(PNPM) - MANDIRI DI DESA SAPEKEN,
KECAMATAN SAPEKEN,KABUPATEN SUMENEP
SKRIPSI
Oleh :
IMAM ALFAQIH
0941010009
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
v 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 12
2.2.1 Kebijakan Publik ... 12
2.2.1.1 Pengertian Kebijakan publik ... 12
2.2.2 Implementasi ... 15
2.2.2.1 Pengertian Implementasi ... 15
2.2.3 PNPM Mandiri Pedesaan ... 16
2.2.3.1 Pengertian PNPM Mandiri Pedesaan ... 16
2.2.3.2 Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri PedesaanPNPM Mandiri Pedesaan ... 18
2.2.3.3 Prinsip Dasar Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan. ... 19
2.2.4. Pemberdayaan Masyarakat ... 22
2.2.4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 22
vi
2.3 Kerangka Dasar Teori Implementasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Lokasi Penelitian ... 32
3.3 Fokus Penelitian ... 32
3.4 Sumber Data ... 34
3.5 Pengumpulan Data ... 36
3.6 Jenis Data ... 38
3.7 Teknik Analisis Data... 38
3.8 Keabsahan Data ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44
4.1.1 Wilayah Administrasi Desa Sapeken ... 44
4.1.2 Kependudukan ... 45
4.1.3 Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Sapeken ... 48
4.1.4 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sapeken ... 51
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 88
iii
karunia, rahmat, serta hidayah-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken Kecamatan
Sapeken, Kabupaten Sumenep”.
Dalam penulisan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan
kurikulum yang ada pada fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, progdi ilmu Administrasi Negara.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan tidak akan
terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis akan
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Lukman Arif,
MSi, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta
saran sehingga terselesainya proposal skripsi ini. Penulis juga menghanturkan rasa
terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku ketua prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.AP, selaku sekretaris Prodi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
iv
5. Pacarku yang tercinta yang tidak ada duanya di dunia ini, maksih atas semua
dukungan yang engkau berikan kepada aku dan selalu menjadi support dalam
Penyusunan proposal skripsi ini “I love you Fiddi”
6. Sahabat-sahabatku di prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,
maupun prodi lain, terima kasih banyak atas bantuannya.
7. Slank dan Bob Marley yang sudah menjadi inspirasiku dalam sehari-hari
berkat lagu-lagu kritis kalian maka aku sampai saat ini menjadi pribadi yang
tangguh, love you forever.
Surabaya, Januari 2015
iv
KABUPATEN SUMENEP
ABSTRAKSI
IMAM AL FAQIH, 2015, Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
Penelitian ini didasarkan atas upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan agar lebih mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM – Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan diskriptif kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sample atau informan dalam penelitian ini adalah Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PNPM – Mandiri dan masyarakat. Tekhnik menentukan informan penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampling, dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif (Milles dan Huberman). Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm – Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan sarana prasarana dan simpan pinjam perempuan, pelaksanaannya tidak adanya transparansi oleh PNPM – Mandiri terhadap masyarakat.
1 1.1.Latar Belakang Masalah
Sebagai negara yang dikelilingi oleh laut, hampir semua provinsi di
Indonesia memiliki perairan laut. Artinya, pasti ada daerah pesisir yang sebagian
besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Sayangnya, dengan potensi kelautan
yang besar itu, tidak ada sistem pengelolaan yang terpadu berkenaan dengan
sumberdaya laut dan sumberdaya masyarakat pesisir di Indonesia. Sistem yang
ada hanya sistem pengelolaan sentralistik yang hanya memungkinkan penguasaan
sumberdaya laut di Indonesia oleh nelayan maupun masyarakat pesisir dengan
kekuatan modal yang besar. Pada awalnya, pengelolan semacam ini dimulai sejak
masa kolonial belanda setelah itu, diikuti oleh rezim Orde Baru dan Orde Lama
(Satria, 2002: 3).
Pembangunan daerah pesisir kelautan selama tiga dasawarsa terakhir
selalu diposisikan sebagai sektor pinggiran dalam pembangunan ekonomi
nasional. Dengan posisi semacam ini bidang kelautan yang didefenisikan sebagai
sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim,
perhubungan laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan serta masyarakat pesisir
bukan menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional.
Kondisi ini menjadi sangat ironis mengingat hampir 70% wilayah Indonesia
merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar serta berada pada
posisi geopolitis yang penting yakni lautan Pasifik dan Lautan Hindia - kawasan
Sehingga secara ekonomis dan politis sangat logis jika bidang kelautan
dan masyarakat pesisir dijadikan tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional
(Kusumastanto, 2002: 1). Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan
pembangunan perikanan tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana
perikanan di wilayah pesisir, terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai,
pengrusakan ekosistim laut dan terumbuh karang, serta belum teroptimalkannya
pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan.
Bersamaan dengan arus reformasi yang sedang berjalan, pemikiran ke arah
ekonomi daerah menjadi perhatian baru dalam pengelolaan sumber daya
masyarakat pesisir dan kelautan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa
otonomi daerah yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan pemerataan
hasil-hasil pembangunan, justru dijadikan alat untuk membentuk rezim baru, tidak
terkecuali dalam pengelolaan sumber daya masyarakat pesisir dan kelautan.
Sekarang ini pembangunan daerah pesisir mulai menjadi fokus utama akibat
terjadinya ketertinggalan pada masyarakat pesisir, karena selain terbatasnya dalam
mengakses sumber permodalan dan lemahnya infrastruktur kelembagaan sosial
ekonomi masyarakat di tingkat desa. Kondisi seperti ini membuat masyarakat
pesisir semakin tertinggal. Untuk itu, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir dalam kiprahnya berusaha meningkatkan pendapatan dan mengurangi
beban masyarakat pesisir.
Hal ini ditempuh dengan memberikan penguatan baik yang bersifat
ekonomi kelembagaan maupun yang sifatnya sosial-budaya yang muaranya
Kemiskinan masyarakat pesisir berakar pada keterbatasan akses
permodalan dan kultur kewirausahaan yang tidak kondusif. Keterbatasan akses
permodalan ditandai dengan realisasi modal melalui investasi pemerintah dan
swasta selama periode Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I)
yang hanya 0,02 % dari keseluruhan modal pembangunan. Konsekuensinya,
masyarakat daerah pesisir terutama nelayan, kebutuhan permodalan dipenuhi oleh
para tengkulak, toke, atau ponggawa, yang kenyataannya tidak banyak menolong
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, malah cendurung menjeratnya dalam
lilitan utang yang tidak pernah bisa dilunasi. Demikian pula kultur kewirausahaan
mereka masih bercorak manajemen keluarga dengan orientasi sekedar memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence).
Saat ini, ada beberapa program penanggulangan kemiskinan yang telah
diluncurkan. Adapun program-program yang ditetapkan dalam masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk penanggulangan kemiskinan
adalah : Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pemberdayaan Masyarakat
melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR), Program Asuransi Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga
Harapan (PKH), Program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin), Kredit Usaha
Rakyat (KUR), dan terakhir adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM Mandiri) dan yang terbaru adalah Program Bantuan Langsung
Sementara (BLSM) yang merupakan program pemerintah untuk rakyat kurang
mampu atau miskin sebagai bagian dari dampak kenaikan harga BBM pada
Program-program pemerintah yang telah diluncurkan tersebut, ada
beberapa program yang dilihat mempunyai kompetensi dalam mengurangi angka
kemiskinan. Program tersebut mempunyai kompetensi karena melibatkan
masyarakat sebagai subjek upaya penanggulangan kemiskinan. Program tersebut
salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM – Mandiri). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
merupakan program nasional penanggulangan kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia
pada tahun 2007. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas penanggulangan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
Dalam beberapa kasus pelaksanaan program PNPM Mandiri bahwa PNPM
mandiri perkotaan di Kecamatan Kota Batu telah diimplementasikan secara aktif
dan mandiri oleh masyarakat dan satuan kerja PNPM Mandiri perkotaan beserta
Pemerintah Daerah setempat, dan tepat sasaran. (Fauziah Yuni Aran Tika,2013).
Seterusnya bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri di Desa Sepala Dalung dan Desa
Sesayap, Kalimantan sudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh pihak
PNPM Mandiri Pedesaan. (Intan sumiyati,2013).
Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI NO :
25/KEP/MENKO/VII/2007 tentang pedoman umum pelaksanaan PNPM -
Mandiri yang ada di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep
mencoba meletakkan kembali dasar-dasar pengembangan kawasan pesisir dengan
berbasis pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam ekonomi menurut
berubah,diarahkan untuk adanya akses terhadap pelayanan keuangan mikro,akses
terhadap pendapatan,akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumah
tangga dan akses terhadap pasar.
Sasaran program seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI NO : 25/KEP/MENKO/VII/2007 adalah
masyarakat pesisir miskin. Masyarakat pesisir miskin yang memiliki pekerjaan
sebagai nelayan,pembudidaya ikan,pedagang hasil perikanan serta usaha-usaha
yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan. Namun kondisi dilapangan
berdasarkan observasi menunjukkan bahwa yang memanfaatkan kredit adalah
mereka yang tidak miskin. Peserta program memang tergolong miskin tetapi
masyarakat yang tergolong sangat miskin justru tidak satupun yang tidak pernah
menerima bantuan kredit.
Dalam beberapa kasus seperti di pesisir Tanjung Mas Kota Semarang,
dana pinjaman ternyata tidak digunakan untuk modal usaha tetapi digunakan
untuk membiayai pendidikan anak, membangun rumah atau memenuhi kewajiban
lain. Selain itu ada persepsi bahwa bantuan pemerintah merupakan hibah yang
menyebabkan masyarakat enggan mengembalikan pinjaman secara teratur. Di sisi
lain meskipun kelayakan usaha dan kemampuan peminjaman untuk mencicil
menjadi pertimbangan dalam menentukan sasaran program, tingkat pengembalian
umumnya masih kecil dan cenderung bervariasi antar bidang
usaha.(suyanto,Igit,2005)
Program PNPM – Mandiri sebagaimana dikemukakan diatas juga
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Sudah berjalan
kurang lebih selama tiga tahun, tetapi dalam kenyataannya masih banyak
masyarakat pesisir terutama para nelayan di daerah tersebut yang belum dapat
membangun ataupun mengembangkan usahanya, masih maraknya hubungan
patron-client antara nelayan dengan para toke atau tengkulak, sebagian besar
masyarakat pesisir di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep
belum dapat memenuhi biaya hidup yang memadai dan kegagalan dalam
menguasai potensi produktif yang tersedia. Hambatan dalam rangka penanganan
Desa Tertinggal di Desa sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep
antara lain lokasi desa yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten dan infrastruktur
yang tidak memadai untuk mencapai Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,
Kabupaten Sumenep, serta umumnya desa tertinggal berada pada daerah pantai,
dimana medan menuju lokasi sangat sulit akibat kondisi alam.dan sarana
transportasi yang tidak memadai Sedangkan upaya yang telah dilakukan terhadap
desa tertinggal di Kepulauan Sapeken, Sumenep.
Menurut (Suara Indonesia.2014). dengan pelaksanaan PNPM-Mandiri
yang ada di Desa Sapeken, kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep sejak
pertengahan tahun 2013 sampai sekarang kegiatan PNPM semakin tak jelas
keberadaannya, ketua Badan Kerjasama Antara Desa (BKAD) SYAMSUL
BAHRI menuturkan bahwa selama ini pengurus UPK PNPM tak pernah
menyampaikan laporan perkembangan pengelolaan keuangan PNPM, termasuk
Dengan melihat latar belakang dan fenomena diatas,Hal ini yang membuat
penulis merasa tetarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Implementasi
Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Pr ogram Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandir i (PNPM) - Mandir i Di Desa Sapeken, Kecamatan
Sapeken, Kabupaten Sumenep”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasakan pengamatan peneliti pada lokasi penelitian dan sesuai dengan
latar belakang yang ada,maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana
Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken, Kecamatan
Sapeken, Kabupaten Sumenep”?.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui pelaksanaan implementasi Bantuan
Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
1.4. Kegunaan penelitian
a. Bagi Penulis selaku Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan melatih berfikir secara sistematik serta
Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,
Kabupaten Sumenep.
b. Bagi Instansi Terkait
memberikan masukan dan sebagai wadah sosialisasi kepada dinas
kelautan dan perikanan serta masyarakat luas dalam memperoleh bantuan
modal untuk memajukan masyarakat pesisir, khususnya masyarakat
pesisir Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
c. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
untuk menambah referensi di Perpustakaan Pusat pada umumnya dan
Perpustakaan Jurusan pada khususnya, serta dapat digunakan sebagai
pembantu penelitian yang akan datang yang berkaitan program
9 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, oleh:
1. Pangesti, Nimang,(2005) dengan judul penelitian “Implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri perdesaan (PNPM-MP) di
Desa Sonowangi Kecamatan Ampel Gading Kabupaten Malang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa
Sonowangi Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang.
Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan PNPM-MP di Desa
Sonowangi terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan fisik berupa rabat beton
dan kegiatan non fisik berupa simpan pinjam perempuan (SPP). Kegiatan
rabat beton di Desa Sonowangi bertujuan untuk meningkatkan kualitas
infrastruktur jalan dan jembatan sehingga bisa memberikan dampak yang baik
bagi kegiatan lainnya dan ini sudah sesuai dengan visi, misi, tujuan dan
prinsip dari PNPM-MP. Simpan pinjam perempuan (SPP) di Desa Sonowangi
dalam pelaksanaannya berjalan dengan baik meskipun warga desa Sonowangi
banyak yang tidak berminat mengikuti kegiatan ini karena mereka kurang
mengerti. Kegiatan ini hanya memberikan sedikit sumbangan untuk
meningkatkan ekonomi rumah tangga miskin (RTM) dan hal ini tidak sesuai
dengan visi, misi, tujuan dan prinsip PNPM-MP; Efektivitas Hasil
meliputi input yaitu modal; tenaga; sosialisasi; partisipasi; dan swadaya
masyarakat, proses yaitu partisipasi dalam kegiatan; keruntutan proses; target
waktu; dan kerjasama, output yaitu hasil kegiatan;penerima manfaat dan
outcomes yaitu peningkatan pendapatan dan pengurangan beban; pelestarian
semua berjalan dengan efektif dan optimal.
2. Lituhayu dan Danika,(2010) dengan judul penelitian “Implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Pada Simpan Pinjam
Perempuan Di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara”.
Tujuan dalam penelitian ini: 1.Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan khususnya Simpan
Pinjam Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. 2) Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan khususnya Simpan
Pinjam Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Tahun 2010. 3)
Untuk menemukan hambatan dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan
Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan khususnya Simpan
Pinjam Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara
Hasil dalam penelitian ini adalah: 1. Program Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) yang telah berjalan di Kecamatan Kembang semenjak tahun 2007 sudah
menghasilkan sejumlah 200 Kelompok Simpan Pinjam Perempuan yang
tersebar di berbagai desa. 2.Dalam pelaksanaannya, implementasi Simpan
Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Kembang mengutamakan
dalam pengembangan ekonomi. Pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) terdiri dari beberapa tahapan yang melibatkan seluruh elemen, mulai
dari masyarakat sebagai penerima kebijakan hingga pemerintah tingkat
kabupaten.
3. Saptanti,Dyah.(2013). dengan judul penelitian “Implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Dalam
Penanggulangan Kemiskinan”
Tujuan dalam penelitian ini 1. Untuk mengetahui implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan
Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan Krobokan
Kecamatan Semarang Barat. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng
Kulon dan Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat. 3. Untuk
mengetahui strategi peningkatkan implementasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dalam
penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng
Kulon dan Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat.
Hasil dalam penelitian ini adalah :1. Implementasi PNPM Mandiri
Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang belum efektif, karena masih terdapat kegiatan pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan yang belum dapat dilaksanakan, misalnya kegiatan
Gisikdrono dan Kelurahan Kalibanteng Kulon. Sedangkan implementasi
PNPM Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan
Krobokan semua kegiatannya mampu dilaksanakan dengan baik. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di
Kelurahan Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan
Krobokan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. 3.
Strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan implementasi PNPM
Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan
Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan Krobokan harus
memperhatikan faktor-faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kebijakan Publik
2.2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik
Secara luas, kebijakan publik menurut Robert Eyestone dalam Winarno
(2008:17) didefinisikan sebagai hubungan satu unit pemerintah dengan
lingkungannya. Selanjutnya Carl J Friedrich dalam Winarno, (2008:17)
mendefinisikan kebijakan adalah: Suatu arahan tindakan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu, yang
memberikan hambatan-hambatan dan kesempatankesempatan terhadap kebijakan
yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai tujuan
Sementara itu, James E. Anderson dalam Winarno (2008:18) menjelaskan
bahwa “kebijkan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang
ditetapkan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu
masalah atau suatu persoalan”. Kebijakan negara itu berupa program-program
pemerintah. Menurut Abdul Wahab (2005:3) kebijakan adalah suatu tindakan
berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk
melakukan sesuatu.
Pemikiran Santoso dalam Winarno (2008:19) mengenai kebijakan publik
adalah serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana
kebijakan yang menjelaskan tujuantujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan.
Anderson dalam Winarno (2008:20) menjelaskan implikasi dari konsep kebijakan
publik yaitu : (a) kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan
perilaku secara serampangan; (b) kebijakan merupakanarah atau pola tindakan yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan
keputusan-keputusan yang tersendiri; (c) kebijaksanaan adalah apa yang sebenarnya dilakukan
oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau
mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah;
(d) kebijakanpublik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.
Implementasi kebijakan menurut Riant Nugroho D. (2003, h.158) pada
prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak
lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada
dua pilihan langka yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk
program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari
dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau ke-lompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijaksanaan
Implementasi kebijakan haruslah menampilkan keefektivan dari kebijakan
itu sendiri.Menurut Nugroho (2003, h.179) ada “4 (empat) tepat” yang perlu
dipenuhi dalam hal keefektivan implementasi kebijakan, yaitu:
a. Apakah kebijakanya sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari
sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang memang
memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.
b. “Tepat pelaksanaannya”, aktor implementasi kebijakan tidaklah hanya
pemerintah. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu
pemerintah, kerjasama antara peme-rintah-masyarakat/swasta, atau
imple-mentasi kebijakan yang diswastakan.
c. “Tepat target”, ketepatan berkenaan dengan tiga hal. Pertama, apakah target
yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah tidak ada tumpang
tindih dengan intervensi lain, atau tidak bertentangan dengan intervensi
kebijakan lain. Kedua, apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi
ataukah tidak. Ketiga, apakah intervensi implementasi kebijakan bersifat baru
atau memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.
d. “Tepat lingkungan”. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu
lingkungan kebijakan, yaitu interaksi diantara lembaga perumus kebijakan dan
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
digunakan oleh pemerintah sebagai dasar tindakan pemerintah untuk mengatur dan
melayani masyarakat Negara adalah negara hukum, sehingga hukum menjadi batas,
penentu, dasar dan cara tindakan pemerintah serta segala instansi terkait dalam
mencapai tujuan. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kebijakan publik distributif
yang dibuat oleh pemerintah pusat guna menanggulangikemiskinan karena kebijakan
ini ditujukan pada kelompok sasarantertentu yaitu masyarakat miskin.
2.2.2. Implementasi
2.2.2.1. Pengertian Implementasi
Sebagaimana rumusan dari Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab
2005:68-69) mengemukakan “Implementasi adalah pelaksanaan keputusan
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk Undang- undang namun dapat pula
berbentuk perintah- perintah atau keputusan- keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan”. Lazimnya keputusan itu mengidentifikasikan
masalah- masalah yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan
proses implementasinya. Wahab (2005:65) lebih lanjut menyimpulkan bahwa
“Proses Implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
prilaku badan- badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga
menyangkut jaringan kekuatan- kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang
berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku diri semua pihak
yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang
Menurut Guntur Setiawan (Setiawan, 2004: 39) dalam bukunya yang
berjudul Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.
Menurut Hanifah (Harsono, 2002: 67) dalam bukunya yang berjudul
Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya. Implementasi
adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari
politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka
penyempurnaan suatu program.
Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu
kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan
acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
2.2.3. PNPM Mandir i Pedesaan
2.2.3.1. Pengertian PNPM Mandir i Pedesaan
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan campur
tangan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun, penanganganya
selama ini tidak berkelanjutan. Peran usaha dan masyarakat pada umumnya juga
belum optimal. Untuk itu diperlukan perubahan yang terarah dan menyeluruh
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan
kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan.(Tim Pengendali (TP)
PNPM, 2007: 19)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPM-MP) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang
digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah perdesaan. Program ini
dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup,
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri
Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah
dilakukan sejak tahun 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah pembinaan
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam
Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI
NO:25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, dijelaskan pengertian PNPM
Mandiri adalah sebagai berikut : PNPM Mandiri adalah program nasional dalam
wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
prosedur program, penyediaan pendampingan, dan penataan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan berkelanjutan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPMPerdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu
mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri
dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan
kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi
sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
yang telah dilaksanakan sejak 1998.
2.2.3.2. Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan
Tujuan Umum PNPM – Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan
mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan. Tujuan khususnya meliputi: Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat RI NO : 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007
1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).
4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan
kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan.
5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya.
6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
2.2.3.3. Prinsip Dasar Pr ogram Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandir i Perdesaan
Sesuai dengan penjelasan pada Pedoman Umum PNPM, bahwa PNPM
Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi
landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang
akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatanPNPM Mandiri Perdesaan.
Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorongterwujudnya tujuan PNPM
1. Bertumpu pada pembangunan manusia
Pengertian prinsip bertumpu padapembangunan manusia adalah masyarakat
hendaknya memilih kegiatan yangberdampak langsungterhadap upaya
pembangunan manusia daripadapembangunan fisik semata.
2. Otonomi
Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan
mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif
dari luar.
3. Desentralisasi
Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yanglebih luas
kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoraldan
kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kapasitas masyarakat.
4. Berorientasi pada masyarakat miskin
Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala
keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.
5. Partisipasi
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktifdalam
proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari
tahapsosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
6. Kesetaraan dan keadilan gender
Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilangender adalah masyarakat baik
laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraandalam perannya di setiap tahapan
program dan dalam menikmati manfaat kegiatanpembangunan,kesetaraan juga
dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saatsituasi konflik.
7. Demokratis
Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambilkeputusan
pembangunan secara musyarawah dan mufakat.
8. Transparansi dan Akuntabel
Pengertian prinsip transparansi dan akuntabeladalah masyarakat memiliki
akses terhadap segala informasi dan prosespengambilan keputusan sehingga
pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secaraterbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupunadministratif.
9. Prioritas
Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yan
diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan
untukpengentasan kemiskinan.
10. Keberlanjutan
Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiappengambilan
keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahapperencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah
2.2.4. Pemberdayaan Masyarakat
2.2.4.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata “empowerment” yang
mengandung kata “empower” yang juga dapat berarti pemberian kekuasaan, karena
power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa (Wrihatnolo dan Riant, 2007:1).
Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan
martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara
mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya (Haw.Widjaja, 2003:
169).
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk
mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang
diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar
masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan
taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).
Empowerment Concept atau Konsep Pemberdayaan menurut Merriam
Webster dan Oxford English Dictionary (dalam Luthfan, 2012) mengandung dua
pengertian :
1. Empowerment is to give power or authority to. Pemberdayaan adalah
bagaimana pendelegasian sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang
yang bertujuanuntuk memberikan keputusan yang paling tepat terhadap
2. Empowerment is to give ability or enable to. Pemberdayaan diharapkan
mampu memberikan kemampuan kepada seseorang atau sekelompok orang
untuk melakukan suatu kewenangan dengan menggunakan apa yang dimiliki
baik untuk tujuan pribadi maupun secara masyarakat. Dalam pengertian ini
memiliki unsure ekonomi dimana setelah diberdayakan masyarakat mampu
untuk berusaha meningkatkan harkat dan martabat dan melepaskan diri dari
kondisi kemiskinan.
Menurut Sumodiningrat dalam Rachmawan (2012), mengatakan bahwa
kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat dipilah dalam tiga
kelompok yaitu :
1. Kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi
memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan social
ekonomi masyarakat.
2. Kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan
ekonomi kelompok sasaran.
3. Kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya
khusus.
Pemberdayaan masyarakat menurut Tim Nasional Percepatan
Penanggulanan Kemiskinan (TNP2K) adalah upaya untuk
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat
berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan
berbagai hasil yang dicapai.
2.2.4.2. Unsur-Unsur Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam
pembangunan masyarakat seharusnya diletakkan dan diorientasikan searah dan
selangkah dengan paradigma baru pendekatan pembangunan. Menurut Nasikun
(2000:27) paradigma pembangunan yang baru tersebut juga harus berprinsip
bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan atas inisitaif dan
dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat, masyarakat harus diberi
kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses perencanaan dan
pelaksanaan pembangunannya; termasuk pemilikan serta penguasaan aset
infrastrukturnya sehingga distribusi keuntungan dan manfaat akanlebih adil bagi
masyarakat.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya 4
(empat) unsur pokok , yaitu:
1. Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru
kaitannya dengan : peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi,
dan akuntabilitas.
2. Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam kese-luruhan proses pembangunan.
3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala
4. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja-sama,
mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
2.2.4.3. Pr ogram Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan
(PNPMMdP)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM
Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah
satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang
wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri
Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.
Dalam pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang
infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan
pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan.
Program ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. Pengembangan Masyarakat,
b. Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) untuk kegiatan pembangunan,
c. Peningkatan kapasitas pemerintah dan pelaku lokal,
d. Bantuan pengelolaan dan pengembangan program.
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat didorong
untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan
dan pelestariannya.Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah
binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD),
Departemen/Kementrian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan
pembiayaan yang bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
partisipasi dari CSR (Corporate Social Responsibility) dan dari dana hibah serta
pinjaman dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan dibawah koordinasi
Bank Dunia.
Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masyarakat yang
sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki
nilai-nilai instristik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat
kekeluargaan, kegotong – royongan, dan (khusus bagi bangsa Indonesia) adalah
keragaman atau kebhinekaan.
Pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin)
untuk mampu dan berani bersuara serta kemampuan dan keberanian untuk
memilih. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna
meningkatkan skala atau upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar
pemikiran suatu obyek atau target group perlu diberdayakan karena obyek
tersebut mempunyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan
2.2.4.4. Manfaat implementasi program (PNPM) mandiri dalam bidang
ekonomi
Untuk melihat manfaat program PNPM Mandiri Desa Sepala dan Desa
Sesayap perlunya melihat dari pada keluaran program yang diharapkan dari
peraturan PNPM Mandiri. Yang berdasarkan PTO PNPM Mandiri bahwa
keluaran program yang diharapkan dari pada PNPM Mandiri adalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumahtangga Miskin (RTM) dan
kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian
2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa
3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pembangunan partisipatif
4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan bagi
masyarakat
5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan sosial
dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM
6. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan pembangunan
7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku
kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
2.3. Kerangka Dasar Teori Implementasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri
Kemiskinan adalah sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan.
transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
(httpwww.bps.go.idbrs_filekemiskinan di akses di internet 13 maret 2012).
Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam Mafruhah
(2009 : 15), ukuran kemiskinan ditetapkan berdasarkan 12 kebutuhan dasar
manusia, yaitu: Kemiskinan, Makanan dan giji, Pendidikan, Kondisi pekerjaan,
Situasi kesempatan kerja, Konsumsi dan tabungan, Pengangkutan, Perumahan
Sandang, Rekreasi dan hiburan, Jaminan sosial dan kebebasan Dari latar belakang
kemiskinan yang terjadi inilah diimplementasikannya suatu program PNPM
Mandiri di Desa Sepala Dalung dan Desa Sesayap. Dan implementasi Menurut
Kamus Webster (dalam Abdul Wahab 1997:64) secara pendek berarti
penyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu. Jika di lihat makna implementasi berarti suatu
proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan biasanya dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit
presiden.
Melalui PNPM ini juga pemerintah mengeluarkan buku pedoman PNPM
Mandiri bahwa PNPM Mandiri yang merupakan program nasional dalam wujud
kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan
masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
Kerangka Ber fikir 2.1
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. J enis Penelitian
Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka
tergantung maksud dan tujuan penelitian, Karena penelitian ini merupakan
penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka penelitian ini
menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud
ingin mendeskripsikan dan menganalisa tentang Implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Desa
Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep. Secara teoritis,
menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4), penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Prosedur penelitian ini diarahkan pada situasi dan individu secara utuh
sebagai obyek penelitian sebagaimana dinyatakan Moleong (2004:4) bahwa
pendekatan kualitatif diarahkan pada situasi dan invidu tersebut secara
holistik (utuh) dalam hal peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai suatu keutuhan.
Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di
Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna
memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau
mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih
dan menetapkan lokasi penelitian ini Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,
Kabupaten Sumenep.
Sedangkan alasan dalam pemilihan lokasi di Desa Sapeken,
Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, adalah karena ketidak jelasan
kegiatan PNPM Mandiri di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten
Sumenep dan diduga ada yang tidak beres seperti adanya rekening gendut
dalam penggunaan dana PNPM dan adanya Kelompok Fiktif (aliran dana
pada kelompok yang tidak jelas) Seperti yang diberitakan dalam suara
Indonesia 16 juli 2014.
3.3 Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian
kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam
melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus
penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah bantuan langsung
masyarakat, yang mana didalam bantuan langsung masyarakat itu terdiri
dua program yaitu dana simpan pinjam perempuan dan dana pembangunan
sarana dan prasarana, dengan fokus penelitian ini peneliti diharapkan
mampu meneliti tujuan,sasaran,jumlah bantuan langsung yang diterima
masyarakat di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep,
beserta pelaksanaan PNPM-Mandiri dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin
secara mandiri, dan meningkatkan partisipasi kelompok perempuan,
komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan
dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan,meningkatnya kapasitas kelembagaan
masyarakat yang mengakar, representative dan akuntabel.
3.4 Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata
dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data menurut Lofland yang dikutip Lexy J, Moleong dalam
Syahrul (2006 : 157) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah kata –
kata dan tindakannya selebihnya lain – lain. Adapun sumber data yang
1. Informan kunci (key person)
Informan kunci adalah Ketua Penangguang jawab Operasional
Kegiatan (PJOK) H. Andik Nuhun Reza, dalam penelitian ini yang
akan menjadi informan adalah Pengurus Unit Pelaksanaan
Kegiatan (UPK) PNPM Mandiri dan Mayarakat di Kepulauan
Sapeken, Sumenep. Dimana pemilihannya secara purposive
sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai
permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang
benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian
yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata – kata yang
bermakna.Sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk
membangun teori.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yaitu tempat dimana fenomena yang terjadi
atau pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian antara lain
meliputi tentang pelakasanaan bantuan langsung masyarakat dalam
kegiatan PNPM Mandiri di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,
Kabupaten Sumenep.
3. Dokumen
Dokumen sebagai sumber daya yang sifatnya melengkapi data
utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara
instansi dan kebijakan pemerintah tentang penanggulangan
kemiskinan,
3.5 Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat
dari penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan
diinterpretasikan.Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen. Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang
berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi
awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh
pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan baik dengan
informan (Moleong, 2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti
memasuki lokasi penelitian guna memperoleh gambaran aktifitasnya
dengan membawa surat ijin penelitian Universitas Pembangunan
Nasional.
2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk
intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang
Implementasi bantuan langsung masyarakat dalam Program PNPM
Mandiri di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.
3. Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)
Setelah kedua langkah diatas maka peneliti melakukan pengumpulan
data, dimana teknik yang digunakan adalah :
1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang pelaksanaan bantuan langsung masyarakat dalam PNPM
Mandiri yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara langsung dengan informan mengenai pelaksanaan bantuan
langsung masyarakat dalam PNPM Mandiri.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan
dengan pelaksanaan bantuan langsung masyarakat dalam PNPM
Mandiri di Kepulauan Sapeken, Sumenep.
3. Pengamatan (Observation)
Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi
3.6. J enis Data
Dalam penelitian yang digunakan untukmenjawab permasalahan penelitian
dapat menggunakan 2 jenis data, yaitu :
1. Data Primer
Yaitu data – data informasi yang diperoleh secara langsung dari
informan pada saat dilakukannya penelitian melalui wawancara yang
mendalam guna memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan
penelitian.
2. Data sekunder
Yaitu data pelengkap yang diperoleh dari dolumen-dokumen,
laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian
seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan
3.7 Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data kualitatif
meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat sebelum,
selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk
membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of
analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam
model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :
Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata-
kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan
dengan aneka macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita
rekaman). Dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alat tulis).
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan
atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data
lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya
akan direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui
proses penyuntingan, pemberian kode, dan pembuatan tabel).
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada
secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan sebagai
pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik
4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang
proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi penelitian
dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti berusaha
untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan,
yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal
yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentative
namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus menerus
akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat grounded
(dasar).
Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam
bentuk skema sebagai berikut :
Gambar 3.1
Analisis Interaktif Menurut Miles Dan Huberman
Berdasarkan gambaran diatas maka menjelaskan bahwa data yang
diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan
uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah
dengan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada
saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.
3.8. Keabsahan Data
Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat
kepercayaannya atau kebenarannya dari hasil penelitiannya.Dalam
penelitian kualitatif, standar tersebut disebut dengan keabsahan
data.Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2004:324).Untuk
menetapkan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria yang
digunakan yaitu :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Pada dasarnya penerapan kriterium derajat kepercayaan menggantikan
konsep validitas internal dari non kualitatif.Kriterium ini berfungsi
untuk melakukan inkuiri (penyelidikan) sedemikian rupa, sehingga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta untuk
menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
a. Pengamatan secara terus-menerus dan peneliti terjun langsung ke
lokasi penelitian untuk kepentingan pengumpulan data, sehingga
data yang diperoleh mempunyai tingkat akurasi yang tinggi.
Dengan pengamatan yang terus menerus atau kontinyu, peneliti
b. Membicarakannya dengan orang lain (peer debriefing) hasil kajian
didiskusikan dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang
pokok penelitian dan metode penelitian yang diterapkan.
Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik dan
saran guna mendapatkan kebenaran hasil penelitian.
c. Melakukan triangulasi, yakni melakukan pengecekan kebenaran
data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh
dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada
waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut
digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen
yang ada. Dalam penelitian ini data yang ada diperoleh melalui
teknik wawancara, disusun dan dideskripsikan secara selaras yakni
dibandingkan sesuai dengan fokus penelitian.
2. Keteralihan (Transferability)
Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada
kesamaan antara konteks pengirim dan penerima.Untuk melakukan
pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan
mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan
demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data
deskriptif secukupnya, jika ia ingin membuat penelitian kecil untuk
3. Kebergantungan (Dependability)
Merupakan substitusi istilah rehabilitas dalam penelitian non
kualitatif. Yaitu dengan diadakan pengulangan studi dalam suatu
kondisi yang sama hasilnya secara esensial sama maka berarti
reabilitasnya tinggi. Peneliti sebagai instrument penelitian bisa saja
membuat kesalahan karena keterbatasan yang dimiliki atau bisa juga
karena keletihan, untuk itu digunakan kriterium ini dimana konsepnya
lebih luas daripada rehabilitas.Hal tersebut disebabkan oleh
peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan
segala-galanya, yaitu yang ada pada rehabilitas itu sendiri ditambah
faktor-faktor lainnya yang tersangkut. Hal tersebut akan dibahas dalam
konteks pemeriksaan.
4. Kepastian (Conformability)
Kepastian di sini adalah bahwa sesuatu itu obyektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat, dan penemuan seseorang. Sesuatu yang obyektif berarti
43 4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Wilayah Administr atif Desa Sapeken
Gugus Kepulauan sapeken Merupakan suatu kepulauan yang terletak
diantara laut Jawa dan laut Bali, gugus pulau ini berjumlah 53 buah, 19 pulau
berpenghuni dan 34 pulau lainnya tidak berpenghuni yang terbesar adalah pulau
Sepanjang , sedangkan pulau-pulau lain sebagian besar adalah gugusan karang,
secara astronomis gugus pulau Sapeken terletak . pada posisi koordinat 115˚ –
42º- 30º bujur timur dan 7˚– 23º- 81º Lintang selatan berjarak 104,95 mil laut
Timur Pulau Madura dan 74,88 mil laut utara pulau Bali dengan luas
keseluruhan 201.88,724 hektar dan secara administratif dibagi menjadi 11 desa
dengan batas batas wlayah sebagai berikut ; • Sebelah Utara : Laut Kalimantan
• Sebelah Selatan : Laut Bali
• Sebelah Timur : Laut Sulawesi
• Sebelah Barat : Laut Jawa
• Posisi geografis yang mendekati garis khatulistiwa ke arah selatan , memberi
ciri pada pola iklim setempat yang cenderung kering curah hujan rata-rata
kurang dari 1.924 mm/tahun.berdasarkan telaah hujan tersebut menunjukkan
bahwa iklim di gugusan kepulauan Sapeken adalah Tropical moonsonal,
musim kering jatuh pada bulan April – Mei, sepanjang musim kemarau
tempratur berekisar antara 31°C - 32°C sedangkan musim penghujan rata-rata
28°C
• Suhu minimum 24,4°C terjadi pada bulan Juanuari dan suhu maksimum
27,2°C terjadi pada bulan Mei, . Kelembaban udara berkisar anatara 76 % -
86% , dimana kelembaban terendah terjadi pada bulan Agustus dan
Kelembaban tertinggi pada bulan Mei, sementara kecepatan angin rata-rata
11,67 km/jam dengan kisaran antara 10 km/jam – 14 km/jam
• Kecamatan Sapeken mempunyai iklim mikro tergolong D3, dengan 4 (empat)
bulan musim penghujan antara bulan Nopemebr sampai dengan bulan
Pebruari, dan 7 (tujuh) bulan musim kemarau yang terjadi pada bulan Maret
sampai dengan bulan September. Jumlah curah hujan rata-rata 1.707 mm
dengan jumlah hari hujan 200 hari, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember yakni 320,8 mm dan terendah pada bulan Agustus yakni 6,9 mm.
4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Sapeken priode bulan April 2014 sebanyak
50.127 jiwa terdiri dari 24.395 laki-laki, 25.372 perempuan dengan kepadatan
penduduk 248 /km² dan yang terpadat adalah Desa Pagerungan Kecil yang setiap
1 km ² dihuni oleh 2.215 jiwa, sementara sex ratio yaitu perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dibandingkan jumlah penduduk wanita adalah sebesar 94,80
artinya setiap 95 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan.
Luas wilayah Kecamatan Sapeken 201.887 Km² ,terlihat bahwa
merata.ada wilayah dengan kepadatan penduduk ang tinggi dan dibagian yang lain
penyebaran penduduknya sangat rendah , Desa dengan kepadatan penduduk
terbesar adalah desa Pegerungan Kecil sebesar 2.215 jiwa / Km², sedang
kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa Paleat sebesar 56 jiwa / Km².
Tabel 4.1
J umlah Penduduk Berdasar kan Kelamin
No. J enis Kelamin J umlah Pr esentase
1 Laki-laki 7323 48,28%
2 Perempuan 7842 51,72%
J umlah 15165 100%
Sumber: Kantor Administrasi Desa Sapeken 2014
Berdasarkan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk
Desa Sapeken terdiri dari penduduk perempuan dengan jumlah 7842, hal ini
dikarenakan tingkat kelahiran untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibanding kelahiran jenis laki-laki.
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan pendidikan, Desa Sapeken
mempunyai berbagai macam penduduk berdasarkan tingkatan pendidikan yang
disajikan pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
J umlah Penduduk Berdasar kan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan J umlah (or ang) Pr esentase
1. SARJANA 79 0,52%