of the implementation STAD cooperative learning, students learning result is still not good enough in 7th grade students of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High, because there are several internal and external factors that should affect students learning result and need to be evaluated and improved in order to make it better.

(3)

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS

YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Maria Januaria Bay

NIM: 121414013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS

YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Maria Januaria Bay

NIM: 121414013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

(Matius 11:24)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka yang percaya.

(Pengkotbah 3:11)

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2017

Penulis,

(9)

vi ABSTRAK

Maria Januaria Bay, 2017. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Proses Pembelajaran dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja yang berjumlah 24 orang. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, penyebaran kuesioner dan tes tertulis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi dengan menggunakan pendapat dari para ahli.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh, penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik dengan keterlaksanaan RPP sebesar . Motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong sangat tinggi dengan perolehan motivasinya sebesar 80,25. Sedangkan bila ditinjau dari hasil belajar siswa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih belum cukup baik pada siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa dan perlu untuk dievaluasi serta diperbaiki agar menjadi lebih baik.

(10)

vii ABSTRACT

Maria Januaria Bay. 2017. Students Motivation and Learning Outcomes in the Learning Process with Implementing STAD Cooperative Learning on The Topic Integer Arithmetic Operations of 7th Grade in Santo Hubertus Yohanes Laja Junior High School, in Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of this research is to know about the implementation of learning by implementing STAD cooperative learning, and to know about students’ motivation and learning result after implementation of STAD cooperative learning.

This research is a descriptive quantitative and qualitative research. The subjects of this research are the 24 students of 7th grade of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High School. The observed object are motivation and students’ learning result. Data collection techniques used observation, distributed questionnaires and written test. The research instrument used in this research using the opinion of experts judgement.

Based on the analysis results obtained, the implementation of STAD cooperative learning has run well average percentage of Lesson Plan is about 89,21%. Students motivation after applying cooperative learning STAD is very high with the acquisition of 80,25. Meanwhile, when the viewed of the implementation STAD cooperative learning, students learning result is still not good enough in 7th grade students of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High, because there are several internal and external factors that should affect students learning result and need to be evaluated and improved in order to make it better.

(11)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Januaria Bay

Nomor Induk Mahasiswa : 121414013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN

DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA

MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK

SANTO HUBERTUS YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media

lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 30 Januari 2017

Yang menyatakan,

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat, kasih

dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya

halangan. Skripsi ini disusun dengan judul “MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG

BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS YOHANES

LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017”, guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak

terlepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, rasa terima kasih yang tulus ini

peneliti persembahkan secara khusus kepada:

1. Tuhan Yesus yang selalu memberikan berkat dan anugerah yang begitu luar

biasa bagi peneliti;

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Dr. Hongkie Julie, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan

Matematika;

4. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku wakil ketua Program Studi Pendidikan

Matematika;

5. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan bagi peneliti

selama proses pengerjaan skripsi;

6. Bapak A. Sardjana, M.Pd., Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., Ibu Cyrenia

Novella Krisnamurti M.Sc. dan Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd., selaku

dosen ahli yang telah bersedia menjadi validator instrumen pembelajaran dan

(13)

x

7. Segenap staf sekretariat JPMIPA, yang telah memberikan bantuan dan

kemudahan bagi peneliti dalam mengurus surat-surat dan mempersiapkan

segala sesuatu yang peneliti butuhkan selama proses pengerjaan skripsi ini;

8. Ibu Monika Fao, A.Md., selaku kepala sekolah SMP Katolik Santo Hubertus

Yohanes Laja yang telah memberikan kesempatan dan ijin bagi peneliti untuk

melaksanakan penelitian;

9. Ibu Rosalia Deme, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika yang telah

memberikan bimbingan dan arahan bagi peneliti selama proses pelaksanaan

penelitian;

10.Siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja yang telah

membantu selama proses penelitian;

11.Bapak Rofinus Rangga, Mama Lutgardis Noe, Kakak Maria Cicilia Ari, Adik

Regina Theresia Eku dan seluruh Keluarga Besar Udi-Nasawewe yang telah

memberikan dukungan semangat dan doa bagi peneliti selama menyelesaikan

skripsi;

12.Sahabat-sahabat tersayang Cici, Helen, Ceci, Themy, Nadus, Venta, Dewi,

Siska, Adi, Apri, Reny, Mba Apri, Archa, Rista, Vinny, Wiwik dan Lia

Margaretha Simanjuntak yang telah memberikan semangat dan selalu

mengingatkan peneliti untuk mengerjakan skripsi;

13.Semua pihak yang telah membantu peneliti selama proses penyelesaian

skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada

skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, peneliti

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 30 Januari 2017

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Pembatasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Belajar ... . ... 9

a. Pengertian Belajar... 9

b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar ... 10

2. Pembelajaran dan Jenis-Jenisnya ... 12

a. Pengertian Pembelajaran ... 12

(15)

xii

c. STAD (Student Teams Achievement Divisions) ... 17

3. Motivasi Belajar ... 24

4. Hasil Belajar ... 28

5. Operasi Hitung Bilangan Bulat ... 30

a. Penjumlahan pada bilangan bulat ... 30

b. Pengurangan pada bilangan bulat ... 36

c. Perkalian pada bilangan bulat ... 38

d. Pembagian bilangan bulat... 40

e. Operasi hitung campuran pada bilangan bulat ... 41

f. Penggunaan operasi hitung pada bilangan bulat untuk menyelesaikan masalah ... 43

B. Kerangka Berpikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

C. Subjek Penelitian ... 46

D. Objek Penelitian ... 46

E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian ... 47

F. Bentuk Data ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 50

H. Instrumen Penelitian... 52

I. Validitas Instrumen ... 55

J. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV PEMBAHASAN ... 62

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Setiap Pertemuan ... 64

C. Data Penelitian ... 78

D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 79

1. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 79

2. Analisis Data Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 81

(16)

xiii

E. Pembahasan ... 90

F. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 16

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu ... 23

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 24

Tabel 3.1 Penskoran Kuesioner Motivasi Belajar ... 51

Tabel 3.2 Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 58

Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar Siswa . ... 60

Tabel 3.4 Kualifikasi Ketuntasan Hasil Belajar ... 61

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... ... 62

Tabel 4.2 Nilai Kuis 1 dan Skor Individu .. ... 69

Tabel 4.3 Perkembangan Skor Setiap Kelompok ... 70

Tabel 4.4 Nilai Kuis 2 dan Skor Individu .. ... 73

Tabel 4.5 Perkembangan Skor Setiap Kelompok ... 73

Tabel 4.6 Nilai Kuis 3 dan Skor Individu .. ... 76

Tabel 4.7 Perkembangan Skor Setiap Kelompok ... 77

Tabel 4.8 Keterlaksanaan Proses Pembelajaran ... 79

Tabel 4.9 Skor Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap indikator... 82

Tabel 4.10 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap Indikator ... 86

Tabel 4.11 Motivasi Belajar Masing-Masing Siswa ... 86

Tabel 4.12 Hasil Analisis Kuis Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 87

Tabel 4.13 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Semua Siswa ... 88

Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa . ... 89

Tabel 4.15 Ketelitian Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Tes Hasil Belajar Pada Setiap Indikator .... ... 99

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alat Peraga Garis Bilangan .... ... 65

Gambar 4.2 Boneka Penunjuk ... ... 66

Gambar 4.3 Peneliti Menjelaskan Penggunaan Alat Peraga Garis Bilangan ... ... 66

Gambar 4.4 Siswa Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat Setelah Menggunakan Alat Peraga Garis Bilangan ... ... 67

Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama ... 67

Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Berdiskusi Kelompok ... 68

Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Saat Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 68

Gambar 4.8 Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 71

Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Saat Pelaksanaan Diskusi Kelompok ... 71

Gambar 4.10 Aktivitas Siswa Saat Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 72

Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Saat Melaksanakan Diskusi Kelompok... 75

Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 75

Gambar 4.13 Diagram Motivasi Belajar Siswa... 93

Gambar 4.14 Diagram Ketuntasan Kuis Siswa ... 96

Gambar 4.15 Diagram Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 97

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Sudah Penelitian ... 112

Lampiran 2 Soal Tes Awal dan Pedoman Penskoran Soal Tes Awal ... 113

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 116

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... ... 142

Lampiran 5 Kisi-Kisi dan Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... ... 150

Lampiran 6 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 153

Lampiran 7 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar... 154

Lampiran 8 Kisi-Kisi, Soal Kuis dan Pedoman Penskoran Kuis ... 157

Lampiran 9 Kisi-Kisi, Soal Tes Akhir dan Pedoman Penskoran Tes Akhir ... ... 167

Lampiran 10 Lembar Validasi Instrumen Pembelajaran dan Penelitian ... 176

Lampiran 11 Hasil Validasi ... ... 191

Lampiran 12 Hasil dan Nilai Tes Awal Siswa ... 231

Lampiran 13 Pembagian Kelompok Siswa . ... 233

Lampiran 14 Scanning Hasil Lembar Kerja Siswa 1 ... 234

Lampiran 15 Scanning Hasil Lembar Kerja Siswa 2 ... 240

Lampiran 16 Scanning Hasil Lembar Kerja Siswa 3 ... 248

Lampiran 17 Scanning Hasil Kuis 1 ... ... 252

Lampiran 23 Scanning Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 270

Lampiran 24 Perhitungan Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... ... 282

Lampiran 25 Scanning Hasil Kuesioner Motivasi Belajar ... 284

(20)

xvii

Lampiran 27 Scanning Hasil Tes Akhir Siswa ... 294

Lampiran 28 Nilai Tes Akhir Siswa... ... 301

Lampiran 29 Daftar Hadir Siswa ... ... 302

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh

oleh setiap siswa sejak di bangku sekolah dasar sampai di tingkat sekolah

menengah. Materi yang diajarkan selalu berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa dan diberikan melalui proses pembelajaran di sekolah.

Dalam proses pembelajaran, siswa seringkali dihadapkan pada berbagai kesulitan

saat mempelajari dan memecahkan persoalan-persoalan matematika.

Kesulitan-kesulitan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa

tersebut maupun faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya lingkungan sekolah

(Paridjo: 10). Kesulitan-kesulitan ini pada akhirnya dapat memengaruhi semangat,

motivasi, minat dan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika.

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Pada

kenyataannya, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode yang

menjadikannya sebagai pihak yang lebih aktif sedangkan siswa menjadi pihak

yang lebih pasif. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme

seorang guru bukanlah pada kemampuannya dalam menyampaikan materi, tetapi

lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan

bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng (1998) daya tarik suatu pembelajaran

ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh

(22)

Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah

karena matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, dibenci dan

ditakuti oleh sebagian besar siswa. Mardijono (2000) mengemukakan bahwa,

sampai saat ini matematika baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah

masih dianggap sebagai “momok” yang menakutkan. Sikap ini tidak

menguntungkan bagi pendidikan matematika, apalagi dalam upaya

pengembangannya terutama pengembangan konsep dan pembelajarannya.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti laksanakan di kelas VII SMP

Katolik Santo Hubertus Yohaens Laja. Peneliti mengamati bahwa siswa kadang

takut untuk bertanya kepada guru dan lebih memilih untuk bertanya dan bertukar

pendapat kepada teman yang dianggap mampu untuk membantunya dalam

memecahkan masalah matematika. Ini tentunya dapat memacu dan mendorong

siswa yang mampu untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan.

Sehingga siswa pada akhirnya dapat mencapai hasil yang maksimal saat

mengikuti tes ataupun ulangan harian karena mereka dapat belajar dan

menyelesaikan persoalan matematika dengan bantuan temannya sendiri.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti juga mengamati bahwa beberapa

siswa masih belum aktif dalam pembelajaran dan masih terpaku pada guru. Saat

guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mereka tidak akan menjawab

pertanyaan tersebut sampai guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya.

Siswa juga belum berani dalam menyampaikan ide ataupun pendapat serta

bertanya saat mengalami kesulitan kepada guru dan lebih memilih untuk bertanya

(23)

beberapa siswa masih kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini

dikarenakan adanya sikap malas dan kurang bersemangat yang ditunjukan

beberapa siswa selama pembelajaran.

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa

siswa kelas VII dan kelas IX. Mereka menyampaikan bahwa selama proses

pembelajaran kadang mereka kurang memahami materi yang disampaikan oleh

guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka akan bertanya kepada

siswa lain yang dianggap mampu untuk membantu dalam menyelesaikannya.

Selain itu, siswa juga menyampaikan bahwa guru belum menggunakan metode

pembelajaran yang lebih bervariasi. Dalam pembelajaran guru selalu

menyampaikan materi menggunakan metode ceramah. Guru juga kurang

mengadakan diskusi kelompok. Hal inilah yang membuat beberapa siswa menjadi

malas dan tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Berdasarkan hasil

wawancara, guru juga menyampaikan bahwa pencapaian ketuntasan hasil belajar

siswa cukup rendah yaitu masih di bawah di setiap ulangan akhir.

Mengatasi permasalahan tersebut seorang guru perlu melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif.

Hal ini sangat diperlukan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan

meningkatkan keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika. Selain itu,

siswa juga dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain, mendiskusikan

ketidaksamaan pendapat dalam memcahkan persoalan dalam belajar. Salah satu

metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah implementasi pembelajaran

(24)

adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Salah satu implementasi pembelajaran kooperatif yang dapat

digunakan adalah STAD (Student Teams Achievement Division).

STAD merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh

Robert Salvin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Mereka

mengemukakan bahwa tujuan utama STAD adalah memacu siswa agar saling

mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang

diajarkan guru. Para siswa akan diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran

yang diberikan guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, mereka

memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan

menyenangkan. Siswa akan bekerja berpasangan dan bertukar jawaban,

berdiskusi, dan saling membantu satu sama lain.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, peneliti

akan melaksanakan penelitian dengan judul “MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017”.

B.Pembatasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan waktu dan masalah-masalah yang terdapat pada

latar belakang, penelitian ini dibatasi pada masalah penerapan pembelajaran

(25)

kognitif kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja dalam mempelajari

operasi hitung bilangan bulat.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe

STAD bagi siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja dalam

mempelajari materi operasi hitung bilangan bulat?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus

Yohanes Laja dalam proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat?

3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes

Laja dalam dalam proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif dengan

tipe STAD bagi siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja

(26)

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo

Hubertus Yohanes Laja dalam proses pembelajaran yang menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus

Yohanes Laja dalam dalam proses pembelajaran yang menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat.

E.Pembatasan Istilah

Istilah-istilah yang akan digunakan dan dibahas dalam penelitian ini antara

lain:

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses menuju perubahan yang bersifat menetap atau

permanen melalui proses latihan dalam interaksi dengan lingkungan dan

meliputi perubahan baik fisik maupun mental.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada

penyediaaan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dilakuakan oleh dua orang

pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa

adalah belajar.

3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

(27)

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa tidak hanya belajar dari

guru, tetapi juga dari sesama siswa.

4. STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD merupakan salah satu metode yang menjadi implementasi dari

pembelajaran kooperatif. Metode ini dapat memacu siswa agar saling

mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang

diajarkan guru.

5. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau

menggerakan individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai suatu

tujuan. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan

guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa

motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa

terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

mengalami pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Pada

penelitian ini lebih ditekankan pada hasil belajar kognitif (pengetahuan).

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

(28)

1. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi sekolah mengenai

penerapan pembelajaran kooperatif dengan STAD sehingga jika dipandang

perlu, implementasi pembelajaran kooperatif dengan STAD bisa

didayagunakan dalam pembelajaran matematika agar para siswa lebih

terbantu dalam belajar.

2. Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar ke

arah yang lebih baik setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Peneliti

Penelitiian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

peneliti sebagai seorang calon guru sehingga nantinya dapat berguna di masa

(29)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap

orang secara maksimal untuk dapat memperoleh sesuatu. Belajar dapat

didefinisikan secara sederhana sebagai suatu usaha atau kegiatan yang

bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan,

dan sebagainya.

Para pakar di bidang ilmu tentang belajar juga mengemukakan

berbagai variasi batasan tentang belajar, tentunya didasarkan pada

pemahaman dan alirann yang mereka anut. Berikut beberapa pendapat para

ahli mengenai belajar yaitu:

1) Muhibbin (2006) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan

perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

2) Morgan dalam Introduction to Psychology (1978) berpendapat bahwa

belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

(30)

3) Menurut Winkel, belajar adalah proses mental yang mengarah pada

penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaan atau sikap yang

semuanya diperoleh, disimpan dan dilakukan sehingga menimbulkan

tingkah laku yang progresif dan adaptif.

4) Mudzakir (1997) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri

seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu

pengetahuan keterampilan dan sebagainya.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses menuju perubahan yang bersifat menetap atau

permanen melalui proses latihan dalam interaksi dengan lingkungan dan

meliputi perubahan baik fisik maupun mental.

b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam belajar dibagi

menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sedangkan faktor

eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat

memengaruhi seseorang dalam proses belajarnya. Faktor eksternal

dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat.

1) Faktor keluarga, mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara

angota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar

(31)

2) Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran

dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar

dan tugas rumah.

3) Faktor guru, mencakup metode mengajar guru, karakter, dan gaya

mengajar guru yang sesuai dengan budaya daerah. Selain itu, dalam

relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya,

juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa

berusaha mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi

sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia segan mempelajari

mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

Proses belajar di sekolah akan berhubungan erat dengan

pembelajaran. Penerapan beberapa teori belajar dapat memberikan banyak

manfaat baik itu bagi pendidik, bagi peserta didik dan bagi proses

pembelajaran. Proses belajar merupakan jalan baru yang ditempuh oleh

seseorang untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau

diketahui tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal. Melalui belajar

seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan seperti yang

dikemukakan sebelumnya. Apabila di dalam proses belajar seseorang tidak

mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka

dapat dikatakan orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses

(32)

Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru

bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong motivasi

dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Proses belajar

memerlukan metode yang tepat. Penggunaan metode belajar yang tepat

sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan metode belajar yang

tepat akan memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu yang lebih

mudah dan lebih cepat sesuai dengan tenaga dan pikiran yang dikeluarkan.

2. Pembelajaran dan Jenis-Jenisnya a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada

penyediaaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono 1999: 297). Komunitas

evaluasi UNEP (United Nations Environment Programme) mendefinisikan

hikmah pembelajaran sebagai simpulan umum yang berpangkal dari

evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman dalam proyek, program, atau

kebijakan yang diabstraksikan dari suatu kondisi spesifik menuju kondisi

yang lebih luas. Dalam kaitan untuk menggapai hikmah pembelajaran itu

ada suatu tahapan yang harus dilalui siswa yang terdiri dari learn (belajar),

unlearn, relearn. Unlearn didefinisikan sebagai mencoba melupakan atau

membuang suatu ingatan atau pengetahuan, membuang sesuatu yang semula

dipelajari, seperti kebiasaan lama, dan tidak perlu lagi memikirkannya.

(33)

Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan

terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk

perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan

terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran tertentu.

Kegiatan pembelajaran dilakuakan oleh dua orang pelaku, yaitu guru

dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.

Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah

untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat

ini, begitu banyak model ataupun metode pembelajaran yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.

Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diharapkan. Para ahli menyusun model

pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori

psikologis, soiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung

(Joyce dan Weil: 1980). Joyce dan Weil berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau

yang lain. Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai

(34)

1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning),

2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning),

3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM),

4) Model Pembelajaran Tematik, dan

5) Model Pembelajaran Berbasis Komputer.

Pada penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah

model pembelajaran kooeperatif.

b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2010: 37). Bentuk pembelajaran

dilaksanakan dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Model pembelajaran kelompok ini adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya 2006: 239). Dalam

sistem belajar kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota

lainnya. Dalam model ini juga siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu

mereka belajar untuk dirinya sendiri serta membantu sesama anggota

kelompok untuk belajar. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah

(35)

antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi

way traffic comunication).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan

dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan

prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam

pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru

kepada siswa. Siswa dapat saling mengajarkan sesama siswa lainnya.

Terdapat empat hal penting dalam model pembelajaran kooperatif, yakni:

(1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role)

dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya

kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok. Berkenaan dengan

pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan

bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara

minat dan bakat siswa dan latar belakang kemampuan siswa.

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang

menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka

agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Penggunaan pembelajaran

(36)

meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan

menghargai pendapat orang lain.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Proses Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan infomasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(37)

Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaan belajar mengajar

dapat diterapkan melalui metode pembelajaran. Berikut ini disajikan

beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions)

2) Metode Jigsaw

3) Metode G (group investigation)

4) Metode TGT (Teams Games Tournaments)

5) Metode Struktural, yang terdiri atas:

a) Mencari pasangan (make a match)

b) Bertukar pasangan

c) Berkirim salam dan soal

d) Bercerita berpasangan (paired-storry telling)

e) Dua tinggal dua tamu (two stay two stay)

f) Keliling kelompok

g) TQ (team quiz)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan implementasi dari

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Metode STAD dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai

pembagian pencapaian tim siswa dikembangkan oleh Robert Salvin dan

kawan-kawan dari universitas Jhon Hopkins. STAD merupakan salah satu

metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan

(38)

menggunakan pendekataan kooperatif. STAD menggunakan kuis-kuis

individual pada tiap akhir pelajaran.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan

empat orang yang memiliki beragam kemampuan, jenis kelamin, dan

sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa di dalam kelompok

memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran

tersebut. Pada akhir pembelajaran semua siswa menjalani kuis

perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh

saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa

diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh

sebelumnya, dan nilai-nilai tersebut diberi hadiah berdasarkan pada

seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi

nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian

dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat

mencapai kriteria tertentu bisa mendapat hadiah.

Salvin memaparkan bahwa, “gagasan utama di belakang STAD

adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.” Mereka harus

mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik,

memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan

menyenangkan. Para siswa akan bekerja sama, bertukar pikiran,

(39)

mereka bisa mendikusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

sebagai berikut:

1) Penyampaian tujuan dan motivasi

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas

dalam prestasi akademik, gender, jenis kelamin, rasa atau etnik. Dalam

pelaksanaan penelitian ini lebih memprioitaskan pada prestasi

akademik siswa. Dimana siswa akan dibagi kedalam kelompok sesuai

dengan kemampuan intelektualnya yang diketahui melalui tes awal dan

informasi dari guru mata pelajaran.

3) Guru menjelaskan materi yang dipelajari

Guru menyampaikan dan menjelaskan materi pelajaran yang hendak

dipelajari. Di dalam proses pembelajaran ini guru dibantu oleh media,

demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan

kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa, tugas dan

pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

(40)

dibantu oleh media yang berupa alat peraga dan LKS. Alat peraga yang

diberikan berupa alat peraga garis bilangan untuk menyelesaikan dan

memahami konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.

a) Alat peraga garis bilangan

Menurut Baharim Shamsudin (2007: 42) garis bilangan

adalah garis lurus yang ditandai dengan sejumlah titik, jarak dari satu

titik ke titik lainnya sama panjang. Pada setiap titik tertulis satu

bilangan, bilangan-bilangan itu merupakan rangkaian bilangan

berurutan dari bilangan bulat negatif terkecil di sebelah kiri nol

sampai dengan bilangan bulat terbesar di sebelah kanan nol. Cara

pembuatan alat peraga garis bilangan adalah sebagai berikut:

 Batang model garis bilangan dibuat dari kayu berbentuk balok

dengan ukuran panjang 150 cm – 200 cm, lebar dan tingginya

10-15 cm. Setiap titik bilangan bulat berupa lubang-lubang. Gambar

garis bilangan bulat dan angka-angka dapat dibuat dari cat.

 Penunjuk bilangannya dapat dibuat dari kayu atau bahan lain.

Benda yang dipilih merupakan tiruan benda (hidup atau mati)

yang bisa bergerak maju dan mundur.

Dalam mendemonstrasikan penjumlahan dua bilangan bulat

prinsip pengoperasiannya, yaitu operasi penjumlahan boneka selalu

maju mengikuti nilai bilangan bulat yang dioperasikan. Apabila

bilangan yang dioperasikan berupa bilangan bulat positif, maka

(41)

bulat negatif, maka boneka menghadap bilangan-bilangan bulat

negatif. Sedangkan untuk mendemonstrasikan pengurangan dua

bilangan bulat prinsip pengoperasiannya, yaitu perpindahan boneka

selalu mundur mengikuti nilai bilangan bulat yang dioperasikan.

Apabila bilangan yang dioperasikan berupa bilangan bulat positif,

maka boneka menghadap bilangan-bilangan bulat positif. Apabila

bilangan bulat negatif, maka boneka menghadap bilangan-bilangan

bulat negatif. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini

dimulai dari sampai 10.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. Trianto (2008: 148) mendefinisikan

bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan

kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. Tujuan lembar kerja

siswa menurut Achmadi (1996: 35) adalah:

 Mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran

 Membantu siswa dalam mengembangkan konsep

 Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan

keterampilan proses

 Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses

kegiatan pembelajaran

 Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang

(42)

4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Siswa

yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada siswa lain sampai semua

siswa dalam kelompok itu mengerti. Selama tim bekerja, guru

melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan

bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari

STAD.

5) Evaluasi

Siswa dalam kelompok ditunjuk dan diberikan kesempatan untuk

mempersentasikan hasil diskusinya tersebut. Kelompok yang tidak

mempersentasikan hasil diskusi kelompok diberikan kesempatan untuk

bertanya.

6) Kuis

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi

yang dipelajari. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak

dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa

secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam

memahami bahan ajar tersebut. Guru dapat menetapkan standar

ketuntasan yang harus dicapai oleh masing-masing siswa dalam

pelaksanaan kuis. Standar ketuntasan yang digunakan dalam

(43)

digunakan ini disesuaikan dengan standar ketuntasan yang berlaku di

SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja.

7) Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan

diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian

penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru

dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a) Menghitung skor individu

Menurut Salvin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung

perkembangan skor individu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor Individu

Keterangan : N = Nilai yang diperoleh siswa

b) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan

semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi

sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor

perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok seperti yang

(44)

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-Rata Skor Setiap

Kelompok

Tim yang baik (good team) Tim yang baik sekali (great team) Tim yang istimewa (super team)

Keterangan : S = Rata-rata skor yang diperoleh kelompok

8) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh kualifikasi,

guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing

kelompok sesuai dengan prestasinya.

3. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakan individu tersebut untuk melakukan kegiatan guna mencapai

suatu tujuan (Sukmadinata, 2005:61). Motivasi mempunyai peranan penting

dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru

mengetahui motivasi belajar siswa sangat diperlukan guna memelihara dan

meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat

menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan

perbuatan belajar.

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya

motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada

awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan

(45)

kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang

adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan

pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat

itu sebagai berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara

semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tak

bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam;

memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam

hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk

mengobarkan semangat belajar. (2) Mengetahui dan memahami motivasi

belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak

memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping ada yang bersemangat

untuk belajar. Diantara yang bersemangat belajar ada yang berhasil dan ada

yang tidak berhasil. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih

satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator,

instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik. (4)

Memberi peluang bagi guru untuk melakukan unjuk kerja. Tugas guru adalah

membuat semua siswa belajar sampai berhasil.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar

(46)

kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab

mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu

membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Jadi tugas guru

bagaimana mendorong para siswa agar para dirinya tumbuh motivasi.

Menurut Sardiman (2001) motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua

yaitu sebagai berikut:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam

diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Motivasi intrinsik dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.

Adapun ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar

adalah sebagai berikut:

1) Mempunyai perasaan senang dalam belajar

Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik akan merasa senang dalam

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

2) Bersemangat, ulet dan tekun untuk belajar

Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki semangat

juang yang tinggi dalam belajar dan selalu berusaha untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya.

3) Memiliki kemauan dan minat untuk mempelajari sesuatu

Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik akan terdorong untuk

melakukan aktivitas belajar tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

(47)

menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk

dibacanya.

4)Memiliki keinginan untuk menambah pengetahuan dan berprestasi

Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik akan memiliki tujuan

menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan dan ahli dalam bidang studi

tertentu. Sebagai contoh, seorang siswa belajar karena betul-betul ingin

mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah

tingkah lakunya dan menambah wawasannya.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik juga mempunyai

peranan penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis,

berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses

belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa. Adapun ciri-ciri

seseorang yang memiliki motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah sebagai

berikut:

1) Mempunyai motivasi belajar karena adanya dorongan dari orang lain

Misalnya, seseorang akan belajar jika diingatkan oleh orang tuanya

ataupun teman-temannya. Contoh lainnya, seseorang akan belajar

karena akan ada ulangan ataupun ujian

2) Mempunyai keinginan untuk memperoleh hadiah (reward) atau

(48)

Misalnya, seseorang akan belajar karena tahu besok paginya akan ujian

dengan harapan mendapatkan nilai yang baik sehingga akan dipuji oleh

guru, keluarga ataupun temannya.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi

dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne

membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b)

keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan

motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi

tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Penelitian ini lebih menekankan pada ranah kognitif yang dicapai siswa. Ranah

kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif

mencakup pemahaman (comprehension), penerapan (application), Analisis

(analysis), Sintesis (syntesis), dan penilaian/evaluasi (evaluation).

Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes

objektif. Pelaksanaan penilaian bisa secara lisan, tulisan, dan tindakan atau

(49)

proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang

berciri sebagai berikut :

a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang

rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya.

Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk

meningkatkan, setidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapainya.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah

dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana harusnya. Ia juga yakin

tidak ada sesuatu yang tak dapat dicapai apabila ia berusaha sesuai dengan

kesanggupannya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan

lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari

aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan

mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komperhensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau

sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan, atau perilaku.

Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah

(50)

baik efek instruktusional maupun efek nurturant atau efek samping yang

tidak direncanakan dalam pengajaran.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tahu dan sadar bahwa

tinggi-rendahnya hasil belajar yang dicapainya bergantung pada usaha dan

motivasi belajar dirinya sendiri.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh bebrapa faktor,

baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun faktor luar

siswa (faktor eksternal). Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu:

a. Faktor fisiologis seperti kondisi fisik dan kondisi indera.

b. Faktor psikologis meliputi kecerdasan motivasional, bakat, minat,

kemampuan kognitif dan tingkat intelegensi.

Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar adalah :

a. Lingkungan meliputi alam, keluarga/masyarakat.

b. Faktor instrumental meliputi metode pengajaran, kurikulum/bahan

pengajaran, sarana dan fasilitas.

5. Operasi Hitung Bilangan Bulat a. Penjumlahan pada bilangan bulat

1) Penjumlahan dengan alat bantu

Guru maupun siswa dapat menggunakan garis bilangan dalam

(51)

dijumlahkan digambarkan dengan tanda panah dengan arah sesuai

dengan bilangan tersebut. Bilangan positif pada garis bilangan menunjuk

ke arah kanan. Sebaliknya, apabila bilangan negatif pada garis bilangan

menunjuk ke arah kiri.

Contoh:

Hitunglah hasil penjumlahan berikut dengan menggunakan garis

bilangan.

a)

Penyelesaian:

Untuk menghitung dapat menggunakan alat peraga garis bilangan dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:

 Letakan boneka tepat pada angka 0.

 Boneka berjalan sejauh enam langkah ke kanan dan berhenti di

angka 6.

 Perhatikan angka yang terletak setelah operasi penjumlahan yaitu

. Sehingga boneka berbalik arah menghadap ke arah bilangan

negatif. Karena operasinya adalah penjumlahan maka boneka

bergerak maju sejauh 8 langkah ke kiri dan berhenti tepat pada

angka .

 Gambar garis bilangannya adalah:

(52)

Jadi, .

b)

Untuk menghitung dapat menggunakan alat peraga garis bilangan dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:

 Letakan boneka tepat pada angka 0.

 Boneka berjalan sejauh tiga langkah ke kiri dan berhenti di angka

.

 Perhatikan angka yang terletak setelah operasi penjumlahan yaitu

. Sehingga boneka berbalik menghadap ke arah bilangan

negatif. Karena operasinya adalah penjumlahan maka boneka

bergerak maju sejauh 4 langkah ke kiri dan berhenti tepat pada

angka .

 Gambar garis bilangannya adalah:

Jadi, 2) Penjumlahan tanpa alat bantu

Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan

dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang 3

-8 -2 -1

-10 -9 -7 -6 -5 -4 -3 0 1 2 4 5 6 7 8 9 10 -3

-4

(53)

bernilai besar, hal itu kurang efektif untuk dilakukan. Oleh karena itu,

kita harus dapat menjumlahkan bilangan bulat tanpa alat bantu.

a) Kedua bilangan bertanda sama

Jika kedua bilangan bertanda sama (kedua bilangan positif

atau kedua bilangannya negatif), jumlahkan kedua bilangan

tersebut dan berilah tanda sesuai dengan tanda pada kedua bilangan

tersebut.

Contoh:

(1)

(2)

b) Kedua bilangan berlawanan tanda

Jika kedua bilangan berlawanan tanda (bilangan positif dan

bilangan negatif), kurangi bilangan yang bernilai lebih besar

dengan bilangan yang bernilai lebih kecil tanpa memperhatikan

tanda pada kedua bilangan tersebut. Hasilnya, berilah tanda sesuai

bilangan yang bernilai lebih besar.

Contoh:

(1)

(2)

3) Sifat-sifat penjumlahan

(54)

a) Sifat tertutup

Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan

bulat juga. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Contoh:

dan 25 merupakan bilangan bulat.

9 juga merupakan bilangan bulat.

merupakan bilangan bulat.

juga merupakan bilangan bulat.

b) Sifat komutatif

Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua

bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua

bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat dituliskan

sebagai berikut:

Contoh:

Untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a + b = c dengan c

juga bilangan bulat.

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok
Tabel 3.1 Penskoran Kuesioner Motivasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada scene 3 akan mengambil tempat pabrik dimana tokoh utama bekerja sebagai buruh dan mengalami beberapa kali perlakuan yang melecehkan seorang perempuan.. Pada scene 4

4.1 Dosen tetap dalam borang akreditasi BAN-PT adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap pada PT yang bersangkutan; termasuk dosen penugasan

ditambah oleum citri diaduk hingga homogen Vitamin E Massa I Xanthan Gum Massa II Massa III Massa IV. essence masker

Langkah-langkah untuk memastikan bahwa sistem benar-benar mampu menjamin keamanan data dan informasi dapat dilakukan dengan menerapkan kunci-kunci pengendalian yang teridentifikasi

Pada jaringan ini, komunikasi antara satu perangkat komputer satu dengan yang lain dilakukan secara spontan/ langsung tanpa melalui konfigurasi tertentu selama sinyal dari Access

Nilai kadar protein pada terasi dengan perlakuan menggunakan bahan baku teri tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang menggunakan bahan baku ikan petek, tetapi menunjukkan

Fasilitas yang dapat mempengaruhi kinerja seperti, alat kesehatan, peralatan kantor, alat elektronik, dan lainnya akan mempengaruhi pula kinerja seperti kondisi

HUBUNGAN SELF TALK TERHADAP MOTIVASI DAN KEPERCAYAAN DIRI ATLET RENANG PADA KEJUARAAN WALIKOTA CUP BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |