• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA PENGGUNAAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA SANUR KOTA DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FENOMENA PENGGUNAAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA SANUR KOTA DENPASAR."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FENOMENA PENGGUNAAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA SANUR KOTA DENPASAR

NI MADE ELINAWATI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

FENOMENA PENGGUNAAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA SANUR KOTA DENPASAR

NI MADE ELINAWATI NIM.1220025020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

FENOMENA PENGGUNAAN PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA SANUR KOTA DENPASAR

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI MADE ELINAWATI NIM. 1220025020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 1 Juli 2016

Pembimbing

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 1 Juli 2016

Tim Penguji Skripsi

Penguji I

(6)

vi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN Skripsi, Juli 2016

Ni Made Elinawati

Fenomena Penggunaan Pengobatan Tradisional Oleh Masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar

ABSTRAK

Pengobatan tradisional merupakan salah satu jenis pengobatan yang banyak digunakan masyarakat untuk kesembuhan penyakitnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terkait konsep sehat-sakit, perilaku dan perespsi terkait pengobatan tradisional.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan rancangan fenomenologi dan metode pengambilan data indepth interview. Sampel berjumlah berjumlah 6 orang. Metode analisis data adalah analisis data secara thematical analysis dan diuji dengan strategi validasi data.

Hasil penelitian ini adalah informan memiliki persepsi terkait dengan konsep sehat-sakit sesuai yang dirasakan. Perilaku pencarian pengobatan, informan terlebih dahulu mengunjungi dokter sebelum menggunakan pengobatan tradisional. Alasan menggunakan pengobatan tradisional karena dari hasil pemeriksaan dokter tidak memperoleh kesembuhan. Sebagian besar informan mengunjungi tempat pengobatan tradisional yang berada di luar desa dan merasakan kesembuhan. Pandangan informan terhadap pengobatan tradisional dirasakan membantu dalam kesembuhan penyakitnya. Simpulannya adalah persepsi informan terhadap konsep sehat diartikan sebagai kondisi tubuh tanpa adanya penyakit. Sakit dipersepsikan sebagai kondisi tubuh yang tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Perilaku informan dalam pencarian pengobatan pertama mengunjungi dokter sebelum ke pengobatan tradisional. ketika pengobatan medis tidak membuahkan hasil, informan beralih dengan pengobatan tradisional. Dengan pengobatan tradisional informan merasakan kesembuhan. Pandangan terhadap pengobatan tradisional oleh informan dirasa membantu dalam kesembuhannya.

(7)

vii PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

MEDICAL FACULTY UDAYANA UNIVERSITY HEALTH PROMOTION

Mini Thesis, Juli 2016 Ni Made Elinawati

The phenomenon of Use of Traditional Medicine in Rural Communities Accordingly Sanur City of Denpasar

ABSTRACT

Traditional medicine is one type of medication much used for community healing. Based on refrensi many the traditional medicine is particularly in bali were illegal in treatment. There are numerous types of traditional medicine and the healing different for pain considered by the community as a sore non. The purpose of this research is to find the public perception related sehat-sakit concept, behavior and perespsi associated traditional medicine.

This study using the qualitative method descriptive to a draft phenomenology and methods of data indepth adoption of the interview. Informants a total of 6 people with kriterian people using or never used folk medicine. The method of analysis data is in thematical analysis and tested with strategy of data validation.

The results showed that informants have perception that well associated with the concept of the healthy and hospital appropriate what it is. In behavior search treatment, informants first visit doctor before using traditional medicine. The reasons for adopting traditional medicine because of the examination doctors have healing. Most informants visited a traditional medicine outside village, and feel healing. A good view owned informants regarding traditional medicine.

The conclusion was perception that both owned informants against the concept of sehat-sakit. Behavior informants in search of the first treatment visit doctor prior to traditional medicine. This is because informants not find healing medical treatment. Some informants access treatment out village and feel change from traditional medicine. Sight either to treatments tradisiona by the informant.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Fenomena Penggunaan Pengobatan Tradisional Oleh Masyarakat Di Desa Sanur Kota Denpasar” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.

2. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M selaku kepala bagian peminatan promosi kesehatan yang juga memberikan masukan dalam penyusunan proposal.

3. Ibu Ni Komang Ekawati, S.Psi, Psi, MPH, selaku pembimbing akademis bagi Penulis yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penyususnan proposal penelitian ini.

4. Orang tua, keluarga serta yang terkasih yang selalu memberikan semangat serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.

5. Teman-teman IKM 2012 , Sahabat penulis I3, sahabat pemintan promkes, yang selalu memberikan kritik, saran, motivasi dalam pembuatan proposal ini. Demikian skripsi penelitian ini disusun semoga dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan acuan pelaksnaan penelitian yang baik kedepannya.

(9)

ix

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumus Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Umum ... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengobatan Tradisional ... 7

2.2 Persepsi ... 11

2.2.1 Definisi Persepsi ... 11

2.2.2 Proses persepsi ... 12

2.2.3 Faktor terjadinya persepsi ... 12

2.2.4 Persepsi Sehat Dan Sakit ... 13

(10)

x

2.3.1 Perilaku ... 16

2.3.2 Perilaku Kesehatan ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1 Karangka Teori ... 23

3.2 Identifikasi Variabel dan Variabel Penelitian... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Karakteristik Penelitian ... 26

4.2 Peran Peneliti ... 27

4.3 Strategi Pengumpulan Data ... 27

4.3.1 Wawancara Mendalam ... 27

4.3.2 Observasi ... 28

4.4 Sampling ... 28

4.5 Jalannya Penelitian ... 30

4.6 Analisis Data ... 32

4.6.1 Reduksi Data ... 33

4.6.2 Data Display ... 34

4.6.3 Kesimpulan (Verifikasi) ... 34

4.7 Strategi Validasi Data ... 34

4.7.1 Triangulasi... 34

4.7.2 Member Checking ... 35

4.7.3 Peer Debriefing ... 35

4.7.4 Studi literatur ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN ... 37

5.1 Gambaran Umun Lokasi Penelitian ... 37

5.2 Karakteristik Informan ... 38

5.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Konsep Sehat-Sakit ... 40

5.4 Perilaku Masyarakat Dalam Penggunaan Pengobatan Tradisional ... 42

5.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Pengobatan Tradisional ... 55

5.6 Observasi Tempat Pengobatan Tradisional. ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 59

6.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Konsep Sehat-Sakit ... 59

6.2 Perilaku Masyarakat Dalam Mengakses Pengobatan Alternatif ... 60

(11)

xi

6.2.2 Perceived Benefit and barriers adalah tindakan atau alternatif yang diberikan dalam mengurangi ancaman suatu penyakit. Hal tersebut berupa

manfaat serta halangan dari suatu tindakan. ... 65

6.2.3 Cues to Action merupakan faktor pencetus dari suatu pengambilan keputusan dengan berbagai pertimbangan. ... 66

6.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Pengobatan Tradisional ... 67

6.4 Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1 Simpulan ... 71

(12)

xii

DAFTAR TABEL

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karangka Teori Berdasarkan Teori Health Belief Model ... 20

Gambar 3.1 Karangka Konsep Penelitian Berdasarkan Teori Health Belief Model . 23 Gambar 5.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Konsep Sehat Sakit ... 42

Gambar 5.2 Perilaku Masyarakat dalam Pencarian Pengobatan ... 54

Gambar 5.3 Persepsi Masyarakat Tentang Pengobatan Tradisional ... 57

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Informan

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu hal penting dari dalam diri manusia yang berkaitan dengan fisik, jasmani, serta rohani serta mempengaruhi derajat kehidupan seseorang. Permasalahan kesehatan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya psikologis, sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat, permasalahan kesehatan terjadi karena dipengaruhi oleh ilmu sosial yakni masih rendahnya pemanfaatan saranan dan prasarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat (Maryani, 2015). Sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu penunjang dalam mengakses kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2014, jumlah sarana dan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia semakin meningkat salah satunya puskesmas. Puskesmas yang ada di Indonesia sampai pada tahun 2014 mencapai 9.731(Kemenkes RI, 2014).

(16)

2

penduduk Indonesia yang mengonsumsi jamu sebanyak 50,12% dan 95,60% diantaranya merasakan manfaatnya (Yuningsih, 2012).

Berdasarkan hasil data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif, dan komplementer dalam kurun waktu 1 tahun sebanyak 30,4%, pengobatan yang paling banyak adalah dengan menggunakan alat (77,8%) dan ramuan (49%) (Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, 2013). Berdasarkan sudut pandang, sisi positif dari pengobatan tradisional yang tergolong obat herbal adalah pengobatan yang relatif murah, menyembuhkan penyakit secara tuntas, dan alami. Adapun sisi negatifnya adalah obat yang disediakan tidak praktis, rasa obat yang tidak enak, serta tidak terjamin dari segi kebersihannya (Jauhari, dkk, 2008).

Tingginya pemakaian pengobatan tradisional dikalangan masyarakat membuat pemerintah mengeluarkan keputusan Pertaturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Peraturan ini untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya pengobatan alternatif oleh fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerinah atau swasta yang melindungi pemberi dan penerima layanan dalam hukum (Permenkes RI, 2007). Jumlah puskesmas yang memiliki pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia sebanyak 1.167 puskesmas dan yang memiliki tenaga kerja terlatih tersebar pada 289 kota yang salah satunya ada di Bali (Kemenkes RI, 2014).

(17)

3

2015). Berkaitan dengan pengobatan tradisional yang memiliki unsur adat-istiadat dan keyakinan, Wijaya, (2013) mengemukakan bahwa masyarakat di Bali masih memiliki dua kepercayaan. Kepercayaan tersebut tidak hanya terdapat dalam upacara, melainkan dalam kesehatan. Fenomena ini membuat banyaknya tempat praktek tradisional yang ada di Bali. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bali khususnya kota Denpasar dan Gianyar menunjukan masih banyaknya tempat praktek pengobatan komplementer alternatif yang belum ada SBR-TPKA (Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif) (Herman dkk, 2013).

Data UPT JKMB (Jaminan Kesehatan Masyarakat Bali) tahun 2014 pengobatan tradisional yang ada di Denpasar berdasarkan jenisnya terdapat 203 dengan keterampilan (pendekatan agama, pijat urut, akupuntur, akupresur, usada, paranormal, dan lain sebagainya), dan 38 pengobatan tradisional berdasarkan ramuan. Tempat pengobatan yang memiliki Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT) dari Dinkes kota hanya 18 tempat dan yang memiliki Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional (STPT) dari Dinkes Kota sebanyak 114 tempat. Sebanyak 132 tempat pengobatan yang belum memiliki memiliki SIPT dan STPT di Kota Denpasar.

(18)

4

adalah 1 Puskesmas induk dan 2 puskesmas pembantu , serta beberapa praktek dokter dan bidan. Terkait dengan sarana pelayanan kesehatan yang banyak, masyarakat di Desa Sanur juga mengakses pengobatan ke tempat pengobatan tradisional.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu masyarakat di Desa Sanur menunjukan bahwa masyarakat sekitar tempat tinggal warga juga biasa menggunakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional dicari apabila masyarakat tidak merasa sembuh dengan pengobatan di medis. Selain itu, akses pengobatan tradisional seperti orang pintar (kebalian), pijat-urut juga banyak terdapat di wilayah Sanur dan tempat tinggalnya. Pemberi pengobatan tradisional mengungkapkan bahwa terdapat beberapa masyarakat Desa Sanur yang berobat di tempatnya. Namun tempat pengobatan yang dipilih juga berdasarkan pada keyakinan akan kesembuhan dari masyarakat sendiri. Oleh karena itu, peneliti dalam hal ini perlu mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar.

1.2 Rumus Masalah

(19)

5

masyarakat terkait dengan konsep sehat-sakit, perilaku masyarakat dalam mengakses pengobatan alternatif, serta persepsi masyarakat terkait dengan pengobatan alternatif.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana fenomena penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui fenomena penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap konsep sehat-sakit dan upaya pencarian pengobatan di Desa Sanur Kota Denpasar.

2. Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam mengakses pengobatan alternatif di Desa Sanur Kota Denpasar.

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengobatan alternatif di Desa Sanur Kota Denpasar.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan oleh penulis dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Manfaat Teoritis

(20)

6

2. Diharapkan dapat sebagai acuan dalam pengembangan penelitian lainnya yang berhubungan dengan pengobatan alternatif oleh masyarakat.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan serta manfaat kepada praktisi kesehatan agar dapat lebih mengembangkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat terkait dengan pengobatan alternatif yang baik sesuai dengan standar.

1.6 Ruang Lingkup Penelitan

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah keseluruhan dari pengetahuan, keterampilan, dan praktek yang ada berdasarkan teori, keyakinan serta pengalaman yang memiliki adat istiadat berbeda dimasing-masing daerah yang pemanfaatannya dalam menjaga kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik secara fisik maupun jasmani. Pengobatan tradisional juga biasa disebut dengan pengobatan alternatif di beberapa negara (Supriadi, 2014).

Di Indonesia, pengobatan alternatif-komplementer merupakan jenis pengobatan yang non-konvensional ditujukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif yang didapat melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, serta keefektifitas yang tinggi didasarkan pada ilmu pengetahuan biomedik, yang belum terdaftar dalam kedokteran konvensional. Pengobatam alternatif-komplementer dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan apabila aman, bermanfaat, bermutu, terjangkau serta adanya hasil kajian dari institusi yang berwenang sesuai dengan ketentuan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan pengobatan alternatif harus memiliki izi penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan (Kemenkes, 2007).

(22)

temurun sehingga perlu dilestarikan. Adapun jenis obat tradisional Indonesia adalah jamu, obat herbal dan sebagainya (Dewoto, 2007).

Pengobatan tradisional, alternatif, dam komplementer terdapat beberapa jenis (Permenkes RI, no: 1109/Menkes/Per/2007) yakni:

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention) yang dimaksud didalamnya adalah hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa, serta yoga.

2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, dan ayurveda.

3. Cara penyembuhan manual dengan chiropratice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, dan pijat urut.

4. Pengobatan farmakologi dan biolodi seperti jamu, herbal, dan gurah.

5. Diet nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makri nutrient, micro nutrient.

6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbirik, serta EECP. Bentuk-bentuk pengobatan alternatif diantaranya :

1. Obat Herbal

(23)

dan tidak memerlukan penjagaan yang spesifik apabila ditanam sendiri. Lihata berdasarkan efek yang timbul, obat herbal memiliki efek samping yang sedikit sehingga anam untuk digunakan. Masyarakat memperikaran obat herbal tidak memiliki efek samping, tetapi setiap tumbuhan memiliki kandungan bahan kimia yang relatif rendah sehingga tidak menimbulkan efek samping dalam penggunaannya (Mangan, 2003 dalam Supriadi, 2014).

Adapun obat herbal dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan jenisnya diantaranya (1) Jamu yang terbuat dari terbuat dari bahan-bahan alami. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu biasanya dalam bentuk kering. Disamping itu, jamu memiliki standar yang dikeluarkan oleh pihak BPOM dengan cara pembuatan obat tradisional yang baik. (2) Obat herbal terstandar dibuat dari bahan baku alami yang telah diuji bahannya dalam uji praklinik serta secara alamiah. Uji yang dilakukan adalah uji toksitas akut, toksitas subkronis, serta toksitas kronis. (3) Fotofarmaka terbuat dari bahan alami namun disetarakan dengan obat modern. Hal ini dilihaat dari proses pembuatan fitofarmaka yang telah terstandar serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah (Hemani, 2011).

2. Pijat Tradisional

Pijat tergolong salah satu teknik “hands-on” dengan terapi otot serta jaringan

(24)

dapat meregangkan otot kaku, mengurangi stres, dan membangkitkan rasa tenang. Terdapat hampir 100 jenis pemijatan dengan teknik yang berbeda-beda.

Selain pemijatan yang ada secara umum, teknik pemijatan lainnya juga terdapat pada bayi. Pijat bayi merupakan tradisi lama yang digali kembali dengan perpaduan ilmu kesehatan. Pada masyarakat secara umum beranggapan bahwa pijat bayi hanya dilakukan pada bayi yang sedang sakit dan dapat dilakukan oleh tenaga medis ataupun dukun. Hal ini dipercaya oleh masyarakat mampu mengatasi kolik sementara, sembelit, sera bayi rewel. Namun, kenyataanya manfaat utama pemijatan pada bayi adalah untuuk membantu mengoptimalkan tumbuh kembang bayi (Kusbiantoro, 2014).

3. Akupuntur

Akupuntur merupakan salah satu pengobatan tradisional yang menggunakan teknik tusukan pada titik-titik terentu ditubuh. Teknik akubuntur pertama berkembang di China dengan menggunakan jarum batu dalam penyembuhan penyakit. Bahan jarum yang digunakan dalam akupuntur terus menengalami perubahan mulai dari bambu, tulang, dan perunggu (Yulianto, 2009). Indikasi melakukan akupuntur (WHO, 1991 dalam Supriadi, 2014) :

1. Saluran pencernaan dan lambung dalam mengatasi berbagai masalah fungsional seperti ekskresi asam lambung, nyeri kolik, otot atau peradangan.

2. Saluran nafas dalam mengatasi kondisi alergi serta meningkatkan daya tahan tubuh.

(25)

4. Mulut, dalam mengatasi rasa nyeri ketika selesai pencabutan gigi atau peradangan kronis.

5. Saraf, otot, dan tulang yaitu masalah terait dengan kelemahan, rasa nyeri, peradangan pada sendi, serta terjadinya kelumpuhan.

4. Akupresur

Akupresur merupakan salah satu bentuk akupuntur yang berusia jauh lebih tua serta berasal dari China yang telah ada semenjak 5000 tahun lalu. Akupresur merupakan salah satu cara penyembuhan yang mulanya dengan menekan ujung-unjung jari tangan serta dibantu dengan menggunakan kayu. Akupresur merupakan teknik pemijatan yang dilakukan secara periodik oleh tenaga yang telah terlatih.

2.2 Persepsi

Pada tunjauan pustaka penelitian yang pertama akan membahas tentang persepsi yang meliputi definisi persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, syarat terjadinya persepsi, serta proses terjadinya persepsi. Adapun pembahasannya yakni : 2.2.1 Definisi Persepsi

Walgito (2010) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penerimaan rangsangan oleh penginderaan baik penglihatan maupun pendengaran manusia yang diteruskan. Proses ini dikelompokkan dan interpretasi sehingga suatu rangsangan yang diterima oleh individu menjadi berarti serta akan terjadinya respon dari diri manusia. Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu kejadian, pengalaman, serta hubungan-hubungan terhadap suatu objek dengan menafsirkan serta memberikan makna pada suatu informasi atau stimulus.

(26)

merangsang fikiran dimulai dari penglihatan sehingga terbentuknya suatu tanggapan terhadap objek tertentu. Hal ini membuat individu menjadi sadar mengenai sesuatu yang ada dilingkungannya melalui indra sehingga dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan terhadah suatu objek.

2.2.2 Proses persepsi

Prosep pembentukan persepsi ini terjadi pada diri individu masing-masing yang diawali oleh panca indra serta merangsang otak. Pembentukan persepsi tentunya dibantu oleh pengetahuan, proses belajar, serta pengalaman. Menurut Walgito (2010), pembentukan persepsi melalui beberapa proses diantaranya:

1. Proses kealaman/fisik : persepsi terjadi ketika alat indera menangkap stimulus yang ditimbul dari suatu objek.

2. Proses fisiologis : proses ini terjadi ketika saraf sensoris dan otak mendapatkan stimulus yang telah dikirimkan melalui alat indera.

3. Proses psikologis : proses psikologis merupakan proses dimana otak sebagai pusat dari kesadaran sehingga stimulus yang diolah diotak dapat menyadari individu mengenai apa yang dilihat, didengar, ataupun dirasakan.

2.2.3 Faktor terjadinya persepsi

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu persepsi diantaranya (Notoatmodjo, 2010) :

(27)

b. Harapan : harapan atau keinginan terhadap suatu stimulus akan mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Kebutuhan : kebutuhan yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan pula pada penerimaan suatu stimulus.

d. Motivasi : motivasi terhadap stimulus mempengaruhi segala sesuatu serta persepsi dari individu. Motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi kuatnya suatu persepsi.

e. Emosi : emosi merupakan salah satu faktor pendorong/penghambat persepsi seseorang terhadap suatu stimulus.

f. Budaya : budaya erat kaitannya dengan tradisi, suatu interpretasi akan sama hasilnya apabila seseorang berada dalam lingkungan budaya yang sama dengan mempersepsikan orang diluar budayanya sendiri. Namun, hasil interpretasi akan berbeda apabila seseorang mempersepsikan stimulus yang berada dalam budaya yang sama.

2.2.4 Persepsi Sehat Dan Sakit

(28)

penerima program. Individu tidak mencari pengobatan dipelayanan kesehatan karena merasa dirinya tidak sakit. Namun ada pula individu mempersepsikan bahwa dirinya mengalami penyakit diluar medis, sehingga mereka akan mengakses pengobatan kepada orang pintar yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakitnya (Jordaan, 1995;Sudarti, 1998 dalam Sarwono, 2007).

WHO mendefinisikan sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, tetapi juga termasuk kondisi mental serta sosial dari seseorang. Upaya kesehatan pada tahap awal oleh petugas kesehatan dimaksud bukan pada saat masyarakat mulai merasakan sakit, melainkan jauh sebelum itu ketika kondisi masyarakat masih sehat yang membutuhkan upaya pelayanan kesehatan untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit tertentu. Sebaliknya, yang terjadi justru masyarakat mencari pelayanan kesehatan ketika mereka berada dalam kondisi sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan beristirahat dan minum jamu. Di Indonesia salah satu tahap yang biasa dilakukan masyarakat sebelum mengunjungi petugas kesehatan adalah menggunakan pengobatan dari dukun atau ahli pengobatan tradisional. Keadaan seperti inilah membuat kondisi penderita semakin parah sehingga akhirnya baru merujuk ke petugas kesehatan. Konsep sehat-sakit berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu diketahui pasti persepsi sehat sakit dari lingkungan masyarakat (Sarwono, 2007).

(29)

seperti halnya tidak terserang suatu penyakit, berusaha untuk menjaga kesehatannya agar tetap sehat, dan juga selalu berfikir positif mengenai keadaan serta kesejahteraan. Berbicara mengenai “sehat”, maka tidak terlepas dengan istilah “sakit”. Secara ilmu kedokteran penyakit atau (disease) merupakan suatu gangguan fisiologis dari organisme akibat infeksi atau tekanan dari lingkungan yang bersifat objektif. Sakit

(illness) merupakan penilaian atau pandangan seseorang terhadap pengalaman

menderita suatu penyakit yang biasanya bersifat subyektif. Biasanya hal seperti ini diawali dengan perasaan yang kurang baik. Hal ini mungkin terjadi karena secara obyektif, individu yang terserang penyakit pada salah satu organnya tidak merasakan sakit dan tetap dapat menjalankan tugas seperti biasanya. Namun, individu mungkin merasakan sakit tetapi dari hasil pemeriksaaan medis tidak terlihat penyakit apapun. Kesadaran akan kesehatan serta pemeriksaannya karena takut terserang penyakit banyak terdapat pada masyarakat negara maju, dibandingkan masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional biasanya mempersepsikan orang sakit jika nafsu makannya menurun serta tidak dapat menjalankan tugasnya sehari-hari dan hanya berbaing ditempat tidur.

(30)

indvidu. Pencarian pengobatan oleh individu dalam proses penyembuhan selalu ditekankan oleh dua hal yakni:

1. Pandangan atau definisi serta pengertian dari individu akan suatu penyakit yang diderita serta faktor ataupun akibat yang akan dirasakan selamadalam kondisi sakit.

2. Kemampuan individu terutama dalam kondisi financial serta kemampuan dalam mengakses tempat pelayanan kesehatan demi pertolongan terhadappenyakit yang dirasakan.

2.3 Perilaku Dan Perilaku Kesehatan

2.3.1 Perilaku

Perilaku manusia ataupun aktivitas manusia secara umum tidak datang dengan sendirinya, melainkan karena adanya rangsangan stimulus yang mengenai individu. Respon yang ada merupakan suatu suatu yang bergantungan pada stimulus. Apa yang ada pada diri manusia akan menentukan pemberian respon terhadap suatu obyek. Selain itu, terdapat pula formasi atau respon mengenai perilaku bergantung dari lingkungan serta organisme yang saling berinteraksi. Yang dimaksud berinteraksi dimana adanya hubungan antara perilaku, fungsi, lingkungan serta organisme yang akan saling mempengaruhi (Walgito, 2010).

2.3.1.1 Jenis perilaku

Pada umumnya, perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua yakni perilaku refleksi dan perilaku non-refleksi (Walgito, 2010). Adapun perbedaannya yakni :

1. Perilaku refleksi

(31)

berpantulan dengan sinar, menarik jari tangan ketika terkena api, dan sebagainya. Perilaku refleksi terjadi secara sendirinya dimana stimulus yang ditangkap moleh organisme tidak sampai pada otak. Dalam perilaku refleksi stimuls yang diterima oleh reseptur secara langsung menimbulkan aksi tanpa melalui kesadaran.

2. Perilaku non-refleksi

Perilaku refleksi ini berbeda dengan perilaku refleksi. Perilaku non-refleksi dikendalikan oleh saraf pusat dengan kesadaran. Dalam prosesnya, ketika stimulus menerma respon maka akan diteruskan ke saraf pusat kesadaran yang kumudian akan menimbulkan responyang melalui afektor. Perilaku non refleksi ini biasa disebut sebagai perilaku psikologis karena terjadi didalam otak dan kesadaran. Perilaku ini dapat dikendalikan, dirubah serta diatur yang sebagai proses dari hasil belajar.

2.3.2 Perilaku Kesehatan

(32)

Becker, 1979 dalam Notoadmodjo, 2010 membuat klasifikasi mengenai perilaku kesehatan yang dibagi menjadi tiga, yakni :

1. Perilaku sehat (healty behavior)

Perilaku sehat merupakan perilaku yang meliputi kegiatan dengan upaya menjaga, mempertahankan serta meningkatkan kesehatan. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan dengan cara mekan makanan seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, melakukan kegiatan fisik yang cukup dan teratur antara bekerja dan berolahraga, tidak merokok, minum-minuman keras serta menggunakan narkoba yang dapat merusak tubuh kita, istirahat yang cukup ditengah kesibukan, manajemen stress salah satu upaya pengendalian stress agar tidak menganggu kesehatan individu, serta perilaku positif terkait dengan kesehatan maupun diluar kesehatan.

2. Perilaku sakit (illness behavior)

(33)

sebagainya) dan penyedia pelayanan kesehatan dengan tenaga medis terlatih (puskesmas, dokter, bidan, dan sebagainya).

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behvior)

Dilihat dari segi sosiologi, orang yang sakit memiliki peran, kewajiban, serta hak-haknya. Kewajiban dan hak orang sakit merupakan bagian dari perilaku peran orang sakit tersebut. Adapun perilaku peran dari orang sakit adalah tindakan dalam mendapatkan kesembuhan, tidakan dalam mengenal dan memilih fasilitas pelayanan kesehatan dalam usaha kesembuhan, melaksanakan kewajiban sebagai pasien diantaranya mengikuti anjuran dari dokter, serta kewajiban dalam menjaga kondisi tubuh agar penyakit tidak kambuh lagi.

(34)
[image:34.595.87.508.87.542.2]

Gambar 2.1Karangka Teori Berdasarkan Teori Health Belief Model

Berdasarkan teori diatas, perilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan ditentukan oleh motif serta kepercayaan yang dipengaruhi oleh lima unsur (Sarwono, 2007) diantaranya :

1.Perceived susceptibility yakni persepsi individu akan kemungkinan terkena

suatu penyakit.

Variabel

demografis dan sosio-psoko

Besarnya manfaat dikurangi

besarnya kerugian tindakan yang dianjurkan

Persepsi tentang kemungkinan kena penyakit. Persepsi tentang berat/seriusnya

penyakit Dilakukannya

tindakan yang dilakukan Besarnya

ancaman penyakit

(35)

2.Perceived seriousness merupakan pandangan individu akan beratnya suatu penyakit serta risiko yang dialami oleh penyakit tersebut.

3.Perceived threats yakni semakin berat risiko dan kesulitan yang dialami maka

semakin besar pula ancaman yang dirasakan.

4.Perceived benefits and barriers adalah tindakan atau alternatif yang diberikan

petugas kesehatan dalam mengurangi ancaman tehadap suatu penyakit yang dirasakan. Ancaman yang besar mendorong individu untuk melakukan pencegahan atau pengobatan. Namun alternatif yang diberikan seringkali menimbulkan penolakan karena masyarakat akan mempertimbangkan mengenai manfaat serta hambatan mengenai alternatif yang dianjurkan. 5.Cues to action merupakan faktor pencetus dari suatu pengambilan keputusan

dengan berbagai pertimbangan.

Supriadi, 2014 mengungkapkan dalam penelitiannya dimana perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan apabila sakit adalah :

1. Perilaku tidak melakukan apa-apa (no action) yangdikarenakan bahwa kondisi demikian tidak berpengaruh dalam menganggu kondisi mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kemungkinan anggapan dari mereka dengan tanpa melakukan apapun, gejala penyakit yang dideritanya akan menghilang dengan sendirinya.

2. Tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) dengan alasan yang sama serta masyarakat sudah percaya terhadap dirinya sendiri dan pengalaman masa lalu yang dengan usaha sendiri dapat mencapai kesembuhan. Hal ini menyebabkan pengobatan keluar tidak diperlukan.

(36)

4. Mencari pengobatan denganmembeli obat-obatan yang terjual diwarung-warung (chemist shop).

Gambar

Gambar 2.1 Karangka Teori  Berdasarkan Teori Health Belief Model

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah suatu program aplikasi yang dapat mencari posisi objek dari input sebuah gambar dan menghitung perubahan sudut yang harus dilakukan oleh kamera

Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke depan

Nama paket pekerjaan : Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Kuliah Bersama II, Laboratorium Fakultas Pertanian,Prodi Perikanan dan Prodi Kehutanan

Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Universitas Mataram akan melaksanakan Seleksi Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan jasa konsultansi secara

Pada hari ini Senin tanggal delapan bulan Oktober tahun dua ribu dua belas, kami Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang Tim 6 Unit Layanan Pengadaan

secara berkelompok untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian, jenis, karakteristik, lingkup usaha jasa wisata; serta hubungan antara berbagai usaha jasa wisata guna

10 Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (juta perjalanan) 11 Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara (Triliun Rupiah) 12 Jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang

harusnya Pak Hakim juga menyalahkan para pemilik pabrik miras itu.” Kata mereka sambil menunjuk kepada para pengusaha pabrik miras di sebelah mereka.. “Sebentar Pak Hakim,” kata