SKRIPSI
Diajukan Oleh : Satriyo Pr ayogo
0913010102
PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI
Disusun Oleh : Satriyo Pr ayogo 0913010102/FE/EA Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 03 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Sr i Hastuti, M.Si Dra. Ec. Sri Hastuti, M.Si Sekretaris
Dr. Hero Priono, SE, M.Si, Ak Anggota
Dr s. Ec. Munar i, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga penulis berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sur abaya – Sawahan”
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Rina Mustika, SE, MM selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan dan nasihat sewaktu kuliah.
7. Bapak dan Ibu dosen program studi akuntansi fakultas ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama di bangku kuliah.
8. Kedua Orang Tua, Bapak dan Ibu serta kakak yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
9. Sahabat seangkatan dan seperjuangan yang selalu ada disetiap suka dan duka. Elsa, Riska, Yayi, Achitya, Dian, Titis, Dewi, Nanda, Leo dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
10.Pegawai DJP 1 dan Seluruh pegawai KPP Pratama Surabaya - Sawahan yang turut membantu dan meluangkan sejenak waktunya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
memberikan manfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surabaya, April 2013
HAL
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2Landasan Teori ... 11
2.2.1 Dasar-dasar Perpajakan ... 11
2.2.1.1Definisi Pajak ... 11
2.2.1.2Fungsi Pajak ... 13
2.2.2.1Wajib Pajak Orang Pribadi ... 21
2.2.2.2Subjek Pajak Orang Pribadi ... 23
2.2.2.3Objek Pajak Orang Pribadi ... 23
2.2.2.4PTKP ……….. 25
2.2.2.5Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi…… .. 26
2.2.2.6Biaya Jabatan dan Pensiunan ……….. 26
2.2.2.7Perhitungan ………. 27
2.2.3 Surat Pemberitahuan (SPT) ... 27
2.2.3.1 Pengertian ……….. 27
2.2.3.2 Jenis ………... 27
2.2.4 Pemahaman Perpajakan ... 28
2.2.5 Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi ……….. 28
2.2.6 Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi …. 30 2.2.7 Pengaruh Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi ……… 31
2.2.8 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi ……… 32
2.3Diagram KerangkaPikir ... 32
3.1.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independen) …………. 34
3.1.1.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen) ………….. 35
3.1.2 Teknik Pengukuran Variabel ………. 36
3.2Teknik Penentuan Sampel ... 36
3.2.1 Populasi ... 36
3.2.2 Sampel ... 37
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.3.1 Jenis Data ... 38
3.3.2 Sumber Data ... 39
3.3.3 Pengumpulan Data ... 39
3.4Uji Kualitas Data ... 40
3.4.1 Uji Validitas ... 40
3.4.2 Uji Reliabilitas ... 40
3.4.3 Uji Normalitas ……… 41
3.5 Uji Asumsi Klasik ……….. 41
3.5.1 Uji Multikolineritas ……… 41
3.5.2 Uji Heteroskedastisitas ……….. 42
3.5.3 Uji Autokolerasi ……… 42
3.6 Analisis Linier Berganda ………... 43
4.1 DefinisiOperasional dan PengukuranVariabel .………. 46
4.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Surabaya Sawahan .…… .. 46
4.1.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Sawahan … .. 49
4.1.3 Visi dan Misi KPP Pratama Surabaya Sawahan ………. .. 53
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 54
4.2.1 Variabel Pemahaman (X1) ………. ... 54
4.2.2 Variabel Kesadaran (X2) ……… .. 56
4.2.3 Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y) 57 4.3 Uji Kualiatas Data ………... 58
4.3.1 Uji Validitas ...………... 58
4.3.2 Uji Reliabilitas ………... 60
4.3.3 Uji Normalitas ………... 61
4.4 Uji Asumsi Klasik ………... 62
4.4.1 Uji Multikolineritas ………... 62
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ………... 63
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ………... 64
4.5.1 Persamaan Regresi ………... 64
4.6 Uji Hipotesis ………... 66
4.7.2 Implikasi Penelitian ………... 73 4.8 Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu … 74 4.9 Keterbatasan Penelitian ………... 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………... 77 5.2 Saran ………... 77 DAFTAR PUSTAKA
Oleh : Satriyo Pr ayogo
ABSTRAK
Pembangunan ekonomi di upaya-kan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta meningkatkan kesejahteraaan seluruh warga negara Indonesia. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah sumber pembiayaan pembangunan, Salah satunya adalah penerimaan pajak. Dalam RAPBN setiap tahunnya pemerintah mentargetkan penerimaan pajak dan dari total penerimaan negara yang sebagian besar digunakan untuk membiayai pembangunan di Indonesia, dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan bangsa Indonesia salah satunya adalah penerimaan pajak. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan peranan masyarakat untuk membayar pajak dan melaporkan SPT, Penerapan Self
assestment System diterapkan pemerintah agar masyarakat mampu meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak. Beberapa faktor mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak diantaranya pemahaman dan kesadaran, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh pemahaman Wajib Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner dan data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber yang ada, sampel yang digunakan sebanyak 100 responden. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi di upaya-kan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta meningkatkan kesejahteraaan seluruh warga negara Indonesia. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah sumber pembiayaan pembangunan, Salah satunya adalah penerimaan pajak. Dalam RAPBN setiap tahunnya pemerintah mentargetkan penerimaan pajak dan dari total penerimaan negara yang sebagian besar digunakan untuk membiayai pembangunan di Indonesia, dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan bangsa Indonesia salah satunya adalah penerimaan pajak.
sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dan pembiayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2009 : 1).
Pajak sebenarnya sudah dikenal dan dipraktekkan oleh nenek moyang kita pada waktu kerajaan – kerajaan masih berdiri pada zaman itu. Setiap rakyat diwajibkan menyerahkan upeti yang sudah ditentukan besarnya kepada raja bisa berupa hasil bumi ataupun harta benda lainnya. Pemungutan upeti ini atau pajak terus berlanjut hinggah zaman penjajahan belanda dan setelah Indonesia merdeka, pajak ditetapkan dan dipungut setiap tahun oleh pemerintah berkuasa. Sistem pemungutan yang jumlah pajak terutangnya ditetapkan oleh aparat pajak seperti diatas dinamakan dengan Official
Assessment System. Dalam prakteknya banyak diantara wajib pajak yang
menyembunyikan sebagian (besar) penghasilan dan kekayaannya dan membayar pajak lebih kecil dari seharusnya.
Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan peranan masyarakat untuk membayar pajak dan melaporkan SPT tahunan dengan cara
self assestment system (Muliari dan Setiawan 2011 : 2 dalam Muis Arahman
2012 : 2). self assestment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang di kantor pelayanan pajak. Penerapan Self
assestment System diterapkan pemerintah agar masyarakat mampu
meningkatkan kepatuhan dalam melaporkan surat pemberitahuan (SPT) di kantor pelayanan pajak. Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami, mengerti, sadar, dan mematuhi hak dan kewajibanya dalam bidang perpajakan.
Fenomena yang terjadi sekarang wajib pajak semakin meningkat dari tahun ke tahun tetapi beda dengan realisasinya atau jumlah yang melaporkan dari 17juta WP pribadi yang mempunyai NPWP hanya 6juta yang menyetorkan surat pemberitahuan (SPT).
(http://www.ortax.org)
Hal ini juga terjadi pada KPP Surabaya – Sawahan pada tahun 2011 NPWP yang efektif berjumlah 39.938 WP Pribadi dan berbeda dengan jumlah realisasi yang melaporkan 22.253 yaitu 56% yang melaporkan dari NPWP yang efektif (Sumber data KPP Pratama Surabaya-Sawahan).
Pemahaman wajib pajak tentang PPh, kepatuhan wajib pajak dan sistem pemungutan PPh berpengaruh terhadap penerimaan PPh pada KPP Pratama Pare-Kediri (Pranesti : 2009). (Aziza : 2011), dalam penelitiannya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah pengetahuan perpajakan yang dimiliki wajib pajak, presepsi wajib pajak terhadap petugas pajak, dan presepsi wajib pajak terhadap kriteria wajib pajak patuh. Penelitian yang dilakukan oleh (Arahman : 2012) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi yaitu pengetahuan perpajakan, sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak dan presepsi wajib pajak mengenai petugas pajak.
1.2.Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah pemahaman wajib pajak orang pribadi dan kesadaran wajib pajak orang pribadi berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pemahaman wajib pajak orang pribadi, kesadaran wajib pajak orang pribadi terhadap tingkat kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Surabaya-Sawahan.
1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Penulis dapat menerapkan, mengembangkan, mempertimbangkan ilmu yang di dapat dari bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang terdapat di masyarakat
2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
KPP Pratama dapat menjadikan hasil penelitian sebagai sumber informasi dalam hal meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak. 3. Bagi Wajib Pajak
kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajibanya dalam melaporkan pajak.
4. Bagi Universitas
2.1. Hasil hasil Penelitian Ter dahulu
Penelitian yang berhubungan tentang “Tingkat Pelaporan Wajib Pajak
Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya-Sawahan” sudah pernah dikaji
dalam beberapa skripsi diantaranya yaitu Dian Pranesti, Sayyida Aziza, Muis
Arahman. Pada bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian
yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini.
Penelitian sebelumnya yang dapat dipakai bahan masukan serta bahan
pengkajian yang berkaitan dengan ini pernah dilakukan oleh :
1. Pranesti (2009)
- Judul penelitian
“ Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang PPh, Kepatuhan
Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan PPh Terhadap
Penerimaan PPh (Studi Kasus Pada KPP Pratama
- Perumusan masalah
Apakah pemahaman wajib pajak tentang PPh, kepatuhan wajib
pajak, dan sistem pemungutan PPh berpengaruh positif
terhadap penerimaan PPh pada KPP Pratama Pare-Kediri ? .
- Hasil
a. Secara simultan bahwa pemahaman wajib pajak tentang
PPh, Kepatuhan wajib pajak dan sistem pemungutan PPh
tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak
penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri
Jawa Timur.
b. Dalam pengujian parsial juga menunjukkan tidak
signifikannya pengaruh pemahaman wajib pajak tentang
PPh, kepatuhan wajib pajak dan sistem pemungutan PPh
terhadap penerimaan pajak penghasilan di Kecamatan
Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur.
2. Aziza (2011)
- Judul penelitian
“ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak
- Perumusan masalah
Apakah pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib
pajak, presepsi wajib pajak mengenai petugas pajak, presepsi
wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak?.
- Hasil
a. Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak
mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada
KPP Pratama Surabaya Wonocolo.
b. Presepsi wajib pajak mengenai petugas pajak dan presepsi
wajib pajak mengenai kriteria wajib pajak patuh tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
3. Arahman (2012)
- Judul penelitian
“Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Perpajakan,
Kesadaran Wajib Pajak dan Presepsi Wajib Pajak Mengenai
Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak
Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya
- Perumusan masalah
1. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Woncolo?
2. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo?
3. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo?
4. Apakah presepsi wajib pajak mengenai petugas pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak
orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Wonocolo?
- Hasil
1. Model regresi yang dihasilkan cocok untuk menguji
pengaruh pengetahuan perpajakan, sanksi perpajakan,
kesadaran wajib pajak dan presepsi wajib pajak mengenai
petugas pajak terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak
orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
2. Presepsi wajib pajak mengenai petugas pajak memberi
kontribusi terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang
pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya
Wonocolo.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
mengukur tingkat kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi memakai alat
analisis yaitu analisis Regersi linier berganda.
Perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu terletak pada objek
yang diteliti saat ini adalah KPP Pratama Surabaya-Sawahan, sedangkan pada
penelitian terdahulu adalah pada tingkat penerimaan pada KPP Pratama
Pare-Kediri , Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo,
2.2. Landasan Teor i
2.2.1. Dasar -dasar Per pajakan
2.2.1.1.Definisi Pajak
Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan
negara selain minyak dan gas bumi hal ini berupaya menjadikan pajak sebagai
penerimaan negara yang paling utama, karena pemungutan pajak oleh negara
salah satu wujud pengabdian, kewajiban, serta partisipasi masyarakat untuk
pembangunan nasional (Hendarsyah, 2009:1dalam Arahman 2012:1).
Untuk lebih dalam memahami definisi dari pajak berikut ini definisi
“Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa
timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”(Mardiasmo 2011 : 1).
“Pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan. Beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran yang berasal dari rakyat untuk
rakyat kepada negara yang dimana iuran tersebut digunakan negara sebagai
penerimaan yang sangat penting untuk pembangunan nasional”(Suandy 2011 :
1).
”Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”(KUP : 01).
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia
adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat
jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan pajak merupakan
iuran dari rakyat untuk negara yang dimana digunakan untuk keperluan
negara dan pembangunan nasional.
2.2.1.2.Fungsi Pa jak
Ada dua fungsi pajak (Mardiasmo 2011 : 1), yaitu :
1) Fungsi budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang social dan ekonomi
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor
produk Indonesia di pasaran dunia.
2.2.1.3.Syar at Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut
(Mardiasmo 2011 : 2) :
1) Pemungutan pajak harus adil
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,
undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil
dalam perundang-undangan yaitu mengenakan pajak secara umum
dan merata. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada
majelis pertimbangan pajak.
2) Pemungutan pajak harus berdasrkan undang-undang (Syarat
Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.
Hal ini memberikan jaminan hokum untuk menyatakan keadilan,
baik bagi negara maupun warganya.
Pemungutan tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5) Sistem Pemungutan Pajak harus Sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
2.2.1.4.Teor i-teor i yang Mendukung Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011 : 3), terdapat beberapa teori yang
menjelaskan pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori
tersebut antara lain :
1)Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
jaminan perlindungan tersebut.
2)Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasrkan pada
Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin
tinggi pajak yang harus dibayar.
3)Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya
pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing
orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua
pendekatan (objektif dan subjektif).
4)Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan
rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti,
rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban.
5)Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah
tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara
akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.
2.2.1.5.Pengelompokan Pa jak
Beberapa pengelompokan pajak (Mardiasmo 2011 : 5)
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri
oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
B. Menur ut sifatnya
a. Pajak subjektif, pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri
wajib pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif, pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
C. Menur ut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunkan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Bea
b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunkan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
Pajak Daerah terdiri atas :
- Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan
Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
- Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel,
Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.
2.2.1.6.Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
2) Wajib pajak bersifat pasif
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus
b. Self Assesment System
Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
sendiri
2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oelh wajib pajak.
Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak(Mardiasmo 2011 :
7).
2.2.1.7.Kewajiban dan Ha k Wajib Pajak
Menurut (Mardiasmo 2011 : 56) kewajiban dan hak wajib pajak :
Kewajiban Wajib Pajak
1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
2) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
3) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
4) Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan
memasukkan ke kantor pelayanan pajak dalam batas waktu yang
5) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan
6) Jika diperiksa wajib :
a. Memeperlihatkan dan atau meminjam buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan
7) Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan
atau dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat
oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk
merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.
Hak-hak Wajib Pajak
1) Mengajukan surat keberatan dan surat banding
2) Menerima tanda bukti pemasukan SPT
3) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan
4) Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT
6) Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan
dalam surat ketetapan pajak
7) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
8) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,
serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah
9) Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban
pajaknya
10)Meminta bukti pemotong atau pemungutan pajak
11)Mengajukan keberatan atau banding
2.2.2. PPh Or ang Pr ibadi
2.2.2.1.Wajib Pajak Orang Pr ibadi
Penerimaan pengahsilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang
pribadi yang merupakan (Mardiasmo 2011 : 171) :
1. Pegawai
2. Penerimaan uang pesangon, pensiunan atau uang manfaat pension,
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan antara lain
meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat,
pelukis dan seniman lainnya
c. Olahragawan
d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan
moderator
e. Pengarang, peneliti dan penerjemah
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer
dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
g. Agen iklan
h. Pengawas atau pengolah proyek
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara
j. Petugas penjaja barang dagangan
k. Petugas dinas luar asuransi
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
dan kegiatan sejenis lainnya
4. Peserta kegiatan yang menerima atau meemperoleh penghasilan
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain pelombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan
kerja
c. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
d. Peserta kegiatan lainnya
2.2.2.2.Subjek Pa jak Or ang Pr ibadi
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi (Mardiasmo 2011 : 136) :
1) Subjek pajak dalam negeri :
• Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu
12 bulan.
• Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2) Subjek pajak luar negeri :
• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
2.2.2.3.Objek Pajak Orang Pr ibadi
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pension secara teratur
berupa uang pension atau penghasilan sejenisnya
3) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pension yang diterima secara sekaligus
berapa uang pesangon, uang manfaat pension, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenisnya.
4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan.
6) Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa uang saku, uang
respresentasi, uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenisnya dengan nama apa
pun.
7) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :
c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan bewrdasarkan norma
perhitungan khusus (deemed profit).
2.2.2.4.PTKP
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Setahun yang berlaku saat ini
(Mardiasmo 2011 : 149) :
PTKP
Rp 15.840.000,00 Wajib Pajak orang pribadi
Rp 1.320.000,00 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
Rp 1.320.000,00 Tambahan untuk setiap anggota keluarga (maksimal 3
orang)
Rp 15.840.000,00 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya di
gabung dengan penghasilannya suami
Syarat penghasilan istri yang di gabung dengan penghasilan suami :
• Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau di peroleh dari satu
pemberi kerja yang telah di potong pajak berdasrkan ketentuan dalam
undang-undang PPh pasal 21
• Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
2.2.2.5.Tar if Pa jak Penghasilan Or ang Pr ibadi
Tarif pajak yang berlaku menurut ketentuan pasal 21 undang-undang
pajak penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf a undang-undang Pajak
Penghasilan:
- Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif
20% lebih tinggi dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf a (Seri PPh :
14).
2.2.2.6.Biaya J abatan dan Biaya Pensiunan
Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk perhitungan pemotongan pajak penghasilan pegawai tetap, ditetapkan
sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00
setahun atau Rp 500.000,00 sebulan.
Besarnya biaya pension yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk perhitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pensiunan, ditetapkan
Lapis Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Diatas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%
Diatas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%
sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 2.400.000,00
setahun atau Rp 200.000,00 sebulan (Mardiasmo 2011 : 175).
2.2.2.7.Per hitungan
Pajak penghasilan setahun dihitung dengan cara mengalihkan
penghasilan kena pajak dengantarif pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh
Pasal 17(Mardiasmo 2011 : 151)
Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi)
= penghasilan kena pajak x tarif pasal 17
= (penghasilan netto- PTKP) x tarif pasal 17
= [(penghasilan bruto – biaya yang diperkenakan UU PPh)-PTKP] x tarif
pasal 17
2.2.3. Sur at Pember itahuan (SPT)
2.2.3.1.Penger tian
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak (WP)
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan (KUP : 03).
2.2.3.2.J enis
a. SPT Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak, yaitu SPT
yang digunakan untuk pelaporan atas pajak bulanan.
b. SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
bagian tahun pajak, yaitu SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan.
2.2.4. Pemahaman Per pajakan
Usaha seseorang untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus.
Engel, Blacwell and Miniard (1995) menyebut pemahanaman sebagai tahap
memberikan makna kepada stimulus diklasifikasikan dan dielaborasi dalam
kaitannya dengan pengetahuan seseorang dalam hal wajib pajak (Pranesti 2009
: 21).
Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara
selain minyak dan gas bumi hal ini berupaya menjadikan pajak sebagai
penerimaan negara yang paling utama, karena pemungutan pajak oleh negara
salah satu wujud pengabdian, kewajiban, serta partisipasi masyarakat untuk
pembangunan nasional.
Pemahaman mengenai perpajakan diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan
sekaligus partisipasi masyarakat untuk pembangunan nasional.
2.2.5. Kesadar an Wajib Pajak Orang Pr ibadi
Menurut Susanto, Kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak
frase “yang dapat dipaksakan” dan “yang bersifat memaksa.” Bertitik tolak
dari frase ini menunjukkan membayar pajak bukan semata-mata perbuatan
sukarela atau karena suatu kesadaran. Frase ini memberikan pemahaman dan
pengertian bahwa masyarakat dituntut untuk melaksanakan kewajiban
kenegaraan dengan membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran
sebagai aktualisasi semangat gotong-royong atau solidaritas nasional untuk
membangun perekonomian nasional.
Sampai sekarang kesadaran masyarakat membayar pajak masih belum
mencapai tingkat sebagaimana yang diharapkan. Umumnya masyarakat masih
sinis dan kurang percaya terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama
dengan upeti, memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan,
ketidak mengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak dan ribet menghitung
dan melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat dilakukan sehingga
masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan sesuatu
yang mustahil terjadi. Ketika masyarakat memiliki kesadaran maka membayar
pajak akan dilakukan secara sukarela bukan keterpaksaan
(www.pajak.go.id//membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak.htm).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah rasa
sadar/ingin yang dimiliki oleh wajib pajak secara iklhas, sukarela tanpa
paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak
2.2.6. Kepatuhan Pelapor an Wajib Pa jak Or ang Pr ibadi
Menurut Handarani dalam (Muiz 2012 : 56), pengertian kepatuhan
pajak (tax complience) adalah bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk
memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu
diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman
atau penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995:1013), istilah
kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan
kita dapat memberi pengertian bahwa Kepatuhan Perpajakan merupakan
ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan (Rahayu
2010 : 138).
Menurut Chaizi Nasucha(Rahayu 2010 : 138), kepatuhan wajib pajak
diidentifikasi dari :
- Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
- Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan
(SPT)
- Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang
dan
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah sikap
patuh, taat dan tunduk wajib pajak untuk melaporkan pajaknya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2.2.7. Pengar uh Pemahaman Per pajakan Ter hadap Kepatuhan Pelapor an
Wajib Pajak Or ang Pr ibadi
Usaha seseorang untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus.
Engel, Blacwell and Miniard (1995) menyebut pemahanaman sebagai tahap
memberikan makna kepada stimulus diklasifikasikan dan dielaborasi dalam
kaitannya dengan pengetahuan seseorang dalam hal wajib pajak (Pranesti 2009
: 21).
Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak
dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami, mengerti, sadar,
dan mematuhi hak dan kewajibanya dalam bidang perpajakan.
Pemahaman perpajakan sangat diperlukan oleh setiap wajib pajak
karena dari pemahaman wajib pajak dapat merubah wajib pajak menjadi sadar
dan patuh untuk melaporkan pajaknya.
Pemahaman mengenai perpajakan diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan
2.2.8. Pengar uh Kesadar an Wajib Pajak Ter hadap Kepatuhan Pelapor an Wajib
Pajak Or ang Pr ibadi
Kesadaran adalah rasa sadar/ingin yang dimiliki oleh wajib pajak
secara iklhas, sukarela tanpa paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk
melaporkan pajaknya baik pajak tahunan maupun masa.
Pajak dilakukan berdasarkan undang-undang yang berarti bahwa
pemungutan pajak sudah disepakati atau disetujui bersama antar pemerintah
dengan rakyat, maka sudah sewajarnya kalau masyarakat sadar akan kewajiban
di bidang perpajakan (Pranesti 2009:21).
Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak
dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami, mengerti, sadar,
dan mematuhi hak dan kewajibanya dalam bidang perpajakan.
Kesadaran wajib pajak terhadap pelaporan SPT diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dan sekaligus partisipasi masyarakat untuk pembangunan nasional.
2.3. Diagram Ker angka Pikir
Pemahaman dan kesadaran merupakan hal yang berpengaruh dalam
tingkat kepatuhan pelaporan SPT, karena untuk meningkatkan kepatuhan
Sumber kerangka pemikiran adalah bahasa landasan teori yang
dihubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya untuk memecahkan
masalah, sehingga untuk diagram kerangka pikir dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Dari kerangka pikir diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis
penelitiannya sebagai berikut :
Diduga pemahaman wajib pajak orang pribadi dan kesadaran wajib
pajak orang pribadi berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pelaporan wajib
pajak orang pribadi.
Uji Statistik Regresi Linier Berganda
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi(Y) Pemahaman Wajib Pajak
Orang Pribadi (X1)
3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel
3.1.1. Definisi Oper asional
Dalam definisi operasional ini akan dijelaskan variabel-variabel yang
akan diamati yang menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang
berkaitan dengan kesimpulan yang dikehendaki dan dimaksudkan untuk
memberikan batasan dan menghindari perbedaan presepsi terhadap makna
variabel penelitian
Variabel serta definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1.1.1.Var iabel bebas (Var iabel Independen)
1. Pemahaman Wajib Pajak Or ang Pr ibadi (X1)
Pemahaman wajib pajak orang pribadi merupakan pengetahuan atau
wawasan yang dimiliki oleh wajib pajak mengenai perpajakan, baik
asas-asanya, macam-macam pajak, tata cara perhitungan dan tata cara
pembayaran pajak yang dimiliki oleh wajib pajak. Indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel pemahaman perpajakan (X1)
(Arahman : 2012) :
a. Pengertian pajak
2. Kesadar an Wajib Pajak Or ang Pr ibadi (X2)
Kesadaran wajib pajak orang pribadi adalah rasa kesadaran dan
keinginan yang dimiliki oleh wajib pajak secara iklhas, sukarela tanpa
paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak
tahunan maupun masa. Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel kesadaran wajib pajak orang pribadi (X2) (Arahman : 2012) :
a. Pentingnya pajak
b. Manfaat pajak
3.1.1.2.Var iabel ter ikat (Var iabel dependen)
1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Or ang Pr ibadi (Y)
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi merupakan suatu ketaatan untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan perpajakan yang
diwajibkan atau dilaksanakan wajib pajak orang pribadi. Indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel tingkat kepatuhan wajib pajak orang
pribadi (Y) (Arahman : 2012) :
a. Wajib pajak orang pribadi mengisi formulir SPT dengan benar dan
tepat
b. Wajib pajak orang pribadi melakukan perhitungan dengan benar
c. Wajib pajak orang pribadi melakukan pembayaran dan pelaporan tepat
3.1.2. Teknik Pengukur an Var iabel
Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval.
Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur variable-variabel ini
adalah mengunakan skala Semantic Differntial. Skala ini juga digunakan
untuk mengukur sikap, tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
“sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif ” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh
adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang (Sugiyono 2011 :
97).
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti presepsi
responden sangat positif/sangat setuju, sedangkan bila memberi jawaban pada
angka 3 berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1 maka presepsi
responden sangat negatif/sangat tidak setuju.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah merupakan kelompok subyek atau objek yang memiliki
atau objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari
hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44).
Pada penelitian ini populasi nya para wajib pajak orang pribadi yang
memiliki NPWP yaitu 39.938 WP Pribadi di KPP Pratama Surabaya –
Sawahan (Sumber data KPP Pratama Surabaya-Sawahan).
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004 : 44).
Penelitian ini menggunakan probability Sampling yaitu dengan teknik
random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa
memerhatikan strata dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel (Sugiyono 2011 : 82). Dalam penelitian ini
untuk menentukan sampel menggunakan rumus Slovin :
= N
1 + N ( ) ( Um ar 2 004∶ 78 )
Di mana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
masih dapat ditolerir atau di inginkan
Ukuran sampel ditentukan dengan tingkat kelonggaran 10 % maka dengan
= 39 .938 1 + 39 .9 38( 0,1)
= 99 ,9 ~ 10 0 ( )
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua yaitu
a. Data primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi
yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang
berkaitan dengan variabel yang diteliti (Uma Sekaran : 60 ).
Data dalam penelitian ini dikumpulkan peneliti secara
langsung datang ke KPP Pratama Sawahan untuk melakukan
penyebaran kuisioner kepada wajib pajak orang pribadi yang
ada di KPP Pratama Surabaya-Sawahan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Uma Sekaran :
61).
Data yang dikumpulkan peneliti dari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Data sekunder yang
pribadi dan jumlah data register yang melaporkan SPT pada
KPP Pratama Surabaya-Sawahan pada tahun 2011, profil KPP
Pratama Surabaya-Sawahan serta struktur organisasi beserta
tugas dari masing-masing defisi pada KPP Pratama
Surabaya-Sawahan.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini diperoleh
dari dua sumber yaitu responden (wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di
kantor KPP Pratama Surabaya-Sawahan) dan langsung dari KPP Pratama
Surabaya-Sawahan.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Kuisioner
Cara untuk memperoleh data dengan memberikan
beberapa pernyataan yang tersaji di dalam lembar kertas isian
(kuisioner) yang tersedia untuk diisi.
b. Dokumentasi
Cara untuk memperoleh data dengan mengutip data
dari dokumen perusahaan yang ada kaitannya dengan
3.4.Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas
Menurut Sumarsono (2004:31) uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana alat pengukuran itu (kuesioner) mengukur apa yang
diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh ,masing-masing butir pertanyaan
dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan.
Apabila korelasi antara skor masing-masing pertanyaan signifikan, maka
dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas.
Menurut Ghozali (2006:49) uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut.
Data kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti pernyataan valid.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 berarti pernyataan tidak valid.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006:45) reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
instrumen dalam penelitian ini adalah koefisien alfa dari Cronbach Alpha.
Dan kriteria pengujiannya sebagai berikut :
a. Jika nilai alpha > 0,60 berarti penyataan reliabel.
b. Jika nilai alpha ≤ 0,60 berarti pernyataan tidak reliabel. 3.4.3. Uji Nor malitas
Menurut Ghozali (2006: 147) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode
Kolmogrof Smirnov.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
a. Nilai signifikansi > 0,05 berarti data tersebut berdistribusi normal.
b. Nilai signifikansi < 0,05 berarti data tersebut tidak berdistribusi normal.
3.5.Uji Asumsi Klasik
3.5.1. Uji Multikoliner itas
Menurut Ghozali (2006:95) uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantar variabel independen.
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Jadi
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10. setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolelir (Ghozali, 2006:96).
3.5.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel (Ghozali,
2006:125).
Menurut Santoso (2002 : 301), untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah :
Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas 3.5.3. Uji Autokoler asi
Nilai d Kesimpulan 0 < d < d1
d 1 ≤ d ≤ du 4 – d1 < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 – d1
du < d < 4 – du
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada aoto korelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
3.6.Analisis Regr esi Linier Berganda
Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian diatas, maka teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan alasan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai variabel model prediksi terhadap suatu variabel dependen dengan beberapa variabel independent dengan persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ….. + ui
(Gujarati, 1995:130) Keterangan :
X2 = Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi β0 = Konstanta
β1 = Koefisien Regresi Variabel X1
β2 = Koefisien Regresi Variabel X2
ui = Faktor Kesalahan Baku 3.7.Uji Hipotesis
3.7.1. Uji F
Uji Anova atau F test apabila probabilitas signifikan jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksikan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y) atau dapat dikatakan Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1) serta Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y). 1. Uji F dengan prosedur sebagai berikut :
H o: β1 = β2 = β3 = 0 (Model regresi tidak cocok)
H1: β1 = β2 = β3 ≠ 0 (Model regresi cocok)
2. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan (n-k), dimana n= jumlah pengamatan, k= jumlah variabel.
3. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
3.7.2. Uji t (Uji Parsial)
Uji t (uji parsial) untuk mengetahui apakah variabel X1 atau X2
berpengaruh atau tidak terhadap Y dengan melakukan uji-t. 1. Uji t dengan prosedur sebagai berikut
H0 : βi = 0, dimana i = 1,2 (Tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap Y)
H0 : βi ≠ 0, dimana i = 1,2 (Terdapat pengaruh secara parsial terhadap Y)
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n – k), dimana n : jumlah pengamatan, dan k: jumlah variabel. 3. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Surabaya Sawahan
Kantor Pelayanan Pajak Surabaya Sawahan yang berlokasi di jalan
diponegoro merupakan hasil dari pemecahan Kantor Pelayanan Pajak
Surabaya Tegalsari, dan mulai beroperasi pada bulan April 2002.
Berkenaan dengan perkembangan perekonomian dan dalam rangka
pelaksanaan moderenisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap
sebagai upaya pelaksaan Good Governance dan meningkatkan penerimaan
pajak serta efektifitas organisasi instansi vertikal di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak maka dipandang perlu melanjutkan penerapan organisasi
dan tata kerja kantor wilayah.
Menteri Keuangan Republik Indonesia (Sri Mulyani Indrawati)
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 55/pmk.01/2007
tanggal 31 Mei 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak. Menindak lanjuti Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia tersebut, maka Direktur Jenderal Pajak (Darmin
Nasution ) menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor :
Lingkungan Kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur I, Kantor
wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur II, Kantor wilayah Direktorat
Jendral Pajak Jawa Timur III dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Bali.
Berdasarkan keputusan Direktur jenderal Pajak tersebut, maka
kantor Pelayanan Pajak di Surabaya menjadi 13 kantor, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Krembangan
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Genteng
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sukomanunggal
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Tegalsari
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut
9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sawahan
10. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Pabean Cantikan
11. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Simokerto
12. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo
13. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sawahan yang
DJP Jawa timur I (yang membawahi 13 kantor pelayanan pajak di daerah
Surabaya), dan mulai beroperasi pada tanggal 13 November 2007.
Lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sawahan berada
di jalan Dinoyo Nomor 111 Surabaya. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Sawahan meliputi :
1. Kecamatan Sawahan :
- Kelurahan Sawahan
- Kelurahan Putat Jaya - Kelurahan Pakis
- Kelurahan Banyu Urip
- Kelurahan Kupang Krajan
- Kelurahan Petemon
2. Kecamatan Bubutan
- Kelurahan Bubutan
- Kelurahan Jepara
- Kelurahan Gundih
- Kelurahan Alun-alun Contong
- Kelurahan Tembok Dukuh
3. Kecamatan Asemrowo
- Kelurahan Asemrowo
- Kelurahan Kalianak
- Kelurahan Genting
Dalam mendukung dan membantu pelaksanaan tugas kantor
pelayanan pajak, maka dilakukan pembagian-pembagian tugas untuk
masing-masing bagian/seksi sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi
(TUPOKSI). Hal ini agar tidak terjadi benturan atau friksi dalam
melaksanakan tugas masing-masing seksi.
4.1.2. Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Sawahan
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sawahan
Sebagai pimpinan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
surabaya Sawahan, mempunyai tugas untuk mengelola pelaksanaan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang
perpajakan dalam wilayah wewenangnya sesuai dengan rencana
strategis Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum dikepali oleh kepala Sub bagian umum yang
mempunyai tugas untuk melasanakan pelayanan kesekretariatan
dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian,
keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang
kelancaran tugas kantor pelayanan pajak, agar terlaksananya urusan
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas kantor pelayanan pajak
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi PDI dipimpin oleh kepala seksi PDI yang mempunyai
tugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan data , penyajian
informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan
dukungan teknis komputer, pemantau aplikasi e-SPT dan e-filling
serta penyiapan laporan kinerja, agar terlaksananya urusan dukungan
sistem informasi untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
kantor pelayanan pajak berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan dipimpin oleh kepala seksi pelayanan yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta
penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan
registrasi wajib pajak, dan kerja sama perpajakan sesuai ketentuan
yang berlaku, yang bertujuan agar terlaksananya penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen
dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat
pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan
perpajakan yang menjadi tanggung jawab kantor pelayanan pajak
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan dipimpin oleh kepala seksi pemeriksaan yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, yang bertujuan agar
terlaksananya rencana pemeriksaan san pengawasan pelaksanaan
aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah
pemeriksaan pajak serta tertib administrasi dalam pelaksanaan
pemeriksaan pajak.
6. Seksi Penagihan
Seksi penagihan dipimpin oleh kepala seksi penagihan yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan penatausahaan
piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan
aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpangan
dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku, yang
bertujuan agar terlaksannya pencairan tunggakan pajak secara
optimal dan tertib administrasi tata usaha piutang pajak untuk
mendukung tugas kantor pelayanan pajak sesuai dengan ketentuan
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi ekstensifikasi perpajakan dipimpin oleh kepala seksi
ekstensifikasi perpajakan yang mempunyai tugas untuk
melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari
pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek
pajak dalam rangka ektensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, agar terlaksananya kegiatan ekstensifikasi, pendataan
dan penilaian yang efektif dan optimal untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas KPP berdasarakan ketentuan yang berlaku.
8. Seksi Pengawasan dan konsultasi (Waskon) I, II, III dan IV
Seksi WASKON dipimpin oleh kepala seksi pengawasan dan
konsultasi yang mempunyai tugas untuk melaksanakan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan
kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan
profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data
wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarakan ketentuan yang berlaku, agar
terlaksananya pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib
pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja
wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan pemahaman dan
kepatuhan wajib pajak.
9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak
Kelompok jabatan fungsional pemeriksa pajak mempunyai tugas
melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap kelompok tersebut dikoordinaskian oleh pejabat fungsional
senior yang ditunjuk oleh kepala kantor yang bersangkutan. Jumlah
jabatan fungsional ini ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja yang dialami, sedangkan jenis dan jenjang jabatan fungsional
diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.1.3. Visi dan Misi KPP Pratama Surabaya Sawahan
Visi KPP Pratama Surabaya Sawahan
Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
Misi KPP Pratama Surabaya Sawahan
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini dibahas tentang hasil penelitian yang
telah diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada Wajib Pajak Orang
Pribadi yang berada di ruang lingkup KPP Pratama Surabaya Sawahan ,
serta akan dibahas mengenai data – data yang telah didapat dari
penyebaran kuesioner dengan variabel bebas Pemahaman (X1) dan
Kesadaran (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah Tingkat kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi(Y).
Sebelum mendeskripsikan hasil penelitian ini, bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini, sebanyak 100 responden dengan
menggunakan kuesioner.
4.2.1. Variabel Pemahaman (X1)
Usaha seseorang untuk mengartikan atau menginterpretasikan
stimulus. Engel, Blacwell and Miniard (1995) menyebut pemahanaman
sebagai tahap memberikan makna kepada stimulus diklasifikasikan dan
dielaborasi dalam kaitannya dengan pengetahuan seseorang dalam hal
wajib pajak (Pranesti 2009 : 21), dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemahaman adalah pengetahuan yang dimiliki oleh wajib pajak.
Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi pada variabel
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Variabel Pemahaman (X1)
No Uraian Ítem Pernyataan
1 2 3 4 5
1 X1.1 0
0% 2% 2 7% 7 59% 59 32% 32
2 X1.2 7
7% 6 6% 34 34% 31 31% 22 22%
3 X1.3 2
2% 2% 2 6% 6 51% 51 39% 39
4 X1.4 1
1% 2% 2 4% 4 27% 27 66% 66
5 X1.5 2
2% 0% 0 6% 6 44% 44 48% 48
6 X1.6 9
9% 11 11% 18 18% 48 48% 14 14%
7 X1.7 0
0% 0% 0 9% 9 45% 45 46% 46 Mean 3% 3,28% 12% 43,57% 38,14%
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, responden yang memberikan jawaban
dengan skor 1 – 2 (6,28%) beberapa responden tidak setuju bahwa
pemahaman tentang perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi untuk melaporkan pajaknya. Responden yang
menjawab skor 3 (12 %) ragu – ragu bahwa pemahaman tentang
perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
untuk melaporkan pajaknya. Responden yang menjawab skor 4 – 5
(81,71%) menyetujui bahwa pemahaman tentang perpajakan dapat
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk melaporkan
pajaknya. Hal ini menunjukan bahwa dari 100 responden 81,71%
responden setuju bahwa pemahaman tentang perpajakan penting untuk
Wajib Pajak karena dengan adanya pemahaman tersebut, maka dapat
terutama untuk mengetahui informasi mengenai cara-cara pengisisan SPT
dalam melaporkan penghitungannya.
4.2.2. Variabel Kesadaran (X2)
Kesadaran adalah rasa sadar/ingin yang dimiliki oleh wajib pajak
secara iklhas,