• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) - MANDIRI DI DESA SAPEKEN, KECAMATAN SAPEKEN,KABUPATEN SUMENEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) - MANDIRI DI DESA SAPEKEN, KECAMATAN SAPEKEN,KABUPATEN SUMENEP."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

(PNPM) - MANDIRI DI DESA SAPEKEN,

KECAMATAN SAPEKEN,KABUPATEN SUMENEP

SKRIPSI

Oleh :

IMAM ALFAQIH

0941010009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

v 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Kebijakan Publik ... 12

2.2.1.1 Pengertian Kebijakan publik ... 12

2.2.2 Implementasi ... 15

2.2.2.1 Pengertian Implementasi ... 15

2.2.3 PNPM Mandiri Pedesaan ... 16

2.2.3.1 Pengertian PNPM Mandiri Pedesaan ... 16

2.2.3.2 Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri PedesaanPNPM Mandiri Pedesaan ... 18

2.2.3.3 Prinsip Dasar Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan. ... 19

2.2.4. Pemberdayaan Masyarakat ... 22

2.2.4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 22

(3)

vi

2.3 Kerangka Dasar Teori Implementasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Fokus Penelitian ... 32

3.4 Sumber Data ... 34

3.5 Pengumpulan Data ... 36

3.6 Jenis Data ... 38

3.7 Teknik Analisis Data... 38

3.8 Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44

4.1.1 Wilayah Administrasi Desa Sapeken ... 44

4.1.2 Kependudukan ... 45

4.1.3 Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Sapeken ... 48

4.1.4 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sapeken ... 51

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 88

(4)
(5)
(6)
(7)

iii

karunia, rahmat, serta hidayah-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken Kecamatan

Sapeken, Kabupaten Sumenep”.

Dalam penulisan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan

kurikulum yang ada pada fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur, progdi ilmu Administrasi Negara.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan tidak akan

terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis akan

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Lukman Arif,

MSi, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta

saran sehingga terselesainya proposal skripsi ini. Penulis juga menghanturkan rasa

terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku ketua prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.AP, selaku sekretaris Prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

(8)

iv

5. Pacarku yang tercinta yang tidak ada duanya di dunia ini, maksih atas semua

dukungan yang engkau berikan kepada aku dan selalu menjadi support dalam

Penyusunan proposal skripsi ini “I love you Fiddi”

6. Sahabat-sahabatku di prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

maupun prodi lain, terima kasih banyak atas bantuannya.

7. Slank dan Bob Marley yang sudah menjadi inspirasiku dalam sehari-hari

berkat lagu-lagu kritis kalian maka aku sampai saat ini menjadi pribadi yang

tangguh, love you forever.

Surabaya, Januari 2015

(9)

iv

KABUPATEN SUMENEP

ABSTRAKSI

IMAM AL FAQIH, 2015, Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

Penelitian ini didasarkan atas upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan agar lebih mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM – Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan diskriptif kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sample atau informan dalam penelitian ini adalah Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PNPM – Mandiri dan masyarakat. Tekhnik menentukan informan penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampling, dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif (Milles dan Huberman). Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm – Mandiri) Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan sarana prasarana dan simpan pinjam perempuan, pelaksanaannya tidak adanya transparansi oleh PNPM – Mandiri terhadap masyarakat.

(10)

1 1.1.Latar Belakang Masalah

Sebagai negara yang dikelilingi oleh laut, hampir semua provinsi di

Indonesia memiliki perairan laut. Artinya, pasti ada daerah pesisir yang sebagian

besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Sayangnya, dengan potensi kelautan

yang besar itu, tidak ada sistem pengelolaan yang terpadu berkenaan dengan

sumberdaya laut dan sumberdaya masyarakat pesisir di Indonesia. Sistem yang

ada hanya sistem pengelolaan sentralistik yang hanya memungkinkan penguasaan

sumberdaya laut di Indonesia oleh nelayan maupun masyarakat pesisir dengan

kekuatan modal yang besar. Pada awalnya, pengelolan semacam ini dimulai sejak

masa kolonial belanda setelah itu, diikuti oleh rezim Orde Baru dan Orde Lama

(Satria, 2002: 3).

Pembangunan daerah pesisir kelautan selama tiga dasawarsa terakhir

selalu diposisikan sebagai sektor pinggiran dalam pembangunan ekonomi

nasional. Dengan posisi semacam ini bidang kelautan yang didefenisikan sebagai

sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim,

perhubungan laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan serta masyarakat pesisir

bukan menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional.

Kondisi ini menjadi sangat ironis mengingat hampir 70% wilayah Indonesia

merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar serta berada pada

posisi geopolitis yang penting yakni lautan Pasifik dan Lautan Hindia - kawasan

(11)

Sehingga secara ekonomis dan politis sangat logis jika bidang kelautan

dan masyarakat pesisir dijadikan tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional

(Kusumastanto, 2002: 1). Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan

pembangunan perikanan tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana

perikanan di wilayah pesisir, terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai,

pengrusakan ekosistim laut dan terumbuh karang, serta belum teroptimalkannya

pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan.

Bersamaan dengan arus reformasi yang sedang berjalan, pemikiran ke arah

ekonomi daerah menjadi perhatian baru dalam pengelolaan sumber daya

masyarakat pesisir dan kelautan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa

otonomi daerah yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan pemerataan

hasil-hasil pembangunan, justru dijadikan alat untuk membentuk rezim baru, tidak

terkecuali dalam pengelolaan sumber daya masyarakat pesisir dan kelautan.

Sekarang ini pembangunan daerah pesisir mulai menjadi fokus utama akibat

terjadinya ketertinggalan pada masyarakat pesisir, karena selain terbatasnya dalam

mengakses sumber permodalan dan lemahnya infrastruktur kelembagaan sosial

ekonomi masyarakat di tingkat desa. Kondisi seperti ini membuat masyarakat

pesisir semakin tertinggal. Untuk itu, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat

Pesisir dalam kiprahnya berusaha meningkatkan pendapatan dan mengurangi

beban masyarakat pesisir.

Hal ini ditempuh dengan memberikan penguatan baik yang bersifat

ekonomi kelembagaan maupun yang sifatnya sosial-budaya yang muaranya

(12)

Kemiskinan masyarakat pesisir berakar pada keterbatasan akses

permodalan dan kultur kewirausahaan yang tidak kondusif. Keterbatasan akses

permodalan ditandai dengan realisasi modal melalui investasi pemerintah dan

swasta selama periode Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJPT I)

yang hanya 0,02 % dari keseluruhan modal pembangunan. Konsekuensinya,

masyarakat daerah pesisir terutama nelayan, kebutuhan permodalan dipenuhi oleh

para tengkulak, toke, atau ponggawa, yang kenyataannya tidak banyak menolong

untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, malah cendurung menjeratnya dalam

lilitan utang yang tidak pernah bisa dilunasi. Demikian pula kultur kewirausahaan

mereka masih bercorak manajemen keluarga dengan orientasi sekedar memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari (subsistence).

Saat ini, ada beberapa program penanggulangan kemiskinan yang telah

diluncurkan. Adapun program-program yang ditetapkan dalam masa

pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk penanggulangan kemiskinan

adalah : Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pemberdayaan Masyarakat

melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Responsibility/CSR), Program Asuransi Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga

Harapan (PKH), Program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin), Kredit Usaha

Rakyat (KUR), dan terakhir adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM Mandiri) dan yang terbaru adalah Program Bantuan Langsung

Sementara (BLSM) yang merupakan program pemerintah untuk rakyat kurang

mampu atau miskin sebagai bagian dari dampak kenaikan harga BBM pada

(13)

Program-program pemerintah yang telah diluncurkan tersebut, ada

beberapa program yang dilihat mempunyai kompetensi dalam mengurangi angka

kemiskinan. Program tersebut mempunyai kompetensi karena melibatkan

masyarakat sebagai subjek upaya penanggulangan kemiskinan. Program tersebut

salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM – Mandiri). Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

merupakan program nasional penanggulangan kemiskinan yang berbasis

pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia

pada tahun 2007. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas penanggulangan

kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

Dalam beberapa kasus pelaksanaan program PNPM Mandiri bahwa PNPM

mandiri perkotaan di Kecamatan Kota Batu telah diimplementasikan secara aktif

dan mandiri oleh masyarakat dan satuan kerja PNPM Mandiri perkotaan beserta

Pemerintah Daerah setempat, dan tepat sasaran. (Fauziah Yuni Aran Tika,2013).

Seterusnya bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri di Desa Sepala Dalung dan Desa

Sesayap, Kalimantan sudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh pihak

PNPM Mandiri Pedesaan. (Intan sumiyati,2013).

Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI NO :

25/KEP/MENKO/VII/2007 tentang pedoman umum pelaksanaan PNPM -

Mandiri yang ada di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

mencoba meletakkan kembali dasar-dasar pengembangan kawasan pesisir dengan

berbasis pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam ekonomi menurut

(14)

berubah,diarahkan untuk adanya akses terhadap pelayanan keuangan mikro,akses

terhadap pendapatan,akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumah

tangga dan akses terhadap pasar.

Sasaran program seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri

Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI NO : 25/KEP/MENKO/VII/2007 adalah

masyarakat pesisir miskin. Masyarakat pesisir miskin yang memiliki pekerjaan

sebagai nelayan,pembudidaya ikan,pedagang hasil perikanan serta usaha-usaha

yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan. Namun kondisi dilapangan

berdasarkan observasi menunjukkan bahwa yang memanfaatkan kredit adalah

mereka yang tidak miskin. Peserta program memang tergolong miskin tetapi

masyarakat yang tergolong sangat miskin justru tidak satupun yang tidak pernah

menerima bantuan kredit.

Dalam beberapa kasus seperti di pesisir Tanjung Mas Kota Semarang,

dana pinjaman ternyata tidak digunakan untuk modal usaha tetapi digunakan

untuk membiayai pendidikan anak, membangun rumah atau memenuhi kewajiban

lain. Selain itu ada persepsi bahwa bantuan pemerintah merupakan hibah yang

menyebabkan masyarakat enggan mengembalikan pinjaman secara teratur. Di sisi

lain meskipun kelayakan usaha dan kemampuan peminjaman untuk mencicil

menjadi pertimbangan dalam menentukan sasaran program, tingkat pengembalian

umumnya masih kecil dan cenderung bervariasi antar bidang

usaha.(suyanto,Igit,2005)

Program PNPM – Mandiri sebagaimana dikemukakan diatas juga

(15)

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Sudah berjalan

kurang lebih selama tiga tahun, tetapi dalam kenyataannya masih banyak

masyarakat pesisir terutama para nelayan di daerah tersebut yang belum dapat

membangun ataupun mengembangkan usahanya, masih maraknya hubungan

patron-client antara nelayan dengan para toke atau tengkulak, sebagian besar

masyarakat pesisir di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

belum dapat memenuhi biaya hidup yang memadai dan kegagalan dalam

menguasai potensi produktif yang tersedia. Hambatan dalam rangka penanganan

Desa Tertinggal di Desa sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

antara lain lokasi desa yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten dan infrastruktur

yang tidak memadai untuk mencapai Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,

Kabupaten Sumenep, serta umumnya desa tertinggal berada pada daerah pantai,

dimana medan menuju lokasi sangat sulit akibat kondisi alam.dan sarana

transportasi yang tidak memadai Sedangkan upaya yang telah dilakukan terhadap

desa tertinggal di Kepulauan Sapeken, Sumenep.

Menurut (Suara Indonesia.2014). dengan pelaksanaan PNPM-Mandiri

yang ada di Desa Sapeken, kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep sejak

pertengahan tahun 2013 sampai sekarang kegiatan PNPM semakin tak jelas

keberadaannya, ketua Badan Kerjasama Antara Desa (BKAD) SYAMSUL

BAHRI menuturkan bahwa selama ini pengurus UPK PNPM tak pernah

menyampaikan laporan perkembangan pengelolaan keuangan PNPM, termasuk

(16)

Dengan melihat latar belakang dan fenomena diatas,Hal ini yang membuat

penulis merasa tetarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Implementasi

Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Pr ogram Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandir i (PNPM) - Mandir i Di Desa Sapeken, Kecamatan

Sapeken, Kabupaten Sumenep”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasakan pengamatan peneliti pada lokasi penelitian dan sesuai dengan

latar belakang yang ada,maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana

Implementasi Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken, Kecamatan

Sapeken, Kabupaten Sumenep”?.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui pelaksanaan implementasi Bantuan

Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

1.4. Kegunaan penelitian

a. Bagi Penulis selaku Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan melatih berfikir secara sistematik serta

(17)

Bantuan Langsung Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) - Mandiri Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,

Kabupaten Sumenep.

b. Bagi Instansi Terkait

memberikan masukan dan sebagai wadah sosialisasi kepada dinas

kelautan dan perikanan serta masyarakat luas dalam memperoleh bantuan

modal untuk memajukan masyarakat pesisir, khususnya masyarakat

pesisir Di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

c. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

untuk menambah referensi di Perpustakaan Pusat pada umumnya dan

Perpustakaan Jurusan pada khususnya, serta dapat digunakan sebagai

pembantu penelitian yang akan datang yang berkaitan program

(18)

9 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, oleh:

1. Pangesti, Nimang,(2005) dengan judul penelitian “Implementasi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri perdesaan (PNPM-MP) di

Desa Sonowangi Kecamatan Ampel Gading Kabupaten Malang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa

Sonowangi Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang.

Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan PNPM-MP di Desa

Sonowangi terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan fisik berupa rabat beton

dan kegiatan non fisik berupa simpan pinjam perempuan (SPP). Kegiatan

rabat beton di Desa Sonowangi bertujuan untuk meningkatkan kualitas

infrastruktur jalan dan jembatan sehingga bisa memberikan dampak yang baik

bagi kegiatan lainnya dan ini sudah sesuai dengan visi, misi, tujuan dan

prinsip dari PNPM-MP. Simpan pinjam perempuan (SPP) di Desa Sonowangi

dalam pelaksanaannya berjalan dengan baik meskipun warga desa Sonowangi

banyak yang tidak berminat mengikuti kegiatan ini karena mereka kurang

mengerti. Kegiatan ini hanya memberikan sedikit sumbangan untuk

meningkatkan ekonomi rumah tangga miskin (RTM) dan hal ini tidak sesuai

dengan visi, misi, tujuan dan prinsip PNPM-MP; Efektivitas Hasil

(19)

meliputi input yaitu modal; tenaga; sosialisasi; partisipasi; dan swadaya

masyarakat, proses yaitu partisipasi dalam kegiatan; keruntutan proses; target

waktu; dan kerjasama, output yaitu hasil kegiatan;penerima manfaat dan

outcomes yaitu peningkatan pendapatan dan pengurangan beban; pelestarian

semua berjalan dengan efektif dan optimal.

2. Lituhayu dan Danika,(2010) dengan judul penelitian “Implementasi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Pada Simpan Pinjam

Perempuan Di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara”.

Tujuan dalam penelitian ini: 1.Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan khususnya Simpan

Pinjam Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. 2) Untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan khususnya Simpan

Pinjam Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Tahun 2010. 3)

Untuk menemukan hambatan dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan

Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan khususnya Simpan

Pinjam Perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara

Hasil dalam penelitian ini adalah: 1. Program Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) yang telah berjalan di Kecamatan Kembang semenjak tahun 2007 sudah

menghasilkan sejumlah 200 Kelompok Simpan Pinjam Perempuan yang

tersebar di berbagai desa. 2.Dalam pelaksanaannya, implementasi Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Kembang mengutamakan

(20)

dalam pengembangan ekonomi. Pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan

(SPP) terdiri dari beberapa tahapan yang melibatkan seluruh elemen, mulai

dari masyarakat sebagai penerima kebijakan hingga pemerintah tingkat

kabupaten.

3. Saptanti,Dyah.(2013). dengan judul penelitian “Implementasi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Dalam

Penanggulangan Kemiskinan”

Tujuan dalam penelitian ini 1. Untuk mengetahui implementasi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan

Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan Krobokan

Kecamatan Semarang Barat. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng

Kulon dan Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat. 3. Untuk

mengetahui strategi peningkatkan implementasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dalam

penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng

Kulon dan Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat.

Hasil dalam penelitian ini adalah :1. Implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kecamatan Semarang Barat

Kota Semarang belum efektif, karena masih terdapat kegiatan pelaksanaan

PNPM Mandiri Perkotaan yang belum dapat dilaksanakan, misalnya kegiatan

(21)

Gisikdrono dan Kelurahan Kalibanteng Kulon. Sedangkan implementasi

PNPM Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan

Krobokan semua kegiatannya mampu dilaksanakan dengan baik. 2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di

Kelurahan Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan

Krobokan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. 3.

Strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan implementasi PNPM

Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan di Kelurahan

Gisikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kulon dan Kelurahan Krobokan harus

memperhatikan faktor-faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur

birokrasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kebijakan Publik

2.2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik

Secara luas, kebijakan publik menurut Robert Eyestone dalam Winarno

(2008:17) didefinisikan sebagai hubungan satu unit pemerintah dengan

lingkungannya. Selanjutnya Carl J Friedrich dalam Winarno, (2008:17)

mendefinisikan kebijakan adalah: Suatu arahan tindakan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu, yang

memberikan hambatan-hambatan dan kesempatankesempatan terhadap kebijakan

yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai tujuan

(22)

Sementara itu, James E. Anderson dalam Winarno (2008:18) menjelaskan

bahwa “kebijkan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang

ditetapkan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu

masalah atau suatu persoalan”. Kebijakan negara itu berupa program-program

pemerintah. Menurut Abdul Wahab (2005:3) kebijakan adalah suatu tindakan

berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk

melakukan sesuatu.

Pemikiran Santoso dalam Winarno (2008:19) mengenai kebijakan publik

adalah serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana

kebijakan yang menjelaskan tujuantujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan.

Anderson dalam Winarno (2008:20) menjelaskan implikasi dari konsep kebijakan

publik yaitu : (a) kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan

perilaku secara serampangan; (b) kebijakan merupakanarah atau pola tindakan yang

dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan

keputusan-keputusan yang tersendiri; (c) kebijaksanaan adalah apa yang sebenarnya dilakukan

oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau

mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah;

(d) kebijakanpublik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.

Implementasi kebijakan menurut Riant Nugroho D. (2003, h.158) pada

prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada

dua pilihan langka yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk

program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari

(23)

dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau ke-lompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijaksanaan

Implementasi kebijakan haruslah menampilkan keefektivan dari kebijakan

itu sendiri.Menurut Nugroho (2003, h.179) ada “4 (empat) tepat” yang perlu

dipenuhi dalam hal keefektivan implementasi kebijakan, yaitu:

a. Apakah kebijakanya sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari

sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang memang

memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.

b. “Tepat pelaksanaannya”, aktor implementasi kebijakan tidaklah hanya

pemerintah. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu

pemerintah, kerjasama antara peme-rintah-masyarakat/swasta, atau

imple-mentasi kebijakan yang diswastakan.

c. “Tepat target”, ketepatan berkenaan dengan tiga hal. Pertama, apakah target

yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah tidak ada tumpang

tindih dengan intervensi lain, atau tidak bertentangan dengan intervensi

kebijakan lain. Kedua, apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi

ataukah tidak. Ketiga, apakah intervensi implementasi kebijakan bersifat baru

atau memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.

d. “Tepat lingkungan”. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu

lingkungan kebijakan, yaitu interaksi diantara lembaga perumus kebijakan dan

(24)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

digunakan oleh pemerintah sebagai dasar tindakan pemerintah untuk mengatur dan

melayani masyarakat Negara adalah negara hukum, sehingga hukum menjadi batas,

penentu, dasar dan cara tindakan pemerintah serta segala instansi terkait dalam

mencapai tujuan. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kebijakan publik distributif

yang dibuat oleh pemerintah pusat guna menanggulangikemiskinan karena kebijakan

ini ditujukan pada kelompok sasarantertentu yaitu masyarakat miskin.

2.2.2. Implementasi

2.2.2.1. Pengertian Implementasi

Sebagaimana rumusan dari Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab

2005:68-69) mengemukakan “Implementasi adalah pelaksanaan keputusan

kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk Undang- undang namun dapat pula

berbentuk perintah- perintah atau keputusan- keputusan eksekutif yang penting

atau keputusan badan peradilan”. Lazimnya keputusan itu mengidentifikasikan

masalah- masalah yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan

proses implementasinya. Wahab (2005:65) lebih lanjut menyimpulkan bahwa

“Proses Implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut

prilaku badan- badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga

menyangkut jaringan kekuatan- kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang

berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku diri semua pihak

yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang

(25)

Menurut Guntur Setiawan (Setiawan, 2004: 39) dalam bukunya yang

berjudul Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan

pendapatnya sebagai berikut Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling

menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya

serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Menurut Hanifah (Harsono, 2002: 67) dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya. Implementasi

adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari

politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka

penyempurnaan suatu program.

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme

mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan

acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

2.2.3. PNPM Mandir i Pedesaan

2.2.3.1. Pengertian PNPM Mandir i Pedesaan

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan campur

tangan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun, penanganganya

selama ini tidak berkelanjutan. Peran usaha dan masyarakat pada umumnya juga

belum optimal. Untuk itu diperlukan perubahan yang terarah dan menyeluruh

dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan

(26)

kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan.(Tim Pengendali (TP)

PNPM, 2007: 19)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang

digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah perdesaan. Program ini

dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup,

kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri

Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah

dilakukan sejak tahun 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah pembinaan

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam

Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD).

Dalam Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI

NO:25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, dijelaskan pengertian PNPM

Mandiri adalah sebagai berikut : PNPM Mandiri adalah program nasional dalam

wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri

(27)

prosedur program, penyediaan pendampingan, dan penataan stimulan untuk

mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

kemiskinan berkelanjutan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM

Mandiri Perdesaan atau PNPMPerdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu

mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri

dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan

kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi

sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

yang telah dilaksanakan sejak 1998.

2.2.3.2. Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan

Tujuan Umum PNPM – Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan

mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan

pembangunan. Tujuan khususnya meliputi: Keputusan Menteri Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat RI NO : 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007

1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,

kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat

lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan

keputusan dan pengelolaan pembangunan.

2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,

(28)

3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan

penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan

kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan

kemiskinan.

5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayahnya.

6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan

komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

2.2.3.3. Prinsip Dasar Pr ogram Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandir i Perdesaan

Sesuai dengan penjelasan pada Pedoman Umum PNPM, bahwa PNPM

Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi

landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang

akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatanPNPM Mandiri Perdesaan.

Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorongterwujudnya tujuan PNPM

(29)

1. Bertumpu pada pembangunan manusia

Pengertian prinsip bertumpu padapembangunan manusia adalah masyarakat

hendaknya memilih kegiatan yangberdampak langsungterhadap upaya

pembangunan manusia daripadapembangunan fisik semata.

2. Otonomi

Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan

mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif

dari luar.

3. Desentralisasi

Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yanglebih luas

kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoraldan

kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai

dengan kapasitas masyarakat.

4. Berorientasi pada masyarakat miskin

Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala

keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.

5. Partisipasi

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktifdalam

proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari

tahapsosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan

(30)

6. Kesetaraan dan keadilan gender

Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilangender adalah masyarakat baik

laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraandalam perannya di setiap tahapan

program dan dalam menikmati manfaat kegiatanpembangunan,kesetaraan juga

dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saatsituasi konflik.

7. Demokratis

Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambilkeputusan

pembangunan secara musyarawah dan mufakat.

8. Transparansi dan Akuntabel

Pengertian prinsip transparansi dan akuntabeladalah masyarakat memiliki

akses terhadap segala informasi dan prosespengambilan keputusan sehingga

pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secaraterbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupunadministratif.

9. Prioritas

Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yan

diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan

untukpengentasan kemiskinan.

10. Keberlanjutan

Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiappengambilan

keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahapperencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah

(31)

2.2.4. Pemberdayaan Masyarakat

2.2.4.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata “empowerment” yang

mengandung kata “empower” yang juga dapat berarti pemberian kekuasaan, karena

power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa (Wrihatnolo dan Riant, 2007:1).

Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang

dimiliki masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan

martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara

mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya (Haw.Widjaja, 2003:

169).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk

mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang

diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar

masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan

taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).

Empowerment Concept atau Konsep Pemberdayaan menurut Merriam

Webster dan Oxford English Dictionary (dalam Luthfan, 2012) mengandung dua

pengertian :

1. Empowerment is to give power or authority to. Pemberdayaan adalah

bagaimana pendelegasian sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang

yang bertujuanuntuk memberikan keputusan yang paling tepat terhadap

(32)

2. Empowerment is to give ability or enable to. Pemberdayaan diharapkan

mampu memberikan kemampuan kepada seseorang atau sekelompok orang

untuk melakukan suatu kewenangan dengan menggunakan apa yang dimiliki

baik untuk tujuan pribadi maupun secara masyarakat. Dalam pengertian ini

memiliki unsure ekonomi dimana setelah diberdayakan masyarakat mampu

untuk berusaha meningkatkan harkat dan martabat dan melepaskan diri dari

kondisi kemiskinan.

Menurut Sumodiningrat dalam Rachmawan (2012), mengatakan bahwa

kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat dipilah dalam tiga

kelompok yaitu :

1. Kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi

memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan social

ekonomi masyarakat.

2. Kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan

ekonomi kelompok sasaran.

3. Kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya

khusus.

Pemberdayaan masyarakat menurut Tim Nasional Percepatan

Penanggulanan Kemiskinan (TNP2K) adalah upaya untuk

menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun

kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan

kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.Pemberdayaan masyarakat

(33)

berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan

berbagai hasil yang dicapai.

2.2.4.2. Unsur-Unsur Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam

pembangunan masyarakat seharusnya diletakkan dan diorientasikan searah dan

selangkah dengan paradigma baru pendekatan pembangunan. Menurut Nasikun

(2000:27) paradigma pembangunan yang baru tersebut juga harus berprinsip

bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan atas inisitaif dan

dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat, masyarakat harus diberi

kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses perencanaan dan

pelaksanaan pembangunannya; termasuk pemilikan serta penguasaan aset

infrastrukturnya sehingga distribusi keuntungan dan manfaat akanlebih adil bagi

masyarakat.

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya 4

(empat) unsur pokok , yaitu:

1. Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru

kaitannya dengan : peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi,

dan akuntabilitas.

2. Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan

bagaimana mereka terlibat dalam kese-luruhan proses pembangunan.

3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala

(34)

4. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja-sama,

mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk

memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

2.2.4.3. Pr ogram Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan

(PNPMMdP)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM

Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah

satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung PNPM Mandiri yang

wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri

Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998-2007.

Dalam pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang

infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan

pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan.

Program ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :

a. Pengembangan Masyarakat,

b. Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) untuk kegiatan pembangunan,

c. Peningkatan kapasitas pemerintah dan pelaku lokal,

d. Bantuan pengelolaan dan pengembangan program.

Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat didorong

untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses

(35)

sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan

dan pelestariannya.Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah

binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD),

Departemen/Kementrian Dalam Negeri. Program ini didukung dengan

pembiayaan yang bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),

partisipasi dari CSR (Corporate Social Responsibility) dan dari dana hibah serta

pinjaman dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan dibawah koordinasi

Bank Dunia.

Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masyarakat yang

sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki

nilai-nilai instristik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat

kekeluargaan, kegotong – royongan, dan (khusus bagi bangsa Indonesia) adalah

keragaman atau kebhinekaan.

Pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk

memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin)

untuk mampu dan berani bersuara serta kemampuan dan keberanian untuk

memilih. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna

meningkatkan skala atau upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar

pemikiran suatu obyek atau target group perlu diberdayakan karena obyek

tersebut mempunyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan

(36)

2.2.4.4. Manfaat implementasi program (PNPM) mandiri dalam bidang

ekonomi

Untuk melihat manfaat program PNPM Mandiri Desa Sepala dan Desa

Sesayap perlunya melihat dari pada keluaran program yang diharapkan dari

peraturan PNPM Mandiri. Yang berdasarkan PTO PNPM Mandiri bahwa

keluaran program yang diharapkan dari pada PNPM Mandiri adalah sebagai

berikut:

1. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumahtangga Miskin (RTM) dan

kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian

2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa

3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pembangunan partisipatif

4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan bagi

masyarakat

5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan sosial

dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM

6. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan pembangunan

7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku

kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.3. Kerangka Dasar Teori Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri

Kemiskinan adalah sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan.

(37)

transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(httpwww.bps.go.idbrs_filekemiskinan di akses di internet 13 maret 2012).

Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam Mafruhah

(2009 : 15), ukuran kemiskinan ditetapkan berdasarkan 12 kebutuhan dasar

manusia, yaitu: Kemiskinan, Makanan dan giji, Pendidikan, Kondisi pekerjaan,

Situasi kesempatan kerja, Konsumsi dan tabungan, Pengangkutan, Perumahan

Sandang, Rekreasi dan hiburan, Jaminan sosial dan kebebasan Dari latar belakang

kemiskinan yang terjadi inilah diimplementasikannya suatu program PNPM

Mandiri di Desa Sepala Dalung dan Desa Sesayap. Dan implementasi Menurut

Kamus Webster (dalam Abdul Wahab 1997:64) secara pendek berarti

penyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan

dampak/akibat terhadap sesuatu. Jika di lihat makna implementasi berarti suatu

proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan biasanya dalam bentuk

undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif atau dekrit

presiden.

Melalui PNPM ini juga pemerintah mengeluarkan buku pedoman PNPM

Mandiri bahwa PNPM Mandiri yang merupakan program nasional dalam wujud

kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri

dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan

prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk

mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

(38)

untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu

maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya

peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan

masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah

daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin

(39)

Kerangka Ber fikir 2.1

(40)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. J enis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka

tergantung maksud dan tujuan penelitian, Karena penelitian ini merupakan

penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka penelitian ini

menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud

ingin mendeskripsikan dan menganalisa tentang Implementasi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Desa

Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep. Secara teoritis,

menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4), penelitian kualitatif

sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Prosedur penelitian ini diarahkan pada situasi dan individu secara utuh

sebagai obyek penelitian sebagaimana dinyatakan Moleong (2004:4) bahwa

pendekatan kualitatif diarahkan pada situasi dan invidu tersebut secara

holistik (utuh) dalam hal peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau

organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya

sebagai suatu keutuhan.

Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan

(41)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di

Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna

memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau

mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih

dan menetapkan lokasi penelitian ini Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,

Kabupaten Sumenep.

Sedangkan alasan dalam pemilihan lokasi di Desa Sapeken,

Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, adalah karena ketidak jelasan

kegiatan PNPM Mandiri di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten

Sumenep dan diduga ada yang tidak beres seperti adanya rekening gendut

dalam penggunaan dana PNPM dan adanya Kelompok Fiktif (aliran dana

pada kelompok yang tidak jelas) Seperti yang diberitakan dalam suara

Indonesia 16 juli 2014.

3.3 Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian

kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam

melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus

penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui

(42)

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah bantuan langsung

masyarakat, yang mana didalam bantuan langsung masyarakat itu terdiri

dua program yaitu dana simpan pinjam perempuan dan dana pembangunan

sarana dan prasarana, dengan fokus penelitian ini peneliti diharapkan

mampu meneliti tujuan,sasaran,jumlah bantuan langsung yang diterima

masyarakat di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep,

beserta pelaksanaan PNPM-Mandiri dan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin

secara mandiri, dan meningkatkan partisipasi kelompok perempuan,

komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan

dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan

pengelolaan pembangunan,meningkatnya kapasitas kelembagaan

masyarakat yang mengakar, representative dan akuntabel.

3.4 Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata

dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data menurut Lofland yang dikutip Lexy J, Moleong dalam

Syahrul (2006 : 157) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah kata –

kata dan tindakannya selebihnya lain – lain. Adapun sumber data yang

(43)

1. Informan kunci (key person)

Informan kunci adalah Ketua Penangguang jawab Operasional

Kegiatan (PJOK) H. Andik Nuhun Reza, dalam penelitian ini yang

akan menjadi informan adalah Pengurus Unit Pelaksanaan

Kegiatan (UPK) PNPM Mandiri dan Mayarakat di Kepulauan

Sapeken, Sumenep. Dimana pemilihannya secara purposive

sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai

permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang

benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian

yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata – kata yang

bermakna.Sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk

membangun teori.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa yaitu tempat dimana fenomena yang terjadi

atau pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian antara lain

meliputi tentang pelakasanaan bantuan langsung masyarakat dalam

kegiatan PNPM Mandiri di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken,

Kabupaten Sumenep.

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber daya yang sifatnya melengkapi data

utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara

(44)

instansi dan kebijakan pemerintah tentang penanggulangan

kemiskinan,

3.5 Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat

dari penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan

diinterpretasikan.Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen. Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti

terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik

kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang

berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi

awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh

pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan baik dengan

informan (Moleong, 2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti

memasuki lokasi penelitian guna memperoleh gambaran aktifitasnya

dengan membawa surat ijin penelitian Universitas Pembangunan

Nasional.

2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk

(45)

intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang

Implementasi bantuan langsung masyarakat dalam Program PNPM

Mandiri di Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

3. Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)

Setelah kedua langkah diatas maka peneliti melakukan pengumpulan

data, dimana teknik yang digunakan adalah :

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang pelaksanaan bantuan langsung masyarakat dalam PNPM

Mandiri yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

secara langsung dengan informan mengenai pelaksanaan bantuan

langsung masyarakat dalam PNPM Mandiri.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder

yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan

dengan pelaksanaan bantuan langsung masyarakat dalam PNPM

Mandiri di Kepulauan Sapeken, Sumenep.

3. Pengamatan (Observation)

Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi

(46)

3.6. J enis Data

Dalam penelitian yang digunakan untukmenjawab permasalahan penelitian

dapat menggunakan 2 jenis data, yaitu :

1. Data Primer

Yaitu data – data informasi yang diperoleh secara langsung dari

informan pada saat dilakukannya penelitian melalui wawancara yang

mendalam guna memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan

penelitian.

2. Data sekunder

Yaitu data pelengkap yang diperoleh dari dolumen-dokumen,

laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian

seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data kualitatif

meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat sebelum,

selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk

membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of

analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam

model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

(47)

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata-

kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan

dengan aneka macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita

rekaman). Dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap

digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alat tulis).

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan

data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan

atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data

lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya

akan direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui

proses penyuntingan, pemberian kode, dan pembuatan tabel).

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada

secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan sebagai

pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik

(48)

4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang

proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi penelitian

dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti berusaha

untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan,

yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal

yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentative

namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus menerus

akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat grounded

(dasar).

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam

bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 3.1

Analisis Interaktif Menurut Miles Dan Huberman

Berdasarkan gambaran diatas maka menjelaskan bahwa data yang

diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan

uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah

(49)

dengan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada

saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

3.8. Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat

kepercayaannya atau kebenarannya dari hasil penelitiannya.Dalam

penelitian kualitatif, standar tersebut disebut dengan keabsahan

data.Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2004:324).Untuk

menetapkan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria yang

digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriterium derajat kepercayaan menggantikan

konsep validitas internal dari non kualitatif.Kriterium ini berfungsi

untuk melakukan inkuiri (penyelidikan) sedemikian rupa, sehingga

tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta untuk

menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

a. Pengamatan secara terus-menerus dan peneliti terjun langsung ke

lokasi penelitian untuk kepentingan pengumpulan data, sehingga

data yang diperoleh mempunyai tingkat akurasi yang tinggi.

Dengan pengamatan yang terus menerus atau kontinyu, peneliti

(50)

b. Membicarakannya dengan orang lain (peer debriefing) hasil kajian

didiskusikan dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang

pokok penelitian dan metode penelitian yang diterapkan.

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik dan

saran guna mendapatkan kebenaran hasil penelitian.

c. Melakukan triangulasi, yakni melakukan pengecekan kebenaran

data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh

dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada

waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut

digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen

yang ada. Dalam penelitian ini data yang ada diperoleh melalui

teknik wawancara, disusun dan dideskripsikan secara selaras yakni

dibandingkan sesuai dengan fokus penelitian.

2. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada

kesamaan antara konteks pengirim dan penerima.Untuk melakukan

pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan

mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan

demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data

deskriptif secukupnya, jika ia ingin membuat penelitian kecil untuk

(51)

3. Kebergantungan (Dependability)

Merupakan substitusi istilah rehabilitas dalam penelitian non

kualitatif. Yaitu dengan diadakan pengulangan studi dalam suatu

kondisi yang sama hasilnya secara esensial sama maka berarti

reabilitasnya tinggi. Peneliti sebagai instrument penelitian bisa saja

membuat kesalahan karena keterbatasan yang dimiliki atau bisa juga

karena keletihan, untuk itu digunakan kriterium ini dimana konsepnya

lebih luas daripada rehabilitas.Hal tersebut disebabkan oleh

peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan

segala-galanya, yaitu yang ada pada rehabilitas itu sendiri ditambah

faktor-faktor lainnya yang tersangkut. Hal tersebut akan dibahas dalam

konteks pemeriksaan.

4. Kepastian (Conformability)

Kepastian di sini adalah bahwa sesuatu itu obyektif atau tidak

bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,

pendapat, dan penemuan seseorang. Sesuatu yang obyektif berarti

(52)

43 4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Wilayah Administr atif Desa Sapeken

Gugus Kepulauan sapeken Merupakan suatu kepulauan yang terletak

diantara laut Jawa dan laut Bali, gugus pulau ini berjumlah 53 buah, 19 pulau

berpenghuni dan 34 pulau lainnya tidak berpenghuni yang terbesar adalah pulau

Sepanjang , sedangkan pulau-pulau lain sebagian besar adalah gugusan karang,

secara astronomis gugus pulau Sapeken terletak . pada posisi koordinat 115˚ –

42º- 30º bujur timur dan 7˚– 23º- 81º Lintang selatan berjarak 104,95 mil laut

Timur Pulau Madura dan 74,88 mil laut utara pulau Bali dengan luas

keseluruhan 201.88,724 hektar dan secara administratif dibagi menjadi 11 desa

dengan batas batas wlayah sebagai berikut ; • Sebelah Utara : Laut Kalimantan

• Sebelah Selatan : Laut Bali

• Sebelah Timur : Laut Sulawesi

• Sebelah Barat : Laut Jawa

• Posisi geografis yang mendekati garis khatulistiwa ke arah selatan , memberi

ciri pada pola iklim setempat yang cenderung kering curah hujan rata-rata

kurang dari 1.924 mm/tahun.berdasarkan telaah hujan tersebut menunjukkan

bahwa iklim di gugusan kepulauan Sapeken adalah Tropical moonsonal,

(53)

musim kering jatuh pada bulan April – Mei, sepanjang musim kemarau

tempratur berekisar antara 31°C - 32°C sedangkan musim penghujan rata-rata

28°C

• Suhu minimum 24,4°C terjadi pada bulan Juanuari dan suhu maksimum

27,2°C terjadi pada bulan Mei, . Kelembaban udara berkisar anatara 76 % -

86% , dimana kelembaban terendah terjadi pada bulan Agustus dan

Kelembaban tertinggi pada bulan Mei, sementara kecepatan angin rata-rata

11,67 km/jam dengan kisaran antara 10 km/jam – 14 km/jam

• Kecamatan Sapeken mempunyai iklim mikro tergolong D3, dengan 4 (empat)

bulan musim penghujan antara bulan Nopemebr sampai dengan bulan

Pebruari, dan 7 (tujuh) bulan musim kemarau yang terjadi pada bulan Maret

sampai dengan bulan September. Jumlah curah hujan rata-rata 1.707 mm

dengan jumlah hari hujan 200 hari, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Desember yakni 320,8 mm dan terendah pada bulan Agustus yakni 6,9 mm.

4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Sapeken priode bulan April 2014 sebanyak

50.127 jiwa terdiri dari 24.395 laki-laki, 25.372 perempuan dengan kepadatan

penduduk 248 /km² dan yang terpadat adalah Desa Pagerungan Kecil yang setiap

1 km ² dihuni oleh 2.215 jiwa, sementara sex ratio yaitu perbandingan jumlah

penduduk laki-laki dibandingkan jumlah penduduk wanita adalah sebesar 94,80

artinya setiap 95 penduduk laki-laki diantara 100 penduduk perempuan.

Luas wilayah Kecamatan Sapeken 201.887 Km² ,terlihat bahwa

(54)

merata.ada wilayah dengan kepadatan penduduk ang tinggi dan dibagian yang lain

penyebaran penduduknya sangat rendah , Desa dengan kepadatan penduduk

terbesar adalah desa Pegerungan Kecil sebesar 2.215 jiwa / Km², sedang

kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa Paleat sebesar 56 jiwa / Km².

Tabel 4.1

J umlah Penduduk Berdasar kan Kelamin

No. J enis Kelamin J umlah Pr esentase

1 Laki-laki 7323 48,28%

2 Perempuan 7842 51,72%

J umlah 15165 100%

Sumber: Kantor Administrasi Desa Sapeken 2014

Berdasarkan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk

Desa Sapeken terdiri dari penduduk perempuan dengan jumlah 7842, hal ini

dikarenakan tingkat kelahiran untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak

dibanding kelahiran jenis laki-laki.

Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan pendidikan, Desa Sapeken

mempunyai berbagai macam penduduk berdasarkan tingkatan pendidikan yang

disajikan pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

J umlah Penduduk Berdasar kan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan J umlah (or ang) Pr esentase

1. SARJANA 79 0,52%

Gambar

Gambar 3.1 Analisis Interaktif Menurut Miles Dan Huberman
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Gambar. 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

Prosedur penelitian pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media Audio melalui empat (4) tahapan, yaitu: a) perencanaan, Menyusun rencana pelaksanaan

Suatu bangunan yang didirikan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai wujud bahwa penyelenggaraan proyek konstruksi bangunan telah dijalankan sesuai

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkepentingan khususnya yang terkait dengan pengaruh rasio keuangan (PER, DER, EPS, ROA, CR, dan

Dikaitkan dengan objektif terakhir kajian ini iaitu memaparkan kekurangan dan kelemahan yang dibawa oleh peruntukan keterangan yang sedia ada, maka dapatan kajian