• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PTK PENERAPAN E MODULE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMAHAMI FUNGSI DAN PROSES KERJA BERBAGAI PERALATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROPOSAL PTK PENERAPAN E MODULE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMAHAMI FUNGSI DAN PROSES KERJA BERBAGAI PERALATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN K"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN E-MODULE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMAHAMI FUNGSI DAN PROSES

KERJA BERBAGAI PERALATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 JOMBANG

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:

KARTIKADYOTA KUSUMANINGTYAS (108533411095)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

(2)

JUDUL

PENERAPAN E-MODULE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMAHAMI FUNGSI DAN PROSES KERJA BERBAGAI PERALATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran yang efektif menekankan pentingnya belajar sebagai suatu proses personal, dan menuntut strategi-strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasikan berbagai konteks, perangkat isi yang harus diajarkan oleh pembelajar dengan berbagai latar belakang, kebutuhan dan permasalahan. Salah satu alternatif dalam memperlancar proses pembelajaran seperti itu adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berbasis komputer dalam bentuk electronic modul atau yang sering dikenal dengan e-module. E-module dipandang sebagai media pembelajaran yang praktis, efisien, memberikan kemudahan belajar bagi siswa dan dapat mengatasi kebosanan siswa dalam tatap muka di kelas yang terkesan monoton dan kurang menarik.

Hasil belajar kelas X di SMA Negeri 2 Jombang masih rendah. Rata-rata hasil ulangan harian pada standar kompetensi sebelumnya 60-70 dan rata-rata nilai praktik 65-70. Nilai ulangan yang diberikan berupa ulangan dengan soal pilihan ganda. Nilai praktik ini dilakukan setiap kali selesai membahas satu standar kompetensi. Keberhasilan pengajaran di kelas hanya mencapai 40%. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar ini dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa. Siswa merasa jenuh dan kurang tertarik dengan model pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 2 Jombang yang masih menggunakan model

pembelajaran konvensional yaitu kegiatan pembelajaran dilakukan secara umum dimana siswa hanya mendengarkan, memperhatikan guru menjelaskan materi, dan hanya melakukan praktik yang ada pada buku.

(3)

berbasis multimedia interaktif dimana terdapat teks, gambar, animasi, dan video yang dapat menarik minat belajar siswa.

Dengan adanya latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan E-Module sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Kompetensi Memahami Fungsi dan Proses Kerja Berbagai Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Jombang”.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanan penerapan e-module sebagai media pembelajaran pada standar kompetensi memahami fungsi kerja dan proses berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Jombang?

C. TUJUAN

Untuk meningkatkan kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Jombang dengan penerapan e-module sebagai media pembelajaran.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, sebagai masukan dalam pemanfaatan e-module sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Bagi siswa, dapat menarik minat belajar dan menambah motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Secara lebih luas diharapkan penelitian ini nantinya dapat menjadi dasar untuk meneliti lebih lanjut permasalahan sejenis.

E. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4 semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 siswa.

2. Objek penelitian ini bertempat di SMA Negeri 2 Jombang.

(4)

4. Hasil penelitian ini hanya terbatas untuk mengetahui hasil dari penerapan e-module sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi.

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Media pembelajaran adalah bahan atau alat yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan materi pelajaran maupun pesan yang terdapat pada materi tersebut pada peserta didik agar lebih mudah dipahami.

2. E-module merupakan singkatan dari electronic module, yaitu paket

pembelajaran elektronik yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, yang dikemas lebih menarik dan interaktif dengan menggunakan program-program komputer tertentu sehingga dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran maupun belajar secara mandiri oleh siswa dan memungkinkan siswa belajar dengan kondusif.

(5)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN BELAJAR

Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar mempunyai peranan penting. Pembelajaran dikatakan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar dari peserta didik. Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Beberapa pakar pendidikan mengungkapkan pendapat mengenai pengertian belajar, antara lain Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) mengemukakan pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Sedangkan menurut Ernest R. Hilgard dalam bukunya Theories of Learning (1998), mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman yang diulang-ulang yang bukan merupakan perkembangan respon pembawaan, bukan karena proses kematangan atau keadaan yang bersifat sementara.

Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam rangka memperoleh pengetahuan baru yang mengakibatkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang bersangkutan.

B. MEDIA PEMBELAJARAN

Menurut Bovee dalam Ouda Teda Ena (2001: 2) “Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan”. Menurut Azhar Arsyad (2002:12) “Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar.

(6)

kebutuhan belajar siswa. Menurut Edgar Dale dalam Sigit Prasetyo (2007: 6) “Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama,

mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama”.

Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat disarankan, tetapi dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain tujuan pembelajaran, sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya, ketersediaan sarana, konteks penggunaan, dan mutu teknis. Penggunaan media yang tepat akan menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Sebaliknya, penggunaan media yang tidak tepat hanya akan menghamburkan biaya dan tenaga, terlebih bagi ketercapaian tujuan pembelajaran akan jauh dari diharapkan.

C. E-MODULE

E-module pada hakekatnya adalah bentuk media pembelajaran konvensional yang dituangkan dengan format digital dan disajikan melalui teknologi informasi. Secara etimologis, e-module terdiri dari 2 bagian (Soekartawi dalam Muttaqin, 2010), yaitu singkatan dari “e” atau “elektronik” yang berarti pengolahan data elektronik. Sedangkan modul adalah suatu paket pembelajaran berupa unit pembelajaran yang lengkap terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang telah dirumuskan secara spesifik dan jelas.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian E-module adalah suatu paket pembelajaran dengan sejumlah tujuan yang disusun secara khusus dengan sajian dalam bentuk perangkat alat elektronik. Proses pembelajaran dengan menggunakan e-module diyakini dapat menambah motivasi belajar siswa karena dikemas dengan tampilan yang lebih menarik dan disesuaikan dengan

karakteristik siswa sehingga hasil belajar siswa pun akan meningkat.

(7)

sesederhana mungkin sehingga pembelajar tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media dimana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan materi yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar, program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu”.

D. KERANGKA BERPIKIR

Dengan penerapan e-module sebagai media pembelajaran dapat

meningkatkan kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi di SMA Negeri 2 Jombang khususnya pada kelas X-4 SMA Negeri 2 Jombang. Pada pembelajaran TIK, siswa dinilai kurang tertarik dan bosan dengan pembelajaran di kelas yang terkesan konvensional dan monoton.

Standar kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi merupakan kompetensi yang menjelaskan mengenai fungsi dan proses kerja peralatan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan menggunakan e-module memungkinkan siswa dapat melakukan

pembelajaran dimana saja dan kapan saja. Siswa dapat belajar secara individual atau mandiri dan dapat memberikan kebebasan untuk menentukan sendiri kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya.

Oleh karena itu peneliti menawarkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan penerapan e-module sebagai media

pembelajaran yang dikemas berbasis multimedia interaktif dengan kombinasi teks, ilustrasi/gambar, suara, video, dan animasi. Penggunaan e-module berbasis

(8)

individual dan mandiri sesuai dengan kemampuannya. Dengan rasionalisasi e-module tersebut, maka peneliti berharap dengan penerapan e-e-module sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi pada mata pelajaran TIK, khususnya kompetensi memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 2 Jombang.

E. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Beberapa penelitian tentang pengembangan e-module yaitu Muttaqin (2010) merupakan pengembang e-module untuk penguasaan konsep pada Mata Kuliah Pengembangan Belajar Online/E-learning di jurusan TEP UM menyatakan bahwa e-module tersebut efektif dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Nurin (2010) mengembangkan e-module pada Mata Pelajaran Sains Kelas V Materi Daur Ulang dan Peristiwa Alam di MI Al-Azhaar Kecamatan Bandung Tulungagung dan Widya (2010) mengembangkan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Sains Kelas V Semester 2 di SDN Tisnonegaran 3 Probolinggo hasilnya menunjukkan bahwa media tersebut efektif digunakan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar, dan motivasi belajar siswa.

(9)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar, yaitu minat belajar siswa dalam melakukan

pembelajaran di kelas yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Penelitian ini dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan topic yang dipilih. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah (Kemmis dan Taggart, 1998) berikut: (1) perencanaan, yaitu merumuskan masalah,

menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan, (2) tindakan, yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang dilakukan, (3) observasi, dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak tindakan terhadap proses belajar mengajar, dan (4) refleksi, yaitu mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan (Dasna, 2008:54).

B. SUBJEK PENELITIAN, TEMPAT PENELITIAN, DAN WAKTU PENELITIAN

Subjek penelitian yang diteliti adalah siswa kelas X-4 yang berjumlah 40 siswa SMA Negeri 2 Jombang yang beralamat di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo Nomor 1, Jombang.

C. PELAKSANAAN PENELITIAN

Secara operasional prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian diuraikan sebagai berikut.

Siklus Pertama

Kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama meliputi: 1. Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah:

(10)

b. Merencanakan pembelajaran dengan satu siswa difasilitasi satu komputer dimana terdapat e-module interaktif yang siap digunakan.

c. Menyusun lembar kegiatan siswa (LKS)

2. Pelaksanaan

a. Guru melakukan presensi terhadap kehadiran siswa b. Guru memfasilitasi satu siswa dengan satu komputer c. Guru membagi lembar kegiatan siswa (LKS)

d. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara menggunakan e-module sebagai media pembelajaran

e. Guru meminta siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan e-module yang sudah tersedia di komputer masing-masing

f. Guru berkeliling di dalam kelas dan mengontrol pembelajaran siswa dengan menggunakan e-module sebagai media pembelajaran

g. Guru meminta apabila ada suatu pertanyaan, bisa diajukan kepada guru, maka guru bisa melempar kepada siswa untuk dijawab, apabila tidak ada siswa bisa membantu menjawab, maka guru akan menjawab pertanyaan tersebut

h. Guru memberikan pengakuan dan penghargaan kepada masing-masing siswa yang berprestasi dengan melihat jumlah skor modul evaluasi dan ketuntasan belajar siswa.

3. Pengamatan

(11)

4. Refleksi

Analisis hasil observasi mengenai hasil belajar siswa, skor modul evaluasi dan kaitannya dengan ketuntasan siswa.

Hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan dipakai sebagai dasar untuk melakukan perancangan ulang pada siklus berikutnya.

a. Analisis beberapa kekurangan/kelemahan pembelajaran. Beberapa indikator keberhasilan pada siklus I disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Proses pada Siklus I

Aspek Pencapaian Siklus I Cara Mengukur

Perhatian siswa terhadap guru yang menerangkan

50% Pengamatan saat

pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan oleh peneliti, dilihat dari tingkat konsentrasi siswa terhadap penjelasan guru dan tidak ramai sendiri

Siswa yang mengajukan pertanyaan

30% Jumlah siswa yang bertanya dibagi jumlah keseluruhan siswa

Siswa yang menjawab pertanyaan

40% Jumlah siswa yang dapat menjawab pertanyaan dibagi jumlah keseluruhan siswa Ketepatan waktu siswa untuk menyelesaikan modul evaluasi dan memenuhi syarat ketuntasan minimal

30% Jumlah siswa yang menyelesaikan modul evaluasi tepat waktu dibagi jumlah keseluruhan siswa

Aktivitas siswa secara individual

50% Diamati ketika siswa melakukan pembelajaran menggunakan e-module

Siklus Kedua

(12)

yang lebih jelas dari sebelumnya seperti apa saja yang menjadi aspek penilaian dalam pembelajaran di kelas. Selain memberikan poin nilai, guru juga

memberikan penghargaan berupa pujian kepada siswa yang bertanya, menjawab, dan yang berhasil menyelesaikan modul evaluasi tepat waktu dan memnuhi syarat ketuntasan minimal. Dengan perbaikan yang dilakukan diharapkan beberapa indikator keberhasilan pada siklus kedua lebih baik dibandingkan siklus pertama, seperti yang disajikan dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Proses pada Siklus I Diharapkan Meningkat pada Siklus II

Aspek Pencapaian Siklus I Pencapaian Siklus II Perhatian siswa terhadap guru

yang menerangkan

50% 70%

Siswa yang mengajukan pertanyaan

30% 50%

Siswa yang menjawab pertanyaan

40% 70%

Ketepatan waktu siswa untuk menyelesaikan modul

evaluasi dan memenuhi syarat ketuntasan minimal

30% 50%

Aktivitas siswa secara individual

50% 70%

Siklus Ketiga

Pada siklus ketiga dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama dan kedua tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus kedua sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus kedua tidak terjadi di siklus ketiga. Beberapa alternatif untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa lebih diupayakan lagi, diantaranya memperbaiki

pelaksanaan teknis dari metode yang diberikan. Guru memberikan pujian dan motivasi kepada siswa yang mampu menyelesaikan modul evaluasi tepat waktu dan memenuhi syarat ketuntasan minimal dengan baik dan memberikan

(13)

keberhasilan pada siklus ketiga lebih baik dibandingkan siklus kedua, seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Indikator Keberhasilan Proses pada Siklus I dan Siklus II Diharapkan Meningkat pada Siklus III

Aspek Pencapaian Siklus I Pencapaian Siklus II Pencapaian Siklus III Perhatian siswa

terhadap guru yang menerangkan

50% 70% 90%

Siswa yang

mengajukan pertanyaan

30% 50% 80%

Siswa yang menjawab pertanyaan

40% 70% 80%

Ketepatan waktu siswa untuk menyelesaikan modul evaluasi dan memenuhi syarat ketuntasan minimal

30% 50% 80%

Aktivitas siswa secara individual

50% 70% 90%

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi dan dan lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar observasi digunakan untuk mengetahui ranah afektif siswa di kelas, modul evaluasi yang terdapat pada e-module dan LKS digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami konsep dan memenuhi ketuntasan minimal.

Lembar Observasi yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung ditunjukkan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Lembar Observasi

No. Kegiatan yang Diamati Jumlah Siswa

1. Memperhatikan saat guru menerangkan 2. a. Mengajukan pertanyaan

b. Menjawab pertanyaan

3. Ketepatan waktu siswa untuk menyelesaikan modul evaluasi dan memenuhi syarat

ketuntasan minimal

4. Aktivitas siswa secara individual

E. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

(14)

berlangsung. Teknik tes dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa. Tes yang dimaksud adalah soal-soal yang terdapat pada modul evaluasi e-module dan LKS.

Data hasil observasi, hasil modul evaluasi, maupun LKS dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar. Agar dapat mengetahui peningkatan kualitas belajar maka dilakukan cara membandingkan skor individu dengan lembar observasi sebelumnya.

F. JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan terhitung mulai awal perencanaan penelitian yaitu penyusunan desain operasional hingga pembuatan laporan akhir. Pelaksanaan penelitian terhitung mulai bulan Mei hingga November 2011, dengan alokasi waktu sebagai berikut:

Tabel 5. Jadwal Penelitian

No. KEGIATAN BULAN

Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov

1. Penyusunan desain operasional

2. Membuat perangkat pembelajaran

3. Pelaksanaan tindakan 4. Pengumpulan data 5. Analisis data 6. Pembuatan draft

laporan 7. Seminar

(15)

DAFTAR RUJUKAN

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.

Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Dasna, I Wayan. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Classroom Action Research). Malang: Naskah disiapkan untuk materi acuan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang.

Ena, Ouda Teda. 2001. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta: Indonesian Language and Culture Intensive Course Universitas Sanata Dharma.

Gordon H. Bower dan Ernest R.Hilgard. 1998. Theories of Learning, 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kemmis, S. dan Taggart, R. 1998. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University

Muttaqin. 2010. Pengembangan E-Module untuk Penguasaan Konsep pada Mata Kuliah Pengembangan Belajar Online/E-learning di jurusan TEP UM. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Nurin. 2010. Pengembangan E-Module pada Mata Pelajaran Sains Kelas V Materi Daur Ulang dan Peristiwa Alam di MI Al-Azhaar Kecamatan Bandung Tulungagung Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Prasetyo, Sigit. 2007. Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas. Semarang: UNNES.

Widya. 2010. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Sains Kelas V Semester 2 di SDN Tisnonegaran 3

Probolinggo. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Gambar

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Proses pada Siklus I
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Proses pada Siklus I Diharapkan Meningkatpada Siklus II
Tabel 4. Lembar Observasi
Tabel 5. Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai tenaga kesehatan masyarakat onal, tentunya tenaga kesehatan masyarakat ditutut tidak hanya sekedar menyusun rencana Pelaksanaan Pembangunan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dari pemeriksaan logam berat pada susu kental manis kemasan kaleng yang meliputi penentuan kadar

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Berbantuan Multimedia

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif-empiris atau yuridis-sosiologis. Adapun sumber data penelitian ini bersumber dari bahan hukum

Dari hasil penelitian pengerjaan canai hangat pada suhu 300°C metode bolak-balik dapat disimpulkan bahwa proses canai hangat pada suhu 300°C menunjukkan semakin besar

Often called the father of science fiction, British author Herbert George (H. G.) Wells literary works are notable for being some of the first titles of the science fiction genre,

(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya, serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005). Kabupaten Bogor memiliki sentra-sentra

Meskipun penelitian sebelumnya oleh Ni Ketut Leli Aryani (2003) memproksikan Net Profit Margin sebagai indikator aspek manajemen, namun kemungkinan besar akan