ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL KARO
PADA MUSEUM PUSAKA KARO DI BERASTAGI
DITINJAU MENURUT BENTUK, WARNA,
TEKNIK DAN PENEMPATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RUTNI MANDASARI BR PURBA
NIM. 2113151038
JURUSAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kasih karunia dan berkat-Nya yang memberikan hikmat dan kesehatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini yang berjudul “ Penerapan Ornamen Tradisional Karo Pada
Museum Pusaka Karo di Berastagi ditinjau Menurut Bentuk, Warna, Teknik dan Penempatan” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Medan.
Segala Sesuatu yang dilakukan dalam penulisan Skripsi ini tidak akan berjalan baik tanpa adanya dorongan, bimbingan, arahan dan motivasi dari beberapa pihak, oleh sebab itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
4. Drs. Mesra, M. Sn, Seketaris Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
5. Drs. Osberth Sinaga, M. Si, Dosen Pembimbing Skripsi.
6. Drs. Azmi, M, Si, Dosen Pembimbing Akademik.
7. Drs. Nelson, M. Si dan Dra. Chairani, M. Pd, Dosen Penguji.
iii
9. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Mardan Purba dan Ibunda
tercinta Tianur Br Ginting, atas Doa, dukungan, Motivasi, materi
dan yang telah menguatkan penulis tetap semangat mengerjakan
Skripsi ini sampai selesai.
10.Kepada Kakak Rusni Br Purba dan Abang Jepri Sembiring dan
adik Brima Ekin Pindonta Purba, Heru Edy Eduanta Purba dan
Sam Prater Purba, Angel br Sembiring terimakasih buat doa dan
motivasinya.
11.Rekan-rekan seperjuangan Seni Rupa angkatan 2011 kelas A buat
terkhusus buat Say And The Genk, (Sutrisni Manalu yang terus
bersama mengejar target buat selesai bulan oktober), Chris
Tommy, Vitta, yang tetap mendukung penyelesaian Skripsi ini.
12.Teman-teman satu kos Sini Suka Margaretta br Ginting, Bertalina
br Tarigan, Yohana A, Sri, Rika br Sinuhaji dan Debora Ketaren.
13.Teman-teman PPLT UNIMED 2014 SMA GBKP Kabanjahe Putri
Wulandari, Putri Ester, Plorentina tarigan, Dismas Barus, Sandi
Sembiring, Tesa Purba, Kak Hotmaida, Rikky Andreas, Bg Idris,
dan Bg Sangapta.
Akhirnya atas bantuan semua pihak sekali lagi penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Penulis menyadari
bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini.
Medan, September 2015 Penulis,
i
ABSTRAK
Rutni Mandasari Br Purba, NIM 2113151038, Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Karo Pada Museum Pusaka Karo Di Berastagi Ditinjau Menurut Bentuk, Warna, Teknik dan Penempatan, Jurusan Seni Rupa, Program Studi S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan bentuk, warna, teknik dan penempatan ornamen yang terdapat pada Museum Pusaka Karo di Berastagi.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh ornamen Karo yang terdapat pada Museum Pusaka Karo di Berastagi. Sampel dalam penelitian ini adalah 27 (dua puluh tujuh) jenis motif ornamen Karo yang diterapkan pada Museum Pusaka Karo di Berastagi.
Metode penlitian yang digunakan adalah metode deskriptip kualitatif untuk mengumpulkan informasi atau membuat gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai objek yang akan diteliti berdasarkan data yang ada dan menerangkan data sesuai fakta yang ada dilapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Museum Pusaka Karo di Berastagi menerapkan motif ornamen tradisional Karo yang terdapat banyak motif hewan, tumbuh-tumbuhan dan geometris. Motif ornamen yang paling banyak digunakan yaitu motif Tutup Dadu/Cimba Lau.
Penerapan bentuk ornamen yang terdapat pada Museum Pusaka Karo ada yang masih sesuai dengan bentuk aslinya dan ada juga motif ornamen mengalami perubahan dari bentuk aslinya itu dibuat karena kreatifitas tukang mengukir yang membuat baik bentuk, warna, teknik dan penempatan ornamen tersebut. Salah satu bentuk ornamen yang mengalami perubahan yaitu motif Teger Tudung dimana bentuk aslinya sangat berbeda sekali dan arah nya juga ke samping bukan ke atas dan tidak memiliki makna lagi bagi masyarakat Karo. Penempatan ornamen pada Museum Pusaka Karo ini diletakkan sembarang tempat seperti motif Pengeret-ret dimana terdapat penempatan yang secara horizontal dan vertikal sehingga kehilangan fungsi ornamen yang diterapkan tersebut. Penelitian ditemukan sekitar dua puluh tujuh motif ornamen yang terdapat pada Museum Pusaka Karo di Berastagi baik yang asli juga motif yang sudah digabungkan dengan simbol-simbol lain.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Penelitian ... 52
Tabel 4.2. Klasifikasi Data ... 60
Tabel 4.3. Ornamen Yang di Terapkan Pada
Museum Pusaka Karo Tampak Luar ... 65
Tabel 4.4 Ornamen Yang di Terapkan Pada Museum Pusaka Karo Tampak
Pada Atap Atau Ayo-Ayo ... 75
Tabel 4.4 Ornamen Yang di Terapkan Pada Museum Pusaka Karo Tampak Pada
Atap Atau Ayo-Ayo ... 75
Tabel 4.5 Ornamen Yang di Terapkan Pada
Museum Pusaka Karo Tampak Bagian Dalam ... 82
Tabel 4.6 Ornamen Motif Hewan Yang di Terapkan Pada
Museum Pusaka Karo ... 105
Tabel 4.7 Ornamen Motif Tumbuh-tumbuhan Yang
di Terapkan pada Museum Pusaka Karo ... 111
Tabel 4.8 Ornamen Motif Geometris Yang
di Terapkan pada Museum Pusaka Karo ... 118
Tabel 4.9 Ornamen Kosmos Yang di terapkan pada Museum
Pusaka Karo ... 124
Tabel 4.10 Gabungan dari beberapa jenis motif ornamen Tradisional
Karo yang terdapat pada Museum Pusaka Kao……….. 125
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Berbentuk Manusia ... 10
Gambar 2.2 Pola Berbentuk Hewan... 11
Gambar 2.3 Pola Berbentuk Raksasa ... 11
Gambar 2.4 Pola Berbentuk Tumbuhan... 11
Gambar 2.5 Pola Berbentuk Geometris ... 12
Gambar 2.17 Pengalo-Ngalo (Bendi-Bendi) ... 22
Gambar 2.18 Ipen-Ipen ... 23
Gambar 2.19 Tupak Salah Silima-Lima ... 23
Gambar 2.20 Tupak Salah Sipitu-Pitu ... 23
Gambar 2.21 Desa Siwaluh... 24
Gambar 2.27 Indung-Indung Simata... 28
Gambar 2.28 Tulak Paku Petundal ... 28
ix
Gambar 2.35 Pucuk Tenggiang... 31
Gambar 2.36 Surat Buta ... 32
Gambar 2.37 Embun Sikawiten ... 32
Gambar 2.38 Litap-Litap Lembu... 32
Gambar 2.39 Lukisan Tonggal ... 33
Gambar 2.40 Keret-Keret Ketadu ... 33
Gambar 2.41 Taruk-Taruk ... 34
Gambar 2.42 Lukisan Pendamaikan ... 34
Gambar 2.43 Lukisan Bulung Binara ... 35
Gambar 2.44 Tanduk Kerbo Payung ... 35
Gambar 4.57. Museum Pusaka Karo Di Berastagi ... 61
Gambar 4.58. Tiang Sebelah Kiri pada Museum ... 63
Gambar 4.59. Taiang Sebelah Kanan Pada Museum ... 64
x
Gambar 4.61. Tampak Bagian Dalam Sebelah Kiri ... 79
Gambar 4.62. Tampak Bagian Dalam Sebelah Kanan ... 79
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 131
Lampiran 2. Hasil Wawancara ... 132
Lampiran 3. Daftar Nama Informan... 136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam budaya dan kesenian,
sehingga Nusantara dikenal sebagai masyarakat multi etnik. Setiap etnik di
Indonesia mempunyai banyak warisan peninggalan budaya dari nenek moyang,
hal inilah yang harus dibanggakan oleh penduduk Indonesia dan tentunya mampu
menjaga dan melestarikan serta mengembangkan nilai- nilai luhur suatu bangsa,
sehingga kebudayaan di Indonesia tidak hilang dan tidak terkikis dengan
kebudayaan modren yang semakin canggih masuk ke Indonesia.
Propinsi Sumatera Utara kaya dengan beragam adat budaya antara lain
adalah etnik Melayu, Batak Toba, Simalungun, Mandailing/Angkola, Karo,
Pakpak/Dairi, Pesisir, dan Nias selanjutnya etnis pendatang seperti Minang, Jawa
dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya masing-masing. Semua
etnis memiliki warisan seni budaya yang merupakan warisan dari para leluhurnya
seperti adat istiadat, tarian, masakan, hunian, busana dan memiliki bahasa daerah
masing-masing.
Batak Karo merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara. Suku
Karo juga dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang
menjadi tempat tinggal mereka (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku
ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo.
Masyarakat Karo umumnya memiliki unsur budaya yang menerapkan
2
dan peralatan, bahasa dan kesenian. Karena budaya masyarakat Karo berkembang
menjadi masyarakat modern dan hampir melupakan beberapa elemen tersebut.
Padahal masyarakat Karo harus menjaga hasil budayanya sendiri sehingga tidak
akan punah.
Museum Pusaka Karo dibangun karena melihat zaman semakin modern
dan bahkan masyarakat Karo sendiri pun tidak peduli akan budayanya sendiri,
Perlu dilakukan suatu kelangsungan hidup dari budaya itu sendiri dengan cara
membudayakan pelestarian atau mencegah suatu kepunahan dengan
mengumpulkan peninggalan benda-benda zaman nenek moyang pada Museum
Pusaka Karo.
Museum Pusaka Karo di Berastagi awalnya dari bangunan gereja dan atas
prakarya seorang misionaris dari Belanda menjadikan bekas greja lama menjadi
museum, oleh sebab itu, bangunan museum tersebut tidak menumbuhkan cirri
khas museum yang mempunyai bentuk bangunan atau hiasan (ornamen) Karo.
Pemerintah Daerah Karo kurang peduli terhadap hasil budaya yang ada
di Tanah Karo. Pemerintah daerah Karo belum mengambil bagian dalam
perawatan Museum Pusaka Karo dan belum memberikan bantuan dana untuk
museum Pusaka Karo sehingga sampai saat ini peninggalan benda sejarah Karo
banyak yang tidak ditemukan di museum Pusaka Karo.
Ornamen tradisional Karo pada umumnya memiliki beragam bentuk dan
simbol makna tertentu, dianggap dapat memberi kekuatan dapat penangkal dalam
3
adat Karo, griten, benda-benda pakai, pakaian adat Karo, perhiasan pengantin
Karo dan jambur.
Ornamen pada zaman dulu tidak sembarangan membuatnya karena dulu
ornamen itu memiliki makna yang berbeda setiap ornamen. Ornamen Karo
penempatannya tidak sembarangan karena bisa dikatakan ornamen itu sakral, dan
ornamen Karo memiliki Makna tertentu. Ornamen Karo biasanya di ukir sehingga
mampu bertahan lama dan memiliki nilai estetis. Sekarang banyak ornamen yang
sudah berkembang pada bangunan-bangunan yang besar dan hanya dibuat dengan
menggunakan sapuan cat dan tidak di ukir.
Bangunan Museum Pusaka Karo dihiasi dengan berbagai macam ornamen
Tradisional Karo tetapi ornamen pada Museum Pusaka Karo sekarang tidak lagi
dibuat dengan cara mengukir di kayu melainkan di ukir di semen (dinding).
Ornamen Karo yang terdapat pada Museum Pusaka Karo dibuat dengan polesan
warna, sehingga bisa dikatakan kualitasnya pasti tidak tahan lama.
Penempatan ornamen yang ada di Musium Pusaka Karo di Berastagi
kurang menarik karena ornamen terdapat tidak beraturan. Penempatan ornamen
yang diterapkan di setiap sisi juga berbeda, ukuran dan bentuk ada yang tidak
sesuai dan ornamen terdapat distorsi bentuk yang terdapat pada bentuk ornamen.
Pada dasarnya Karo mengenal lima warna yaitu merah, putih, hitam, biru
dan kuning. Ornamen yang diterapkan di Museum Pusaka Karo kurang sesuai
dengan ciri khas suku Karo karena warna yang diterapkan hanya 3 warna yaitu
putih, hitam dan merah. Warna yang digunakan pada ornamen di Museum Pusaka
4
berbeda-beda setiap warna ornamen sehingga terlihat jelas perbedaan warna
ornamen tersebut.
Secara sekilas penulis melihat adanya kesan yang dirasakan kurang
menarik dalam penempatan ornamen, pewarnaan, bentuk dan teknik pembuatan
ornamen pada Museum Pusaka Karo ini maka penulis berkeinginan untuk
menindak lanjuti pengenalan budaya dalam masyarakat.
Maka itu penulis adalah sebagian dari masyarakat Karo atau pewaris
budaya Karo berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang ornamen yang ada
di Museum Pusaka Karo tersebut. Penulis mencoba menganalisis “Analisis Penerapan Ornamen Tradisional Karo Pada Museum Pusaka Karo di Berastagi Menurut Bentuk, Warna, Teknik dan Penempatan” untuk mengetahui perubahan bentuk,pergeseran teknik,warna serta penempatan pada
Museum Pusaka Karo di Berastagi.
B. Identifikasi Masalah
Untuk memperjelas masalah yang ingin diteliti serta sebagai pedoman
penulis dalam melakukan penelitian dengan latar belakang masalah, maka
identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan bentuk ornamen pada Museum Pusaka Karo di
Berastagi
2. Penggunaan warna ornamen yang diterapkan di Museum Pusaka
5
3. Teknik pembuatan ornamen pada Museum Pusaka Karo ada yang sangat bervariasi
4. Penempatan ornamen Karo pada Museum Pusaka Karo tidak
beraturan
5. Ukuran dan bentuk ornamen tidak sesuai atau mengalami distorsi bentuk
6. Jenis-jenis ornamen yang digunakan dalam Museum Pusaka Karo
di Berastagi
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penerapan bentuk ornamen pada Museum Pusaka Karo di
Berastagi
2. Penggunaan warna ornamen yang diterapkan di Museum Pusaka
Karo kurang menarik atau tidak bervariasi
3. Teknik pembuatan ornamen pada Museum Pusaka Karo ada yang
sangat bervariasi
4. Penempatan ornamen Karo pada Museum Pusaka Karo tidak
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana penerapan bentuk ornamen pada Museum Pusaka
Karo di Berastagi?
2. Bagaimana penggunaan warna ornamen yang diterapkan di
Museum Pusaka Karo di Berastagi?
3. Bagaimana teknik pembuatan ornamen pada Museum Pusaka Karo
di Berastagi?
4. Bagaimana penempatan ornamen Karo pada Museum Pusaka Karo
di Berastagi?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan bentuk ornamen yang terdapat di
Museum Pusaka Karo di Berastagi
2. Untuk mengetahui penggunaan warna ornamen yang diterapkan
dalam Museum Pusaka Karo di Berastagi
3. Untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam Museum
Pusaka Karo di Berastagi
4. Untuk mengetahui penempatan ornamen pada Museum Pusaka
7
F. Manfaat penelitian
Ada pun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih mengenal dan lebih memahami bagaimana warna,
teknik, penempatan serta bentuk ornamen yang sebenarnya
2. Sebagai bahan refrensi bagi Museum Pusaka Karo di berastagi
3. Untuk melestarikan kebudayaan Karo yang sudah hampir punah
4. Bagi perupa, diharapkan adanya penelitian ini perupa lebih
mengerti bagaimana membuat atau menejermahkan suatu ide,atau
gagasan ke dalam suatu karya.
5. Sebagai refrensi dan masukan bagi civitas Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan serta sumbangan pemikiran bagi
dunia pendidikan.
6. Bagi masyarakat sebagai sumbangan pemikiran untuk memahami
warna, teknik,penempatan, dan makna ornamen yang ada di
126
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ornamen yang terdapat pada Museum Pusaka Karo di Berastagi
memiliki 28 jenis motif ornamen.
1. Jenis ornamen tradisional Karo yang diterapkan pada Museum Pusaka Karo hanya terdapat 28 jenis ornamen diantara 7 motif, 11
motif tumbuh-tumbuhan 9 motif geometris dan 1 motif kosmos.
2. Terdapat perubahan Bentuk ornamen tradisional Karo terdapat pada ornamen jenis motif geometris, motif tumbuh-tumbuhan, dan
motif hewan. Bentuk ornamen ini disesuaikan dengan ukuran tiang
atau dinding sehingga ukuran setiap ornamen berbeda-beda.
3. Teknik yang digunakan dalam pembuatan ornamen pada Museum
Pusaka Karo di Berastagi yaitu dengan teknik ukir, dan poles.
semen dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan ornamen dengan
alasan semen akan lebih tahan lama walaupun dalam tahap
pengerjaaanya lebih sulit dibanding dengan kayu.
4. Penerapan warna yang terdapat pada gedung Museum Pusaka Karo
di Berastagi menerapkan 3 warna yang merupakan ciri khas warna
Karo yaitu warna merah, putih dan hitam. Beberapa ornamen
terdapat hanya 2 warna yaitu merah dan putih atau, putih dan
127
5. Penempatan ornamen pada Museum Pusaka Karo disusun dan ditempatkan sesuai dengan ukuran atau struktur tiang dan dinding.
Penempatan ornamen ini juga bisa dikatakan secara simetris
dimana setiap tiang atau dinding dibuat ornamen yang seimbang
walau jenis motif nya berbeda-beda.
B. Saran
1. Kepada Lembaga Pemerintahan Karo khususnya dalam Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan agar dapat melestarikan atau ikut
menjaga keberadaan Museum Pusaka Karo dan ornamen
tradisional Karo agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya tidak
hilang dan melaksanakan pembangunan daerah yang mengadopsi
nilai-nilai tradisi sebagai kekayaan budaya daerah.
2. Kepada masyarakat Karo pada umumnya agar memiliki sikap
kepedulian serta apresiasi yang tinggi terhadap Budaya dan dapat
melestarikannya dalam berbagai aktifitas kehidupan.
3. Kepada generasi muda agar ikut serta mengambil bagian dalam
pelestarian peninggalan budaya Karo dan pengembanganya.
4. Kepada Seniman/ Pengukir sebaiknya mengukir ornamen dengan
tidak mengubah bentuk aslinya begitu juga dengan
penempatannya jangan asal menempatkan ornamen Karo karena
129
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah,Daniel.2010. Kombinasi Bentuk Ragam Hias Tradisional Karo Dalam Penciptaan Motif Dasar Ragam Hias Karo Baru. Ringkasan Skripsi. Medan : Universitas Negeri Medan.
Bangun,Teridah.1986. Manusia Batak Karo. Jakarta : Inti Idayu Press.
Budiwiwarmamulja, Dwi. 2012. Penciptaan Ragam Hias Baru Berdasarkan Motif-Motif Tradisional Sumatra Utara. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, vol 9 No. (2) hal 77-85.
Erdansyah, Fuad. 2013. Gerga Rumah Adat Batak Karo Syombol dan Pemaknaannya. Medan : Unimed Press.
Erdansyah,Fuad. 2008. Fungsi Dan Makna Gerga (Hiasan) Pada Rumah Adat Karo Di Tanah Karo Sumatra Utara. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, vol 5 no (1 )hal 1-9.
Ginting,Sada Kata. 2010. Makna Ornamen Tradisional Pada Griten Di Desa Rumah Kabanjahe Kabupaten Karo. Ringkasan Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
Ginting,Samaria, 1994. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Adat Batak Karo. Medan: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatra Utara.
Lubis,Effi Aswita.2012. Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Perdana Mulya Sarana.
M.Sitorus dan W.Tri Admojo. 2012. Analisis Penerapan Ornamen Pakpak Dairi pada Gedung Perkantoran di Sidikalang Ditinjau dari Bentuk, Warna dan Makna Simbolik. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, vol 09 No.2 hal 41-54.
Minaria.2012. Identifikasi Ornamen Tradisional Karo Pada Benda-Benda Pakai. Ringkasan Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
N.Sihombing dan B.Silaban.2012. Analisis Penerapan Ornamen Pakpak Dairi Pada Gedung Perkantoran di Sidikalang Ditinjau Dari Bentuk, Warna, dan Makna Simbolik. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, vol 09 No.2 hal 55-64.
130
Prinst,Darwan,2010. Kamus Karo Indonesia.. Medan: Bina Media Printis.
Sebayang,Afandi.2014. Analisis Penerapan Ornamen Dan Struktur Gapura Di Daerah Perbatasan Kabupaten Karo Dengan Kabupaten Sekitarnya. Ringkasan Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
Sembiring,Dermawan. 2014. Ragam Hias Dan Artefak Etnik Karo Dan Simalungun Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Aneka Model Lukisan Cendramata Reproduktif. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, vol 10 no (2) hal 31-41.
Sirait,Baginda.1980. Desain Ornamen Tradisional Di Sumatra Utara. IKIP: Medan
Sinulingga,Desnari. 2010. Analisis Perkembangan Ornament Ayo-Ayo Rumah Adat Karo Pada Bangunan Berasitektur Modern Di Kabupaten Karo. Ringkasan Skripsi. Medan: Universitas negeri medan
Sitepu,A.G.1980. Ragam Hias Ornamen Tradisional Karo Seri A. Kabanjahe: Departemen kabupaten Karo
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta.