Maria Januaria Bay, 2017. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Proses Pembelajaran dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja yang berjumlah 24 orang. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, penyebaran kuesioner dan tes tertulis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi dengan menggunakan pendapat dari para ahli.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh, penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik dengan keterlaksanaan RPP sebesar . Motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong sangat tinggi dengan perolehan motivasinya sebesar 80,25. Sedangkan bila ditinjau dari hasil belajar siswa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih belum cukup baik pada siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa dan perlu untuk dievaluasi serta diperbaiki agar menjadi lebih baik.
Maria Januaria Bay. 2017. Students Motivation and Learning Outcomes in the Learning Process with Implementing STAD Cooperative Learning on The Topic Integer Arithmetic Operations of 7th Grade in Santo Hubertus Yohanes Laja Junior High School, in Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purpose of this research is to know about the implementation of learning by implementing STAD cooperative learning, and to know about students’ motivation and learning result after implementation of STAD cooperative learning.
This research is a descriptive quantitative and qualitative research. The subjects of this research are the 24 students of 7th grade of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High School. The observed object are motivation and students’ learning result. Data collection techniques used observation, distributed questionnaires and written test. The research instrument used in this research using the opinion of experts judgement.
Based on the analysis results obtained, the implementation of STAD cooperative learning has run well average percentage of Lesson Plan is about 89,21%. Students motivation after applying cooperative learning STAD is very high with the acquisition of 80,25. Meanwhile, when the viewed of the implementation STAD cooperative learning, students learning result is still not good enough in 7th grade students of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High, because there are several internal and external factors that should affect students learning result and need to be evaluated and improved in order to make it better.
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS
YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: Maria Januaria Bay
NIM: 121414013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS
YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: Maria Januaria Bay
NIM: 121414013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.
(Matius 11:24)
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka yang percaya.
(Pengkotbah 3:11)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Januari 2017
Penulis,
vi ABSTRAK
Maria Januaria Bay, 2017. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Proses Pembelajaran dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja yang berjumlah 24 orang. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, penyebaran kuesioner dan tes tertulis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi dengan menggunakan pendapat dari para ahli.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh, penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terlaksana dengan baik dengan keterlaksanaan RPP sebesar . Motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong sangat tinggi dengan perolehan motivasinya sebesar 80,25. Sedangkan bila ditinjau dari hasil belajar siswa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih belum cukup baik pada siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa dan perlu untuk dievaluasi serta diperbaiki agar menjadi lebih baik.
vii ABSTRACT
Maria Januaria Bay. 2017. Students Motivation and Learning Outcomes in the Learning Process with Implementing STAD Cooperative Learning on The Topic Integer Arithmetic Operations of 7th Grade in Santo Hubertus Yohanes Laja Junior High School, in Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purpose of this research is to know about the implementation of learning by implementing STAD cooperative learning, and to know about students’ motivation and learning result after implementation of STAD cooperative learning.
This research is a descriptive quantitative and qualitative research. The subjects of this research are the 24 students of 7th grade of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High School. The observed object are motivation and students’ learning result. Data collection techniques used observation, distributed questionnaires and written test. The research instrument used in this research using the opinion of experts judgement.
Based on the analysis results obtained, the implementation of STAD cooperative learning has run well average percentage of Lesson Plan is about 89,21%. Students motivation after applying cooperative learning STAD is very high with the acquisition of 80,25. Meanwhile, when the viewed of the implementation STAD cooperative learning, students learning result is still not good enough in 7th grade students of Santo Hubertus Yohanes Laja Catholic Junior High, because there are several internal and external factors that should affect students learning result and need to be evaluated and improved in order to make it better.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Januaria Bay
Nomor Induk Mahasiswa : 121414013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN
DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA
MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK
SANTO HUBERTUS YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media
lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Januari 2017
Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat, kasih
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya
halangan. Skripsi ini disusun dengan judul “MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG
BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS YOHANES
LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017”, guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, rasa terima kasih yang tulus ini
peneliti persembahkan secara khusus kepada:
1. Tuhan Yesus yang selalu memberikan berkat dan anugerah yang begitu luar
biasa bagi peneliti;
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Dr. Hongkie Julie, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan
Matematika;
4. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku wakil ketua Program Studi Pendidikan
Matematika;
5. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan bagi peneliti
selama proses pengerjaan skripsi;
6. Bapak A. Sardjana, M.Pd., Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., Ibu Cyrenia
Novella Krisnamurti M.Sc. dan Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd., selaku
dosen ahli yang telah bersedia menjadi validator instrumen pembelajaran dan
x
7. Segenap staf sekretariat JPMIPA, yang telah memberikan bantuan dan
kemudahan bagi peneliti dalam mengurus surat-surat dan mempersiapkan
segala sesuatu yang peneliti butuhkan selama proses pengerjaan skripsi ini;
8. Ibu Monika Fao, A.Md., selaku kepala sekolah SMP Katolik Santo Hubertus
Yohanes Laja yang telah memberikan kesempatan dan ijin bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitian;
9. Ibu Rosalia Deme, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika yang telah
memberikan bimbingan dan arahan bagi peneliti selama proses pelaksanaan
penelitian;
10.Siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja yang telah
membantu selama proses penelitian;
11.Bapak Rofinus Rangga, Mama Lutgardis Noe, Kakak Maria Cicilia Ari, Adik
Regina Theresia Eku dan seluruh Keluarga Besar Udi-Nasawewe yang telah
memberikan dukungan semangat dan doa bagi peneliti selama menyelesaikan
skripsi;
12.Sahabat-sahabat tersayang Cici, Helen, Ceci, Themy, Nadus, Venta, Dewi,
Siska, Adi, Apri, Reny, Mba Apri, Archa, Rista, Vinny, Wiwik dan Lia
Margaretha Simanjuntak yang telah memberikan semangat dan selalu
mengingatkan peneliti untuk mengerjakan skripsi;
13.Semua pihak yang telah membantu peneliti selama proses penyelesaian
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 30 Januari 2017
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... ... vi
ABSTRACT ... ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Pembatasan Istilah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Belajar ... . ... 9
a. Pengertian Belajar... 9
b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar ... 10
2. Pembelajaran dan Jenis-Jenisnya ... 12
a. Pengertian Pembelajaran ... 12
xii
c. STAD (Student Teams Achievement Divisions) ... 17
3. Motivasi Belajar ... 24
4. Hasil Belajar ... 28
5. Operasi Hitung Bilangan Bulat ... 30
a. Penjumlahan pada bilangan bulat ... 30
b. Pengurangan pada bilangan bulat ... 36
c. Perkalian pada bilangan bulat ... 38
d. Pembagian bilangan bulat... 40
e. Operasi hitung campuran pada bilangan bulat ... 41
f. Penggunaan operasi hitung pada bilangan bulat untuk menyelesaikan masalah ... 43
B. Kerangka Berpikir ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 46
A. Jenis Penelitian ... 46
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46
C. Subjek Penelitian ... 46
D. Objek Penelitian ... 46
E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian ... 47
F. Bentuk Data ... 49
G. Teknik Pengumpulan Data ... 50
H. Instrumen Penelitian... 52
I. Validitas Instrumen ... 55
J. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV PEMBAHASAN ... 62
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 62
B. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Setiap Pertemuan ... 64
C. Data Penelitian ... 78
D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 79
1. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 79
2. Analisis Data Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 81
xiii
E. Pembahasan ... 90
F. Keterbatasan Penelitian ... 104
BAB V PENUTUP ... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 16
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu ... 23
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 24
Tabel 3.1 Penskoran Kuesioner Motivasi Belajar ... 51
Tabel 3.2 Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 58
Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar Siswa . ... 60
Tabel 3.4 Kualifikasi Ketuntasan Hasil Belajar ... 61
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... ... 62
Tabel 4.2 Nilai Kuis 1 dan Skor Individu .. ... 69
Tabel 4.3 Perkembangan Skor Setiap Kelompok ... 70
Tabel 4.4 Nilai Kuis 2 dan Skor Individu .. ... 73
Tabel 4.5 Perkembangan Skor Setiap Kelompok ... 73
Tabel 4.6 Nilai Kuis 3 dan Skor Individu .. ... 76
Tabel 4.7 Perkembangan Skor Setiap Kelompok ... 77
Tabel 4.8 Keterlaksanaan Proses Pembelajaran ... 79
Tabel 4.9 Skor Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap indikator... 82
Tabel 4.10 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Setiap Indikator ... 86
Tabel 4.11 Motivasi Belajar Masing-Masing Siswa ... 86
Tabel 4.12 Hasil Analisis Kuis Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 87
Tabel 4.13 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Semua Siswa ... 88
Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa . ... 89
Tabel 4.15 Ketelitian Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Tes Hasil Belajar Pada Setiap Indikator .... ... 99
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Alat Peraga Garis Bilangan .... ... 65
Gambar 4.2 Boneka Penunjuk ... ... 66
Gambar 4.3 Peneliti Menjelaskan Penggunaan Alat Peraga Garis Bilangan ... ... 66
Gambar 4.4 Siswa Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Bulat Setelah Menggunakan Alat Peraga Garis Bilangan ... ... 67
Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama ... 67
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Berdiskusi Kelompok ... 68
Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Saat Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 68
Gambar 4.8 Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 71
Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Saat Pelaksanaan Diskusi Kelompok ... 71
Gambar 4.10 Aktivitas Siswa Saat Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 72
Gambar 4.11 Aktivitas Siswa Saat Melaksanakan Diskusi Kelompok... 75
Gambar 4.12 Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi ... 75
Gambar 4.13 Diagram Motivasi Belajar Siswa... 93
Gambar 4.14 Diagram Ketuntasan Kuis Siswa ... 96
Gambar 4.15 Diagram Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 97
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Sudah Penelitian ... 112
Lampiran 2 Soal Tes Awal dan Pedoman Penskoran Soal Tes Awal ... 113
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 116
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... ... 142
Lampiran 5 Kisi-Kisi dan Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... ... 150
Lampiran 6 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 153
Lampiran 7 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar... 154
Lampiran 8 Kisi-Kisi, Soal Kuis dan Pedoman Penskoran Kuis ... 157
Lampiran 9 Kisi-Kisi, Soal Tes Akhir dan Pedoman Penskoran Tes Akhir ... ... 167
Lampiran 10 Lembar Validasi Instrumen Pembelajaran dan Penelitian ... 176
Lampiran 11 Hasil Validasi ... ... 191
Lampiran 12 Hasil dan Nilai Tes Awal Siswa ... 231
Lampiran 13 Pembagian Kelompok Siswa . ... 233
Lampiran 14 Scanning Hasil Lembar Kerja Siswa 1 ... 234
Lampiran 15 Scanning Hasil Lembar Kerja Siswa 2 ... 240
Lampiran 16 Scanning Hasil Lembar Kerja Siswa 3 ... 248
Lampiran 17 Scanning Hasil Kuis 1 ... ... 252
Lampiran 23 Scanning Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 270
Lampiran 24 Perhitungan Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... ... 282
Lampiran 25 Scanning Hasil Kuesioner Motivasi Belajar ... 284
xvii
Lampiran 27 Scanning Hasil Tes Akhir Siswa ... 294
Lampiran 28 Nilai Tes Akhir Siswa... ... 301
Lampiran 29 Daftar Hadir Siswa ... ... 302
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh
oleh setiap siswa sejak di bangku sekolah dasar sampai di tingkat sekolah
menengah. Materi yang diajarkan selalu berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa dan diberikan melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam proses pembelajaran, siswa seringkali dihadapkan pada berbagai kesulitan
saat mempelajari dan memecahkan persoalan-persoalan matematika.
Kesulitan-kesulitan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa
tersebut maupun faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya lingkungan sekolah
(Paridjo: 10). Kesulitan-kesulitan ini pada akhirnya dapat memengaruhi semangat,
motivasi, minat dan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika.
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Pada
kenyataannya, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode yang
menjadikannya sebagai pihak yang lebih aktif sedangkan siswa menjadi pihak
yang lebih pasif. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme
seorang guru bukanlah pada kemampuannya dalam menyampaikan materi, tetapi
lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan
bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng (1998) daya tarik suatu pembelajaran
ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh
Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah
karena matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, dibenci dan
ditakuti oleh sebagian besar siswa. Mardijono (2000) mengemukakan bahwa,
sampai saat ini matematika baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah
masih dianggap sebagai “momok” yang menakutkan. Sikap ini tidak
menguntungkan bagi pendidikan matematika, apalagi dalam upaya
pengembangannya terutama pengembangan konsep dan pembelajarannya.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti laksanakan di kelas VII SMP
Katolik Santo Hubertus Yohaens Laja. Peneliti mengamati bahwa siswa kadang
takut untuk bertanya kepada guru dan lebih memilih untuk bertanya dan bertukar
pendapat kepada teman yang dianggap mampu untuk membantunya dalam
memecahkan masalah matematika. Ini tentunya dapat memacu dan mendorong
siswa yang mampu untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan.
Sehingga siswa pada akhirnya dapat mencapai hasil yang maksimal saat
mengikuti tes ataupun ulangan harian karena mereka dapat belajar dan
menyelesaikan persoalan matematika dengan bantuan temannya sendiri.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti juga mengamati bahwa beberapa
siswa masih belum aktif dalam pembelajaran dan masih terpaku pada guru. Saat
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mereka tidak akan menjawab
pertanyaan tersebut sampai guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya.
Siswa juga belum berani dalam menyampaikan ide ataupun pendapat serta
bertanya saat mengalami kesulitan kepada guru dan lebih memilih untuk bertanya
beberapa siswa masih kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini
dikarenakan adanya sikap malas dan kurang bersemangat yang ditunjukan
beberapa siswa selama pembelajaran.
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa
siswa kelas VII dan kelas IX. Mereka menyampaikan bahwa selama proses
pembelajaran kadang mereka kurang memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka akan bertanya kepada
siswa lain yang dianggap mampu untuk membantu dalam menyelesaikannya.
Selain itu, siswa juga menyampaikan bahwa guru belum menggunakan metode
pembelajaran yang lebih bervariasi. Dalam pembelajaran guru selalu
menyampaikan materi menggunakan metode ceramah. Guru juga kurang
mengadakan diskusi kelompok. Hal inilah yang membuat beberapa siswa menjadi
malas dan tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Berdasarkan hasil
wawancara, guru juga menyampaikan bahwa pencapaian ketuntasan hasil belajar
siswa cukup rendah yaitu masih di bawah di setiap ulangan akhir.
Mengatasi permasalahan tersebut seorang guru perlu melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif.
Hal ini sangat diperlukan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan
meningkatkan keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika. Selain itu,
siswa juga dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain, mendiskusikan
ketidaksamaan pendapat dalam memcahkan persoalan dalam belajar. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah implementasi pembelajaran
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Salah satu implementasi pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan adalah STAD (Student Teams Achievement Division).
STAD merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Robert Salvin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Mereka
mengemukakan bahwa tujuan utama STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru. Para siswa akan diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran
yang diberikan guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, mereka
memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan
menyenangkan. Siswa akan bekerja berpasangan dan bertukar jawaban,
berdiskusi, dan saling membantu satu sama lain.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, peneliti
akan melaksanakan penelitian dengan judul “MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 2016/2017”.
B.Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan waktu dan masalah-masalah yang terdapat pada
latar belakang, penelitian ini dibatasi pada masalah penerapan pembelajaran
kognitif kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja dalam mempelajari
operasi hitung bilangan bulat.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD bagi siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja dalam
mempelajari materi operasi hitung bilangan bulat?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus
Yohanes Laja dalam proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes
Laja dalam dalam proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat?
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif dengan
tipe STAD bagi siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo
Hubertus Yohanes Laja dalam proses pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat.
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik Santo Hubertus
Yohanes Laja dalam dalam proses pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi operasi hitung bilangan bulat.
E.Pembatasan Istilah
Istilah-istilah yang akan digunakan dan dibahas dalam penelitian ini antara
lain:
1. Belajar
Belajar adalah suatu proses menuju perubahan yang bersifat menetap atau
permanen melalui proses latihan dalam interaksi dengan lingkungan dan
meliputi perubahan baik fisik maupun mental.
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaaan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dilakuakan oleh dua orang
pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa
adalah belajar.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa tidak hanya belajar dari
guru, tetapi juga dari sesama siswa.
4. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD merupakan salah satu metode yang menjadi implementasi dari
pembelajaran kooperatif. Metode ini dapat memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru.
5. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau
menggerakan individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai suatu
tujuan. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan
guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa
motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa
terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.
6. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
mengalami pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Pada
penelitian ini lebih ditekankan pada hasil belajar kognitif (pengetahuan).
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
1. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi sekolah mengenai
penerapan pembelajaran kooperatif dengan STAD sehingga jika dipandang
perlu, implementasi pembelajaran kooperatif dengan STAD bisa
didayagunakan dalam pembelajaran matematika agar para siswa lebih
terbantu dalam belajar.
2. Siswa
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar ke
arah yang lebih baik setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Peneliti
Penelitiian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
peneliti sebagai seorang calon guru sehingga nantinya dapat berguna di masa
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap
orang secara maksimal untuk dapat memperoleh sesuatu. Belajar dapat
didefinisikan secara sederhana sebagai suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sebagainya.
Para pakar di bidang ilmu tentang belajar juga mengemukakan
berbagai variasi batasan tentang belajar, tentunya didasarkan pada
pemahaman dan alirann yang mereka anut. Berikut beberapa pendapat para
ahli mengenai belajar yaitu:
1) Muhibbin (2006) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan
perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
2) Morgan dalam Introduction to Psychology (1978) berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
3) Menurut Winkel, belajar adalah proses mental yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaan atau sikap yang
semuanya diperoleh, disimpan dan dilakukan sehingga menimbulkan
tingkah laku yang progresif dan adaptif.
4) Mudzakir (1997) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha atau
kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan keterampilan dan sebagainya.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses menuju perubahan yang bersifat menetap atau
permanen melalui proses latihan dalam interaksi dengan lingkungan dan
meliputi perubahan baik fisik maupun mental.
b. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam belajar dibagi
menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat
memengaruhi seseorang dalam proses belajarnya. Faktor eksternal
dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
1) Faktor keluarga, mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara
angota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar
2) Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah.
3) Faktor guru, mencakup metode mengajar guru, karakter, dan gaya
mengajar guru yang sesuai dengan budaya daerah. Selain itu, dalam
relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya,
juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa
berusaha mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia segan mempelajari
mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
Proses belajar di sekolah akan berhubungan erat dengan
pembelajaran. Penerapan beberapa teori belajar dapat memberikan banyak
manfaat baik itu bagi pendidik, bagi peserta didik dan bagi proses
pembelajaran. Proses belajar merupakan jalan baru yang ditempuh oleh
seseorang untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau
diketahui tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal. Melalui belajar
seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan seperti yang
dikemukakan sebelumnya. Apabila di dalam proses belajar seseorang tidak
mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka
dapat dikatakan orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses
Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong motivasi
dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Proses belajar
memerlukan metode yang tepat. Penggunaan metode belajar yang tepat
sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan metode belajar yang
tepat akan memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu yang lebih
mudah dan lebih cepat sesuai dengan tenaga dan pikiran yang dikeluarkan.
2. Pembelajaran dan Jenis-Jenisnya a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono 1999: 297). Komunitas
evaluasi UNEP (United Nations Environment Programme) mendefinisikan
hikmah pembelajaran sebagai simpulan umum yang berpangkal dari
evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman dalam proyek, program, atau
kebijakan yang diabstraksikan dari suatu kondisi spesifik menuju kondisi
yang lebih luas. Dalam kaitan untuk menggapai hikmah pembelajaran itu
ada suatu tahapan yang harus dilalui siswa yang terdiri dari learn (belajar),
unlearn, relearn. Unlearn didefinisikan sebagai mencoba melupakan atau
membuang suatu ingatan atau pengetahuan, membuang sesuatu yang semula
dipelajari, seperti kebiasaan lama, dan tidak perlu lagi memikirkannya.
Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu.
Kegiatan pembelajaran dilakuakan oleh dua orang pelaku, yaitu guru
dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah
untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat
ini, begitu banyak model ataupun metode pembelajaran yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.
Model merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori
psikologis, soiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung
(Joyce dan Weil: 1980). Joyce dan Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau
yang lain. Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah sebagai
1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning),
2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning),
3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM),
4) Model Pembelajaran Tematik, dan
5) Model Pembelajaran Berbasis Komputer.
Pada penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah
model pembelajaran kooeperatif.
b. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2010: 37). Bentuk pembelajaran
dilaksanakan dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Model pembelajaran kelompok ini adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya 2006: 239). Dalam
sistem belajar kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota
lainnya. Dalam model ini juga siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri serta membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah
antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi
way traffic comunication).
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam
pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling mengajarkan sesama siswa lainnya.
Terdapat empat hal penting dalam model pembelajaran kooperatif, yakni:
(1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role)
dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya
kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok. Berkenaan dengan
pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan
bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara
minat dan bakat siswa dan latar belakang kemampuan siswa.
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Penggunaan pembelajaran
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan
menghargai pendapat orang lain.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan infomasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaan belajar mengajar
dapat diterapkan melalui metode pembelajaran. Berikut ini disajikan
beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif antara lain:
1) Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions)
2) Metode Jigsaw
3) Metode G (group investigation)
4) Metode TGT (Teams Games Tournaments)
5) Metode Struktural, yang terdiri atas:
a) Mencari pasangan (make a match)
b) Bertukar pasangan
c) Berkirim salam dan soal
d) Bercerita berpasangan (paired-storry telling)
e) Dua tinggal dua tamu (two stay two stay)
f) Keliling kelompok
g) TQ (team quiz)
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan implementasi dari
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Metode STAD dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
pembagian pencapaian tim siswa dikembangkan oleh Robert Salvin dan
kawan-kawan dari universitas Jhon Hopkins. STAD merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
menggunakan pendekataan kooperatif. STAD menggunakan kuis-kuis
individual pada tiap akhir pelajaran.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang memiliki beragam kemampuan, jenis kelamin, dan
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut. Pada akhir pembelajaran semua siswa menjalani kuis
perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh
saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh
sebelumnya, dan nilai-nilai tersebut diberi hadiah berdasarkan pada
seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi
nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian
dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat
mencapai kriteria tertentu bisa mendapat hadiah.
Salvin memaparkan bahwa, “gagasan utama di belakang STAD
adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.” Mereka harus
mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik,
memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan
menyenangkan. Para siswa akan bekerja sama, bertukar pikiran,
mereka bisa mendikusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut:
1) Penyampaian tujuan dan motivasi
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2) Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas
dalam prestasi akademik, gender, jenis kelamin, rasa atau etnik. Dalam
pelaksanaan penelitian ini lebih memprioitaskan pada prestasi
akademik siswa. Dimana siswa akan dibagi kedalam kelompok sesuai
dengan kemampuan intelektualnya yang diketahui melalui tes awal dan
informasi dari guru mata pelajaran.
3) Guru menjelaskan materi yang dipelajari
Guru menyampaikan dan menjelaskan materi pelajaran yang hendak
dipelajari. Di dalam proses pembelajaran ini guru dibantu oleh media,
demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan
kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa, tugas dan
pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
dibantu oleh media yang berupa alat peraga dan LKS. Alat peraga yang
diberikan berupa alat peraga garis bilangan untuk menyelesaikan dan
memahami konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.
a) Alat peraga garis bilangan
Menurut Baharim Shamsudin (2007: 42) garis bilangan
adalah garis lurus yang ditandai dengan sejumlah titik, jarak dari satu
titik ke titik lainnya sama panjang. Pada setiap titik tertulis satu
bilangan, bilangan-bilangan itu merupakan rangkaian bilangan
berurutan dari bilangan bulat negatif terkecil di sebelah kiri nol
sampai dengan bilangan bulat terbesar di sebelah kanan nol. Cara
pembuatan alat peraga garis bilangan adalah sebagai berikut:
Batang model garis bilangan dibuat dari kayu berbentuk balok
dengan ukuran panjang 150 cm – 200 cm, lebar dan tingginya
10-15 cm. Setiap titik bilangan bulat berupa lubang-lubang. Gambar
garis bilangan bulat dan angka-angka dapat dibuat dari cat.
Penunjuk bilangannya dapat dibuat dari kayu atau bahan lain.
Benda yang dipilih merupakan tiruan benda (hidup atau mati)
yang bisa bergerak maju dan mundur.
Dalam mendemonstrasikan penjumlahan dua bilangan bulat
prinsip pengoperasiannya, yaitu operasi penjumlahan boneka selalu
maju mengikuti nilai bilangan bulat yang dioperasikan. Apabila
bilangan yang dioperasikan berupa bilangan bulat positif, maka
bulat negatif, maka boneka menghadap bilangan-bilangan bulat
negatif. Sedangkan untuk mendemonstrasikan pengurangan dua
bilangan bulat prinsip pengoperasiannya, yaitu perpindahan boneka
selalu mundur mengikuti nilai bilangan bulat yang dioperasikan.
Apabila bilangan yang dioperasikan berupa bilangan bulat positif,
maka boneka menghadap bilangan-bilangan bulat positif. Apabila
bilangan bulat negatif, maka boneka menghadap bilangan-bilangan
bulat negatif. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini
dimulai dari sampai 10.
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Trianto (2008: 148) mendefinisikan
bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. Tujuan lembar kerja
siswa menurut Achmadi (1996: 35) adalah:
Mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
Membantu siswa dalam mengembangkan konsep
Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses
Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran
Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang
4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan
lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua
anggota menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Siswa
yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada siswa lain sampai semua
siswa dalam kelompok itu mengerti. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan
bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari
STAD.
5) Evaluasi
Siswa dalam kelompok ditunjuk dan diberikan kesempatan untuk
mempersentasikan hasil diskusinya tersebut. Kelompok yang tidak
mempersentasikan hasil diskusi kelompok diberikan kesempatan untuk
bertanya.
6) Kuis
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi
yang dipelajari. Siswa diberikan kuis secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa
secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam
memahami bahan ajar tersebut. Guru dapat menetapkan standar
ketuntasan yang harus dicapai oleh masing-masing siswa dalam
pelaksanaan kuis. Standar ketuntasan yang digunakan dalam
digunakan ini disesuaikan dengan standar ketuntasan yang berlaku di
SMP Katolik Santo Hubertus Yohanes Laja.
7) Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan
diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Menghitung skor individu
Menurut Salvin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung
perkembangan skor individu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No Nilai Tes Skor Individu
Keterangan : N = Nilai yang diperoleh siswa
b) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi
sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok seperti yang
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-Rata Skor Setiap
Kelompok
Tim yang baik (good team) Tim yang baik sekali (great team) Tim yang istimewa (super team)
Keterangan : S = Rata-rata skor yang diperoleh kelompok
8) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh kualifikasi,
guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing
kelompok sesuai dengan prestasinya.
3. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakan individu tersebut untuk melakukan kegiatan guna mencapai
suatu tujuan (Sukmadinata, 2005:61). Motivasi mempunyai peranan penting
dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru
mengetahui motivasi belajar siswa sangat diperlukan guna memelihara dan
meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat
menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan
perbuatan belajar.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya
motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada
awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan
kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang
adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat
itu sebagai berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara
semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tak
bersemangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam;
memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam
hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk
mengobarkan semangat belajar. (2) Mengetahui dan memahami motivasi
belajar siswa di kelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak
memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping ada yang bersemangat
untuk belajar. Diantara yang bersemangat belajar ada yang berhasil dan ada
yang tidak berhasil. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih
satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik. (4)
Memberi peluang bagi guru untuk melakukan unjuk kerja. Tugas guru adalah
membuat semua siswa belajar sampai berhasil.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar
kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab
mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu
membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. Jadi tugas guru
bagaimana mendorong para siswa agar para dirinya tumbuh motivasi.
Menurut Sardiman (2001) motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sebagai berikut:
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Motivasi intrinsik dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.
Adapun ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar
adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai perasaan senang dalam belajar
Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik akan merasa senang dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
2) Bersemangat, ulet dan tekun untuk belajar
Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki semangat
juang yang tinggi dalam belajar dan selalu berusaha untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
3) Memiliki kemauan dan minat untuk mempelajari sesuatu
Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik akan terdorong untuk
melakukan aktivitas belajar tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya.
4)Memiliki keinginan untuk menambah pengetahuan dan berprestasi
Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik akan memiliki tujuan
menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan dan ahli dalam bidang studi
tertentu. Sebagai contoh, seorang siswa belajar karena betul-betul ingin
mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah
tingkah lakunya dan menambah wawasannya.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik juga mempunyai
peranan penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis,
berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses
belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa. Adapun ciri-ciri
seseorang yang memiliki motivasi ekstrinsik dalam belajar adalah sebagai
berikut:
1) Mempunyai motivasi belajar karena adanya dorongan dari orang lain
Misalnya, seseorang akan belajar jika diingatkan oleh orang tuanya
ataupun teman-temannya. Contoh lainnya, seseorang akan belajar
karena akan ada ulangan ataupun ujian
2) Mempunyai keinginan untuk memperoleh hadiah (reward) atau
Misalnya, seseorang akan belajar karena tahu besok paginya akan ujian
dengan harapan mendapatkan nilai yang baik sehingga akan dipuji oleh
guru, keluarga ataupun temannya.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam
hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne
membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Penelitian ini lebih menekankan pada ranah kognitif yang dicapai siswa. Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif
mencakup pemahaman (comprehension), penerapan (application), Analisis
(analysis), Sintesis (syntesis), dan penilaian/evaluasi (evaluation).
Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes
objektif. Pelaksanaan penilaian bisa secara lisan, tulisan, dan tindakan atau
proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang
berciri sebagai berikut :
a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang
rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya.
Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk
meningkatkan, setidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapainya.
b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah
dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana harusnya. Ia juga yakin
tidak ada sesuatu yang tak dapat dicapai apabila ia berusaha sesuai dengan
kesanggupannya.
c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan
lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan
mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komperhensif), yakni
mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau
sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan, atau perilaku.
Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah
baik efek instruktusional maupun efek nurturant atau efek samping yang
tidak direncanakan dalam pengajaran.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tahu dan sadar bahwa
tinggi-rendahnya hasil belajar yang dicapainya bergantung pada usaha dan
motivasi belajar dirinya sendiri.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh bebrapa faktor,
baik yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun faktor luar
siswa (faktor eksternal). Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu:
a. Faktor fisiologis seperti kondisi fisik dan kondisi indera.
b. Faktor psikologis meliputi kecerdasan motivasional, bakat, minat,
kemampuan kognitif dan tingkat intelegensi.
Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar adalah :
a. Lingkungan meliputi alam, keluarga/masyarakat.
b. Faktor instrumental meliputi metode pengajaran, kurikulum/bahan
pengajaran, sarana dan fasilitas.
5. Operasi Hitung Bilangan Bulat a. Penjumlahan pada bilangan bulat
1) Penjumlahan dengan alat bantu
Guru maupun siswa dapat menggunakan garis bilangan dalam
dijumlahkan digambarkan dengan tanda panah dengan arah sesuai
dengan bilangan tersebut. Bilangan positif pada garis bilangan menunjuk
ke arah kanan. Sebaliknya, apabila bilangan negatif pada garis bilangan
menunjuk ke arah kiri.
Contoh:
Hitunglah hasil penjumlahan berikut dengan menggunakan garis
bilangan.
a)
Penyelesaian:
Untuk menghitung dapat menggunakan alat peraga garis bilangan dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:
Letakan boneka tepat pada angka 0.
Boneka berjalan sejauh enam langkah ke kanan dan berhenti di
angka 6.
Perhatikan angka yang terletak setelah operasi penjumlahan yaitu
. Sehingga boneka berbalik arah menghadap ke arah bilangan
negatif. Karena operasinya adalah penjumlahan maka boneka
bergerak maju sejauh 8 langkah ke kiri dan berhenti tepat pada
angka .
Gambar garis bilangannya adalah:
Jadi, .
b)
Untuk menghitung dapat menggunakan alat peraga garis bilangan dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:
Letakan boneka tepat pada angka 0.
Boneka berjalan sejauh tiga langkah ke kiri dan berhenti di angka
.
Perhatikan angka yang terletak setelah operasi penjumlahan yaitu
. Sehingga boneka berbalik menghadap ke arah bilangan
negatif. Karena operasinya adalah penjumlahan maka boneka
bergerak maju sejauh 4 langkah ke kiri dan berhenti tepat pada
angka .
Gambar garis bilangannya adalah:
Jadi, 2) Penjumlahan tanpa alat bantu
Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan
dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang 3
-8 -2 -1
-10 -9 -7 -6 -5 -4 -3 0 1 2 4 5 6 7 8 9 10 -3
-4
bernilai besar, hal itu kurang efektif untuk dilakukan. Oleh karena itu,
kita harus dapat menjumlahkan bilangan bulat tanpa alat bantu.
a) Kedua bilangan bertanda sama
Jika kedua bilangan bertanda sama (kedua bilangan positif
atau kedua bilangannya negatif), jumlahkan kedua bilangan
tersebut dan berilah tanda sesuai dengan tanda pada kedua bilangan
tersebut.
Contoh:
(1)
(2)
b) Kedua bilangan berlawanan tanda
Jika kedua bilangan berlawanan tanda (bilangan positif dan
bilangan negatif), kurangi bilangan yang bernilai lebih besar
dengan bilangan yang bernilai lebih kecil tanpa memperhatikan
tanda pada kedua bilangan tersebut. Hasilnya, berilah tanda sesuai
bilangan yang bernilai lebih besar.
Contoh:
(1)
(2)
3) Sifat-sifat penjumlahan
a) Sifat tertutup
Pada penjumlahan bilangan bulat, selalu menghasilkan bilangan
bulat juga. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Contoh:
dan 25 merupakan bilangan bulat.
9 juga merupakan bilangan bulat.
merupakan bilangan bulat.
juga merupakan bilangan bulat.
b) Sifat komutatif
Sifat komutatif disebut juga sifat pertukaran. Penjumlahan dua
bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua
bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya. Hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut:
Contoh:
Untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a + b = c dengan c
juga bilangan bulat.