ii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
ABSTRAKSI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang ... 1
1.2
Perumusan Masalah ... 6
1.3
Tujuan Penelitian ... 7
1.5
Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1
Penelitian Terdahulu ...
9
2.2
Landasan Teori ... 10
2.2.1
Pengertian Manajemen Keuangan ... 10
2.2.2
Pengertian Laporan Keuangan ... 11
2.2.2.1
Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 12
2.2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan ... 13
2.2.2.3
Manfaat Laporan Keuangan ... 13
2.2.2.4
Pemakai Laporan Keuangan ... 15
2.2.3
Pengertian Modal Kerja ... 18
iii
2.2.4.1
Unsur-unsur Modal Kerja ... 21
2.2.4.2
Manfaat Modal Kerja ... 23
2.2.4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 24
2.2.4.4
Metode Menentukan Kebutuhan Modal Kerja ... 27
2.2.4.5
Perputaran Modal Kerja ... 28
2.2.5
Profitabilitas ... 29
2.2.6
Penggunaan Rasio Sebagai Alat Analisis ... 30
2.2.7
Pengertian Kas ... 31
2.2.7.1
Perputaran Kas ... 34
2.2.8
Pengertian Piutang ... 35
2.2.8.1
Cara-cara untuk Mempercepat Perputaran
Piutang... 37
2.2.9
Pengertian Persediaan ... 37
2.2.10
Bagan dan Persamaan Du Pont... 39
2.2.11
Hubungan Perputaran Kas, Perputaran Piutang,
Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas... ... ... 40
2.2.11.1 Hubungan Perputaran Kas dengan
Profitabilitas... ... 40
2.2.11.2 Hubungan Perputaran Piutang dengan
Profitabilitas……… ... 41
iv
2.4
Hipotesis ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44
3.1
Devinisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 44
3.2
Teknik Penentuan Sampel ... 45
3.3
Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.3.1
Jenis Data ... 46
3.3.2
Sumber Data ... 47
3.3.3
Pengumpulan Data………... 47
3.4
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48
3.4.1
Analisis Regresi Linier Berganda ... 48
3.4.2
Uji Normalitas ... 48
3.4.3
Uji Asumsi Klasik ... 49
3.4.4
Uji Hipotesis ... 52
3.4.4.1
Uji F ... ... 52
3.4.4.2
Uji T... ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 54
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………... 54
4.1.1
Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia………...……… 54
4.1.2
Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia………...…... 55
4.1.3
Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia………... 57
v
4.1.6
Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia……...…. 60
4.2 Gambaran Umum Perusahaan……….. 61
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian……….. 68
4.3.1 Cash Turn Over (X
1) Perusahaan Food and Beverages
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003- 2008…...……… 69
4.3.2 Receivable Turn Over (X
2) Perusahaan Food and
Beverages di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-
2008………....… 70
4.3.3
ITO (X
3) Perusahaan Food and Beverages di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2003- 2008………...…… 71
4.3.4 Profitabilitas (Y) Perusahaan Food and Beverages
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003- 2008……...….. 72
4.4 Analisis dan Pengujian Hipotesis……… 74
4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda………... 74
4.4.2
Koefisien Determinasi Berganda (R
2)... 75
4.4.3
Uji Asumsi Klasik………...…... 76
4.4.4
Uji Hipotesis Dengan Uji t………...…… 80
4.5 Pembahasan……….…….…. 81
vi
Profitabilitas Perusahaan Food and Beverages
di BEI... 82
4.5.3 Inventory Turn Over Berpengaruh Positif Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Food and Beverage
di BEI... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85
5.1 Kesimpulan... 85
vii
Tabel 1: Peringkat Pertumbuhan Laba Tahun 2008 ... 2
Tabel 2: CTO Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2003- 2008 ... 69
Table 3: RTO Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2003- 2008 ... 70
Tabel 4: ITO Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2003- 2008 ... 72
Tabel 5: Profitabilitas (Y) Perusahaan Food and Beverages di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2003- 2008 ... 73
Tabel 6 : Koefisien Regresi Linier Berganda ... 74
Tabel 7 : Hasil R
2 ...76
Tabel 8 : Data Uji Multikolinearitas ... 77
Tabel 9 : Uji Auto Korelasi ... 78
Tabel 10 : Data Uji Heteroskedastisitas ... 79
viii
PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK
INDONESIA
Oleh :
Duwi Sri Utami
0612010227/FE/EM
ABSTRAKSI
Perusahaan yang berorientasi pada motif laba maka akan berupaya untuk
mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dan menekan biaya hingga menjadi
se-efisien mungkin. Perusahaan yang berorientasi profit motif dalam aktivitas operasinya
dituntut untuk mempertimbangkan serta memperhitungkan situasi dan kondisi perusahaan
dimasa yang akan datang. Investasi modal kerja sangat penting dalam menjaga
kelancaran operasi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Modal kerja menunjukan kekayaan perusahaan yang tertanam dalam aktiva lancar yang
terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Atas dasar pemikiran
tersebut penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengelolahan
modal kerja (perputaran kas,perputaran piutang, perputaran persediaan) sehingga dapat
efektif dan efisien.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
laporan keuangan perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian dari tahun 2003
sampai dengan 2008.Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek
Indonesia serta di dalam Indonesian Capital Market Directory yang berupa laporan
keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 yang terdiri dari laporan rugi laba
dan neraca. Untuk memenuhi tujuan penelitian, hipotesis diuji dengan analisis regresi
linier berganda.
Dari uji regresi berganda tersebut dapat disimpulkan bahwa : (1) Terdapat
pengaruh negatif perputaran kas terhadap profitabilitas. (2) perputaran piutang tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas. (3) Perputaran persediaan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan yang berorientasi pada motif laba maka akan berupaya untuk
mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dan menekan biaya
hingga menjadi se-efisien mungkin. Perusahaan yang berorientasi profit motif
dalam aktivitas operasinya dituntut untuk mempertimbangkan serta
memperhitungkan situasi dan kondisi perusahaan dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu, koordinasi secara terpadu dari berbagai fungsi manajemen
sangat diperlukan agar tercapai tujuan perusahaan yang direncanakan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan Warta Ekonomi dari laporan
keuangan di Bursa Efek Indonesia didapatkan sejumlah fakta kemampuan
perusahaan mencetak laba ( profitabilitas ). Perusahaan makanan dan
minuman yang mencetak labanya paling tinggi adalah PT. Ultra JayaMilk
Tbk (22,29%). Dan posisi terlemah dalam hal mencetak laba adalah PT.
Ades Waters Indonesia Tbk (-11,74%). Berikut ini adalah peringkat
Tabel 1: Peringkat Pertumbuhan Laba Tahun 2008
Perusahaan Pertumbuhan laba
PT. Ultra Jaya Milk Tbk 901.80%
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 163.44%
PT. Sekar Laut Tbk 87.17%
PT. Delta Djakarta Tbk 76.96%
PT. Mayora Indah Tbk 38.59%
PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 24.92%
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 15.18%
PT. Cahaya Kalbar Tbk 12.93%
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 5,51%
PT. Sekar Laut Tbk -25,61%
PT. Siantar Top Tbk -69.11%
PT. Ades Waters Indonesia Tbk -90.18%
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -209.28%
Sumber:Warta Ekonomi 20 september 2009
Agar perusahaan dapat terus berjalan, maka perusahaan harus
menyediakan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan
operasinya. Investasi modal kerja sangat penting dalam menjaga kelancaran
operasi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Modal kerja menunjuk kepada kekayaan perusahaan yang tertanam dalam
aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan
Kelebihan jumlah aktiva lancar dapat berakibat pada realisasi
pengembalian investasi di bawah standar yang ditentukan. Namun
perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat menimbulkan
kekurangan dan kesulitan dalam kelancaran operasi (Wachowicz,1995:214).
Modal kerja diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari hutang.
Modal kerja yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli
aktiva tetap, untuk memproduksi barang atau jasa, membeli bahan-bahan
untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, serta
untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga kelancaran operasi
perusahaan.
Komponen modal kerja yang likuid adalah kas, piutang, persediaan.
Ketiga komponen modal kerja itu harus dikelolah dengan baik agar tersedia
dengan cukup dan menguntungkan karena berhubungan dengan kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari. Dengan demikian, setiap perusahaan
harus selalu mengawasi, merencanakan, serta menjaga tingkat modal kerja
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau dengan kata lain perusahaan
harus melakukan manajemen modal kerja yang efisien, efektif serta berdaya
guna.
Piutang merupakan elemen modal kerja yang secara terus menerus
dalam rantai perputaran modal kerja. Apabila perusahaan menurun standar
piutang pula. Dan ini akan membawa keuntungan yang lebih besar
(Husnan,1992:36)
Modal kerja yang telah dikeluarkan diharapkan akan diperoleh
kembali dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produknya. Aliran dana masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut
akan segera dipergunakan kembali untuk membiayai operasi berikutnya,
demikian seterusnya. Dana berputar terus dari waktu ke waktu selama hidup
perusahaan dan lebih jauh lagi aktiva lancar berfluktuasi dengan penjualan
yang selalu berubah terus- menerus. Sebagian waktu dari manajer
dicurahkan untuk mengelolah modal kerja perusahaan (JF Weston &
Brigham,1992).
Pengelolahan modal kerja yang baik,tidak dinilai dari besar atau
kecilnya kas, piutang, maupun jumlah persediaannya. Tetapi bagaimana
mengelolah modal kerja dengan jumlah yang sama namun menghasilkan
laba yang lebih maksimal.
Menurut Munawir (2002:71-80), hubungan perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha
sangatlah erat. Sebab apabila perputaran efektif, maka perolehan labanya
sudah memadai dengan modal kerja yang ada. Dikatakan demikian karena
didalam perhitungannya,ketiga perputaran tersebut menggunakan net sales
atau penjualan bersih. Dengan demikian sudah pasti pengaruh dari
didapat dari mengurangi penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan
untuk usaha memperoleh pendapatan tersebut.
Penggunaan elemen penjualan pada perputaran kas adalah untuk
mengetahui keefektifan kas yang ada terhadap kelancaran proses produksi,
dan apakah jumlah dana yang ada pada kas tersebut cukup untuk proses
produksi. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar
maka tingkat perputaran tersebut akan rendah dan sebaliknya, apabila
jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang
tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan tujuan
perusahaan tersebut (Munawir,2002:100).
Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata
menggambarkan tingkat perputaran kas (Cash Turn Over). Semakin tinggi
perputarannya maka akan semakin efisien pula penggunaan kasnya. Tetapi
Cash Turn Over (CTO) yang terlalu tinggi berarti pula bahwa kas yang
tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan.
Perlu diketahui bahwa pengurusan kredit secara efisien dapat dapat
menghasilkan perputaran piutang yang tinggi. Suatu perputaran piutang
yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat.
Apabila tidak, maka modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama
dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan
Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk menjaga
jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi
dalam persediaan. Suatu program persediaan dan pembelian yang efisien
akan menyebabkan suatu perputaran persediaan yang lebih cepat dengan
kecepatan putaran yang lebih tinggi. Lebih cepat persediaan berputar, maka
akan lebih sedikit resiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau
jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan
perputaran persediaan juga semakin berkurang.
Berdasarkan latar belakang diatas mengidentifikasikan adanya
pengaruh pengelolahan modal kerja (perputaran kas, perputaran piutang,
perputaran persediaan) terhadap profitabilitas perusahaan Food and
Beverages di Bursa Efek Indonesia. Sehingga penelitian ini berjudul
“Analisis Pengelolahan Modal Kerja dan Pengaruhnya terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas pada
b. Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia?
c. Apakah perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas pada
perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.
b. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas
pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.
c. Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan
dalam rangka pengambilan kebijakan-kebijakan yang menyangkut
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai
sebagai bahan pengkajian dan berkaitan dengan penelitian ini dilakukan
oleh:
Tri Siswantini,Analisis pengelolaan Modal Kerja dan Pengaruhnya
Terhadap Perusahaan Manufaktur di BEJ. Penelitian ini merupakan
penelitian yang menganalisis tentang hubungan antara perputaran kas,
perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Pada
perusahaan manufaktur di BEJ pada tahun 2003,dan diambil secara
random sebanyak 40 perusahaan
Hasil penelitian:
a. Cash Turn Over (CTO) pada Uji-t didapat tingkat signifikansi
negatif yang lebih kecil dari α (0,05). Jadi Cash Turn Over
(perputaran kas) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
b. Receivable Turn Over (RTO) pada Uji-t didapatkan tingkat
signifikansi lebih kecil dari α (0,05). Jadi Receivable Turn Over
(perputaran piutang) berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
c. Secara Parsial (uji-t) didapat hasil untuk variabel Inventory Turn
Over bahwa thitung > ttabel yang artinya Inventory Turn Over
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas
Inventory Turn Over (perputaran persediaan) berpengaruh positif
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Keown, dkk (1999:8) manajemen keuangan adalah
bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau
kesejahteraan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan
harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan.
Menurut Weston dan Copeland (1996:3) pengertian
manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi dan tanggung
jawab para manajer keuangan. Meskipun fungsi dan tanggung jawab
manajer keuangan berbeda-beda di setiap organisasi, namun fungsi
pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan
tentang penanaman modal, pembiayaan kegiatan usaha, dan
pembagian deviden pada suatu perusahaan.
Manajemen keuangan menurut Husnan (2004:3) merupakan
manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi keuangan ini
memiliki berbagai kegiatan yang perlu dijalankan. Meskipun
mungkin kegiatan- kegiatan itu berbeda- beda antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya, tetapi sebenarnya kita bisa mengambil
fungsi pokoknya yang merupakan kegiatan utama dari seorang
manajer. Dengan demikian fungsi pokok manajer keuangan adalah
dan perencanaan keuangan berkaitan dengan pengawasan kondisi
keuangan perusahaan, melakukan evaluasi kenaikan atau penurunan
kapasitas produksi dan menentukan berapa besarnya dana yang
dibutuhkan untuk membiayai kegiatan perusahaan. Analisis ini
dilakukan berdasarkan neraca dan laporan laba –rugi perusahaan.
2.2.2 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Munawir (1997:5) pengertian laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan
pada akhir periode untuk satu perusahaan. Kedua daftar itu adalah
daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau
faktor rugi laba pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan
bagi perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu daftar surplus
atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan) “.
Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan perusahaan
adalah suatu bentuk pertanggungjawaban dari suatu perusahaan yang
terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan
serta laporan sumber dan penggunaan dana.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
Definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh Weston
dan Copeland (1996:17), yakni : Financial statements report the
historial performance of a firm and provide a basis, along with
business and economic analysis for making projection and forecasts
for the future. Artinya:laporan keuangan atau financial statement
(biasanya dalam neraca dan perhitungan rugi-laba) berisi informasi
tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan
petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang.
2.2.2.1Jenis-jenis laporan keuangan
Jenis laporan keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Neraca
Munawir (1997:13), mendefinisikan neraca sebagai
berikut :
“ Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva,
hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu.
Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu
biasanya pada waktu fiskal atau tahun kalender sehingga
neraca sering disebut dengan balance sheet”.
2. Laporan rugi laba
Munawir (1997:26), menyatakan bahwa : “ laporan
penghasilan, biaya, rugi /laba yang diperoleh suatu
perusahaan pada periode tertentu. Penyusunan laporan rugi
laba di buat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
gambaran hasil- hasil yang dicapai perusahaan pada suatu
periode tertentu.”
Dengan demikian, laporan laba rugi adalah suatu
laporan yang menunjukan hasil usaha (pendapatan-
pendapatan ) dan biaya- biaya dari suatu unit usaha selama
periode akuntansi.
2.2.2.2Tujuan laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi apa yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.(IAI, 1999:3)
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai kinerja manajemen
agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan
ini misalnya mencakup tentang keputusan untuk menahan
ataupun menjual investasi mereka dalam perusahaan.
Interpretasi atau analisis terhadap laopran finansial
suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa
untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial
perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengadakan analisis
laporan keuangan dari perusahaannya, manajer juga akan
dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari
perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil- hasil
keuangan yang akan dicapai di waktu yang lalu dan waktu
yang sedang berjalan. Dengan mangadakan analisis data
finansial dari tahun- tahun yang lalu dapat diketahui
kelemahan- kelemahan dari perusahaannya serta hasil- hasil
yang dianggap cukup baik.
Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi
perbaikan penyusunan rencana yang akan dilakukan di waktu
yang akan datang (Riyanto, 1997:38). Selain manajemen,
para krediturpun berkepentingan terhadap laporan keuangan
dari perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau
nasabahnya. Sebelum mengambil keputusan untuk memberi
atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan maka
kreditur terlebih dahulu melakukan analisa terhadap laporan
keuangan perusahaan tersebut untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang-
2.2.2.4Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang
dan investor potensial, karyawan, pemberi jaminan,
pemasok, dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
serta lembaga- lembaganya, dan masyarakat. (IAI, 1999:2).
Pada Harahap (2008:7-9)kegunaan laporan keuangan
menurut:
1. Pemilik perusahaan
Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan
untuk :
Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh
manajemen;
Mengetahui hasil deviden yang akan diterima;
Menilai posisi keuangan perusahaan dan
pertumbuhannya;
Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham;
Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan
dimasa datang;
Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini
digunakan untuk:
Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolahan
kepada pemilik;
Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi
perusahaan, divisi, bagian atau segmen;
Menilai hasil kerja individu yang memberi tugas dan
tanggung jawab;
Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
perlu tidaknya diambil kebijaksanaam baru;
Memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan, AD
(Anggaran dasar), pasar modal, dan lembaga
regulator lainnya.
3. Investor
Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk:
Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan;
Manilai kemungkinan menanamkan dana dalam
perusahaan;
Menilai kemungkinan melakukan divestasi (menarik
investasi) dari perusahaan;
Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan
4. Kreditur atau Banker
Bagi kreditur, banker, ataupun supplier laporan keuangan
digunakan untuk :
Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang;
Menilai kualitas jaminan kredit /investasi untuk
menopang kredit yang akan diberikan ;
Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang
mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate
of return perusahaan;
Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam
pertimbangan keputusan kredit;
Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian
kredit yang sudah disepakati;
5. Pemerintah dan Regulator
Bagi pemerintah atau regulator, laporan keuangan
dimaksudkan untuk:
Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang
harus dibayar;
Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan
Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau
tindakan lain;
Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang
ditetapkan;
Bagi lembaga pemerintah lainnya dapat digunakan
sebagai bahan penyusunan data statistik.
6. Analisis, Akademis, Pusat Data Bisnis
Bagi para analisis, akademis, dan juga lembaga-lembaga
pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moody’s,
Brunstreet, Standart & Poor, Perfindo, laporan keuangan
ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer
yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang
bermanfaat bagi analisis, ilmu pengetahuan, dan komoditi
informasi.
2.2.3 Pengertian Modal Kerja
2.2.3.1Konsep Modal Kerja
Ada tiga konsep modal kerja atau definisi modal kerja
yang dipergunakan, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kwantum yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan
yang menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia
untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktifa
lancar (Gross Working Capital).
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja,
dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah
kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek
(Net Working Capital ), yaitu jumlah aktiva lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para
pemilik perusahaan.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang
dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan dari
usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang
dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan
digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha
pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan
untuk menghasilkan laba periode ini, ada sebagian dana
yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan
laba dimasa yang akan datang. (Munawir,2000:116)
Menurut W. B. Taylor dalam Riyanto (1997:52-53)
Modal kerja dapat di golongkan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Modal Kerja Permanen ( Permanent Working Capital )
Yaitu modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam
perusahaan untuk dapat menjalankan operasinya atau
sejumlah modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini
dibedakan menjadi:
Modal kerja primer (Primary Working Capital )
Yaitu, jumlah modal kerja minimum yang harus ada
untuk menjamin kontinuitas perusahaan dalam
menjalankan usahanya
Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi normal.
b. Modal Kerja Variabel ( Variable Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan.
Modal kerja ini dibedakan menjadi:
Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital )
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena fluktuasi konjungtur
Modal Kerja Darurat (Emergency WorkingCapital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya.
2.2.4 Manajemen Modal Kerja
2.2.4.1Unsur- Unsur Modal Kerja
Sesuai dengan konsep modal kerja yang kita bahas
yaitu konsep kuantitatif maka modal kerja sama dengan
aktiva lancar. Jadi unsur- unsur modal kerja meliputi:
a. Kas
Kas diperlukan oleh setiap perusahaan yang
sedang menjalankan operasinya dan juga dibutuhkan
untuk investasi dalam aktiva tetap. Menurut Munawir
(2002:14) mengemukakan definisi dari kas yaitu uang
tunai yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan. Dengan demikian kas yang
cukup harus disediakan oleh perusahaan agar tidak
usahanya dan kas yang cukup juga perlu untuk menilai
likuiditas suatu perusahaan.
b. Piutang
Menurut Munawir (2002:15) piutang adalah
tagihan kepada pihak lain (kepada pihak kreditur atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang
dagangan secara kredit. Piutang merupakan unsur yang
paling penting dalam neraca sebagian besar perusahaan.
Prosedur yang wajar dan cara pengamanan yang cukup
terhadap piutang bukan saja untuk keberhasilan
perusahaan tetapi juga untuk memelihara hubungan yang
memuaskan dengan para pelanggan.
c. Persediaan
Persediaan adalah semua barang diperdagangkan
tetapi pada tanggal neraca, barang- barang tersebut masih
terdapat di gudang atau belum laku terjual, termasuk juga
bahan baku. Menurut SAK (2009:14.2) persediaan adalah
aktiva yang:
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies
untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa).
Perusahaan industri umumnya mengenal tiga jenis
persediaan, yaitu persediaan bahan baku, barang dalam
proses produksi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan
perusahaan perdagangan hanya mengenal satu jenis
persediaan yang mempunyai sifat perputaran yang sama
dan tidak mengalami proses yang lebih lanjut yang
mengakibatkan pada perubahan bentuk, yang dikenal
dengan Merchandise Inventory (persediaan barang
dagang).
2.2.4.2Manfaat Modal Kerja
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang
cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi
secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan,
misalnya dapat menutup kerugian- kerugian dan dapat
mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan.
Menurut Djarwanto (2004:89), manfaat lain dari
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunya
nilai aktiva lancar, misalnya nilai persediaan yang
menurun karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi semua
kewajiban- kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.
3. Menjamin perusahaan untuk dapat membeli barang
dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa
potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan
dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga
sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan
lain sebagainya.
5. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan
dalam jumlah yang cukup untuk melayani permintaan
konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan
syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para
pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi
dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam
memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang
8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan
dalam periode resesi atau depresi.
2.2.4.3Faktor- faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Untuk menentukan modal kerja yang dianggap cukup
bagi suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah, karena
modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung
atau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
(Djarwanto,2004:91-92):
a. Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa berbeda dengan
perusahaan industri. Perusahaan jasa tidak memerlukan
investasi yang besar dalam kas, karena kebutuhan uang
tunai untuk kegiatan operasinya dapat dipenuhi dari
pengasilan atau penerimaan- penerimaan pada saat itu
juga, sedangkan untuk perusahaan industri yang cukup
besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak
mengalami kesulitan dalam operasinya sehari- hari.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
memproleh barang dan ongkos produksi per unit atau
harga beli per unit barang itu
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan
langsung dengan waktu yang diperlukan untuk
tersebut dijual. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut,
maka semakin besar pula modal kerja yang dubutuhkan.
Disamping itu, harga pokok per satuan barang juga
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang
dibutuhkan. Semakin besar harga barang per satuan, maka
semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
c. Syarat pembeli bahan atau barang dagangan
Syarat pembeli barang dagangan atau bahan dasar yang
akan digunakan untuk memproduksi barang sangat
mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang
diterima pada waktu pembelian menguntungkan, maka
semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam
persediaan barang dagangan , begitu juga sebaliknya bila
pembayaran atas bahan atau bahan yang dibeli tersebut
harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, maka
uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan
semakin besar pula.
d. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang
diberikan perusahaan kepada para pelanggan akan
yang diinvestasikan dalam piutang dan untuk
memperkecil resiko adanya piutang yang tidak dapat
tertagih, maka sebaiknya perusahaan memberikan
rangsangan berupa potongan tunai (cash discount) kepada
para pembeli, karena dengan demikian pembeli akan
tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode
diskonto tersebut.
e. Tingkat perputaran
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali
persediaan tersebut diganti. Semakin tinggi tingkat
perputarannya, maka jumlah modal kerja yang
terinvestasikan dalam persediaan semakin rendah. Untuk
dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka
harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan
secara teratur dan efisien, semakin cepat atau semakin
tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko
terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan
selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos
penyimpanan terhadap persediaan itu.
2.2.4.4Metode Menentukan Kebutuhan Modal Kerja
Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen
maupun variabel perlu ditentukan dengan baik agar efektif
direncanakan dengan baik mengakibatkan modal kerja yang
ada tidak digunakan sesuai kebijakan yang ada. Menurut
Martono dan Harjito (2002:77) untuk menentukan kebutuhan
modal kerja dapat digunakan dua metode,yaitu:
1. Metode keterkaitan dana
Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dengan
metode ini, ada dua faktor yang mempengaruhinya,yaitu:
a. Periode terikatnya modal kerja
Merupakan waktu yang diperlukan mulai dari kas
yang ditanamkan pada komponen-komponen atau
elemen-elemen moda kerja sampai menjadi kas
kembali. Periode ini meliputi waktu pembelian dan
penyimpanan bahan, lama proses produksi, lama
barang disimpan di gudang dan lama penerimaan
piutang.
b. Pengeluaran kas setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas setiap hari untuk
keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong,
upah karyawan dan biaya lainnya.
2. Metode perputaran modal kerja
Berdasarkan metode ini, maka besarnya kebutuhan modal
komponen-komponen modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran
piutang, perputaran persediaan.
2.2.4.5Perputaran Modal Kerja
Menurut Riyanto (1997 : 55- 56), modal kerja selalu
dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.
Periode perputaran modal kerja (working capital turn over
period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana
kembali lagi menjadi kas.
Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat
perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turn
over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja
adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran dari
masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Periode
perputaran barang dagangan adalah lebih pendek dari pada
barang yang mengalami proses produksi.
2.2.5 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri (Sartono,2001:122). Profitabilitas merupakan
yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi dan produktifitas
perusahaan.
2.2.6 Penggunaan Rasio Sebagai Alat Analisis
Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
(penjualan bersih-HPP)
Penjualan bersih
b. Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Laba bersih setelah pajak
Penjualan bersih
c. Return On Assets (ROA)
Laba bersih sebelum pajak
Total aktiva
d. Return On Invesment (ROI)
Laba setelah Pajak
Total Aktiva
e. Return on Equity (ROE)
Laba bersih setelah pajak
Namun rasio yang digunakan dalam penelitian ini
hanyalah salah satu dari ke empat rasio yang ada diatas yaitu
Return On Assets. Dengan membandingkan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva yang ada.
Menurut Weston dan Copeland (1996:232) rasio
profitabilitas adalah hasil akhir besih dari berbagai kebijakan dan
keputusan, rasio ini menggambarkan akhir tentang efektifitas
manajemen perusahaan.
Rasio yang digunakan untuk menganalisa tingkat
profitabilitas adalah Return On Assets (ROA) rasio ini
menunjukan tingkat pengembalian investasi atas pendapatan
operasi dirumuskan dengan membagi laba bersih sebelum pajak
(EBIT) dibandingkan dengan total aktiva. Dan satuan yang
digunakan untuk rasio ini adalah prosentase
ROA = EBIT X 100% Total Aktiva
2.2.7 Pengertian Kas
Menurut Siswantini (2006:49-50), kas merupakan salah satu
komponen modal kerja yang paling likuid. Perusahaan dapat
menggunakan uang kas untuk kegiatan operasionalnya sehari-hari
maupun untuk investasi baru dalam aktiva tetap.
Kas sangat menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan.
likuiditas yang paling tinggi. Makin tinggi jumlah kas yang dimiliki
suatu perusahaan maka makin tinggi pula likuiditas perusahaan
tersebut. Kendati demikian, jumlah kas yang besar tidak selalu
berarti baik bagi suatu perusahaan.
Pengeluaran kas (Cash Outflow) dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Pengeluaran kas yang bersifat kontinyu (terus-menerus) seperti
pembelian bahan mentah, membayar upah dan gaji.
Pengeluaran bersifat intermitten (kadang-kadang) seperti pajak,
pembelian aktiva tetap, pembayaran hutang jangka panjang
seperti pinjaman obligasi, hipotek, kredit investasi kecil, kredit
modal kerja permanen.
Disamping pengeluaran kas (Cash Outflow), terdapat juga
aliran kas masuk ( Cash Inflow), yang terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Penerimaan kontinyu seperti penjualan produk atau jasa,
penerimaan pembayaran dari debitur.
2. Penerimaan intermitten seperti penerimaan pinjaman dari bank,
penjualan saham, penjualan aktiva tetap yang sudah tidak
ekonomis lagi.
Besarnya Cash Inflow dan Cash Outflow menunjukkan saldo
kas yang ditahan. Semakin besar Cash Inflow, semakin besar pula
saldo kas yang dapat ditahan oleh perusahaan apabila Cash Outflow
Menurut Sudarmo (1998:62) pada Siswantini menyatakan
bahwa jumlah kas yang harus diperhatikan dalam posisi keuangan
perusahaan yang baik (Well Finance) sebaiknya tidak kurang dari
5% sampai dengan 10% dari jumlah aktiva lancar. Besarnya
uang kas yang harus dipertahankan juga dapat dikaitkan dengan
omzet penjualan.
Menurut Keynes ada tiga alasan untuk menyimpan kas yaitu
motif transaksi, motif berjaga-jaga , motif spekulasi. Motif ini jika
diberlakukan pada perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Motif transaksi:
Untuk melakukan pembayaran seperti pembelian, gaji,
pajak, deviden, dan lain-lain yang timbul dari operasi bisnis
sehari-hari
2. Motif berjaga-jaga:
Digunakan untuk keperluan yang tak terduga atau untuk
menjaga keselamatan jika sewaktu-waktu dibutuhkan kas.
Semakin jelas arus kas masuk dan keluar, semakin sedikit
kebutuhan akan kas untuk berjaga-jaga. Kemampuan untuk
meminjam kas dengan segera jika membutuhkan kas juga dapat
mengurangi kebutuhan untuk memenuhi motif ini.
Penyediaan kas ini dimaksudkan untuk mendapatkan
keuntungan dari perubahan- perubahan yang diharapkan dari
harga surat- surat berharga(marketable security).
Menurut Horne dan Wachowich (232), penting untuk
diketahui bahwa tidak seluruh kebutuhan perusahaan akan kas
mengharuskan mereka untuk menyimpan kas secara terpisah.
Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan menyimpan sekuritas
yang dapat dijual sebagai aktiva ekuivalen kas. Kebanyakan
perusahaan tidak dapat menyimpan kas untuk keperluan
spekulasi. Oleh karena itu, fokus diletakkan pada motif transaksi
dan berjaga-jaga dimana kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
menyimpan kas dan sekuritas yang dapat dijual. Perusahaan akan
diuntungkan jika penerimaan kas dapat dipercepat dan
pembayaran kas dapat diperlambat.
2.2.7.1 Perputaran kas
Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas
rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (Cash
Turnover). Semakin tinggi perputarannya maka akan
semakin efisien pula penggunaan kasnya. Tetapi Cash
Turnover (CTO) yang terlalu tinggi berarti pula bahwa kas
yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan yang
Cash Turnover =
kas rata Rata
Penjualan
=…………kali
Rata-rata kas =
2
tahun akhir kas tahun awal
Kas
=….
2.2.8 Pengertian Piutang
Menurut Siswantini (2006:50-51), dalam menghadapi
persaingan dagang antara perusahaan sejenis, maka umumnya setiap
perusahaan melakukan kebijaksanaan transaksi penjualan secara
kredit. Akan tetapi tidak jarang menimbulkan resiko bagi
perusahaan, yaitu apabila terjadi kredit macet. Oleh sebab itu
pengelolahan piutang dagang perlu dilakukan dan umumnya
menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian
pemberian dan pengumpulan piutang, terakhir dilakukan evaluasi
terhadap politik kredit yang dijalankan perusahaan.
Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan
dengan mengatur kebijaksanaan pemberian kredit, syarat-syarat
penjualan, ditetapkannya kredit maksimum bagi pembeli dan cara
penagihannya.
Perlu diketahui bahwa pengurusan kredit secara efisien dapat
dapat menghasilkan perputaran piutang yang tinggi. Suatu
perputaran piutang yang tinggi harus disertai dengan penagihan
terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan
tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus
usaha perusahaan.
Tujuan perusahaan menginvestasikan dananya dalam piutang adalah:
Meningkatkan penjualan
Perusahaan yang menjual secara kredit bisanya akan
mampu menjual lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan
yang menuntut pembayaran tunai atas penjualannya.
Meningkatkan laba
Investasi dalam piutang akan meningkatkan penjualan dan
diharapkan akan mampu pula memberikan laba besar bagi
perusahaan. Hal ini dimungkinkan nilai kontribusi marginal atau
laba kotor masih lebih besar dari biaya-biaya yang timbul akibat
dari kebijaksanaan kredit perusahaan.
Memenuhi syarat persaingan
Bila perusahaan sejenis menjual secara kredit, maka ia
harus menempuh cara yang serupa agar bisa bersaing di pasaran.
Untuk mengetahui posisi hutang dan taksiran waktu
pengumpulan diperoleh dengan menghitung tingkat perputaran
Tingkat perputaran piutang =
ceivable Account
Average
Sales
Re =……kali
Sedangkan untuk menghitung waktu pengumpulan
piutang, yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan
tingkat perputaran piutang tersebut, sebagai berikut:
Turnover ceivable
AccountRe 360
= …….. hari
2.2.8.1Cara- cara Mempercepat Perputaran Piutang
Menurut Nitisemito (1983:97) apabila kita sanggup
mempercepat perputaran piutang maka kita akan
mendapatkan dua keuntungan. Keuntungan pertama adalah
modal yang terikat pada piutang dapat lebih efisien.
Keuntungan yang kedua adalah perputaran yang lebih cepat
maka akan berarti bahwa waktu terikat modal dalam piutang
akan lebih pendek sehingga keuntungan resiko diundur atau
tidak dibayar lebih kecil. Untuk itu setiap perusahaan harus
dapat meningkatkan perputaran dari piutangnya. Cara yang
ditempuh untuk itu antara lain:
a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan
atau dalam tempo waktu yang lebih pendek.
b. Mengusahakan agar barang atau jasa lebih digemari.
c. Melatih salesman yang baik.
Menurut Siswantini (2006:51-52) persediaan merupakan
komponen harta lancar yang memiliki tingkat likuiditas paling
rendah dibandingkan dengan kas dan piutang dagang. Persediaan
yang terlalu besar akan memperbesar beban bunga, memperbesar
biaya penyimpanan dan pemeliharaan, ada kemungkinan rugi karena
kerusakan, turunnya kualitas maupun keusangan yang kesemuanya
dapat memperkecil keuntungan perusahaan. Sedangkan persediaan
yang terlalu kecil juga berdampak menekan keuntungan karena
kekurangan material juga. Manfaat menyimpan persediaan adalah:
Mencegah hilangya kesempatan untuk menjual Menarik keuntungan dari potongan-potongan Mengurangi biaya pemasaran
Menjamin kelancaran proses produksi
Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk
menjaga jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk
mengatur investasi dalam persediaan. Suatu program persediaan dan
pembelian yang efisien akan menyebabkan suatu perputaran
persediaan yang lebih cepat dengan kecepatan putaran yang lebih
tinggi. Lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sedikit
resiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau jika terjadi
perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan
perputaran persediaan juga semakin berkurang.
Perusahaan industri umumnya mengenal tiga jenis
persediaan, yaitu persediaan bahan baku, barang dalam proses
produksi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan
sifat perputaran yang sama dan tidak mengalami proses yang lebih
lanjut yang mengakibatkan pada perubahan bentuk, yang dikenal
dengan Merchandise Inventory (persediaan barang dagang).
Untuk mengetahui tingkat perputaran persediaan dalam satu
periode tertentu, diketahui dengan rumus:
Inventory Turn Over =
Inventory Average
HPP
= …..kali
Seperti halnya dalam ratio perputaran piutang, dapat dihitung
rata-rata penerimaan piutang, maka berdasarkan angka ratio
perputaran, persediaanpun dapat dihitung rata-rata persediaan
tersimpan di gudang sebagai berikut:
Persediaan Perputaran
360
= ….hari
2.2.10 Bagan dan Persamaan Du Pont
Bagan Du Pont adalah bagan yang dirancang untuk
memperlihatkan hubungan antara pengembalian atas investasi,
[image:46.612.141.552.517.673.2]perputaran aktiva dan margin laba (Siswantini, 2006:47).
Gambar 1: Bagan Du Pont
Kemampuan = Keuntungan Penjualan × Efisiensi Aktiva
menghasilkan laba
= ×
Sumber: Horne dan Wachowich (1997:148) Laba bersih
Pengembalian =setelah pajak Investasi Total aktiva
Laba bersih Margin laba = setelah pajak bersih Total aktiva
Penjualan perputaran = Aktiva total aktiva Total aktiva
Digunakan untuk mengukur keseluruhan keefektifan dalammenghasilkan laba dengan yang tersedia
Digunakan untuk mengukur laba sehubungan dengan penjualan yang dihasilkan
Menurut Siswantini (2006:47) persamaan Du Pont adalah
persamaan yang memperlihatkan hubungan antara : Margin Laba,
Perputaran Aktiva dan Pengembalian atas Aktiva yang bermuara kepada
pengembalian atas Ekuitas (ROE). Pengembalian atas investasi dapat
diwakili oleh Return On Assets (ROA) atau Return On Equity
(ROE),sehingga Persamaan Du Pont ditunjukkan oleh besarnya ROA
sebagai berikut:
ROA = Margin Laba Perputaran Total Aktiva, atau
ROA = (Laba operasi / Penjualan) (Penjualan / Total Aktiva)
2.2.11 Hubungan Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran
Persediaan terhadap Profitabilitas.
Menurut Munawir (2002:71-80), hubungan perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha
sangatlah erat. Sebab apabila perputaran efektif, maka perolehan
labanya sudah memadai dengan modal kerja yang ada. Dikatakan
demikian karena didalam perhitungannya,ketiga perputaran tersebut
menggunakan net sales atau penjualan bersih. Dengan demikian
sudah pasti pengaruh dari perputaran tersebut akan mempengaruhi
laba dari perusahaan karena laba didapat dari mengurangi penjualan
dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk usaha memperoleh
pendapatan tersebut.
2.2.11.1 Hubungan Perputaran Kas dengan Profitabilitas
Perusahaan yang berusaha mempertahankan kas yang
sangat besar maka makin banyak uang yang akan menganggur
sehingga akan memperkecil profitabilitasnya (Riyanto,1997:94).
Perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar maka
jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas
yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai
dengan tujuan perusahaan tersebut (Munawir,2002:100)
Dari teori tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa
perputaran kas yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas.
Perusahaan yang mempunyai jumlah kas yang besar maka tingkat
perputaran tersebut akan rendah dan sebaliknya, apabila jumlah kas
yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi
dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar sesuai dengan
tujuan perusahaan tersebut.
2.2.11.2 Hubungan Perputaran Piutang dengan Profitabilitas
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas,
tetapi menimbulkan piutang pelanggan, dan barulah kemudian pada
hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (Cash Inflow) yang berasal
dari pengumpulan piutang tersebut (Riyanto,1997:85). Dengan
demikian, piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam
keadaan secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
Apabila perusahaan menurun standar kreditnya, maka penjualan
akan meningkat, yang berarti peningkatan piutang pula, dan ini akan
membawa keuntungan yang lebih besar (Husnan,1992:36).
Jadi dari teori tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
perputaran piutang dapat meningkatkan profitabilitas Apabila
perusahaan menurun standar kreditnya, maka penjualan akan
meningkat, yang berarti peningkatan piutang pula, dan ini akan
membawa keuntungan yang lebih besar.
Menurut Siswantini (2006), lebih cepat persediaan berputar,
maka akan lebih sedikit resiko kerugian jika persediaan itu turun
nilainya, atau jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang
berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang.
Jadi keuntungan yang didapatpun lebih maksimal.
Dari teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
perputaran persediaan dapat meningkatkan profitabilitas. Lebih cepat
persediaan berputar, maka akan lebih sedikit resiko kerugian.Jadi
keuntungan yang didapatpun lebih maksimal.
2.3 Kerangka Konseptual
Perputaran Kas
Perputaran piutang
Perputaran Persediaan
2.4 Hipotesis :
1. Diduga perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada
perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.
2. Diduga perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas
pada perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia.
3. Diduga perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
44
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi operasional dan pengukuran variabel
Variabel-variabel yang berperan dalam penelitian ini adalah hanya
pada analisis pengelolaan modal kerja perusahaan yang kemudian
dihubungkan dengan profitabilitas perusahaan. Untuk lebih memperjelas
variabel yang akan diuji maka di bawah ini diterangkan variabel-variabel
tersebut:
Variabel independen atau disebut dengan variabel bebas adalah variabel
yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel terikat (Y):
Adapun variabel bebas (X) terdiri dari:
1. Cash Turn Over (X1) =
rata rata Kas
Penjualan
= …kali
2. Receivable Turn Over (X2) =
rata rata Piutang
Penjualan
= …kali
3. Inventory Turn Over (X3) =
rata rata Persediaan Penjualan Pokok Harga
= … kali
Variabel Dependen atau disebut juga varibel terikat (Y)
Profitabilitas (Return On Assets) yaitu: kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Menurut Soemarsono (2004 : 44), populasi merupakan kelompok
subyek atau obyek yang memiliki ciri- ciri atau karakteristik-
karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok tersebut akan
dikenai generalisasi dan dari hasil penelitian.
Penelitian dari penenlitian ini adalah keseluruhan perusahaan
makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang berjumlah 17 perusahaan.
b. Sampel
Menurut Soemarsono (2004:44), sampel adalah bagian dari
sebuah populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
populasi tersebut, oleh karena itu sebuah sampel harus merupakan
reprensentatif dari sebuah populasi.
Data yang diambil sebagai sampel adalah perusahaan manufaktur
yang bergerak di bidang Food and Beverages yang ada di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive sampling (metode pengambilan sampel
yang tidak acak), dengan maksud untuk memperoleh sampel sesuai
dengan kelompok yang akan mewakili penelitian ini. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan, yang merupakan
tahun (2003 sampai 2008). Sampel tersebut diambil berdasarkan
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Perusahaan Makanan dan minuman yang masih terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, periode pengamatan tahun 2003-2008.
2. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan jelas
untuk periode pengamatan tahun 2003-2008.
3. Perusahaan makanan dan minuman yang ROAnya mengalami
fluktuasi yang cenderung menurun dari tahun 2003- 2008.
Sampel dalam penelitian ini adalah:
1. PT. Ades Waters Indonesia Tbk
2. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk
3. PT. Davomas Abadi Tbk
4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
5. PT. Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk
6. PT. Sekar Laut Tbk
7. PT. Siantar Top Tbk
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang akan dijadikan
3.3.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Bursa
Efek Indonesia serta di dalam Indonesian Capital Market Directory
yang berupa laporan keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2008 yang terdiri dari laporan rugi laba dan neraca.
3.3.3. Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama penelitian
sebagai berikut :
1. Studi Lapangan
Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder
yang diperlukan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
instansi-instansi yang terkait dalam penyusunan penelitian ini yaitu
Bursa Efek Indonesia.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mempelajari
buku-buku literatur dan catatan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Dokumenter
Yaitu suatu cara yang digunakan dalam pengumpulan data atau
informasi yang digunakan dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan yang telah ada dan berkaitan dengan
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk menganalisis data yang diperoleh agar dapat ditarik
suatu kesimpulan, maka digunakan metode analisis regresi linier
berganda, untuk melihat pengaruh tiga variabel bebas terhadap satu
variabel terikat, dengan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e……..
Dimana:
Y = laba usaha
a = konstanta
X1 = perputaran kas
X2 = perputaran piutang
X3 = perputaran persediaan
b1 , b2 , b3 = koefisien regresi
e = variabel pengganggu
3.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu
data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah
data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan
Uji Normalitas – Metode Kolmogorov Smirnov
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi
data mengikuti distribusi normal adalah:
- Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari
5%, maka distribusi tidak normal.
- Jika nilai signifikan ( nilai probabilitasnya ) lebih besar dari
5%, maka distribusi adalah normal.
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Syarat suatu persamaan regresi adalah harus BLUE ( Best
Linier Unbiased Estimator). Untuk menghasilkan keputusan yang
BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang
tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu tidak boleh
adanya multikolinieritas, heteroskedastitas, dan autokorelasi. Apabila
salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi BLUE, sehingga
pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
1. Multikolonieritas (Multicollinearity)
Multikolonieritas merupakan suatu keadaan dimana satu
atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan
lebih variabelnya merupakan suatu fungsi linier dari variabel
independen yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
dalam melihat nilai ( VIF ) Variance Inflation Factor dengan
rumus sebagai berikut:
VIF =
Tolerance 1
VIF menyatakan tingkat “Pembengkakan” varians, apabila
nilai VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat adanya gejala
multikolonearitas pada persamaan regresi linier.
2. Heteroskedastitas ( Heteroscedasticity)
Heteroskedastitas artinya varians varibel-variabel
independen tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu
variabel independen.
Uji heteroskedastitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaam varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Diagnosis
adanya heteroskedastitas secara kuantitatif dalam suatu regresi
dapat dilakukan dengan melakukan pengujian korelasi Rank
Spearman. Apabila koefisien korelasi Rank Spaerman untuk
maka dapat dirumuskan bahwa dalam persamaan regresi terdapat
heteroskedastitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai dua observasi
yang diurutkan berdasarkan urut waktu (Date Time Series) atau
data yang diambil dari waktu tertentu ( Gujarati,2003:201). Jadi
dalam model regresi linier diasumsikan tidak dapat gejala
autokorelasi. Artinya residual ( Y observasi- Y prediksi ) pada
waktu ke-t (et). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi
dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson.
Berdasarkan jumlah sampel dan jumlah variable
independent menentukan nilai dL dan dU berdasarkan tabel Durbin
[image:58.612.203.452.470.590.2]Watson. Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan:
Tabel 2 : Tabel Durbin Watson
Nilai d Kesimpulan
3.4.4 Uji Hipotesis
Prosedur pengujian statistik yang digunakan menggunakan
langkah- langkah sebagai berikut:
3.4.4.1Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (X) secara bersama- sama (simultan)terhadap
variabel dependen (Y):
Langkah- langkahnya:
a. Merumuskan hipotesis yang akan diuji
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh terhadap Y)
Ha : salah satu dari βi ≠ 0 ( ada pengaruh terhadap Y)
b. Menentukan level of signifikan (α) sebesar 5% atau 0,05;
dengan derajat bebas (n – k – 1), dimana:
n = jumlah pengamatan
k = jumlah variabel.
c. Menentukan nilai Fhitung
Fhitung =
k) -(n / R2) -(1
1) -(k / R2
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen
3.4.4.2Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pegaruh masing-
masing variabel dependen (X) terhadap variabel dependen
(Y) secara parsial.
Langkah- langkahnya:
a. Menentukan hipotesis yang akan diuji
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 ( tidak ada pengaruh terhadap Y)
Hi : β1 = β2 = β3 ≠ 0 ( ada pengaruh terhadap Y)
b. Menentukan level of significant (α) sebesar 5% atau 0,05
dengan derajat bebas ( n – k ), dimana
n = jumlah pengamatan
k = Jumlah Variabel
c. Menentukan nilai t hitung
t hitung = ) ( i
e i
b S
b
Keterangan :
thitung = hasil perhitungan
bi = koefisien regresi
Se(bi) = standard error (simpangan baku untuk
54
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia.
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di
Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan uang
dan efek yaitu pada tanggal 11 januari 1925 atau 13 tahun setelah
terbentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912).
Kemudian pada tahun 1927 di bentuk bursa bursa efek di tiga kota
besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Di masa revolusi kemerdekaan, kegiatan perdagangan di bursa
efek Indonesia sempat terhenti karena situasi politik yang tidak
memungkinkan. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah memberlakukan
Undang-undang darurat no. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan
sebagai undang-undang no. 15 tahun 1952 tentang bursa efek.
Pasar modal Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987
kurang memberikan hasil yang di harapkan meskipun pemerintah
telah memberikan fasilitas kepada perusahaan yang menarik dana
dari pasar modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal
disebabkan oleh beberapa hal antara mengenai prosedur emisi
harga saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan harga
saham pada pasar perdana.
Sebagai upaya mengatasi permasalahan yang menghambat
perkembangan pasar modal, pemerintah mengeluarkan serangkaian
deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu
Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan
Desember 1988 (Pakdes 1988).
4.1.2Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange
merupakan akhir perjalanan panjang pasar modal Indonesia.
Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan di bentuknya bursa
efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh
Vereniging Voor de Effectenhandel. Kemudian pada tahun 1925
pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu
bursa efek Semarang, dan Bursa efek Surabaya. Ketiga bursa ini
menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun
1956 yang mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
Pada 10 Agustus pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan
pasar modal dengan membentuk badan pelaksana pasar modal
(BAPEPAM), sebuah badan pemerintah dibawah pengawasan
Deaprtemen Keuangan. Kebijakan pemerintah menerbitkan paket
Desember 1987 menjadikan pasar modal di Indonesia memasuki
pengelolahan bursa, oleh karena itu pada tahun1990 pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi Bursa efek pada
tanggal 4 Desember 1991 berdirilah PT. Bursa Efek Jakarta. PT.
Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta pendirian No.27, di
muat di hadapan notaris Ny. Siti Poerbaningsih A,SH di Jakarta
pada tanggal 4 Desember 1991 dengan 221 perusahaan efek
sebagai pemegang sahamnya dan modal dasar sebesar Rp 15
milyar serta modal di setor Rp 11.820 juta.
Tahun 1995 merupakan era baru bagi PT. bursa efek Jakarta
dengan diterapkann