• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE SEDAAP DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE SEDAAP DI SURABAYA."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh:

Nur lita Madyaningsih

0812010070/FE/EM

(2)

Dengan memanjat kan puji syukur kepada allah sw t , at as rahmat dan hidayah-nya yang

diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul : “ PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP

KONSUM EN TERHADAP KEPUTUSAN PEM BELIAN M IE SEDAAP DI SURABAYA”

Penyusunan skripsi ini dit ujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian St udi Pendidikan

St rat a Satu, Fakultas Ekonomi jurusan M anajemen, Universit as Pembangunan Nasional “ Vet eran”

Jaw a Timur.

Pada kesempat an ini penyusun ingin menyampaikan t erima kasih kepada semua pihak yang

t elah memberi bimbingan, pet unjuk sert a bant uan baik spirit uil maupun mat eriil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof . Dr. Ir. Teguh Soedart o, M P, selaku Rekt or Universit as Pembangunan Nasional

“ Vet eran” Jaw a Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, M M , selaku Dekan Fakult as Ekonomi Universit as Pembangunan

Nasional “ Vet eran” Jaw a Timur

3. Bapak Dr. M uhadjir Anw ar, M M , selaku Ket ua Jurusan M anajemen Fakult as Ekonomi Universit as

Pembangunan Nasional “ Vet eran” Jaw a Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Hery Pudjoprast yono, M M , selaku Dosen Pembimbing Ut ama yang t elah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada penelit i dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para Dosen dan asist ennya yang t elah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menjadi mahasisw a Universit as Pembangunan Nasional “ Vet eran “ Jaw a Timur.

(3)

Penulis menyadari sepenuhnya bahw a apa yang t elah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena it u penulis sangat berharap saran dan krit ik membangun dari pembaca dan

pihak lain.

Akhir kat a, Penulis berharap agar skripsi ini bermanf aat bagi semua pihak yang membutuhkan

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2012

(4)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAM BAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Lat ar Belakang M asalah ... 1

1.2. Rumusan M asalah ... 6

1.3. Tujuan Penelit ian ... 6

1.4. M anfaat Penelit ian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Hasil Penelit ian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori... 8

2.2.1. Pengert ian Pemasaran ... 8

2.2.2. Konsep Pemasaran ... 10

2.2.3. Pengert ian M anajemen Pemasaran ... 11

2.2.4. Perilaku Konsumen ... 13

2.2.5. Pengert ian Persepsi ... 14

2.2.6. Teori Keput usan Pembelian... 17

2.2.7. Pengaruh Persepsi Terhadap Keput usan Pembelian ... 29

(5)

BAB III M ETODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.1.1. Pengukuran Variabel ... 33

3.2 Populasi Dan Sampel Penelit ian ... 35

3.3 Jenis Dat a dan Sumber Dat a ... 36

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipot esis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 45

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 45

4.2. Analisis Statistik Deskriptif ... 49

4.2.1. Uji Outlier Multivariate ... 51

4.2.2. Uji Reliabilitas ... 52

4.2.3. Uji Validitas ... 54

4.2.4. Uji Construct Reliability Dan Variance Eztracted ... 55

4.2.5. Uji Normalitas ... 56

4.2.6. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM ... 60

4.2.7. Uji Kausalitas ... 61

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 61

(6)
(7)

Tabel 4.3. Ident it as Responden M enurut Pendidikan ... 51

Tabel 4.4. Hasil Uji Out lier M ult ivariat e ... 52

Tabel 4.5. Pengujian Reliabilit y Consist ency Int ernal ... 53

Tabel 4.6. Hasil Uji Validit as ... 54

Tabel 4.7. Const ruct Reliabilit y & Variance Ext rat ed... 55

Tabel 4.8. Assessment of Normalit y... 57

Tabel 4.9. Evaluasi Krit eria Goodness of Fit Indeces ... 59

Tabel 4.10. Evaluasi Krit eria Goodness of Fit Indeces ... 60

Tabel 4.11. Dat a Uji Kausalit as ... 60

DAFTAR GAM BAR Gambar 4.1: M odel Pengukuran dan St rukt ural ... 58

(8)

Nur lita Madyaningsih

ABSTRAK

Konsumen akan menampakkan perilakunya set elah melakukan persepsi t erhadap keput usan apa yang akan diambil dalam membeli suat u produk. Pada dasarnya pengambilan keput usan yang dilakukan oleh konsumen t idak hanya dipengaruhi oleh st imulasi dalam bent uk market ing mix, t et api juga dipengaruhi oleh fakt or – fakt or yang bersifat personal. Hal ini menjadikan penelit i t ert arik unt uk menget ahui faktor – fakt or yang mempengaruhi keput usan pembelian M ie Sedaap. M ungkin Indomie merupakan produk yang sudah dikenal banyak orang karena merupakan produk lama. Sedangkan M ie Sedaap produk yang masih dikat egorikan produk baru sehingga konsumen belum banyak yang mengenal. Tujuan dari penelit ian ini adalah untuk menget ahui pengaruh Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keput usan Pembelian M ie Sedaap.

Populasi dalam penelit ian ini adalah konsumen produk M ie Sedap. M et ode pengambilan sampel dengan met ode non probabilit y sampling dengan t eknik Purposive Sampling yait u sampel dipilih berdasarkan krit eria yang sudah dit etapkan oleh penelit i, dengan jumlah 110 pelanggan M odel yang digunakan dalam penelit ian ini adalah St ruct ural Equat ion M odeling (SEM ).

Berdasarkan analisis dat a dengan menggunakan SEM (St uct ural Equat ion M odeling) dan pembahasan hasil penelit ian yang t elah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Faktor Persepsi t idak berpengaruh posit if t erhadap keput usan pembelian M ie Sedaap. Fakt or Sikap Konsumen berpengaruh posit if t erhadap keput usan pembelian M ie Sedaap.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belaka ng

Perkembangan teknologi dan industri telah menjadi kehidupan di

dunia usaha yang penuh dengan tantangan dan persaingan semakin ketat.

Bertambahnya jumlah perusahaan akan menambah tingkat persaingan

dalam merebut pangsa pasar serta memaksa perusahaan untuk lebih

tanggap terhadap perubahan lingkungan jika ingin bertahan. Untuk

meningkatkan daya saing perusahaan, maka pemimpin perusahaan dituntut

untuk bekerja keras dan melaksanakan kegiatan perusahaan secara efisien

dan efektif demi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.

Dimana perkembangan merupakan tantangan bagi setiap perusahaan

dalam mengelola potensi yang ada guna mencapai keuntungan yang

maksimal demi kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.

Kondisi persaingan yang ketat ini pun mengakibatkan semakin

banyak dan beragam produk yang ditawarkan ke pasar. Agar produk dari

suatu perusahaan dapat dikenal dengan baik oleh konsumen dan dilihat

berbeda dari produk yang disajikan oleh perusahaan lain, perlu diberikan

nama atau merek (brand). Merek (brand) seharusnya mampu

mengidentifikasikan dan membedakan produk perusahaan dengan produk

pesaing, terutama pada merek – merek yang ada pada satu kategori produk

(10)

produk, akan mempengaruhi kepercayaan konsumen pada merek tersebut,

yang selanjutnya mempengaruhi keputusan pembelian pada merek yang

sama (Laroche, dkk, 1996).

Berbagai kelebihan dan daya tarik produk ditawarkan oleh setiap

pemasar untuk memberikan kepuasan pada konsumen. Salah satu jenis

produk yang ditawarkan adalah produk – produk makanan dan minuman

dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan zaman pasar makanan

instant khususnya mie instant semakin meningkat dan memberikan banyak

pilihan sehingga menjadi semakin komplek. Salah satu mie instant yang

beredar dipasaran saat ini adalah Mie Sedaap.

Produk keluaran Grup Wings ini hadir dengan tiga varian rasa yang

berbeda yaitu : Mie Goreng Rasa Ayam Bawang, Mie Kuah Rasa Soto,

dan Mie Kuah Rasa Kari Ayam. Sejak kehadiran Mie Sedaap per April

2003 industri mie instant nasional langsung saja berubah. Dalam waktu

yang singkat, Mie Sedaap berhasil meraup 12% - 15% pangsa pasar mie

instant. Dengan memberikan varian rasa yang gurih, harga pokok

penjualan yang lebih rendah ketimbang pesaing, menjadikan Mie Sedaap

mampu bertahan di era persaingan. Tetapi Mie Sedaap, tetap mengalami

penurunan nilai Top Brand Index, seperti pada table berikut :

Tabel 1.1. Top Brand Mie Instan 2009-2011

(11)

Supermi 4.7% 4.2% 4.4%

Sumber : majalah marketing edisi khusus 2010

Berdasarkan peringkat kinerja produk personal 2009 – 2011

dimana pada tahun 2009, Indomie menduduki peringkat pertama dengan

Top Brand Index mencapai 71.9 jauh diatas Mie Sedaap sebesar 14.8%

dan Supermi sebesar 4.7%. Demikian juga pada tahun 2009 dan tahun

2010, Indomie (77.2) sedangkan Mie Sedaap menurun sebesar (12.6) dan

Supermi (4.4). Hal ini juga dialami menurunnya penjualan Mie Sedap pada

Super Indo di Wiyung, seperti pada table berikut :

Tabel 1.2. Lapor an Penjualan Mie Sedap Tahun 2008 - 2010

Pr oduk 2008 2009 2010

Sumber : Superindo, cab. Wiyung

Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui faktor –

faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Mie Sedaap. Mungkin

Indomie merupakan produk yang sudah dikenal banyak orang karena

merupakan produk lama. Sedangkan Mie Sedaap produk yang masih

(12)

mengenal. Dalam hal ini perusahaan ditekankan agar dapat mengenalkan

produk Mie Sedaap lebih dalam.

Pada dasarnya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh stimulasi dalam bentuk marketing

mix, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor – faktor yang bersifat personal.

Dengan memahami kedua hal tersebut tidak hanya dituntut untuk

mengembangkan produk yang tepat, memberikan merek, menawarkan

harga yang relevan, serta memudahkan konsumen mendapatkan produk

tersebut, tetapi juga mengkomunikasikannya kepada konsumen, antara lain

melalui sarana iklan.

Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah melakukan

persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu

produk. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:146) Persepsi merupakan

suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih, mengorganisasikan

dan menginterprestasikan rang-sangan-rangsangan yang diterima menjadi

suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.

Sedangkan Kotler dan Amstrong (1996:156) mengemukakan

bahwa dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu

produk dapat berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya proses seleksi

terhadap berbagai stimulus yang ada. Pada hakekatnya persepsi akan

berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan

terhadap apa yang dikehendaki. Salah satu cara untuk mengetahui

(13)

terhadap produk. Dengan persepsi konsumen kita dapat mengetahui hal–

hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan ataupun

ancaman bagi produk kita.

Selain persepsi akan muncul pula sikap seseorang dalam menilai

suatu obyek yang akan diminati dan untuk dimiliki. Sikap sebagai suatu

evaluasi yang menyeluruh dan memungkinkan seseorang untuk merespon

dengan cara yang menguntungkan atau tidak terhadap obyek yang dinilai.

Menurut Robbins (2006:169) sikap adalah penilaian evaluatif berkaitan

dengan obyek. Sedangkan menurut Simamora (2002:14) bahwa di dalam

sikap terdapat tiga komponen yaitu 1) Cognitive component: kepercayaan

konsumen dan pengetahuan tentang obyek.Yang dimaksud obyek adalah

atribut produk, semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek suatu

produk maka keseluruhan komponen kognitif akan mendukung sikap

secara keseluruhan. 2) Affective component : emosional yang

merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu obyek. 3) Behavioral

component: merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap

suatu obyek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan

melakukan suatu tindakan. Menurut Loudan dan Delabitta (2004:217);

komponen kognitif merupakan kepercayaan terhadap merek, komponen

afektif merupakan evaluasi merek dan komponen kognatif menyangkut

(14)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap

Keputusan Pembelian Mie Sedaap”.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor persepsi berpengaruh terhadap keputusan pembelian

Mie Sedaap ?

2. Apakah faktor sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan

pembelian Mie Sedaap ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan, dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor persepsi terhadap keputusan pembelian

Mie Sedaap.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor sikap konsumen terhadap keputusan

pembelian Mie Sedaap.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam menerapkan teori – teori

yang telah diterima diperkuliahan dalam praktek lapangan.

(15)

3. Bagi pembaca, kiranya penelitian ini dapat memberikan tambahan

informasi tentang pentingnya iklan dalam mempengaruhi keputusan

pembelian.

4. Untuk menambah wawasan bagi peneliti dalam menerapkan teori – teori

yang telah diterima diperkuliahan dalam praktek lapangan.

5. Memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan sebagai sumbangan bagi

penelitian selanjutnya.

(16)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

1. Wahyuni, 2008, Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen

Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di

Kawasan Surabaya Barat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

motivasi, persepsi dan sikap konsumen terhadap keputusan pembelian.

Satuan unit/obyek analisis penelitian ini adalah konsumen atau pembeli

dan pengguna sepeda motor merek Honda di Kawasan Surabaya Barat.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa motivasi, persepsi, sikap konsumen

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

sepeda motor merek Honda. Manfaat penelitian ini dapat dipakai sebagai

informasi dalam usaha untuk meningkatkan volume penjualan melalui

perilaku konsumen

2. Mashadi, 2008, pengaruh motivasi, persepsi, sikap dan pembelajaran

konsumen terhadap keputusan pembelian Minuman kemasan merek “teh

botol sosro" di kawasan depok

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

(17)

terhadap keputusan pembelian. Obyek analisis penelitian ini adalah

konsumen minuman kemasan merek Teh Botol Sosro yang berada di

kawasan Depok. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pertama

motivasi, persepsi, sikap dan pembelajaran konsumen berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan pembelian minuman kemasan

merek Teh Botol Sosro. Kedua ada perbedaan yang nyata antara

pendapat dan harapan konsumen tentang keputusan pembelian. Manfaat

penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dalam usaha untuk

meningkatkan volume penjualan melalui perilaku konsumen.

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Penger tian Pemasar an

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan – kegiatan pokok yang

dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaannya untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Peran perusahaan dirasa sangat penting terutama sebagai penghubung antara

kebutuhan – kebutuhan masyarakat dengan pola industri yang bersangkutan.

Suatu perusahaan tidak akan dapat bertahan lama bila perusahaan tersebut tidak

mampu menjual atau memasarkan produk yang dihasilkannya.

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dalam bidang yang

sama mengakibatkan berbagai macam pilihan barang dan jasa. Sejalan dengan itu

(18)

perusahaan harus dapat menawarkan barang dan jasa yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan dari konsumen.

Pengertian pemasaran telah banyak diberikan oleh para ahli di bidang

pemasaran antara lain :

Menurut Kotler (1991 : 14), pemasaran adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan

barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran –

sasaran individu dan organisasi.

Menurut Stanton pada buku Swastha (1990 : 5), pemasaran adalah suatu

sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang bertujuan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa

yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial.

Menurut Nitisemito (1981 : 13), marketing adalah semua kegiatan yang

bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke

konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan

permintaan yang efektif.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan

hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan

(19)

2.2.2. Konsep Pemasar an

Sebagai falsafah bisnis pemasaran bertujuan memberikan keputusan

terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen.

Definisi konsep pemasaran ini menurut (Swastha dan Irawan, 1990 : 10) adalah

sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan

syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut Kotler (1991 : 21), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci

untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan

lebih efektif dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai dengan usaha mengenali

dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dasar pemikiran yang

terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi 3 elemen

pokok, yakni :

1. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya

memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih

banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai

penggunanya.

2. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh

(20)

tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat

memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat

memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan. Dapat pula dikatakan

bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha – usaha

perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen. Untuk

memberikan kepuasan tersebut, perusahaan dapat menyediakan atau menjual

barang dan jasa yang paling baik dengan harga yang layak.

3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran

Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam

pemasaran turut berkecimpung dalam usaha memenuhi yang konsumen

inginkan, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk

memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.

2.2.3. Penger tian Manajemen Pemasar an

Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan –

kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung pertukaran yang efisien dan

efektif.

Definisi manajemen pemasaran telah banyak diberikan oleh para ahli

pemasaran antara lain :

Menurut Kotler (1999 : 14), manajemen pemasaran adalah proses

(21)

barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran memenuhi sasaran – sasaran

perorangan dan organisasi.

Sedangkan menurut Swastha dan Irawan (1990 : 7), manajemen

pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

program – program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar

yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini tergantung

pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar serta

menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk

memberitahu, mendorong, serta melayani pasar.

Dengan demikian sasaran keseluruhan manajemen pemasaran adalah

untuk mendukung pertukaran yang diinginkan dan meminimumkan sebanyak

mungkin dalam melakukan hal tersebut. Jadi dalam fungsi manajemen tersebut

termasuk penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan, serta

pengawasannya. Tahap perencanaan khususnya merupakan tahap yang sangat

menentukan terhadap kelangsungan dan suksesnya organisasi. Proses perencanaan

merupakan suatu proses yang selalu memandang ke depan atau kemungkinan –

kemungkinan yang akan datang termasuk disini adalah pengembangan program,

kebijaksanaan, dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran.

Untuk membuat suatu rencana, fungsi penganalisaan sangat penting agar

rencana yang dibuat dapat lebih matang dan tepat. Dari segi lain, penerapan

merupakan kegiatan menjalankan rencana, sedangkan fungsi terakhir dari

(22)

aktivitas untuk menghindari adanya penyimpangan atau memperkecil

penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

2.2.4. Per ilaku Konsumen

2.2.4.1.Penger tian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen pada hakekatnya bukanlah hal yang mudah untuk

dipelajari, karena perilaku konsumen menyangkut pikiran, kehendak, sikap dari

konsumen yang sifatnya sulit untuk diduga, walaupun sulit untuk dipelajari

namun justru pengetahuan tentang perilaku konsumen sangatlah penting bagi

pemasaran.

Perilaku konsumen merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks dan

dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan sosial untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Oleh karenanya, produsen harus mempunyai pengetahuan tentang

perilaku konsumen, dengan demikian ia mempunyai pandangan mengenai

konsumennya dan kemudian dapat menilai kebutuhan dan keinginan mereka yang

sekarang dan yang akan datang, serta menanggapi dengan cepat kebutuhan

tersebut sehingga pada akhirnya ia dapat memperoleh kedudukan kompetitif yang

lebih baik.

Menurut Winardi (1991 : 41) pada buku Sumartono (2002 : 97), perilaku

konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang –

orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan produk dan jasa,

(23)

Sedangkan menurut Swastha (1987 : 9), perilaku konsumen adalah

kegiatan – kegiatan individu secara langsung dalam mendapatkan,

mempergunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan

keputusan pembelian.

Berdasarkan kedua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu atau

kelompok yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam

mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan mereka.

2.2.5. Penger tian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan

peran (Rakhmat, 2005). Persepsi itu bersifat individual, karena persepsi

merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka persepsi dapat

dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu

tidak sama, maka dalam mempersepsikan stimulus, hasil dari persepsi mungkin

dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya yang sangat subjektif (Roger

(24)

Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300),

persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory)

dan pengalaman masa lampau yang relevan diorgani-sasikan untuk memberikan

kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.

Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan

bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan

mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely

(1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap

lingkungan oleh seorang individu.

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan

khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja

stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai

proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan

indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya

respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek,

stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi

makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi

(Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209).

Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),

(25)

telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan

membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku

orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

2.2.5.1. Faktor Yang Mempengar uhi Per sepsi

Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

persepsi yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah

karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat,

pengalaman dan harapan.

2. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda,

peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang

yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi persepsi seseorang

adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran

persepsi.

3. Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara

kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

Sementara menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyai arti

individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor

(26)

Persepsi adalah tanggapan konsumen terhadap keberadaan suatu obyek

atau produk yang menjadi pilihannya. Menurut Dahmiri (2008:24) terdapat

indikator utama, yaitu :

a) Harga yang ikut menentukan pembelian produk

b) Kualitasproduk juga ikut menentukan pembelian produk

c) Model Produk atau variasi produk menentukn pembelian produk

2.2.6. Sikap

Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku.

Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan

menjadi langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang

dievaluasi secara paling menguntungkan. Sikap berguna bagi pemasaran dalam

banyak cara. Sebagai contoh, sikap kerap digunakan untuk menilai keefektifan

kegiatan pemasaran. Pertimbangkanlah sebuah kampanye iklan yang dirancang

untuk menaikkan penjualan dengan meningkatkan sikap konsumen. Pengandalan

semata-mata pada penjualan untuk mengevaluasi keberhasilan kampanye tersebut

secara potensial dapat menyesatkan. Sebagai akibatnya iklan mungkin memiliki

dampak positip pada sikap. Sikap yang dibentuk terhadap iklan harus pula

dipertimbangkan karena dapat menentukan daya bujuk iklan yang bersangkutan (

(27)

Sikap menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994:53) didefinisikan

sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespons dengan

cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan

dengan objek atau alternative yang diberikan. Dalam ilmu Psikologi Sosial, sikap

adalah variabel terpenting yang dimanfaatkan di dalam studi perilaku manusia.

Banyak dari bujukan pemasaran dijalankan untuk mengubah sikap.

Pada tahun 1960-an oleh Milton Rosenberg ( 1956 ), Martin Fishbein

(1963), yang dikutip oleh Engel, Blackwell dan Miniard (1994:54)

mendemonstrasikan hubungan yang positif antara pengetahuan ( informasi ),

sikap, maksud dan perilaku.

Kotler (2005:219) merumuskan sikap sebagai evaluasi, perasaan emosi,

dan kecendurangan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan

bertahan lama pada seseorang terhadap ojek atau gagasan tertentu. Sikap

menempatkan semua itu ke dalam kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak

menyukai objek tertentu, yang bergerak mendekati atau menjauhi objek tersebut.

Sikap menyebabkan orang berperilaku konsisten terhadap ojek yang serupa.

Howard, Shay dan Green (1998:28) mendefinisikan sikap sebagai (

attitude ) sebagai “ the consumer’s preference for the brand ” (preferensi

konsumen terhadap merek ). Sikap seseorang adalah predisposisi ( keadaan mudah

terpengaruh ) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan,

yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap kerap

terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan objek sikap. Konsumen yang

(28)

mengembangkan sikap yang mendukung pengecer (Engel, Blackwell dan

Miniard, 1994 :340).

Akan tetapi perlu dikenali bahwa bahwa sikap dapat dibentuk bahkan

tanpa adanya pengalaman aktual dengan suatu objek. Begitu pula sikap produk

mungkin dibentuk bahkan bila pengalaman konsumen dengan produk

bersangkutan terbatas pada apa yang mereka lihat di dalam iklan (Engel,

Blackwell dan Miniard, 1994 :340).

Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku, dimana

respon terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan membeli

atau tidak. Respon positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan

konsumen melakukan pembeli-an terhadap merek itu, dan sebaliknya respon

negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut

Swastha dan Handoko (1997: 91): “Respon adalah predisposisi (keadaan mudah

terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang

dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut”. Sedangkan

menurut Engel, Blackwell, Minniard (1994:336) mendefinisikan respon sebagai

”Suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang bertindak dengan cara

menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan

obyek yang diberikan”.

Menurut Hawkins (1980), sikap dapat didefinisikan sebagai cara kita berfikir,

merasakan dan bertindak terhadap beberapa aspek. Sedangkan Newcomb (dalam

Mar'at, 1982) memberikan pengertian sikap adalah kesiapan, kesediaan untuk

(29)

pemandangan individu berdasarkan pengetahuan penilaian dan proses orientasi

tindakan terhadap suatu obyek atau gejala. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard

(1992), sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukkan orang

berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten

berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Sikap dalam kamus

Marketing (1995) juga didefinisikan sebagai kondisi mental atau akal budi

tertentu yang mencerminkan suatu pandangan pribadi yang negatif ata positif

mengenai suatu obyek/konsep; atau suatu keadaan acuh tak acuh yang

menunjukkan titik tengah (mid point) diantara dua titik ataupun dua pokok yang

saling berlawanan.

Ada tiga komponen sikap menurut Allport (dalam Mar’at, 1982) adalah

sebagai berikut:

1. Komponen Kognitif (Pengetahuan)

Hal ini berhubungan dengan kepercayaan (beliefs), ide, dan konsep, misalnya

pengetahuan tentang sesuatu atau obyek, keyakinan tentang obyek ataupun

keyakinan evaluatif.

2. Komponen Afektif (Emosional)

Hal ini menyangkut kehidupan emosional seseorang seperti perasaan senang

atau tidak senang terhadap suatu situasi, obyek, orang ataupun konsep.

3. Komponen Konotif (Tendensi perilaku)

Hal ini merupakan kecenderungan bertingkah laku atau kehendak untuk

(30)

Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah

karena evaluasi merek merupakn ringkasan dari kecenderungan konsumen

untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Kepercayaan merek

datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi merek

terutama menentukan perilaku kehendak. Dalam faktanya, evaluasi merek

sesuai dengan definisi dari sikap terhadap merek yaitu untuk mengevaluasi

merek baik disenagi atau tidak disenagi (Sutisna,2001 : 101)

Dari berbagai pengertian tentang sikap yang telah dijelaskan di atas, maka

secara eksplisit dapat dikatakan bahwa membicarakan sikap adalah membahas

hal-hal yang bersifat multidimensional. Sikap seseorang secara menyeluruh

terhadap suatu obyek nampak sebagai fungsi dari:

a. Kekuatan masing-masing dari sejumlah kepercayaan yang dipegang seseorang

mengenai berbagai aspek dari obyek.

b.Evaluasi yang diberikan pada setiap kepercayaan dalam hubungannya dengan

obyek; dalam kaitan ini kepercayaan adalah kemungkinan yang diambil

seseorang pada suatu pengetahuan yang dianggap benar.

2.2.6.1. Fungsi Sikap

Sikap menurut Loudon dan Bitta (1993) mempunyai empat fungsi:

1. Fungsi Penyesuaian

(31)

utilitarian mengenai maksimasi hadiah atau penghargaan dan minimisasi

hukuman.

2. Fungsi Pertahanan Diri

Sikap dibentuk untuk melindungi ego atau citra diri terhadap ancaman serta

membantu untuk memenuhi suatu fungsi dalam mempertahankan diri.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Sikap ini mengekspresikan nilai-nilai tertentu dalam suatu usaha untuk

menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke dalam sesuatu yang lebih nyata dan lebih

mudah ditampakkan.

4. Fungsi Pengetahuan

Manusia membutuhkan suatu dunia yang mempunyai susunan teratur rapi, oleh

karena itu mereka mencari konsistensi, stabilitas, definisi dan pemahaman dari

suatu kebutuhan yang selanjutnya berkembanglah sikap ke arah pencarian

pengetahuan.

2.2.6.2. Faktor Pembentuk Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Azwar (2007)

menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,

media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta

(32)

a. Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 2007) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan

lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan

pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas.

c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara

lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan

pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi

seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami (Hergenhan

dalam Azwar, 2007). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu

dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

(33)

d. Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini

dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif

yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai

sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

d. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman

akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh

dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta

ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem

kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian

konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap

sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada

umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya

atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal

seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga

(34)

f. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan

ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu

begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih

persisten dan bertahan lama.

Menurut Bimo Walgito (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003),

pembentukan

dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi

dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima

atau ditolak.

b. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

Penilaian evaluative konsumen terhadap suatu obyek atau produk yang

diminati.. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan indikator (Indriani,

2008 : 273) :

a) Kesediaan konsumen untuk membayar harga premium

b) Kesediaan menerima produk hasil perluasan merek

(35)

2.2.6. Teor i Keputusan Pembelian

Para konsumen pada umumnya ingin menciptakan dan mempertahankan

produk tertentu yang akan mempengaruhi keputusan pembelian dan keinginan

mereka baik pada saat ini maupun di untuk masa yang akan datang. Untuk

tercapainya hal ini, para konsumen membuat berbagai keputusan pembelian.

Keputusan pembelian menurut Kotler (1999 : 266), didefinisikan sebagai

tahap penialian keputusan yang menyebabkan konsumen membentuk pilihan

mereka diantara berbagai merek produk yang tergabung dalam perangkat pilihan.

Konsumen, mungkin juga membentuk suatu maksud membeli dan cenderung

membeli produk yang disukainya.

Dalam tingkah laku membeli yang kompleks, pembeli akan berjalan

melalui sebuah proses keputusan yang terdiri dari :

a. Pengenalan masalah atau kebutuhan, merupakan tahap pertama dari proses

keputusan pembelian, terjadi ketika konsumen mengenali adanya masalah

atau kebutuhan, hal ini terjadi ketika seorang pembeli menyadari adanya

perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang ada. Iklan dan

pengemasan dapat membuat konsumen menyadari bahwa mereka

memerlukan produk tersebut setelah melihat iklan dan sebagainya yang

membantu membangkitkan pengenalan akan kebutuhan.

b. Pencarian informasi, hal ini dilakukan setelah pembeli mengenal adanya

masalah atau kebutuhan yang akan membantunya menyelesaikan masalah

atau menemukan kebutuhan tersebut. Tahap dari proses keputusan pembeli,

(36)

konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif

mencari informasi.

c. Evaluasi alternatif, merupakan tahap dari proses keputusan pembelian, yaitu

ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi produk –

produk dalam perangkat pilihan untuk menetapkan kriteria dalam

membandingkan produk – produk tersebut.

d. Keputusan pembelian, yaitu ketika konsumen benar – benar membeli produk

yang telah dipilih. Hal ini dilakukan konsumen berdasarkan dari hasil proses

evaluasi alternatif.

e. Evaluasi pasca pembelian, dilakukan setelah pembelian, pembeli mulai

mengevaluasi produk untuk memastikan bahwa produk tersebut memenuhi

tingkat yang diharapkan, dengan kata lain mereka puas atau tidak puas.

Dengan diketahuinya tingkah laku pembeli yang kompleks oleh seorang

pemasar, maka hal ini dapat membuat pemasar untuk mengembangkan program

pemasaran yang lebih efektif dan efisien.

Sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir

dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku

purna beli (terutama dalam pengambilan keputusan yang luas). Dalam tahap ini

konsumen merasakan tngkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan

mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan

memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau

membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa mendatang. Seorang

(37)

tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain. Oleh karena

itu pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik (Bayus dalam Kotler, et al.,

1996).

Proses pengambilan keputusan terbatas terjadi apabila konsumen

mengenal masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternatif produk atau

merek berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha (atau hanya

melakukan sedikit usaha) mencari informasi baru tentang produk atau merek

tersebut. Ini biasanya berlaku untuk pembelian produk – produk yang kurang

penting atau pembelian yang bersifat rutin. Dimungkinkan pula bahwa proses

pengambilan keputusan terbatas ini terjadi pada kebutuhan yang sifatnya

emosional atau juga environmental needs (Hawkins, et al, dalam Fandy Tjiptono,

1997), misalnya seseorang memutuskan untuk membeli suatu merek atau produk

baru dikarenakan bosan dengan merek yang sudah ada, atau karena ingin mencoba

/ merasakan sesuatu yang baru.

Teori Keputusan Pembelian Adalah pilihan akhir yang dilakukan oleh

konsumen dalam memenuhi keingan atau kebutuhannya, diindikatori oleh

(Qamariah, 2008 : 54) :

a) Pengenalan Masalah yaitu menganalisa keinginan dan kebutuhan.

b) Pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dirasakan dengan melakukan

perbandingan sehingga memperoleh beberapa alternatif pembelian yang

(38)

c) Evaluasi Alternatif yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta

menyeleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembelian.

d) Keputusan Pembelian yaitu proses dalam pembelian yang nyata, artinya

bahwa konsumen harus mengambil keputusan untuk membeli atau tidak.

e) Perilaku Pasca pembelian yaitu apakah produk yang dipilih telah

memuaskan konsumen atau menjadikan ia ragu-ragu dari keputusan yang ia

ambil.

2.2.7. Pengar uh Persepsi Ter hadap Keputusan Pembelian

Konsumen akan menampakkan perilakunya setelah melakukan

persepsi terhadap keputusan apa yang akan diambil dalam membeli suatu

produk. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:146) Persepsi merupakan

suatu proses yang membuat seseorang untuk memilih, mengorganisasikan

dan menginterprestasikan rang-sangan-rangsangan yang diterima menjadi

suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.

Sedangkan Kotler dan Amstrong (1996:156) mengemukakan

bahwa dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu

produk dapat berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya proses seleksi

terhadap berbagai stimulus yang ada. Pada hakekatnya persepsi akan

berhubungan dengan perilaku seseorang dalam mengambil keputusan

terhadap apa yang dikehendaki. Salah satu cara untuk mengetahui

(39)

hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan ataupun

ancaman bagi produk kita.

2.2.8. Pengar uh Sikap Ter hadap Keputusan Pembelian

Sikap sebagai suatu evaluasi yang menyeluruh dan memungkinkan

seseorang untuk merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak

terhadap obyek yang dinilai. Menurut Robbins (2006:169) sikap adalah

penilaian evaluatif berkaitan dengan obyek. Sedangkan menurut Simamora

(2002:14) bahwa di dalam sikap terdapat tiga komponen yaitu 1)

Cognitive component: kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang

obyek.Yang dimaksud obyek adalah atribut produk, semakin positif

kepercayaan terhadap suatu merek suatu produk maka keseluruhan

komponen kognitif akan mendukung sikap secara keseluruhan. 2)

Affective component : emosional yang merefleksikan perasaan seseorang

terhadap suatu obyek. 3) Behavioral component: merefleksikan

kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu obyek, yang mana

komponen ini menunjukkan kecenderungan melakukan suatu tindakan.

Menurut Loudan dan Delabitta (2004:217); komponen kognitif

merupakan kepercayaan terhadap merek, komponen afektif merupakan

evaluasi merek dan komponen kognatif menyangkut maksud atau niatan

untuk membeli.

(40)

2.3. Ker angka Konseptual

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Persepsi (X1)

Keputusan Pembelian

(Y)

Sikap Konsumen

(41)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang

telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesa sebagai berikut :

1. Diduga faktor Persepsi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

Mie Sedaap.

2. Diduga faktor Sikap Konsumen berpengaruh negatif terhadap keputusan

pembelian Mie Sedaap.

(42)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan

satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Persepsi (X1)

Adalah tanggapan konsumen terhadap keberadaan suatu obyek atau

produk yang menjadi pilihannya. Menurut Dahmiri (2008:24) terdapat

indikator utama, yaitu :

X1.1 = Harga yang ikut menentukan pembelian produk

X1.2 = Kualitasproduk juga ikut menentukan pembelian produk

X1.3 = Model Produk atau variasi produk menentukn pembelian produk

3. Sikap Konsumen (X2)

Penilaian evaluative konsumen terhadap suatu obyek atau produk yang

diminati.. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan indikator (Indriani,

2008 : 273) :

X3.1 = Kesediaan konsumen untuk membayar harga premium

X3.2 = Kesediaan menerima produk hasil perluasan merek

(43)

4. Keputusan Pembelian (Y)

Adalah pilihan akhir yang dilakukan oleh konsumen dalam memenuhi keingan

atau kebutuhannya, diindikatori oleh (Qamariah, 2008 : 54) :

Y1 = Pengenalan Masalah yaitu menganalisa keinginan dan kebutuhan.

Y2 = Pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dirasakan dengan

melakukan perbandingan sehingga memperoleh beberapa alternatif

pembelian yang dapat dilakukan.

Y3 = Evaluasi Alternatif yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai

serta menyeleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan

pembelian.

Y4 = Keputusan Pembelian yaitu proses dalam pembelian yang nyata,

artinya bahwa konsumen harus mengambil keputusan untuk membeli

atau tidak.

Y5 = Perilaku Pasca pembelian yaitu apakah produk yang dipilih telah

memuaskan konsumen atau menjadikan ia ragu-ragu dari keputusan

yang ia ambil.

3.1.1. Pengukur an Var iabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential

scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan

pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang

(44)

ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung

ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai

berikut:

Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen produk Mie Sedap.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik

yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative

dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel

dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling

yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti.

Dengan kriteria antara lain :

- Menggunakan produk Mie Sedap.

- Lebih dari satu kali melakukan pembelian produk Mie Sedap

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi. 7

(45)

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Karena terdapat 11 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

(11 X 10 = 110) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 110

responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

• Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada konsumen Mie Sedap di Surabaya .

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data berupa dukumen yang terdapat pada produk Mie

Sedap dan bagian bagian lain yang terkait untuk mendukung palaksanaan

penelitian.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung kepada konsumen yang hendak membeli atau membeli Mie Sedap di

(46)

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -

bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada konsumen di Surabaya.

c. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip

aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur

manajemen perusahaan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Tek nik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model

pengukuran variabel menggunakan confirmatory factor analyses. Penaksiran

pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya

(47)

3.4.2. Outlier s

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik

secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik

unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi

lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui

munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat

kategori.

• Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam

memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik

80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban

responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah

nilai ekstrim.

• Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang

memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti

mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.

• Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak

dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai

ekstrim itu.

• Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila

dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau

sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

(48)

3.4.3. Evaluasi atas outlier s

Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier

Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar

jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah

multivariate outlier.

3.4.4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan

dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini

koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of

significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai

pembentukan indikator.

3.4.5. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal

dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana

masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang

umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70

(49)

3.4.6. Uji Nor malitas

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam

analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah

adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang

biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.

Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan

melalui rumus berikut ini :

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi

data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat

signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari

±2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada

tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis

sebesar ±1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada tingkat

signifikasi 0.05 (5%) Sumber Augusty (2002 : 95 )

3.4.7. Multicollinear ity dan Singular ity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan

singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati

determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil

mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak

(50)

3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.9. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan

pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis

menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut

mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF

FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05 RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya

(51)

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood

ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang

digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik

chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan

dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil

nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan

dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,

maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat

sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil

maupun yang terlalu besar.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of

APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi

chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians

sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI

(52)

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJ UST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila

AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun

AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians

alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan

sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai

antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.

Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya

sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang

dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif

yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks

kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai

yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

(53)

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin

mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a very good fit).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini

besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah singkat Per usahaan

WINGS Corporation didirikan pada tahun 1948 di Surabaya,

Indonesia. Selama lima puluh tahun terakhir perusahaan ini telah

berkembang dari sebuah industri rumah kecil menjadi pemimpin pasar

(market leader) yang mempekerjakan ribuan orang dengan

pabrik-pabrik berlokasi di Jakarta dan Surabaya.

Pada tahun 2003 WINGS Corporation, meluncurkan Mie

Sedaap, Jalur distribusi produk sepenuhnya dipegang oleh Sayap Mas

Utama. Alur pendistribusian dilakukan secara satelit, yakni distribusi

produk dari produsen disebar ke kantor perwakilan perusahaan yang

tersebar di berbagai wilayah. Hal ini untuk mempermudah atau

memperpendek coverage lokasi. Dari kantor perwakilan ini kemudian

produk disebar ke agen (distributor wilayah), depo-depo, retail, hingga

pengecer lewat armada truk. Dalam distribusi, Wings bisa menerobos

dan eksis di pasar-pasar tradisional. Melalui depo-depo yang ada di

hampir semua kabupaten di Pulau Jawa, titik-titik distribusi ini

(55)

dengan pemiliknya. Sehingga, mereka sulit ditembus oleh produsen

lain, meskipun diiming-imingi bonus ataupun hadiah.

Model distribusi Wings yang mampu menyentuh berbagai

lapisan pedagang, merupakan kenyataan yang luar biasa dan penting.

Ciri khas perusahaan yang sudah eksis puluhan tahun memang

demikian, biaanya mereka sudah bermitra puluhan tahun dengan para

pengecer dan pedagang. Kesetiaan dan lo yalitasnya sudah teruji

dengan baik, sehingga hal ini menjadi kekuatan tersendiri bagi Wings.

Menurut Rudy Bonardy, manajer promosi Wings Group, masuknya

Wings ke produk mie instan didasari 2 hal :

1. Pertama, sebagai perusahaan consumer good, pihaknya

merasa perlu mengembangkan produk makanan dan bukan

makanan.

2. Kedua, konsumsi mi instan di Indonesia dibanding negara

lain seperti Malaysia dan Thailand masih sangat kecil,

namun lambat laun sudah mulai menjadi kebudayaan

masyarakat bangsa ini, masih banyak pasar yang

menjanjikan.

Mie Sedaap memang tidak segan-segan memberi term of

payment pembayaran 30-60 hari. Langkah seperti ini mengingatkan

masa awal Indofood berkiprah diketika Indofood berani memberikan

Gambar

Tabel 1.1. Top Brand Mie Instan  2009-2011
Tabel 1.2. Laporan Penjualan Mie Sedap Tahun 2008 - 2010
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi konstruksi metodologi penemuan hukum oleh di pengadilan yang mempengaruhi dan mengikutsertakan pada kuatnya pengaruh tradisi hukum dalam praktik pertimbangan

pencapaian MDG’s , Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.. Amanat Peraturan

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa presentase peningkatan untuk hasil belajar meroda pada siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 2 Tempeh Kabupaten Lumajang

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa peningkatan suhu aktivasi karbon menyebabkan ukuran pori karbon yang dihasilkan lebih kecil karena partikel karbon terpecah menjadi bagian yang

Dalam situasi semacam ini doa ini memohon segala macam 'hasanah' dari karunia Tuhan, termasuk perbuatan kita supaya menjadi hal yang menyebabkan kita mendapatkan 'hasanah' di

Pengembangan buku karakter anak berbasis CTL ini pada tahap uji validasi ahli materi dan bahasa, ahli desain, dan hasil uji kemenarikan oleh siswa dan

Faktor yang paling signifikan untuk mengetahui perbedaan penguasaan bahasa Inggris mahasiswa semester akhir STIE Swadaya meliputi delapan faktor yang melatarbelakagi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau