• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA

GURU TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia DIni

Oleh

Vimala Devi Pavapathi 0805376

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK” ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Januari 2014, Yang Membuat Pernyataan,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

VIMALA DEVI PAVAPATHI 0805376

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN

KINERJA GURU TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung.)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING, Dosen Pembimbing Skripsi 1,

Rudiyanto. S. Pd., M. Si. NIP: 19740617 199903 1 003

Dosen Pembimbing Skripsi 2,

Rita Mariyana M. Pd. NIP: 19780308 200112 2 001

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

(4)

(Penelitian Korelasi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung)

Vimala Devi Pavapathi Rudiyanto* Rita Mariyana*

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

vimdp@yahoo.com

Abstrak

Mengacu pada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, penelitian ini menggali potensi kolaborasi aktif kedua pihak baik kepala sekolah maupun guru di Taman Kanak-kanak (TK). Analisis dalam penelitian ini mengungkapkan tiga demensi kepemimpinan kepala sekolah TK yaitu sebagai leader, supervisor dan manajer dalam membimbing para guru di TK menuju pencapaian performa kerja yang optimal, alhasil dapat memenuhi tujuan pendidikan di TK. Sampel penelitian terdiri dari 133 respon dari 31 TK di Kecamatan Sukasari, Bandung. Penelitian ini berhasil memperoleh lebih dari 60% populasi TK di Kecamatan Sukasari, Bandung untuk berpartisipasi sebagai responden, penelitian menemukan hasil sangat obyektif. Dengan menggunakan metode Random Sampling hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan. Hasil temuan membuktikan bahwa jika tingkat kepemimpinan kepala sekolah tinggi maka hal tersebut dapat menyemangati serta menghasil kinerja guru yang tinggi. Dan sebaliknya jika tingkat kepemimpinan kepala sekolah hanya biasa-biasa atau rendah, maka sedikit sekali ditemukan guru yang termotivasi untuk memberi yang terbaik bagi dalam pekerjaannya walaupun itu sudah tuntutan profesi guru. Maka tidak dapat dipungkuri bahwa seorang kepala sekolah TK merupakan jangkar yang kokoh dalam mempengaruhi para bawahannya serta menjadi motivator guru, baik dalam hal relasi sumber daya manusia, dukungan tekhnik, maupun sebagai konseptor dalam mencapai tujuan pendidikan di TK. Walaupun kepemipinan kepala sekolah bukanlah satu-satunya elemen yang menpengaruhi kinerja guru tapi hasil dari pengaruh kepemimpinan kepala sekolah sangat substansial.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah TK, Kinerja Guru TK, Kinerja TK Bandung, Anak Usia Dini

* Penanggung jawab 1 dan penanggung jawab 2

RELATIONSHIP BETWEEN PRINCIPAL’S LEADERSHIP WITH

(5)

Vimala Devi Pavapathi, Rudiyanto, Rita Mariyana

Early Childhood Teacher Education Program Department of Pedagogy

Indonesia University of Education

vimdp@yahoo.com

Abstract

Focusing on the relationship between principal’s leadership with kindergarten teachers’ work performance, this study examines the potential of active collaboration between the principal and teachers of kindergarten. The analysis is grounded on the three dimension of a kindergarten principal which is as a leader, supervisor and as a manager to guide the kindergarten teachers in reaching the optimal work performance, thus fulfilling the kindergarten’s educational goals. The sample comprises 31 kindergartens in the Sukasari District, Bandung – with a total of 133 respondents. This study was successful in obtaining more than 60% of the kindergarten population in the Sukasari District to participate as respondents, thus enable the study to find very objective information. By using the Random Sampling method, the study presents significant correlations. The findings proves that when the level of principal leadership is high therefore it is able to motivate plus successfully heightens teachers’ work performance. And also vice versa if principal’s leadership is at a low or mediocre level, thus resulting in unmotivated teachers and low level work performances even though they know very well of their professional expectations. Consequently it is undeniable that a kindergarten principal is definitely an anchor and a great influencer to his or her subordinates also being a motivator to the teachers, whether in the matter of human relations, technical support, or even as the “conceptor” in guiding the staff to reach the educational goals of the kindergarten. Although principal’s leadership is not the only element that influences teachers’ work performance nevertheless its carries substantial weight.

Keywords: Kindergarten principal’s leadership, kindergarten teacher’s work

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GRAFIK... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 19

C. Tujuan Penelitian... 19

D. Manfaat Penelitian... 20

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 22

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah... 22

1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin... 24

2. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor... 29

3. Kepala Sekolah Sebagai Manajer... 31

B. Profesi Guru Dan Kinerja... 33

1. Profesi Guru... 33

2. Kompetensi Guru... 36

3. Pengertian Kinerja... 38

(7)

A. Tujuan Penelitian... 41

B. Hipotesis Penelitian... 41

C. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu Dan Tempat Penelitian 42 D. Metode Penelitian ... 42

E. Populasi Dan Sampling... 43

F. Instrumen Penelitian... 45

G. Uji Coba Instrumen... 47

1. Uji Validitas... 47

2. Proses Pengambilan Keputusan... 48

3. Teknik Analisis Data... 51

H. Definisi Operasional Variabel... 56

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK... 56

2. Kinerja Guru TK... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian... 62

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 62

2. Kinerja Guru TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 68

3. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru TK DI Kecamatan Sukasari, Bandung... 75

B. Pembahasan... 78

(8)

2. Dimensi Keahlian Teknik (Supervisor)... 80

3. Dimensi Keahlian Konseptual (Manager)... 81

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 84

A. Simpulan... 84

Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 84

1. Kinerja Guru TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung.... 86

2. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru TK DI Kecamatan Sukasari, Bandung... 88

B. Rekomendasi... 89

DAFTAR PUSTAKA... xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel.

3.1 Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 44 3.2 Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Lembang Untuk Uji

Validasi Terbatas Instrumen Penelitian... 46 3.3 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kepemimpinan Kepala

TK... 48 3.4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kinerja Guru Taman

Kanak-Kanak... 49 3.5 Kriteria Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kinerja

Guru... 53 3.6 Operasionalisasi Variabel Kepemimpinan Kepala

Sekolah... 57 3.7 Tabel Indikator Soal Kuesioner Kepemimpinan Kepala Sekolah TK

Setelah Validasi Terbatas Di Lapangan... 58 3.8 Operasionalisasi Variabel Kinerja... 60 3.9 Tabel Indikator Soal Kuesioner Kinerja Guru TK Setelah Validasi

Terbatas Di Lapangan... 61 4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

Bandung... 63 4.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

(10)

(Leader)... 64 4.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

Bandung Pada Dimensi Keahlian Teknik (Supervisor)... 65 4.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,

Bandung Pada Dimensi Keahlian Konseptual (Manager)... 67 4.5 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung 68 4.6 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kualitas Pekerjaan... 69 4.7 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kuantitas Pekerjaan... 70 4.8 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kehadiran... 72 4.9 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kerjasama... 73 4.10 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik.

4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung... 63 4.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Keahlian Kemanusiaan (Leader)... 65 4.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Keahlian Teknik (Supervisor)... 66 4.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Keahlian Konseptual (Manager)... 68 4.5 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung 69 4.6 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kualitas Pekerjaan... 70

4.7 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung Pada Dimensi Kuantitas Pekerjaan... 71 4.8 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Pada Dimensi Kehadiran... 72 4.9 Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tingginya kesadaran terhadap pendidikan anak usia dini, merupakan salah satu harapan bahwa bangsa ini memiliki semakin banyak orang yang berkualitas. Taman Kanak-Kanak (TK), bukan hal yang asing lagi di mata masyarakat Indonesia. Bahkan dengan sangat mudah di dapati sampai ke pelosok desa sekalipun. Dengan harapan TK sebagai organisasi pendidikan setidaknya mampu menciptakan suasana kekeluargaan yang penuh kasih dan kepercayaan pada tumbuh kembang anak serta kreatifitas yang bernilai tinggi.

Layaknya sebuah organisasi tidak terlepas dari hubungan pemimpin dan karyawan yang bekerja dengan profesional. Dalam kamus besar bahasa Indonesia organisasi berarti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan untuk satu tujuan. Juga berarti kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan yang sama. Demikian juga sekolah sebagai lembaga pendidikan. Dalam hal ini organisasi TK tidak terlepas dari hubungan kerjasama antara kepala sekolah dan guru.

(13)

1. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah.

2. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah bertugas merumuskan tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan sekolah dan mengorganisasi sekolah. 3. Kepala sekolah sebagai supervisor.

Meirawan (2010:112) menegaskan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang seyogianya dapat mengambil keputusan yang tepat, mengkomunikasikan dan menginformasikan serta menggerakkan berbagai kekuatan sumber daya supaya mau dan mampu melaksanakan manajemen atau administrasi pendidikan untuk mencapai produktivitas pendidikan di sekolah yang tinggi.

Kedua pendapat ini merupakan perwakilan dari pernyataan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin yang tidak hanya bertanggung jawab untuk sebuah visi tetapi juga merumuskan bagaimana mencapai visi tersebut.

(14)

dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik.

Ketika seorang guru menghayati benar citra profesinya maka ia juga akan sadar bahwa kinerja guru merupakan faktor yang paling menentukan kualitas pembelajaran di TK. Dengan demikian, peningkatan mutu pendidikan kualitas kerja guru perlu mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan. Kualitas kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang amat kompleks dan menunjukkan apakah pembinaan dan pengembangan profesional dalam satu pekerjaan berhasil atau gagal. Oleh karena itu, para kepala sekolah harus memperhatikan tiga komponen yang dapat menjadi indikator kinerja, yaitu (Colquitt dalam Suprihatiningrum, 2013:39):

1. kinerja dalam tugas, baik rutin maupun nonrutin yang disebut tugas adaptif;

2. kinerja yang disebut dengan perilaku kewarganegaraan (citizenship behavior), termasuk tugasnya, tetapi mempunyai sumbangan terhadap pencapaian organisasi, dengan menunjukkan kerja yang melampaui tugas normal tanpa mengharapkan imbalan karena kecintaannya terhadap organisasi; dan

3. perilaku negatif yang mengganggu ketercapaian tujuan organisasi, seperti sabotase, korupsi, menghamburkan sumber daya, gosip, pelecehan, dan penyalahgunaan kewenangan.

(15)

spesifik yaitu untuk meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak)

Oleh karena demikian TK yang ideal pada abad ini melihat betapa urgen untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak (meeting needs of the whole child) dalam konteks ekologi yakni hubungan kerjasama antara para orang tua, anak, komunitas dan sekolah (Decker dan Decker, 1992: 18-35).

1. Pondasi Program (Program Base)

Dalam dua dekade terakhir ini, para pendidik serta masyarakat secara luas setuju bahwa pentingnya perkembangan usia dini anak dan TK menjamur dengan pesat. Namun menurut Decker dan Decker (1992:18) hanya segelintir instansi Pendidikan Anak Usia Dini atau TK memiliki sebuah program yang sistematis yang dapat menjadi acuan serta panduan bagi para guru ketika sedang praktek.

Tanpa adanya pondasi demikian maka masalah dan kebingungan akan timbul. Dan sering sekali ketika terjadi praktek yang berbeda dari yang seharusnya maka para pendidik akan coba membela cara prakteknya dengan teori-teori dan pernyataan nilai (value statements) yang mereka ketahui.

(16)

yang sesuai dan sah dengan kebutuhan masa kini. Decker dan Decker (1992: 24) menegaskan dalam perencanaan program harus mencakup lima langkah tersebut:

a. Mengidentifikasi tujuan-tujuan yang penting dalam program anak usia dini;

b. Mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada mereka yaitu guru yang akan membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan program; c. Memastikan proses pelaksaan mencapai tujuan program yang

dipilih;

d. Mengoperasikan program demi pencapaian peserta didik; dan e. Menyediakan umpan balik (feedback) dan evaluasi.

Maka langkah pertama dalam perencanaan program pendidikan anak usia dini adalah membangun sebuah pondasi filosofi dan psikologis dan menyematkan tujuan-tujuannya dalam kurikulum. Justru pada tahap ini semua aspek pembelajaran dipertimbangkan secara seksama karena semua aspek saling mempengaruhi. Tugas ini juga merupakan tugas utama kepala sekolah bersama tim intinya yakni para guru senior atau guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

2. Aspek Operasional (Komponen Administratif sebuah program)

(17)

Para guru TK kini harus memiliki kualifikasi yang sah yakni minimal lulusan S1. Ini dikarenakan program pendidikan anak usia dini saat ini makin komprehensif sehingga memiliki tuntutan penyediaan kualitas yang lebih tinggi dalam aspek pendidikan atau pembelajaran, nutrisi, kesehatan, pelayanan sosial kepada orang tua serta anak dan yang terakhir ratio yang seimbang antara jumlah guru dan jumlah peserta didik (Decker, 1992).

Untuk merealisasikan program yang berkualitas dengan operasi yang berkualitas para kepala sekolah selaku pemimpin administrasi TK harus memobilisasi dan mengkoordinasi ide, sarana dan prasarana (cth: perlengkapan) dan personil untuk mencapai tujuan program secara efektif dan serta efisien. Selain itu kepala sekolah juga harus memastikan bahwa para guru dihargai dengan gaji yang sesuai kapasitas kerja dan tidak hanya mengecap dengan label “pahlawan tanpa tanda jasa. Karena kini status guru TK dikenal sebagai sebuah profesi yang sah.

3. Model Kurikulum (Komponen Pedagogik dalam sebuah program)

(18)

demand). Unggulnya sebuah TK sering berpaut kepada isu kurikulumnya.

Namun semua sangat tergantung bagaimana kepala sekolah serta guru mengartikannya dan memperagakan kurikulum yang dipilih TK secara kompak. Jika tidak akan timbul tolak belakang ide atau persepsi maka akan muncul ketidak seragaman standar (standards/benchmarks).

Setelah mempertimbangkan semua faktor yang diperlukan dalam sebuah program, seorang kepala sekolah bersama dengan gurunya harus menimbulkan sebuah pemikiran apa TK tersebut akan dibangun dengan sebuah pendirian psikologis atau dengan pendirian filosofis. Maka dari situlah sebuah program yang “ideal” dapat dipilih untuk menyesuaikan kebutuhan

anak di instansi TK masing-masing agar program TK tidak berkembang dengan konsep main asal comot karena program tertentu sedang ngetrend atau lebih menguntungkan.

4. Evaluasi Program

(19)

gambar keseluruhan. Flaherty dalam Decker (1992:34) memberikan perbandingan efek-efek perubahan program dengan cara yang berbeda, seperti berikut: (a) perubahan lebih sulit jika merubah struktur program dibanding keperluan untuk memperkaya program; (b) perubahan lebih sulit ketika jika semua staf terlibat memikirkan dibandingkan hanya dengan beberapa guru yang ahli; (c) perubahan yang cepat sama sulitnya dengan perubahan yang lambat jika terjadi banyak pergantian staf; dan (d) perubahan sangat sulit jika para guru menolak gagasan tersebut.

Justru jika kepala sekolah dan guru terbuka kepada persepsi bahwa evaluasi merupakan cara untuk memperbaiki program dan bukan sekedar mempermasalahkan sebuah metodologi, maka evaluasi akan menjadi sebuah proses yang berkelanjutan, dan alhasil dapat menjadi sebuah titik awal bagi perencanaan program masa depan.

Program dan materi pendidikan serta model pendidikan yang digunakan TK haruslah menumbuhkan rasa senang dan rasa betahnya anak, guru serta orang tua/wali. Juga mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan semua potensi yang dimilikinya anak. TK yang ideal adalah TK yang memiliki manajemen yang baik dalam mendukung program kegiatan taman kanak-kanak. Dengan kata lain, baik program, materi, model pendidikan serta aspek operasional haruslah sinkron.

(20)

TK, dimulai dari kepala sekolah, guru, sampai kepada sekolah, bangunan, kurikulum, program dan lain sebagainya dalam keadaan apapun adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan agar dapat menjadi alat yang berguna dalam mengembangkan pribadi anak didik menjadi pribadi yang berkualitas. Bekerjasama menciptakan suasana kondusif dimana tidak ada satu hal pun yang terlalu mudah, untuk diabaikan, dan tidak ada satu halpun yang terlalu sulit sehingga tidak dapat dikerjakan.

Namun pada kenyataannya penulis menemukan beberapa masalah antara kepala sekolah dengan guru. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru serta koordinator kurikulum (di Indonesia dan Malaysia) dan sebagai kepala sekolah (di Malaysia). Serta keterlibahatan penulis secara langsung dalam membangun program sekolah di salah satu provinsi di Indonesia, penulis menyaksikan di berbagai instansi TK sering mengalami tantangan berikut:

1. Baik kepala sekolah maupun guru bekerja sendiri-sendiri

Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala

(21)

wawasan yang berjuang sendiri. Atau dia akan merasa tidak ada kesempatan untuk perkembangan jenjang karir dengan keadaan cuek kepala sekolah

(22)

jika kepala sekolah bersifat pasif dan tidak banyak berkomentar, guru yang berpengalaman juga akan merasa hambar karena tidak ada tantangan untuk dia mengaktualisasikan diri dan kemungkinan besar tidak ada kesempatan untuk kenaikkan jenjang karir. Kedua sekolah semakin terbelakang dengan prinsip lama yang tidak terlalu relevan lagi di masa sekarang, di tambah guru yang kelelahan berjuang sendiri. Kemungkinan besar terjadinya gonta ganti guru.

Wahjosumidjo (2003:95) mengemukakan bahwa kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselengarakannya proses belajar-mengajar atau terjadinya interaksi antar guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran. Sementara itu, kepala sekolah sebagai educator turut berperan dalam pembentukan karakter yang didasari nilai-nilai pendidik. Dalam hal ini, kepala sekolah harus memiliki (Asrori dalam Asmani 2012:33):

a. kemampuan mengajar/membimbing siswa, b. kemampuan membimbing guru,

c. kemampuan mengembangkan guru, dan kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan.

2. Baik kepala sekolah maupun guru kebingungan. Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala Sekolah

Memiliki visi, namun tidak

Tidak mampu

mengkomunikasikan

(23)

berwibawa tidak

seadanya, tidak perlu harus berfikir keras Sekolah tetap berjalan seperti biasa, selagi belum ada orang yang

(24)

Tantangan kompetisi yang sangat tinggi pada era globalisasi saat ini mengharuskan TK untuk memanfaatkan sekuruh sumber dayanya agar mampu bersaing dan memenangkan persaingan itu. Tidak boleh ada apatisme, pasivisme, dan fatalisme. Asmani (2012:51) menegaskan bahawa kreativitas, daya inovasi, dan produktivitas harus menjadi ruh organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai sosok manajer dan leader mempunyai tanggung jawab besar untuk menggerakkan perubahan yang sesuai dengan semangat besar ini sehingga guru turut termotivasi.

3. Kepala sekolah bekerja sedang guru belajar. Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

(25)

kreatif, tidak memiliki wawasan yang luas

melakukan hal-hal yang telah ada. Tidak berani mengambil resiko.

Sekolah tidak berjalan sesuai standar,

suasana kekeluargaan yang menegangkan karena guru merasa sesak dan khawatir tidak kekejar tuntutan kepala sekolah.

Tentu saja kondisi ini tidak seimbang. Meskipun tujuan dari sekolah ini jelas, yaitu sekolah yang berkualitas nantinya, guru-guru yang berbekalkan mampu mengajar dan terus ingin belajar, akan terus berjuang. Namun pada titik awal ini, bagi beberapa guru menjadi sebuah ancaman, karena guru tersebut tidak memiliki mental sebagai guru, dimana guru tidak pernah lelah belajar. Sehingga guru tersebut memilih untuk mundur sebelum berjuang. Menambah tugas bagi kepala sekolah untuk mencari sumber daya lagi.

Kepala Sekolah dan guru adalah dua senjata utama yang diandalkan untuk mewujudkan target TK. Maka kedua elemen ini harus diberdayakan secara profesional supaya melahirkan kinerja yang memuaskan dan tidak terlihat pincang karena kelemahan dari salah satu elemen.

(26)

lain-lain. Kompensasi guru juga harus sepadan dengan beban pekerjaan mereka. Selain itu karir guru harus terus diangkat, sehingga motivasi mereka untuk berprestasi semakin menyala dan berkobar-kobar di dada.

4. Baik kepala sekolah maupun guru bekerja keras dalam ketegangan.

Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

Kepala

(27)

maupun guru, tidak henti-hentinya bekerja keras. Tidak diragukan lagi, ini adalah sekolah yang bertumbuh dengan pesat, namun sangat disayangkan, tidak adanya suasana kekeluargaan membuat guru tidak merasa nyaman dan aman.

Ketika manajemen dan guru sudah berdaya secara profesional, maka perlu dibentuk teamwork yang benar-benar solid dan profesional, sehingga bisa mencapai produktivitas kerja yang diharapkan. Membentuk teamwork itu membutuhkan seleksi yang objektif dengan tiga pertimbangan utama, yakni integritas moral, kapabilitas, dan akseptabilitas. Kepala sekolah harus bisa bekerja sama dengan tim ini, sehingga terjalin sinergi yang saling menguntungkan untuk kemajuan sekolah (Asmani, 2012:133-134).

5. Baik kepala sekolah maupun guru adalah keluarga Peran Kinerja dan

karakter

Kecendrungan Akibat

(28)

hanya memandang tuntutan yang tinggi, guru tidak mengenal terus berjalan, meski seadanya selagi

(29)

keuntungan makin besar. Namun beliau harus juga seimbang dalam peran-perannya yang lain seperti dikemukan Kemendiknas. Kepala sekolah harus berhati-hati dengan tindakan dan motivasi yang salah menghalalkan segala cara, tindakan yang egois, merugikan masyarakat, bahkan Negara. Karena hal tersebut tidak hanya mencoreng nama TK saja tetapi profesi pendidik TK juga dapat dipandang remeh dari standar yang kepala sekolah tetapkan. Jika memang anggota keluarga yang harus menjadi guru maka guru tersebut juga harus berkualifikasi dan siap bekerja secara profesional. Kelima masalah di atas adalah kombinasi antara kepala sekolah dan guru yang terjadi sekarang. Penulis menggunakan kata kombinasi karena demikianlah selayaknya antara kepala sekolah dan guru dalam perannya masing-masing. Struktur adalah pernyataan akan kesinambungan antara pemimpin dan karyawan. Kedua-duanya memiliki nilai yang sama pentingnya. Meskipun pemimpin dan karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Oleh sebab itu dalam membangun organisasi yang bekualitas dibutuhkan kerjasama dari kedua pihak.

(30)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah Hubungan Kepemimipinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru

Taman Kanak-Kanak?”

Adapun secara lebih khusus rumusan masalah di atas dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung?

2. Bagaimana kinerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung?

3. Bagaimana hubungan kepemimpinan kepala sekolah TK dengan kinerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

(31)

2. Tujuan Khusus

Yang pertama, untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung. Kedua, untuk mengetahui kenerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penemuan-penemuan tersebut diharapkan dapat membantu calon kepala sekolah TK dalam aspek performa administrasi sekolah. Dimana informasi yang dipaparkan dapat menjadi bahan introspeksi serta menjadi formula untuk menciptakan hubungan yang ideal antara kepala sekolah dan guru-gurunya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

(32)

b. Bagi Guru

Penelitian tersebut dapat menjadi pegangan bagi para guru TK untuk memahami perannya sebagai guru agar dapat terus belajar untuk dapat mengajar. Serta dapat belajar tentang peran kepemimpinan, kelak dirinya menjadi pemimpin.

c. Bagi Anak Didik

Sosok kepala sekolah dan guru adalah dua pribadi yang merupakan penggerak (motor) dalam sebuah instansi pendidikan. Jika kolaborasi 2 pribadi tersebut

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan penelitian ini, tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai variabel yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru. Secara khusus tujuan penelitan adalah:

1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung.

2. Untuk mengetahui kenerja guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung.

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa seorang pemipin yaitu kepala sekolah merupakan katalisitor (catalyst) salam sebuah instansi maka perilaku serta sikap mereka dapat menjadi pemicu utama efek manajemen, disiplin kinerja dan terutama motivasi guru terhadap performa mereka di TK, Jadi asumsi dasar adalah seperti berikut:

1. Kempemimpinan yang trampil dan bertanggung jawab = kinerja guru positif;

(34)

Maka dari itu penulis ingin menguji serta mengukur apa benar kondisi nyata peran kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci utam pengaruh kinerja guru di TK.

Ho: Tidak dapat hubungan yang signifikan antara pola kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja guru.

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antar pola kepemimpinan kepala sekolah

dengan kinerja guru.

C. LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL, WAKTU DAN TEMPAT

PENELITIAN

Lokasi sampel penelitian bertempat di Kecamatan Sukasari, Bandung. Daerah tersebut mencakup empat kelurahan yaitu Isola, Sukarasa, Gegerkalong dan Sarijadi. Penelitian dilakukan selama seminggu pada bulan Desember 2013.

D. METODE PENELITIAN

(35)

sebuah analisi korelasi. Derajat asosiasi tersebut, diekspresikan sebagai nomer yang akan mengindikasikan apakah kedua variabel tersebut berkaitan atau apakah satu variabel dapat memprediksi variabel yang lainnya.

E. POPULASI DAN SAMPLING

Populasi dalam penelitian ini adalah guru TK di Kecamatan Sukasari, Bandung sebanyak 133 orang dari 31 TK.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Menurut Arikunto (1983) menyatakan: “Apabila subyeknya

kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau

lebih”.

(36)

Tabel 3.1

Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung. 1. TK DR. Setiabudhi

2. TK Al Mu’Min 3. TK Kuncup Melati

4. TK Darul Walad

5. TK Kasih Sayang Bunda 6. TK Baiti Kids

7. TK Miana V 8. TK Al Azhar 30 9. TK Yaspimi

10. Taman Pendidikan Firdaus Percikan Iman

11. TK Ar-Raudlah

12. TK Q Miftahulhidayah 13. TK Al Amanah

14. TK Nurul Huda 15. TK Puspa Mekar 16. TK Al Ikhlas

(37)

22. TK Aisyiyah 7 23. TK Saadaturroqhman 24. TK Al Miftah

25. TK Antofik

26. TK Al Baiturrohman

27. TK Labschool UPI 28. TK Nurul Hudha 29. TK Sarijadi

30. TK Al Mukarromah 31. TK Nurul Bayan

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian berbentuk kuesioner penilaian kinerja guru serta efek dari kepemimpinan kepala sekolah oleh pimpinan (kepala sekolah). Kuesioner berikut diberikan kepada guru untuk menilai ketrampilan diri dan efek kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Sebelum kuesioner-kuesioner guru dan kepala sekolah disajikan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi untuk setiap variabel. Dalam kuesioner tersebut, masing-masing pengisi dikehendaki memiliki skala tingkat hubungan selalu atau tidak pernah.

(38)

digunakan dalam penilaian, instrumen tersebut diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya dengan ujian terbatas di 10 buah TK yang berada di desa/kelurahan Lembang. Butir-butir instrumen yang valid digunakan untuk alat pengukuran dalam penilaian, sedangkan butir instrumen yang tidak valid dibuang.

Setelah uji validasi dan reliabilitas 10 soal (nomer 4, 5, 7, 10, 12, 15, 16, 29, 38, dan 40) dari kuesioner kepala sekolah DARI tidak valid. Manakala dalam kuesioner guru terdapat 7 soal (nomer 1, 11, 12, 15, 17, 29, 50) yang tidak valid.

Tabel 3.2

Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Lembang Untuk Uji Validasi Terbatas Instrumen Penelitian

1. TKIT Gita 2. TK Anggrek 3. TK Eagle

4. TK Benih Harapan 5. TK Bayangkari

(39)

G. UJI COBA INSTRUMEN

Didalam sebuah penelitian, uji coba instrument dilakukan untuk mengukur sejauh mana validitas dan reliabilitas dari instrument yang digunakan.

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2008:121) Validitas merupakan ketetapan, kesesuaian atau keccokan penilaian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Validnya suatu instrument mengandung artian bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur serta memiliki dukungan yang besar terhadap skor dari item total.

Metode yang digunakan dalam perhitungan hasil uji validitas adalah metode analisis item per item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan skor tiap butir. Langkah-langkah pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Menghitung koefisien korelasi product moment / r hitung (rxy),

dengan menggunakan rumus seperti berikut:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Item soal yang dicari validitasnya

(40)

2. Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika r hitung positif dan r hitung ≥ 0,3 maka butir soal valid

 Jika r hitung negatif dan r hitung < 0,3 maka butir soal tidak valid.

Menurut Masrun dalam (Sugiyono 2010:188) menyatakan bahwa

item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3, jadi

semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Untuk lebih jelas tentang uji validitas item data, berikut disajikan hasil rekapituasi uji validitas kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan program Ms. Excel 2007 sebagai berikut:

Tabel 3.3

(41)

No

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas

Pernyataan Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak

(42)

No

Setelah diuji validitas setiap item selanjutnya alat pengumpul data tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Realibilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapakalipun diambil, tetap akan sama.

Dalam pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan bantuan perhitungan program Ms. Excel 2007 dengan rumus statistika Cronbach Alpa dan tahapannya sebagai berikut:

 Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

t

 = Varians total n = banyaknya soal

(43)

 

N N

X X

2 2

2

X

= Jumlah Skor 2

X

= jumlah kuadrat skor N = banyaknya sampel

Setelah diuji validitas, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah butir soal tersebut reliabel, untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program Ms Excel 2007 dan diperoleh sebagai berikut:

a. Reliabilitas Data kepemimpinan kepala sekolah (Variabel X)

Jumlah varian (i ) = 37,44

Varian Total (t ) = 429,04 Reliabilitas = 0,93 (Sangat Kuat)

b. Reliabilitas Data kinerja Guru TK (Variabel Y)

Jumlah varian (i ) = 55,88

Varian Total (t ) = 1016,32,80

(44)

3. Teknik Analisis Data

a. Analisis profil kepemimpinan kepala TK dan kinerja guru i. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

No Variabel Dimensi Skor Maksimal Ideal

1 Kepemimpinan

ii. Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

No Variabel Dimensi Skor Minimal Ideal

(45)

iii. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal

No Variabel Dimensi Rentang Skor

1 Kepemimpinan

No Variabel Dimensi Interval Skor

1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keseluruhan 184/5 = 36,8 Dimensi 1 56/5 = 11,2 Dimensi 2 52/5 =10,4 Dimensi 3 76/5 = 15,2

2 Kinerja Guru

Keseluruhan 196/5 = 39,2 Dimensi 1 60/5 = 12 Dimensi 2 80/5 = 16 Dimensi 3 16/5 = 3,2 Dimensi 4 40/5 = 8

dari langkah langkah diatas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut: Tabel 3.5

Kriteria Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru

No Variabel Dimensi Interval Skor

(46)
(47)

b. Analisis Hubungan antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK Tahapan uji korelasi antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK adalah sebagai berikut:

i) iMenghitung korelasi antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK dengan rumus sebagai berikut.

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Item soal yang dicari validitasnya

Y = Skor total yang diperoleh sampel ii) Menguji Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK

(48)

c. Analisis Koefisien Determinasi antara kepemimpinan kepala TK dengan kinerja guru TK

KD = r² x 100% Keterangan:

KD = Koefisien determinasi yang dicari r² = Kuadrat koefisien korelasi

H. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK

Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah total skor penilaian guru terhadap kualitas pola kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan potensi guru dan kualitas lingkungan di TK. Mengenai indikator-indikator untuk mengukur kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai berikut :

a. Cara pimpinan mendorong guru berprestasi b. Cara pimpinan memberi perintah, petunjuk

c. Cara pimpinan memberikan dorongan dan semangat d. Cara pimpinan ikut berpartisipasi dengan bawahan

(49)

Tabel 3.6

Operasionalisasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dimensi Indikator Skala

Kepemimpinan  Kemampuan membuat konsep

 Kemampuan menyampaikan ide

Ordinal

(50)

Tabel berikut adalah untuk memperjelas hubungan antara indikator di atas dengan soal kuesioner untuk kepala sekolah (lampiran 1):

Tabel 3.7

Tabel Indikator Soal Kuesioner Kepimpinan Kepala Sekolah TK Setelah Validasi Terbatas di Lapangan

Dimensi Indikator Nomer Soal

Keahlian kemanusian (Leader)

 Kecakapan berkomunikasi

interpersonal

4, 17, 21, 22, 23, 27, 36

 Kemampuan interaksi 5, 6, 7, 25.

 Kemampuan koordinasi 10, 13, 41

Keahlian Teknik (Supervisor)

 Kecakapan proses 1, 11, 28, 29,

 Kecakapan prosedur 12, 26, 44.

 Kecakapan teknik 2, 3, 15, 16, 39, 43.

Keahlian Konseptual (Manager)

 Kemampuan berorganisasi 8, 9, 14, 18,19, 30, 31,37, 38,

40, 45, 46

 Kemampuan membuat konsep 24, 32, 33, 34, 35, 42.

 Kemampuan menyampaikan

ide

(51)

2. Kinerja Guru TK

Kinerja guru adalah total skor yang diperoleh dari hasil penilaian pimpinan (kepala sekolah) kepada guru tentang hasil yang telah dicapai guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Mengenai indikator-indikator untuk mengukur kinerja guru adalah:

a. Loyalitas yang tinggi pada tugas mengajar, b. Menguasai dan mengembangkan metode,

c. Menguasai bahan pelajaran dan menggunakan sumber belajar, d. Bertanggung jawab memantau hasil belajar mengajar,

e. Kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, f. Kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran,

g. Melakukan interaksi dengan murid untuk menimbulkan motivasi, h. Kepribadian yang baik jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, i. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, j. Pemahaman dalam administrasi pengajaran.

(52)

Tabel 3.8

Operasionalisasi Variabel Kinerja

Variabel Dimensi Indikator Skala

Kinerja Kualitas Pekerjaan  Ketelitian dan kerapihan

kerja,

 Ketepatan waktu dan

kecakapan

Ordinal

Kuantitas Kerja  Kemampuan menyusun

rencana,

 Kemampuan melaksanakan

perintah/instruksi

Ordinal

Kehadiran  Aktivitas para guru di

dalam kegiatan rutin Kerjasama  Kemampuan guru dalam

melakukan kerjasama  Kemampuan guru dalam

berkomunikasi

Ordinal

(53)

Tabel berikut adalah untuk memperjelas hubungan antara indikator di atas dengan soal kuesioner kinerja guru (lampiran 2):

Tabel 3.9

Tabel Indikator Soal Kuesioner Kinerja Guru TK Setelah Validasi Terbatas

di Lapangan

Dimensi Indikator Nomer

Kualitas Pekerjaan

 Ketelitian dan kerapihan kerja, 2, 21, 36, 37, 38, 39, 47.

 Ketepatan waktu dan kecakapan 9, 13, 18, 32, 33, 34, 46,

49. Kuantitas

Kerja

 Kemampuan menyusun rencana, 1, 11, 14, 20, 31, 44.

 Kemampuan melaksanakan

perintah/instruksi

3, 6, 7, 8, 12, 15, 16, 17, 19, 30, 35, 41, 43, 45.

Kehadiran  Aktivitas para guru di dalam

kegiatan rutin

10, 26, 27, 48.

Kerjasama  Kemampuan guru dalam melakukan

kerjasama

4, 5, 22, 28, 40, 42.

 Kemampuan guru dalam

berkomunikasi

(54)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, kesimpulan dipaparkan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Penelitian ini memaparkan hasil yang cukup menarik tentang kepemimpinan kepala sekolah TK secara umum di Kecamatan Sukasari, Bandung dimana di kategori sangat tinggi dan tinggi, masing-masing dengan persentase 42,86% dan 46,62%. Manakala di kategori sedang terdapat 10,53%. Dan harus disyukuri adalah tidak ada sama sekali tingkat kepemimpinan kepala sekolah yang termasuk dalam kategori rendah maupun sangat rendah dari 133 responden.

Selain itu ketika diperhatikan hasil penelitian profil kepemimpinan kepala sekolah TK di Kecamatan Sukasari, Bandung pada dimensi keahlian kemanusiaan (leader), cukup menyakinkan penulis betapa pentingnya faktor relasi kemanusiaan

(55)

Berikutnya pada dimensi keahlian teknik (supervisor) 40,60% tingkat kepemimpinan kepala sekolah TK berada pada kategori sangat tinggi, 48,87% berada pada kategori tinggi, 9,77% berada pada kategori sedang dan dimensi ini mulai terlihat hasil pada kategori rendah sebesar 0,75. Perwakilan pesentase tersebut mulai menimbulkan pertanyaan yang genting pada ketrampilan kepala sekolah TK dalam mensupervisi serta mengasah para guru untuk terus memperbaiki serta memajukan teknik-teknik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) serta teknik pengelolaan kelas yang efektif. Dimensi supervisi bersifat teknis dan harus dikuasai oleh kepala sekolah secara berkelanjutan serta mutakhir karena sistem pendidikan, kurikulum dan kebijakkan pendidikan akan terus berubah sesuai perkembangan jaman.

Yang terakhir adalah dimensi keahlian konseptual (manager) yang memaparkan 45,86% pada kategori sangat tinggi, 42,86% pada kategori tinggi, 6,77% pada kategori sedang dan yang berada pada kategori rendah sebesar 4,51%. Persentase-persentase tesebut cukup mencengangkan karena pada hakikatnya seorang manajer adalah perencana, organisator, pemimpin, dan seorang pengendali. Hasil penelitian masih memaparkan 6,77% di kategori sedang dan 4,51% di kategori rendah, dimana secara kolektif berjumlah 11,28%. Persentase ini mencerminkan bahwa masih banyak kepala sekolah yang bersifat biasa-biasa (mediocracy) atau asal dalam mengelola sumber daya dan hal ini sangat berdampak pada hasil peserta didik serta mutu kinerja guru.

(56)

ketiga-tiga dimensi guna menjadi teladan bagi bawahannya atau para guru agar sukses mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Jadi tidak cukup jika seorang kepala sekolah hanya pintar menyemangati orang tetapi ia juga harus diperlengkapi dengan kejelian dalam mengawasi KBM serta tangkas mengelolaan segala sumber daya untuk mencapai hasil yang optimal. Seperti pepatah yang sering kita dengarkan tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin tidak sekedar pintar berbicara tetapi ia juga harus menghidupi apa yang ia ucapkan.

“A leader can not only talk the talk but must also walk the walk!”

~Unknown~

2. Kinerja Guru Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung

Secara keseluruhan profil tingkat kinerja guru masih memerlukan banyak perbaikkan atau dorongan. Hasil penelitian menemukan bahwa 50,38% pada kategori sangat tinggi, 35,34% kategori tinggi, 11,28% tingkat kinerja guru TK berada pada kategori sedang dan pada kategori rendah sebesar 3,01%. Hal ini harus sangat diperhatikan karena mereka adalah pejuang garis depan bagi masa depan sistem pendidikan bangsa Indonesia. Kinerja guru yang cemerlang juga akan mencerminkan kualitas TK yang unggul. Namun dengan persentase yang terpapar masih terdapat jumlah yang cukup signifikan besar mencoreng nama baik profesi keguruan TK.

(57)

1,5% berada pada kategori sangat rendah. Temuan ini membuktikan observasi penulis selama bertahun-tahun bukan sebuah persepsi yang subyektik tetapi merupakan sebuah kenyataan pahit. Dari kategori sedang sampai dengan kategori rendah jumlah persentasenya adalah 24,05%. Dapat disimpulkan bahwa seperempat dari jumlah responden berkerja asal dapat gaji atau sifat yang penting sudah mengajar dan tidak memiliki motivasi untuk menampilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan inisiatif pribadi. Temuan ini sangat mengkhawatirkan penulis karena seorang guru/pendidik mengemban tanggung jawab yang besar untuk mengarahkan atau memfasilitasi peserta didik dengan benar agar mereka dapat menjadi para penerus bangsa yang cemerlang, namun sikap ini masih harus terus dipupuk pada jiwa para guru-guru ini.

Dalam hal dimensi kuantitas kerja dapat disimpulkan mayoritas guru mengaku bahwa tuntutan pekerjaan di TK sangat tinggi karena rata-rata seorang guru kelas bertanggung jawab untuk hampir semua bidang pelajaran/perkembangan anak termasuk persiapan untuk acara-acara lain di TK. Berikut hasil temuan tingkat kuantitas kerja guru TK, 58,65% berada pada kategori sangat tinggi, 30,83% berada pada kategori tinggi, 7,52% berada pada kategori sedang, 3,01% berada pada kategori rendah.

(58)

Jika dijumlahkan tingkat kehadiran guru dari kategori sedang sampai kategori sangat rendah adalah 21,81%. Ini merupakan persentase yang cukup tinggi bagi ketidak hadiran guru.

Ketika menelusuri dimensi terakhir dari profil tingkat kinerja yakni dimensi kerjasama, dimensi tersebut memaparkan persentase yang paling tinggi dari semua dimensi yang di teliti. Pada pada kategori sangat tinggi saja terdapat 59,40%, kemudian diikuti dengan 25,56% pada kategori tinggi. Ketika dijumlahkan kedua kategori tersebut persentasenya adalah 84,96%. Ini merupakan hasil yang cukup fenomenal. Dengan hasil tersebut seharusnya rata-rata TK mencapai tingkat kinerja guru yang bukan sekedar memuaskan justru kinerja guru harus unggul. Di sini dapat diperhatikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kinerja guru selain motivasi guru secara pribadi. Demikian kita akan lanjut memperhatikan korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah TK dengan kinerja guru TK.

3. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Dengan Kinerja Guru

TK Di Kecamatan Sukasari, Bandung

(59)

Besarnya koefisen determinasi turut menjelaskan bahwa kinerja guru 30,69% nya ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.

Korelasi yang begitu erat serta koefisien determinasinya tampak dalam pengaruh kepala sekolah yang tegas, jeli mengambil keputusan dan sangat cerdas baik dalam dimensi leader, supervisor maupun manajer dengan mendongkrak kapasitas guru untuk turut bangkit menjadi “co-leader” dalam membangun TK. Vroom (1964) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kinerja serta kepuasan kerja guru menurut lima belas penelitian. Banyak sekali penelitian yang menelusuri hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan peningkatan kinerja serta kepuasan kerja guru. Namun apa pun kategori kepemimpinan yang di sorot dalam instrumen penelitian, hampir semua menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah lah memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kinerja dan kepuasan kerja guru.

B. REKOMENDASI

(60)

1. Departemen Pendidikan Nasional harus membuat kebijakkan untuk memastikan semua kepala sekolah TK menjalani pelatihan induksi tentang manajemen kependidikan. Ketika itu para kepala sekolah TK akan diajar tentang gaya kepemimpinan dan gaya apa yang pantas digunakan pada situasi tertentu dalam mengelola sekolah terutama sumber daya manusianya yaitu para guru.

2. Dinas Pendidikan ataupun pihak yayasan harus coba memberi wewenang kepada para kepala sekolah TK alokasi insentif periodik (periodical incetives allocation) untuk memotivasi kinerja para guru yang unggul atau

memenuhi standar performa bagus. Insentif hadiah dapat diberikan pada akhir setiap catur wulan (every term) kepada guru-guru yang berdedikasi tinggi dan efisien.

3. Amatlah penting untuk kita mengenal bahwa kepala sekolah TK harus menghadiri seminar-seminar yang berkaitan dengan administrasi dan relasi sumber daya manusia (human relation). Dari waktu ke waktu program-program yang dapat mengasah ketrampilan kepemimpinan kepala sekolah harus diselenggarakan.

(61)

5. Secara umum para kepala sekolah, tidak boleh memandang dirinya sebagai sosok yang serba tahu. Mereka harus senantiasa siap untuk minta masukkan dari bawahannya dan melibatkan mereka dalam pengelolaan TK. Para kepala sekolah harus memberi kebebasan berekspresi kepada guru untuk mempermudah arus komunikasi.

6. Akhirnya dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada peneliti yang lain, yang akan meneliti kinerja guru di Kecamatan Sukasari, Bandung untuk memasukkan variabel yang lain seperti kualifikasi guru dan kepala sekolah, motivasi, kompensasi, tingkat pendidikan yang secara teoritis dapat mempengaruhi kinerja guru.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J. M. (2012). Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jogjakarta: Diva Press.

Creswell, J. W. (2008). Educational Research Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. University of Nebraska-Lincoln. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Crowther, F. Ferguson, M. & Hann, L. (2009). Developing Teacher Leaders. USA: Corwin Press.

Daryanto. (2011). Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto. (2006). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.

Decker, C. A. & Decker, J. R. (1992). Planning and Administering Early Childood Programs. USA: Macmillan Publishing Company.

Heifitz, R. (1998). Leadership Without Easy Answers. USA: Harvard University Press.

Hersey, P. & Blanchard, K. (1982). Management Of Organizational Behaviour

Utilizing Human Resources, 4th Edition. USA: Prentice Hall Inc.

Gordon, R. Alston, J. A. & Snowden, P. (2007). School Leadership Administration

Important Consepts, Case Studies, & Simulations. New York: The

McGraw-Hill Companies.

Imron, A. (1995). Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005). Jakarta: Balai Pustaka.

(63)

Lunenburg, F. C. & Irby, B. J. (2006). The Principalship Vision to Action. Wadsworth:

Cengage Learning.

Masaong. H. A. K. (20100. Supervisi Pendidikan Untuk Pendidikan yang Lebih Tinggi. Bandung: MQS Publishing.

Maxwell, J. C. (2003). Equipping 101 What Every Leader Needs To Know.

Tennessee: Thomas Nelson, Inc.

Maya, H. (2012). Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola

Pendidikan. Jogjakarta: Buku Biru.

Meirawan, H. D. (2010). Kepemimpinan & Manajemen Pendidikan Masa Depan. Bogor: IPB Press.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nakpodia. E. D. (Update: Desember 7, 2009 - 2:43:30 PM) The Influence Of

Principals’ Leadership Styles On Teachers And Students In Nigerian

Secondary Schools. Volume 7 - Issue 3 Dec 7, 2009 - 12:29:09 PM. EMPIRICAL RESEARCH. [Online]. Tersedia: www.academic leadership.org:the online journal. [Diakses: September 2009].

Nurfuadi. (2012). Profesionalisme Guru. Purwakerto: Penerbit STAIN Press,

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalme Guru.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Schein, E. (2004) Organizational Culture and Leadership. USA:Jossey Bass.

Sergiovanni, T.J. & Starratt, R.J. (1979). Supervision: Human Perspectives. Second

(64)

Suprihatiningrum, J. (2013). Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Maguwoharjo: Ar-Ruzz Media.

Syafaruddin. (2010). Kepemimpinan Pendidikan Akuntabilitas Pimpinan Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: PT Ciputat press.

Uno, H. B. & Lametenggo, N. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumu Aksara.

Wahjosumidjo, (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Pemasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wikipedia Indonesia. (Update: 13 April 2013). Taman Kanak-Kanak.

Gambar

Tabel. 3.1
Grafik. 4.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah TK Di Kecamatan Sukasari,
gambar keseluruhan. Flaherty dalam Decker
Tabel 3.1 Daftar Taman Kanak-Kanak Di Kecamatan Sukasari, Bandung.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat banyak, termasuk kebijakan kesehatan. Tanpa sosialisasi yang baik

KATEGORI BILIK REKOD (samb…).. © Hak Cipta Terpelihara Arkib Negara Malaysia 3) Separa Berpusat.  Kombinasi di antara kedua-dua Bilik Rekod berpusat dan

Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan

• Peserta didik mendapat penilaian dan saran-saran terhadap hasil akhir produk yang telah dikerjakan 3.10 Menerapkan manipulasi gambar raster dengan menggunakan fitur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peri- laku Hidup Bersih dan Sehat pada penelitian ini mayoritas berada pada kategori sehat purnama dengan persentase 40%, dengan

Nagyon jelentős volt a Bá- nát szempontjából az 1917-ben alakult Délmagyarországi Jelzálog Hitel- bank .23 A jelzáloghitelezés lendületesen növekedett, s

Secara komulatif Indeks Nilai Penting makrozoobenthos yang tertinggi di perairan Sungai Tallo adalah Nereis sp, ini menggambarkan bahwa jenis Neris sp mampu bertahan

Dengan itu, projek ini membekalkan satu alternatif baru dalam pembelajaran Sains dengan menggunakan web portal MOODLE untuk pelajar tingkatan empat dan para guru di sekolah