FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN USIA MUDA
DI DESA KUALA LAMA KECAMATAN PANTAI CERMIN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
MARIPAULI PASARIBU
NIM. 109171020
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
vi
2. Sampel...32
C. Operasional Variabel Penelitian ...33
1. Variabel Penelitian ...33
2. Defenisi Operasional ...33
D. Teknik Pengumpulan Data ...34
E. Teknik Analisa Data ...36
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ...38
1. Lokasi Penelitian ...38
2. Waktu Penelitian ...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...39
A. Hasil Penelitian ...39
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...41
C. Pembahasan ...82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...85
A. Kesimpulan ...85
B. Saran ...86
DAFTAR PUSTAKA ...88
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 31
Tabel 2 Kategori Tentang Penilaian Responden ... 32
Tabel 3 Waktu Penelitian ... 33
Tabel 4 Jenis Kelamin Responden ... 35
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Responden ... 36
Tabel 6 Alasan Tidak Melanjutkan Pendidikan ... 37
Tabel 7 Manfaat Pendidikan Terhadap Keputusan Untuk Menikah Muda 38 Tabel 8 Pengaruh Pendidikan ... 39
Tabel 9 Dampak Kecelakaan Dalam Berpacaran ... 40
Tabel 10 Pendapat Responden Terhadap Pergaulan Bebas ... 41
Tabel 11 Adanya Rasa Takut Dalam Diri Remaja ... 42
Tabel 12 Rasa Ketertarikan Pada Fisik ... 43
Tabel 13 Mengalami Kekecewaan Dikarenakan Perkawinan Muda ... 44
Tabel 14 Jenis Pekerjaan Responden ... 45
Tabel 15 Usia Responden ... 46
Tabel 16 Usia Responden Melangsungkan Perkawinan ... 47
Tabel 17 Usia Perkawinan Responden ... 48
Tabel 18 Jumlah Anak Responden ... 49
Tabel 19 Rata-Rata Faktor Internal (Faktor Dari Dalam) ... 50
Tabel 20 Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden ... 52
Tabel 21 Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Responden Terhadap Perkawinan Usia Muda ... 53
Tabel 22 Tanggapan Orang Tua Tentang Rencana Perkawinan Usia Muda Responden ... 54
Tabel 23 Akibat Anak Lama Menikah... 55
viii
Tabel 25 Pengaruh Faktor Adat-Istiadat atau Kebiasaan ... 57
Tabel 26 Pengaruh Bila Anak Dijodohkan ... 58
Tabel 27 Pengaruh Ikatan Jodoh ... 59
Tabel 28 Pendapatan Per Hari... 60
Tabel 29 Pengaruh Pendapatan Orang Tua ... 61
Tabel 30 Harapan Status Sosial Ekonomi Keluarga Bila Anak Cepat Menikah ... 63
Tabel 31 Keinginan Orang Tua Setelah Anak Menikah ... 64
Tabel 32 Rata-Rata Faktor Eksternal (Faktor Dari Luar) ... 65
ix
DAFTAR GAMBAR
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan-kebutuhan seperti makhluk
hidup lainnya, baik kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai
makhluk maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kebutuhan manusia tidak terbilang banyak,
karena itu pada umumnya kebutuhan tersebut diklasifikasikan untuk dapat lebih mudah
melihat secara menyeluruh dan umumnya dilakukan berdasarkan pada hakekat manusia,
dimana manusia memiliki tingkat kebutuhan mulai dari kebutuhan yang tertinggi sampai
pada kebutuhan yang terendah.
Menurut Gerungan (dalam Walgito,2000:16),”Ada tiga macam kelompok kebutuhan
manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.
Hal ini didasarkan atas pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk biologis, sosial dan
religi”.
Walgito (2000:17) mengatakan, kebutuhan-kebutuhan yang ada pada manusia itu dapat digolongkan menjadi:
1. Kebutuhan yang bersifat fisiologis, yaitu merupakan kebutuhan-kebutuhann yang berkaitan dengan kejasmanian, kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai makhluk hidup misalnya akan makan, minum, seksual, udara segar.
2. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat psikologi, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan segi psikologi, misalnya kebutuhan akan rasa aman, rasa pasti, kasih sayang, harga diri, aktualisasi diri.
3. Kebutuhann-kebutuhan yang bersifat sosial, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan interaksi sosial, kebutuhan akan berhubungan dengan orang lain, misalnya kebutuhan berteman, kebutuhan bersaing.
4. Kebutuhan yang bersifat religi, yaitu kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan kekuatan yang ada di luar diri manusia, kebutuhan untuk berhubungan dengan Sang Pencipta.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa manusia memiliki beragam kebutuhan
2
selalu hidup bersama dengan manusia lain. Kehidupan antara sesama manusia akan
berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, yang menimbulkan akan adanya
interaksi dan di dalam interaksi saling mengenal satu sama lain. Hubungan dan interaksi
sesama akhirnya melahirkan rasa simpatik dan tertarik pada lawan jenisnya. Rasa simpatik
inilah yang mengantar manusia ke jenjang perkawinan. Hal ini merupakan perwujudan
sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang bersifat fisiologis maupun
sosiologis.
Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga/rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan
di dunia berkembang dan semakin banyak. Oleh karena itu manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan yang paling mulia dan paling istimewa dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain, maka
perkawinan merupakan salah satu budaya yang mempunyai aturan dan mengikuti
perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat.
Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada masyarakat atau pada suatu
bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada
serta pergaulannya dalam suatu masyarakat. Ia dipengaruhi oleh pengetahuan, kepercayaan,
dan agama yang dianut masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Undang-Undang Perkawinan yang dikenal dengan Undang-Undang No. 1 pasal 1 tahun 1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri denga tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam perkawinan ada ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang
3
dengan peraturan-peraturan yang ada, yang mengikat dirinya yaitu suami dan istri maupun
bagi orang lain, yaitu masyarakat luas. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak nampak secara
langsung, merupakan ikatan psikologis dimana antara suami dan istri ada rasa saling
mencinta satu dengan yang lain, tidak adanya paksaan dalam perkawinan. Dalam
melaksanakan perkawinan ini banyak terjadi fenomena dalam masyarakat sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan. Salah satunya adalah fenomena perkawinan usia muda (pernikahan
dini).
Akhir-akhir ini banyak orang yang melakukan perkawinan usia muda dan masyarakat
memberikan pandangan yang berbeda-beda mengenai perkawinan usia muda tersebut.
Sebenarnya fenomena perkawinan usia muda bukan lah hal yang baru bagi kita. Pada
masyarakat tertentu, ada pendapat jika anak perempuan mereka telah dipinang, maka harus
segera dinikahkan daripada menjadi perawan tua yang membebani mental keluarga dan orang
tua.
Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang terjadi pada saat usia pasangan
dibawah patokan UU Perkawinan tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa usia
pasangan untuk wanita mencapai usia 16 tahun, dan laki-laki mencapai usia 19 tahun.
Keadaan tersebut terkadang tidak dibarengi dengan kematangan berpikir dan emosi, pasangan
perkawinan usia muda rata-rata belum dewasa. Bahkan mereka sebenarnya secara sadar
ataupun tidak sadar telah melanggar UU perkawinan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Padahal menurut WHO dan Departemen Kesehatan (dalam Ali, 2006:10) “Remaja adalah
kelompok pembentuk yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah”. Berbeda halnya dengan
UNFPA (dalam Syaifuddin, 2006:11)” Remaja adalah penduduk yang berusia 10-24 tahun
dan belum menikah”. Menurut Tim Pengajar (2007:15) “Remaja merupakan masa perubahan
dari masa kanak-kanak menjadi dewasa yang umurnya berkisar 11-12 tahun samapai 18-20
4
proses menuju kepada kematangan physic dan psikis”. Dalam undang-undang nomor 23
tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak menyatakan secara tegas, “anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan”. Dan pada pasal 26 ayat 1 point c disebutkan, keluarga dan orang tua
berkewajiban untuk mencegah perkawinan di usia anak-anak. Menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Bab IV Pasal 29 menyatakan “bahwa seorang jejaka yang belum
mencapai umur genap lima belas tahun, tak diperbolehkan mengikat dirinya dalam
perkawinan”. Secara jelas undang-undang ini mengatakan, tidak seharusnya pernikahan
dilakukan terhadap mereka yang usianya masih dibawah 18 tahun.
Dari pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa batasan usia yang diperbolehkan
untuk menikah berada pada batasan remaja, lebih menitikberatkan pada pertimbangan segi
kesehatan atau segi fisiologisnya, daripada mempertimbangkan baik segi psikologis, maupun
sosialnya dalam membentuk rumah tangga. Dilihat dari segi psikologis perkembangan, makin
bertambah umur seseorang diharapkan akan lebih matang lagi psikologisnya. Anak akan
mempunyai keadaan psikologis yang berbeda dengan remaja, demikian pula remaja akan
memiliki psikologis yang berbeda dengan orang dewasa. Dari segi psikologis sebenarnya
pada anak wanita umur 16 tahun dan pria umur 19 tahun belum dewasa. Tetapi dikatakan
dewasa secara psikologis berada pada usia 21 tahun.
Perkawinan yang masih muda akan banyak mengundang masalah yang tidak
diharapkan , karena psikologisnya belum matang. Tidak jarang pasangan tersebut mengalami
keruntuhandalam rumah tangganya. Menurut Gebbie dalam Lasier (2005:236), “separuh dari
kehamilan remaja di bawah usia 16 tahun dan sepertiga dari kehamilan remaja berusia 16-19
tahun berakhir dengan terminasi kehamilan”.
5
perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan banyaknya perceraian yang diakibatkan karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami-istri.
Dalam perkawinan usia muda sering kita temukan persoalan dalam rumah tangga,
seperti pertengkaran, percecokan, atau bentrokan antara suami-istri. Emosi yang belum stabil,
memungkinkan banyak pertengkaran dalam berumah tangga. Didalam rumah tangga
pertengkaran atau bentrokan itu hal yang biasa, namun apabila berkelanjutan akan membawa
suatu masalah besar bagi keluarga khususnya dalam keputusan untuk mempertahankan
keutuhan keluarganya. Selain itu, perkawinan usia muda juga dapat menyebabkan angka
kematian ibu melahirkan meningkat dan angka kelahiran anak meningkat.
Dilihat dari segi sosial khususnya sosial ekonomi, kematangan juga berkaitan erat
dengan umur seseorang. Makin bertambah umur seseorang kemungkinan kematangan dalam
bidang sosial-ekonomi akan semakin nyata dan akan semakin kuatlah dorongan untuk
mencari nafkah. Anak yang masih muda misalnya umur 19 tahun pada umurnya belum
mempunyai sumber penghasilan atau penghidupan sendiri, walaupun ada secara umum
mereka juga masih susah dalam penelolaan keuangannya. Jika pada umur yang demikian
muda telah melangsungkan perkawinan, maka ada kemungkinan terjadi kesulitan yang
berkaitan dengan sosial ekonomi yang dapat membawa akibat yang cukup rumit.
Pernikahan usia muda hingga sekarang ini masih banyak dijumpai dalam masyarakat,
terutama pada masyarakat pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari data kecamatan Pantai Cermin,
Desa Kuala Lama . bahwa jumlah penduduk di Desa Kuala Lama sebanyak 1632 jiwa,
dengan 326 KK (Sumber Data Kantor Kepala Desa). Mereka banyak yang melangsungkan
perkawinan pada usia 13-18 tahun. Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai merupakan wilayah yang terletak pada dataran rendah daerah pesisir pantai.
Desa Kuala Lama terdiri dari 12 dusun. Mata pencaharian di Desa Kuala Lama pada
6
daerah di Indonesia berdasarkan laporan pencapaian Millenium Development Goal’s
(MDG’s) Indonesia 2007 yang diterbitkan oleh Bapenas (Badan Pengawasan Nasional)
menyebutkan, bahwa Penelitian Monitoring Pendidikan oleh Education Network for Justice
pada enam desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Bedagai (Sumatera Utara) menemukan
28,10% remaja menikah pada usia dibawah 18 tahun. Hal ini yang sering terjadi di daerah ini
adalah adanya pertikaian dalam keluarga dan tak lama mereka akan cepat mengambil
keputusan dengan memilih untuk bercerai. Masyarakat 50% berpendidikan SMP ke bawah.
Beberapa dari mereka harus bekerja untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga
walaupun bila ditinjau dari segi usia mereka seharusnya tidak diberikan tanggung jawab
untuk bekerja karena mereka masih berada pada usia sekolah.
Perkawinan pada usia muda sangat menarik untuk dikaji karena pada usia muda masih
banyak hal yang belum tentu mereka pahami mengenai pola kehidupan berumah tangga yang
bahagia. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami tujuan dari perkawinan yang
ada pada UU Perkawinan di Indonesia khususnya UU No. 1 pasal 1 tahun 1974 yaitu untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
masih banyak ditemukan praktek perkawinan di usia muda pada beberapa pasangan usia
muda.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang
“Faktor-Faktor Penyebab Perkawinan Usia Muda Di Desa Kuala Lama Kecamatan
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi masalah penelitian
7
1. Masih banyak praktek perkawinan usia muda yang terjadi di Desa Kuala Lama
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Masih banyak orang tua dan masyarakat dapat menerima adanya praktek perkawinan
usia muda di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten serdang
Bedagai.
3. Masih banyak peluang-peluang yang menimbulkan faktor-faktor yang dapat
mendorong tetap terjadinya perkawinan usia muda di Desa Kuala Lama Kecamatan
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
C. Batasan Masalah
Dalam batasan masalah ini, penelitian dilakukan hanya untuk mencari “Faktor-Faktor
Penyebab Perkawinan Usia Muda di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan perkawinan usia
muda di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah:
Untuk mendapatkan berbagai Faktor-faktor Penyebab Perkawinan Usia Muda Di Desa
Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai, dilihat dari aspek
8
F. Manfaat Penelitian
Setelah tujuan penelitian ini tercapai diharapkan :
a. Bagi Tempat Penelitian (Kepala Desa)
Sebagai data tentang faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menilai aktifitas atau usaha pencegah
terhadap perkawinan usia muda serta mensukseskan program KB agar dapat menurunkan
angka perkawinan usia muda di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain khususnya dan bagi UNIMED pada
umumnya dalam menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman untuk membuat
79 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan data pengolahan data, maka
penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa faktor-faktor penyebab perkawinan usia muda pada masyarakat
di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam) diri
remaja dan faktor eksternal (dari luar) diri remaja.
2. Faktor internal (dari dalam) diri remaja mendapat nilai rata-rata 2,97.
Hal ini berarti bahwa faktor internal (dari dalam) diri remaja yang
meliputi faktor pendidikan remaja dan keinginan diri remaja ternyata
memberikan pengaruh yang dapat dikategorikan tinggi atau besar sebagai
faktor-faktor penyebab perkawinan usia muda pada masyarakat Desa
Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Faktor eksternal (dari luar) diri remaja mendapat nilai rata-rata 3,15,
hal ini berarti bahwa faktor eksternal (dari luar) diri remaja yang meliputi
faktor prndidikan orang tua, faktor adat-istiadat atau kebiasaan dan faktor
80
dikategorikan tinggi atau besar sebagai faktor-faktor penyebab
perkawinan usia muda pada masyartakat Desa Kuala Lama Kecamatan
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
B. SARAN
1. Agar perkawinan usia muda tidak terjadi dikalangan remaja perlu
upaya untuk menanggulanginya, bagi para remaja khususnya sangat
dibutuhkan pendidikan agama baik di dalam keluarga maupun di
masyarakat sehingga remaja diberi kesibukan yang positif dalam
memanfaatkan waktu luang, banyak cara yang dapat dilakukan untuk
merangsang kreatifitas remaja seperti dibentuknya organisasi-organisasi
pemuda dan keterampilan-keterampilan yang mendorong remaja untuk
berkreasi sehingga remaja dapat membantu menambah pendapatan
keluarga.
2. Orang tua hendaknya dapat memberi bimbingan, pengarahan dan
pendidikan khususnya pendidikan seks kepada remaja, kondisi pacaran
dan persiapan perkawinan, dimana orang tua merupakan informan yang
81
3. Pengarahan dan pendidikan diberikan secara kontiniu, dengan upaya
itu diharapkan menghasilkan anak-anak yang memiliki pribadi yang baik
dan penuh pertimbangan khususnya dalam memutuskan untuk menikah
muda.
4. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan kondisi pendidikan
khususnya penyediaan fasilitas pendidikan/sekolah seperti SLTP
sehingga dapat terlaksana wajib belajar 9 tahun, sehingga para remaja
dapat melanjutkan sekolahnya.
5. Penulis mempersilahkan bagi pembaca yang ingin mendalami
permasalahan sejenis atau permasalahan yang sama ditinjau dari segi lain
seperti: agama, suku, teknologi dan lain sebagainya. Penulis ini dapat
dijadikan sebagai masukan awal untuk memperluas pembahasannya
terutama dalam usaha pemecahan masalah-masalah sosial dalam usaha
penerapan ilmu kita sebagai pekerja sosial maupun dalam membentuk
82
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara
Amrillah, A.A., Hertinjung, W.S., Prasetyaningrum. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan
Seksualitas Dan Kualitas Komunikasi Orangtua-Anak Dengan Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Biro Pusat Statistik. 1986. Pola Umur Perkawinan. Jakarta
Daradjat, Zakiah. 1974. Problema Remaja Di Indonesia. Jakarta : Sumber Bahagia
Dario. 2004. Bimbingan Konseling Pernikahan. Jakarta : Sinar Grafika
Fauzil Adhim, Mohammad. 2004. Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta : Gema Insani
Gintings, E. P.,2008. Konseling Pranikah. Bandung : Jurnal Info Media
Lubis, Suryaningsih. 2009. Seminar Kesehatan Reproduksi Remaja.
Manan, Abdul. 2000. Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Mohammad, M. Dhori. 2005. Jeritan Nikah Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta : Media Abadi
Sudarsono. 2001. Asas-asa Perkawinan dan Undang-undang Perkawinan. Jakarta : Arkola
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Walgito, Bimo. 2000. Bimbingan Dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Andi Offset